Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Hasil
Berdasarkan hasil analisa dan pengolahan data dari praktikum yang telah
dilakukan, didapatkan hasil berat gliserol, kadar ALB dan Yield untuk setiap
variable waktunya, yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Data hasil percobaan reaksi transesterifikasi dengan variasi suhu.
Gliserol Metil Ester
No Suhu (oC) ALB (%) Yield (%)
(Gr) (Gr)
1. 50 21,67 73,02 0,31 58,18
2. 60 47,55 52,46 0,55 41,76
3. 70 52,79 49,48 0,63 39,45
Catatan : Ratio antara metanol dengan minyak adalah 6:1
Berdasarkan perhitungan neraca massa yang telah dilakukan, hasil yang
didapatkan berupa data berat reaktan sisa dan katalis setalah reaksi berlangsung
yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Data hasil perhitungan komponen reaktan sisa
Trigliserida (Gr) Metanol + KOH (Gr)
Suhu Sisa
No.
(oC) Awal setelah Awal Sisa setelah reaksi
reaksi
1. 50 100,3 3,66 23,3 13,573
2. 60 100,3 0,74 23,3 11,99
3. 70 100,01 1,774 23,3 10,693

4.2. Pembahasan
Pada Tabel 4.1 menunjukan bahwa kadar ALB pada suhu 50oC adalah
0,31%. Sedangkan kadar ALB pada suhu 60oC adalah 0,55%, sementara itu kadar
ALB pada suhu 70oC adalah 0,63oC dimana nilai ini lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan ALB minyak goreng yaitu 0,55%. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan (Wahyuni, 2015, Vol 6), Waktu pengendapan metil ester
mempengaruhi bilangan asam. Ketika pengendapan yang lebih lama, diduga
tingkat oksidasi pada proses dua tahap lebih tinggi dari pada proses satu tahap.
Hal ini mengakibatkan bilangan asam menjadi lebih tinggi.
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam lemak
bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Reaksi ini akan
dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim).
Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak
bebas yang terbentuk.
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat yield yang dihasilkan untuk setiap variasi suhu
adalah 58,18%, 41,76%, dan 39,45% berturut-turut. Yield yang didapat
mengalami penurunan seiring dengan kenaikan suhu. Dimana seharusnya terjadi
kenaikan suhu maka akan terjadi peningkatan nilai yield. Berdasarkan penelitian
(Asri, 2017, Vol 07), Ketidaksesuaian ini diduga karena masih terdapat
kandungan air pada trigliserida hasil esterifikasi minyak. Kandungan air yang
terdapat pada trigliserida minyak dapat bereaksi dengan katalis yang digunakan
pada proses transesterifikasi sehingga dapat mempengaruhi jumlah katalis. Selain
itu rendemen biodiesel juga dapat dipengaruhi oleh rasio molar antara trigliserida
dan alkohol, jenis katalis yang digunakan, jenis alkohol yang digunakan, lama
reaksi, kandungan air, kandungan asam lemak bebas dan kandungan sabun.
Hubungan suhu dengan yield yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.1
dibawah ini.

70
60
50
yield (%)

40 y = -0.9365x + 102.65
R = 0.8409
30
20
10
0
0 20 40 60 80
Suhu (oC)

Gambar 4.1 Grafik hubungan suhu dengan yield


Berdasarkan grafik diatas, suhu yang menghasilkan yield biodiesel
tertinggi adalah 50oC dengan nilai yield 58,18%. Dan suhu yang menghasilkan
yield terendah adalah 70oC dengan nilai yield 39,45%.

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat berat gliserol yang dihasilkan untuk variasi
suhu 50oC, 60oC, 70oC sebesar 21,67 gr, 47,55 gr, 52,79 gr berturut-turut. Data
tersebut dapat digambarkan dengan sebuah grafik pada Gambar 4.2 dibawah ini.

Gambar 4.2 Grafik hubungan suhu dengan berat gliserol


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa berat gliserol meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu. Suhu 70oC merupakan suhu optimum menghasilkan
jumlah gliserol terbanyak yaitu 52,79 gr. Berdasarkan penelitian (Wahyuni, 2015,
Vol 6) Semakin tinggi suhu menyebabkan gerakan molekul semakin cepat atau
energi kinetik yang dimiliki molekul-molekul pereaksi semakin besar sehingga
tumbukan antara molekul pereaksi juga meningkat. Hal ini yang menyebabkan
jumlah gliserol meningkat setiap suhu dinaikan, karena pada saat suhu dinaikan,
tumbukan antar pereaksi meningkat sehingga mempercepat reaksi
transesterifikasi.
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa setelah reaksi selesai, terdapat reaktan
yang bersisa dan juga katalis. Jumlah trigliserida sisa pada bagian produk
mengalami fluktuasi seiring meningkatnya suhu. Terjadinya fluktuasi pada
trigliserida produk akibat kurang teliti dalam mengontrol dan menjaga suhu pada
saat proses pengadukan berlangsung.
Jumlah metanol sisa juga mengalami fluktuasi. Terjadinya fluktuasi pada
jumlah metanol produk akibat kurang teliti dalam mengontrol dan menjaga suhu
pada saat proses pengadukan berlangsung.
Jumlah KOH produk setelah reaksi mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya suhu, hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi suhu maka
semakin cepat partikel-partikel reaksi bertumbuk.

Anda mungkin juga menyukai