BAB II
PEMBAHASAN
memberi ASI yang cukup kepada anaknya hingga usia 2 tahun. Allah SWT
berfirman:
Artinya: Seorang ibu mengandung anak dan menyapih (memberikan air
susu) kepada anaknya selama 30 bulan (Q.S. Ahqaf: 15).
Dalam ayat diatas disebutkan masa 30 bulan diperlukan seorang ibu dalam
mengandung anak dan menyusuinya. Ayat ini juga bisa digunakan untuk
menyelesaikan perselisihan diantara suami istri jika ternyata seorang istri
melahirkan pada usia kandungan 6 bulan sejak pertama kali berhubungan
intim, dalam keadaan seperti ini seorang suami tidak boleh menuduh istrinya
telah berhubungan intim sebelumnya dengan orang lain, karena usia
kandungan 6 bulan tersebut diakui keberadaannya didalam agama islam.
b. Makanan yang cukup
Disamping ASI seorang anak membutuhkan makanan tambahan seiring
dengan bertambahnya usia. Orang tua harus menyediakan makanan yang
cukup dan bergizi supaya anak-anak tumbuh sehat dan cerdas. Dalam
masalah nafkah islam memberika tanggung jawab tersebut kepada suami
sebagai pemimpin dalam rumah tangga, firman Allah SWT:
Artinya: ayah harus memberikan kepada mereka nafkah dan pakaian dengan
maruf (Q.S Al Baqarah 233).
Dalam ayat ini terkesan bahwa seorang suami harus memberikan
kepada istrinya, tetapi sebenarnya secara tersirat dapat dikatakan bahwa
memberikan nafkah kepada istri pasti juga akan ikut dimakan oleh anak
terutama yang masih bayi. Maruf dalam ayat diatas berarti layak dan sesuai
dengan kemampuan, jika seorang ayah mempunyai kemampuan dibidang
ekonomi maka ia harus memberikan nafkah berupa makanan kepada anaknya
dengan standar yang sesuai dengan penghasilannya, demikian juga dengan
yang miskin, akan memberikan nafkah sesuai kemampuannya.
c. Pakaian yang layak
Disamping makanan, seorang anak juga membutuhkan perlengkapan
sehari-hari seperti pakaian yang layak dan bersih. Masa bayi merupakan masa
rentan terhadap berbagai penyakit, menyediakan pakaian yang layak dan
menjaga kesehatan pakaian yang digunakan bayi sangat penting dalam
menjaga kesehatan anak tersebut, dalam hal ini al Quran telah mewajibkan
orang tua supaya memberikan pakaian kepada anaknya dengan cara yang
baik (maruf).
6
[]
Artinya: Hadis diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata: Telah lahir anak saya
lalu saya bawa kepada Nabi saw, maka diberinya nama Ibrahim lalu diusap
langit-langit mulutnya dengan kurma dan didoakan dengan barokah .(HR
Bukhari).
Mohonkanlah perlindungan sebagaimana doa Nabi Ibrahim:
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis al-Bukhari dari Ibnu Abbas:
[]
Artinya: Adalah Nabi saw memohon perlindungan bagi Hasan dan Husen
dan bersabda: Sesungguhnya Nabi Ibrahim memohon perlindungan bagi
Ismail dan Ishaq (dengan membaca doa): Aku berlindung dengan firman
7
Allah yang sempurna dari segala syetan, gangguan dan penggoda yang
jahat. [HR. al-Bukhari]
Kedua, doa memohon perlindungan dari godaan setan. Salah satu contohnya
adalah doa yang dipraktekkan oleh istri Imran, ibunya Maryam. Allah
menceritakan kejadian ketika istri Imran melahirkan Maryam:
Tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata:
Baihaqi berkata setelah dua hadits tersebut : dalam sanad keduanya terdapat
kelemahan].
Hadist tersebut menjadi pijakan bagi Ibn Al Qayyim dalam Tuhfat Al
Maulud fi Ahkam Al Maulud, dalam anjuran mengadzani telinga kanan bayi,
dan iqamah di telinga kiri.
Kemudian Ibn Al Qayyim rahimahullah menjelaskan hikmah dari adzan ini,
beliau berkata :
Rahasia mengadzani bayi wallahu alam- adalah sebagai awal bacaan
yang didengar oleh manusia, yaitu kalimat adzan, yang mengandung kebesaran,
keagungan Rabb, dan syahadat yang pertama kali memasukkannya dalam Islam.
Ibarat talqin sebagai syiar Islam ketika memasuki dunia, dan talqin kalimat
tauhid pula ketika keluar dari dunia. Dan tidak dipungkiri bahwa adzan akan
sampai di hati, dan memberikan pengaruh baginya, walaupun tanpa disadari.
Adapun faidah lainnya : yaitu larinya syaithan, yang dengan takdir Allah dan
kehendakNya akan membersamainya. Maka syaithan akan mendengar sesuatu
yang membuatnya lemah dan membuatnya marah sejak pertama kali
membersamainya.
Makna lainnya adalah agar seruan kepada Allah, kepada agama Islam dan
ibadah, mendahului dari seruannya syaithan. Sebagaimana telah Allah jadikan ia
diatas fitrah, yang manusia berada di atas fitrah tersebut, dan (fitrah itu) lebih
dahulu ada sebelum syaithan mengupayakan perubahan pada diri anak tersebut,
dan juga hikmah-hikmah lainnya.
Pada dasarnya bacaan azan iqamat dan bacaan isti'adzah berisi kalimat-
kalimat Allah yang ketika itu dibacakan kepada bayi menjadi awalan yang baik
untuk mengetuk "kesadaran" komunikasinya. Perbedaannya tuntunan isti'adzah
didukung oleh ayat al-Quran dan hadis yang shaih sedangkan tuntunan adzan
iqamat itu problematik.
Hadis yang membicarakan tentang azan di telinga bayi yang baru lahir adalah
Hadis riwayat at-Turmudzi:
[]
Artinya: Dari Asim bin Ubaidillah dari Ubaidillah bin Abi Rafi dari
ayahnya, ia berkata: Saya melihat Rasulullah saw melakukan azan pada telinga
Hasan ketika ia baru dilahirkan oleh Fatimah. [HR. at-Turmudzi]
Di kalangan ulama hadis, seperti Yahya bin Main menilai Ubaidillah itu lemah.
Al-bukhari menilai hadis itu munkar, sedangkan Muhammad bin Saad
mengatakan tidak berhujjah dengan hadis tersebut. Atas dasar ini
Muhammadiyah dalam ketetapan tarjihnya tidak mengamalkan hadis tentang
azan di telinga bayi yang baru dilahirkan. Adapun yang diamalkan
Muhammadiyah adalah sebagaimana yang tertuang dalam Himpunan Keputusan
Tarjih (HPT), cetakan 2, halaman 337 sebagai berikut:
a. Apabila bayimu lahir, maka bersihkanlah lalu usap langit-langit mulutnya
dengan kurma atau sesamanya.
[]
Artinya: Hadis diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata: Telah lahir
anak saya lalu saya bawa kepada Nabi saw, maka diberinya nama
Ibrahim lalu diusap langit-langit mulutnya dengan kurma dan didoakan
dengan barokah . (HR Bukhari).
Juga hadis dari Aisyah:
]
Artinya: Bahwasanya Rasulullah saw adakalanya kedatangan orang-
orang yang membawa bayi-bayi, maka didoakan dengan barokah dan
dibersihkan langit-langit mulutnya . [HR. Muslim]
b. Doakan semoga mendapat barokah.
[]
10
Artinya: Hadis diriwayatkan dari Abu Darda, ia berkata bahwasanya
Rasulullah saw bersabda: Kamu akan dipanggil kelak di hari Qiyamat,
nama-namamu dan nama-nama orang tuamu, maka baguskanlah nama-
namamu.
Dalam hadis yang bersumber dari Anas ra disebutkan bahwa Rasulullah saw
bersabda:
) (
Artinya: Telah lahir anak laki-lakiku semalam, maka kuberi nama dengan
nama kakekku Ibrahim.(HR Muslim).
Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama
dapat mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam al-Quran
disebutkan:
Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan
(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum
pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia. (QS Maryam:7) orang
bapak adalah memilih nama terbaik bagi anaknya, baikdari sisi lafadz dan
maknanya, sesuai dengan syari dan lisan arab.
Tata tertib pemberian nama seorang anak:
a) Disukai memberikan nama kepada seorang anak dengan dua suku kata,
misal Abdullah, Abdurrahman, Abdurrahman
11