MODUL 1
PENCEGAHAN INFEKSI
CAPAIAN PEMBELAJARAN
DAFTAR ISI
Istilah dalam PI 2
Kewaspadaan Universal 3
Pemprosesan Alat 4
Pengelolaan Sampah / Limbah Infeksius 5
HAND OUT
Referensi :
MATERI
1.1 Istilah dalam PI
a) Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme dari klien, dan tenaga
kesehatan, pengunjung dan masyarakat.
b) Beberapa istilah yang digunakan untuk mencegah infeksi:
Asepsis atau teknik aseptik adalah istilah umum yang biasa digunakan
dalam pelayanaan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan
semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme
ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Teknik
aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan
penolong persalinan dengan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan
seluruh (eradikasi) mikroorganisme pada kulit, jaringan dan
instrumen/peralatan hingga tingkat yang aman
Limbah RS tentu berbeda dengan limbah rumah tangga, dan harus dikelola
berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Kemenkes RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004. Pengelolaan Rumah Sakit atau sampah medis yang
paling aman bertujuan untuk mengurangi atau mencegah tertularnya penyakit. Hal ini
dimulai dengan menempatkan sampah medis pada tempat tersendiri dan ditutup
rapat.
Adapun secara lebih rinci pengelolaan limbah rumah sakit perlu memperhatikan
beberapa hal sesuai jenis limbah yang ada, yaitu:
Limbah Rumah Sakit padat yang terdiri dari limbah padat medis dan non medis.
Adapun Limbah padat medis terdiri dari beberapa macam yang diantaranya:
Limbah infeksius dan limbah patologi, disimpan pada tempat sampah dengan
plastik berwarna kuning.
Limbah farmasi (obat kadaluarsa), disimpan pada tempat sampah dengan
plastik berwarna coklat.
Limbah sitotoksis adalah limbah yang berasal dari sisa obat kemoterapi yang
harus disimpan pada tempat sampah dengan plastik berwarna ungu.
Limbah medis padat tajam seperti jarum suntik, pecahan gelas, pipet dan
berbagai macam peralatan medis disimpan dalam safety box atau container.
Limbah padat non medis terdiri dari sisa-sisa aktifitas di dapur, kegiatan
perkantoran atau aktifitas lain dari pasien atau pengunjung rumah sakit disimpan
pada tempat sampah dengan plastik berwarna hitam yang harus dikosongkan dan
dibersihkan dalam waktu kurang dari 1 X 24 jam.
Limbah Rumah Sakit berbentuk cair, pengelolaannya dilakukan oleh rumah sakit
melalui IPAL (instalansi Pengolahan Air Limbah). Adapun saluran yang digunakan
untuk limbah cair harus tertutup, kedap air dan limbah cair tersebut harus bisa
mengalir dengan lancar dan terpisah dari saluran air hujan. Limbah medis cair bisa
berasal dari buangan kamar mandi termasuk tinja yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme berbahaya dari pasien rumah sakit. Namun khusus untuk limbah cair
dari aktifitas lab dan radiologi tidak dimasukkan IPAL namun dikelola pihak ke tiga
yang bekerja sama dengan rumah sakit.
Limbah Rumah Sakit berbentuk gas, bisa berasal dari pembakaran di rumah sakit
seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat
citotoksik. Untuk mengurangi resiko berbahaya dari limbah gas bisa dilakukan
dengan melakukan penghijauan dengan menanam banyak pohon disekitar
lingkungan rumah sakit sehingga memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap
debu.
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit atau limbah medis harus berdasarkan beberapa
prinsip dasar yang diantaranya adalah:
Limbah Rumah Sakit dikemas dengan baik dan dipisahkan sesuai jenisnya.
Kemasan Limbah Rumah Sakit harus dapat terjaga dengan baik, tertutup dan
terhindar dari hal-hal yang bisa merusak kontainer atau merobek kemasan
Limbah Rumah Sakit.
Menghindari kontak fisik secara langsung dengan limbah, dan saat
membuangnya sebaiknya mengunakan beberapa perlengkapan seperti
topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron, pelindung kaki/
sepatu boot dan yang paling utama adalah menggunakan sarung tangan
khusus.
Pengertian Membersihkan tangan dari seluruh kotoran dimulai dari ujung jari
sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.
a. Membebaskan tangan dari kuman dan mencegah kontaminasi
b. Memindahkan angka maksimum kulit dari kemungkinan
adanya organisme pathogen
c. Mencegah atau mengurangi peristiwa infeksi
Tujuan d. Memelihara tekstur dan integritas kulit tangan dengan tepat
Sebagai perlindungan terhadap tenaga medis maupun pasien dari
Kebijakan infeksi
Persiapan alat :
a. Wastafel / air mengalir
b. Sabun biasa / antiseptik
Prosedur kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan (air mengalir). Air
Prosedur mengalir membantu menyingkirkan mikroorganisme
2. Singsingkan lengan baju seragam yang panjang diatas
pergelangan tangan anda. Memberikan akses ke jari-jari, tangan
dan lengan
3. Lepaskan perhiasan dan jam tangan. Menggunakan cincin dapat
meningkatkan mikroorganisme pada tangan (Meeker, Rothrock,
1995)
4. Periksa adanya luka atau abrasi pada lengan dan jari. Area
inflamasi atau luka pada kulit dapat menjadi tempat
mikroorganisme
5. Basahi kedua tangan sampai ke siku dengan air yang mengalir.
Jaga tangan dan lengan bawah berada lebih rendah dari siku
selama prosedur dilakukan. Tangan menjadi bagian yang paling
Prosedur kerja :
1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian di singsingkan
2. Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka
3. Cuci tangan
4. Buka pembungkus bagian dari luar kemasan sarung tangan
dengan memisahkan sisi-sisinya
Prosedur 5. Jaga agar sarung tangan tetap diatas permukaan bagian dalam
pembungkus
6. Identifikasi sarung tangan kiri dan kanan, gunakan sarung tangan
pada tangan yang dominan terlebih dahulu
7. Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tangan yang non dominan
pegang tepi mancet sarung tangan untuk menggunakan sarung
tangan dominan
8. Dengan tangan yang dominan dan bersarung tangan selipkan jari-
jari ke dalam mancet sarung tangan kedua
9. Kenakan sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan
10. Jangan biarkan jari-jari tangan yang sudah bersarung tangan
menyentuh setiap bagian atau benda yang terbuka
11. Setelah sarung tangan kedua digunakan mancet biasanya akan
penatalaksanaan :
1. Memakai sarung tangan (Lihat SOP Memakai dan Melepas
Handscoen)
2. Menyiapkan bak perendaman yang di isi dengan larutan klorin
0,5% dengan cara:
Mencampur 1 sdm kaporit dengan I liter air
Mengaduk larutan sampai terlarut
Memasukkan alkes atau alat lab yang sudah terpakai dan
bisa digunakan lagi ke dalam bak
4. Sterilisasi Alat
penatalaksanaan :
1. Cuci tangan sesuai protap
2. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
3. Lakukan DTT dengan cara merendam dengan larutan klorin
0,5% selama 10-15 menit
4. Cuci sampai alat bersih
5. Pisahkan alat golongan kritis dan semi kritis, alat yang semi
kritis di desinfektan dengan alcohol 70%, sedangkan alat yang
kritis dibungkus dengan alumunium foil
6. Tempatkan alat kritis yang telah dibungkus yang ditaruh di
neer bekken kemudian masukkan kedalam sterilisator pada
rak bawah, kemudian alat yang tidak dibungkus (semi kritis)
diletakkan pada rak bagian atas agar tidak rusak
7. Atur suhu dan waktunya sesuai dengan yang diinginkan bila 1
jam untuk 180°c dan 2 jam 160°c. setelah dingin alat dapat
diambil dengan korentang yang steril
8. Power supply dimatikan
9. Setelah dingin alat diambil dengan korentang yang steril
10. Kemudian dibungkus dengan kain linen, masukkan dalam
kotak alat atau wadah steril dan diberi formalin
11. Rapikan alat dan bahan yang sudah digunakan
12. Simpan kembali alat dan bahan yang digunakan untuk
sterilisasi
13. Lepaskan APD
14. Cuci tangan
Persiapan pasien :
a. Pasien dalam keadaan tidak memakai baju
b. Posisikan pasien dengan aman dan nyaman
Persiapan Bidan :
a. Siapkan alat
b. Cuci tangan
Penatalaksanaan :
1. Berikan salam, panggil nama pasien atau keluarga dengan nama
Prosedur yang disukainya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada pasien atau
keluarga
3. Beri kesempatan pada pasien atau keluarga sebelum prosedur
tindakan dimulai
4. Menanyakan keluhan pada pasien atau keluarganya
Latihan Siswa
1. Jelaskan istilah dalam PI!
2. Jelaskan cara pemprosesan alat!
3. Jelaskan pengelolaan sampah / limbah infeksius!