Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES RIAU


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
Jl. Melur No.103 Pekanbaru
Telepon (0761) 36581 Fax : (0761) 20656

MODUL 1
PENCEGAHAN INFEKSI

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan :


1. Istilah dalam PI
2. Kewaspadaan Universal
3. Pemprosesan Alat
4. Pengelolaan Sampah / Limbah Infeksius

DAFTAR ISI

Istilah dalam PI 2
Kewaspadaan Universal 3
Pemprosesan Alat 4
Pengelolaan Sampah / Limbah Infeksius 5
HAND OUT

Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia


Kode Mata Kuliah : Bd.6.206
Topik : Pencegahan Infeksi
Pertemuan : 1

Objektif Perilaku Siswa (OPS)


1. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat menjelaskan istilah dalam
pencegahan infeksi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu kewaspadaan universal
3. Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemprosesan alat
4. Mahasiswa mampu menjelaskan cara mengelola sampah / limbah infeksius

Referensi :

1. Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,


(2006), Konsep Dasar Praktik Klinik Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika
2. Kusmiyati, Yuni, (2007), Konsep Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Jogjakarta: Fitramaya
3. Ambarwati, Eni Ratna dan Tri Sunarsih,
(2009), KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi, Jogjakarta: Nuha Medika.

MATERI
1.1 Istilah dalam PI
a) Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme dari klien, dan tenaga
kesehatan, pengunjung dan masyarakat.
b) Beberapa istilah yang digunakan untuk mencegah infeksi:
 Asepsis atau teknik aseptik adalah istilah umum yang biasa digunakan
dalam pelayanaan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan
semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme
ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Teknik
aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan
penolong persalinan dengan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan
seluruh (eradikasi) mikroorganisme pada kulit, jaringan dan
instrumen/peralatan hingga tingkat yang aman

Program Studi D IV Kebidanan Page 2


 Antisepsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan
tubuh lainnya.
 Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang
terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Peralatan medis, sarung tangan
dan permukaan (misalnya, meja periksa) harus segera didekontaminasi
setelah terpapar darah atau cairan tubuh.
 Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing
(misalnya debu, kotoran) dari kulit atau instrumen/peralatan.
 Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir
semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-benda
mati atau instrumen.
 Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan
cara merebus atau kimiawi.
 Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora
bakteri dari benda-benda mati atau instrumen

1.2 Kewaspadaan Universal

Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) adalah kewaspadaan terhadap


darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien,
dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya (kamus-medis).
Cara agar petugas perawatan kesehatan dapat menghindari infeksi dari infeksi
yang diangkut aliran darah, seperti HIV atau hepatitis B dan C. Kewaspadaan umum
pertama dikembangkan pada 1987 di AS. Pedoman termasuk penggunaan sarung
tangan lateks, masker, dan kacamata pelindung jika pekerjaan ada kaitannya dengan
darah atau cairan tubuh (Komunitas AIDS Indonesia).
Ada berbagai macam infeksi menular yang terdapat dalam darah dan cairan tubuh
lain seseorang, di antaranya hepatitis B dan C dan HIV. Mungkin juga ada infeksi
lain yang belum diketahui, harus diingat bahwa hepatitis C baru ditemukan pada
1988. Sebagian besar pasien dengan infeksi tersebut belum tahu dirinya terinfeksi.
Dalam semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas dan praktek dokter
gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan cairan tubuh, atau
penggunaan alat medis yang tidak steril, dapat menjadi sumber infeksi penyakit
tersebut pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain. Jadi seharusnya ada
pedoman untuk mencegah kemungkinan penularan terjadi.

Program Studi D IV Kebidanan Page 3


Pedoman ini disebut sebagai kewaspadaan universal. Harus ditekankan bahwa
pedoman tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV,
tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya
lebih mudah menular.

1.3 Pemprosesan Alat


a) Pengertian pemprosesan alat
adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
berbahaya penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah terpakai. P
emrosesan alat juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunu
h kuman pada alatalat medis. Pemrosesan alat dilakukan dengan menggunaka
n bahan desinfektan melalui cara dekontaminasi, mencuci atau membilas, dan
sterilisasi.
b) Jenis-jenis pemprosesan alat:
 Dekontaminasi
Merupakan langkah pertama dalam menangani peralatan, sarung tangan dan
alat-alat lain yang telah terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-
benda lebih
aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan. Untuk perli
ndungan lebih jauh,pakai
sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari latex, ji
ka menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor.Segera setelah dig
unakan, masukkan bendabenda yang telah terkontaminasi ke dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit. Ini akan dengan cepat mematikan virus
hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi telah
terendam seluruhnya dalam larutan klorin.
 Pencucian atau bilas
Pencucian adalah sebuah cara yang efektif untuk menghilangkan sebagian be
sar mikroorganisme pada peralatan dan instrumentyang kotor atau sudah dig
unakan. Baik seterilisasi maupun desinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang ef
ektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika bendabenda yang terkontamin
asi tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan
air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-
bahan organik, lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.

Program Studi D IV Kebidanan Page 4


 Desinfeksi Tingkat Tinggi
DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme penyebab penya
kit dari peralatan, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu pra
ktis. DTT bisa dijangkau dengan cara merebus, mengukus atau secara kimia
wi. Ini dapat menghilangkan semua organisme kecuali beberapa bakteri end
ospora sebesar 95%.
 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk
kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maup
un kimiawi. Strilisasi jika dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kum
an patoge atau apatoge beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau
kedokteran denngan cara merebus, stoom,
panas tinggi atau bahan kimia.jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,
strilisasi panas kering, strerilisasi gas (formalin, H2O2), radiasi ionisasi.

1.4 Pengelolaan Sampah / Limbah Infeksius

Limbah RS tentu berbeda dengan limbah rumah tangga, dan harus dikelola
berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Kemenkes RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004. Pengelolaan Rumah Sakit atau sampah medis yang
paling aman bertujuan untuk mengurangi atau mencegah tertularnya penyakit. Hal ini
dimulai dengan menempatkan sampah medis pada tempat tersendiri dan ditutup
rapat.
Adapun secara lebih rinci pengelolaan limbah rumah sakit perlu memperhatikan
beberapa hal sesuai jenis limbah yang ada, yaitu:

Limbah Rumah Sakit padat yang terdiri dari limbah padat medis dan non medis.
Adapun Limbah padat medis terdiri dari beberapa macam yang diantaranya:

 Limbah infeksius dan limbah patologi, disimpan pada tempat sampah dengan
plastik berwarna kuning.
 Limbah farmasi (obat kadaluarsa), disimpan pada tempat sampah dengan
plastik berwarna coklat.
 Limbah sitotoksis adalah limbah yang berasal dari sisa obat kemoterapi yang
harus disimpan pada tempat sampah dengan plastik berwarna ungu.
 Limbah medis padat tajam seperti jarum suntik, pecahan gelas, pipet dan
berbagai macam peralatan medis disimpan dalam safety box atau container.

Program Studi D IV Kebidanan Page 5


 Limbah radioaktif yang merupakan sisa dari penggunaan bahan medis atau
dari laboratorium yang terdapat zat radioaktif disimpan pada pada tempat
sampah dengan plastik berwarna merah.

Limbah padat non medis terdiri dari sisa-sisa aktifitas di dapur, kegiatan
perkantoran atau aktifitas lain dari pasien atau pengunjung rumah sakit disimpan
pada tempat sampah dengan plastik berwarna hitam yang harus dikosongkan dan
dibersihkan dalam waktu kurang dari 1 X 24 jam.
Limbah Rumah Sakit berbentuk cair, pengelolaannya dilakukan oleh rumah sakit
melalui IPAL (instalansi Pengolahan Air Limbah). Adapun saluran yang digunakan
untuk limbah cair harus tertutup, kedap air dan limbah cair tersebut harus bisa
mengalir dengan lancar dan terpisah dari saluran air hujan. Limbah medis cair bisa
berasal dari buangan kamar mandi termasuk tinja yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme berbahaya dari pasien rumah sakit. Namun khusus untuk limbah cair
dari aktifitas lab dan radiologi tidak dimasukkan IPAL namun dikelola pihak ke tiga
yang bekerja sama dengan rumah sakit.
Limbah Rumah Sakit berbentuk gas, bisa berasal dari pembakaran di rumah sakit
seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat
citotoksik. Untuk mengurangi resiko berbahaya dari limbah gas bisa dilakukan
dengan melakukan penghijauan dengan menanam banyak pohon disekitar
lingkungan rumah sakit sehingga memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap
debu.

Prinsip Dasar Pengolahan Limbah Rumah Sakit

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit atau limbah medis harus berdasarkan beberapa
prinsip dasar yang diantaranya adalah:

 Limbah Rumah Sakit dikemas dengan baik dan dipisahkan sesuai jenisnya.
 Kemasan Limbah Rumah Sakit harus dapat terjaga dengan baik, tertutup dan
terhindar dari hal-hal yang bisa merusak kontainer atau merobek kemasan
Limbah Rumah Sakit.
 Menghindari kontak fisik secara langsung dengan limbah, dan saat
membuangnya sebaiknya mengunakan beberapa perlengkapan seperti
topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron, pelindung kaki/
sepatu boot dan yang paling utama adalah menggunakan sarung tangan
khusus.

Program Studi D IV Kebidanan Page 6


1.5 SOP KETERAMPILAN TERKAIT DENGAN PENGONTROLAN
INFEKSI

1. Prosedur Mencuci Tangan

Pengertian Membersihkan tangan dari seluruh kotoran dimulai dari ujung jari
sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.
a. Membebaskan tangan dari kuman dan mencegah kontaminasi
b. Memindahkan angka maksimum kulit dari kemungkinan
adanya organisme pathogen
c. Mencegah atau mengurangi peristiwa infeksi
Tujuan d. Memelihara tekstur dan integritas kulit tangan dengan tepat
Sebagai perlindungan terhadap tenaga medis maupun pasien dari
Kebijakan infeksi
Persiapan alat :
a. Wastafel / air mengalir
b. Sabun biasa / antiseptik

Prosedur kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan (air mengalir). Air
Prosedur mengalir membantu menyingkirkan mikroorganisme
2. Singsingkan lengan baju seragam yang panjang diatas
pergelangan tangan anda. Memberikan akses ke jari-jari, tangan
dan lengan
3. Lepaskan perhiasan dan jam tangan. Menggunakan cincin dapat
meningkatkan mikroorganisme pada tangan (Meeker, Rothrock,
1995)
4. Periksa adanya luka atau abrasi pada lengan dan jari. Area
inflamasi atau luka pada kulit dapat menjadi tempat
mikroorganisme
5. Basahi kedua tangan sampai ke siku dengan air yang mengalir.
Jaga tangan dan lengan bawah berada lebih rendah dari siku
selama prosedur dilakukan. Tangan menjadi bagian yang paling

Program Studi D IV Kebidanan Page 7


bersih dari ekstremitas atas
6. Oleskan 1 ml sabun cair biasa atau 3 ml sabun cair antiseptik
pada tangan dan gosok sampai berbusa. Jika menggunakan sabun
batangan, pegang dan gosok sampai berbusa. Jumlah bakteri
berkurang secara signifikan pada tangan jika digunakan 3-5 sabun
antimikrobial (Larsen, 1987)
7. Bersihkan kedua tangan dan jari selama 10-15 detik. Gesekan dan
gosokan mekanik mengangkat kotoran dan bakteri. Sabun
antimicrobial harus kontak dengan kulit selama sedikitnya 10
detik (Gamer, 1985)
8. Bersihkan punggung tangan kanan dan kiri dengan gerakan
memutar secara bergantian
9. Bersihkan sela jari kanan dan kiri dengan menyilangkan jari-jari
kedua tangan secara bergantian. Menjalin jari-jari dan ibu jari
memastikan bahwa semua permukaan dibersihkan
10. Bersihkan punggung jari kanan dan kiri secara bergantian
11. Bersihkan ibu jari kanan dan kiri secara bergantian
12. Bersihkan ujung jari kanan dan kiri pada telapak tangan secara
bergantian
13. Jika area dibawah jari-jari kotor tambahkan sabun atau disikat
dengan sikat kuku. Penyikatan kotoran dibawah kuku dapat
mengurangi mikroorganisme pada tangan
14. Bilas kedua tangan secara menyeluruh, jaga tangan diatas dan
siku tetap dibawah. Pembilasan secara mekanik dapat
membersihkan kotoran dan mikroorganisme. Mengeringkan
tangan mencegah kulit pecah-pecah dan kasar
15. Tutup kran dengan menggunakan handuk atau tissue. Mencegah
kontaminasi tangan.

Program Studi D IV Kebidanan Page 8


2. Prosedur Pemasangan Sarung Tangan

Pengertian Cara memakai sarung tangan sehingga tetap steril

a. Mencegah infeksi sekunder melalui kontak langsung


Tujuan b. Menjaga sterilitas
Pelayanan kebidanan dilaksanakan oleh tenaga kebidanan dengan
mengikuti standar asuhan untuk masing-masing pasien sesuai dengan
kebutuhan spesifik dari pasien yang tertuang secara rinci dalam
Kebijakan Standar Prosedur Opeasional (SOP)
Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril sesuai ukuran yang diinginkan
b. Alat-alat untuk mencuci tangan
c. Bengkok

Prosedur kerja :
1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian di singsingkan
2. Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka
3. Cuci tangan
4. Buka pembungkus bagian dari luar kemasan sarung tangan
dengan memisahkan sisi-sisinya
Prosedur 5. Jaga agar sarung tangan tetap diatas permukaan bagian dalam
pembungkus
6. Identifikasi sarung tangan kiri dan kanan, gunakan sarung tangan
pada tangan yang dominan terlebih dahulu
7. Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tangan yang non dominan
pegang tepi mancet sarung tangan untuk menggunakan sarung
tangan dominan
8. Dengan tangan yang dominan dan bersarung tangan selipkan jari-
jari ke dalam mancet sarung tangan kedua
9. Kenakan sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan
10. Jangan biarkan jari-jari tangan yang sudah bersarung tangan
menyentuh setiap bagian atau benda yang terbuka
11. Setelah sarung tangan kedua digunakan mancet biasanya akan

Program Studi D IV Kebidanan Page 9


jatuh ke tangan setelah pemakaian sarung tangan
12. Setelah kedua tangan bersarung tangan, tautkan kedua tangan
ibu jari adduksi ke belakang
13. Pastikan setelah pemakaian sarung tangan steril hanya
memegang alat-alat steril.

3. Prosedur Menyiapkan Larutan Sterilisasi


Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen
beserta sporanya pada peralatan perawatan, kebidanan dan
Pengertian kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi atau
menggunakan bahan kimia
Untuk menjamin kualitas alkes, peralatan lab, dan linen dalam keadaan
Tujuan steril
Kebijakan -
persiapan alat :
a. Medis
 Sterilisator kering yang terhubung dengan aliran listrik 1
buah
 Sterilisator basah atau autoclave 1 buah
 Larutan hypochlorite/klorin 0,5%
Prosedur
 Sarung tangan 1 pasang
b. Non Medis
 Ruangan 3x4m dengan ventilasi dan penerangan yang
cukup 1 buah
 Panci untuk mengukus 1 buah
 Bak perendaman 1 buah
 Wastafel dengan air mengalir 1 buah
 Sabun (batang atau cair) dengan antiseptic maupun non
antiseptic 1 buah
 Handuk/lap sekali pakai (tissue) untuk mengeringkan
tangan 1 buah
 Tempat sampah medis beralas plastic dan tertutup 1 buah

Program Studi D IV Kebidanan Page 10


 Tempat sampah non medis beralas plastic 1 buah

penatalaksanaan :
1. Memakai sarung tangan (Lihat SOP Memakai dan Melepas
Handscoen)
2. Menyiapkan bak perendaman yang di isi dengan larutan klorin
0,5% dengan cara:
 Mencampur 1 sdm kaporit dengan I liter air
 Mengaduk larutan sampai terlarut
 Memasukkan alkes atau alat lab yang sudah terpakai dan
bisa digunakan lagi ke dalam bak

4. Sterilisasi Alat

Cara untuk membunuh atau menghancurkan semua mikroorganisme,


Pengertian baik bentuk vegetative maupun spora dengan menggunakan panas kering
atau oven¤
1. Mencegah penyebaran penyakit dan terjadinya infeksi
Tujuan 2. Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh
mikroorganisme
Kebijakan -
persiapan alat :
a. APD
b. Oven
c. Handuk kering
d. Kain linen steril
e. Neer bekken
Prosedur f. Korentang steril
g. Sikat gigi (untuk menyikat alat)
h. Lemari alat :
 Alat golongan kritis dan semi kritis
 Sabun cair, alcohol 70% dan larutan klorin 0,5%
 Tablet formalin

Program Studi D IV Kebidanan Page 11


 Kertas alumunium foil

penatalaksanaan :
1. Cuci tangan sesuai protap
2. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
3. Lakukan DTT dengan cara merendam dengan larutan klorin
0,5% selama 10-15 menit
4. Cuci sampai alat bersih
5. Pisahkan alat golongan kritis dan semi kritis, alat yang semi
kritis di desinfektan dengan alcohol 70%, sedangkan alat yang
kritis dibungkus dengan alumunium foil
6. Tempatkan alat kritis yang telah dibungkus yang ditaruh di
neer bekken kemudian masukkan kedalam sterilisator pada
rak bawah, kemudian alat yang tidak dibungkus (semi kritis)
diletakkan pada rak bagian atas agar tidak rusak
7. Atur suhu dan waktunya sesuai dengan yang diinginkan bila 1
jam untuk 180°c dan 2 jam 160°c. setelah dingin alat dapat
diambil dengan korentang yang steril
8. Power supply dimatikan
9. Setelah dingin alat diambil dengan korentang yang steril
10. Kemudian dibungkus dengan kain linen, masukkan dalam
kotak alat atau wadah steril dan diberi formalin
11. Rapikan alat dan bahan yang sudah digunakan
12. Simpan kembali alat dan bahan yang digunakan untuk
sterilisasi
13. Lepaskan APD
14. Cuci tangan

Program Studi D IV Kebidanan Page 12


5. Tekhnik Isolasi
Teknik perawatan untuk memberikan perlindungan kepada pasien
Pengertian terhadap infeksi dari lingkungan

a. Mencegah infeksi sekunder


Tujuan b. Mengurangi evaporasi
c. Menghindari trauma pada lesi
Kebijakan -
Persiapan alat :
a. Kamar yang telah di fogging
b. Bed adjustable
c. Linen dan kimono steril
d. Perlak
e. Masker
f. Tali sungkup
g. Kain sungkup

Persiapan pasien :
a. Pasien dalam keadaan tidak memakai baju
b. Posisikan pasien dengan aman dan nyaman

Persiapan Bidan :
a. Siapkan alat
b. Cuci tangan

Penatalaksanaan :
1. Berikan salam, panggil nama pasien atau keluarga dengan nama
Prosedur yang disukainya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada pasien atau
keluarga
3. Beri kesempatan pada pasien atau keluarga sebelum prosedur
tindakan dimulai
4. Menanyakan keluhan pada pasien atau keluarganya

Program Studi D IV Kebidanan Page 13


5. Siapkan kamar, pasang seprai pada kasur
6. Pasang perlak dan stik laken
7. Atur posisi pasien dengan aman dan nyaman
8. Pakaian pasien diganti dengan kimono
9. Pasang tali sungkup pada bed
10. Pasang kain sungkup diatas tali
11. Petugas dan keluarga yang kontak langsung dengan pasien harus
memakai masker
12. Anjurkan sementara tidak menerima tamu atau tamu tidak boleh
masuk
13. Lakukan perawatan secara septic
14. Evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan sesuai dengan tujuan
yang telah diharapkan
15. Bei penghargaan positif pada pasien
16. Mengakhiri hubungan dengan baik
17. Cuci tangan

Latihan Siswa
1. Jelaskan istilah dalam PI!
2. Jelaskan cara pemprosesan alat!
3. Jelaskan pengelolaan sampah / limbah infeksius!

Program Studi D IV Kebidanan Page 14

Anda mungkin juga menyukai