Anda di halaman 1dari 19

Demam Berdarah Dengue pada Anak Umur 6 Tahun

Sebastian Ivan K

102014242

Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Dengue ialah suatu infeksi Arbovirus. Arbovirus adalah singkatan dari arthropod-borne
viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropoda, misalnya nyamuk, sengkerit
atau lalat.
Demam Berdarah Dengue merupakan sebuah penyakit yang diakibatkan oleh hospes
nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini umumnya terjadi di daerah tropis dimana pada lingkungan
ini hospes umumnya tumbuh dan berkembang biak. Penyakit ini dapat menyerang setiap orang
tanpa mengenal batas usia dan dapat terjangkit kembali pada orang yang sebelumnya telah
menderita penyakit ini.
Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang (infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap infeksi oleh serotipe lain). Sabin adalah
orang pertama yang berhasil mengisolasi virus dengue.

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesa
selalu didahului dengan pengambilan data identitas pasien secara lengkap kemudian diikuti
dengan keluhan utama dan selanjutnya baru ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang

1
dikeluarkannya, kemudian ditanyakan riwayat penyakit dahulu, dan riwayat kesehatan dan
penyakit dalam keluarga.

a. Identitas
Menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi (misalnya pasien,
keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.
b. Keluhan Utama
Pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, waktu termasuk
kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat penyakitnya membaik,
memburuk, tetap, apakah keluhan konstan, intermitten. Informasi harus dalam susunan
yang kronologis, termasuk test diagnostik yang dilakukan sebelum kunjungan pasien.
Riwayat penyakit dan pemeriksaan apakah ada demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis.
d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Pernahkah pasien sebelumnya dirawat di rumah sakit atau mengalami penyakit lain .
e. Riwayat Keluarga
Umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada anggota
keluarga.
f. Riwayat psychosocial (sosial)
Stressor (lingkungan kerja atau sekolah, tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup
(makan makanan sembarangan).

Kemungkinan pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut :


1. Jenis demam yang dialami. Apakah demamnya menetap atau naik-turun secara
tiba-tiba. Seperti yang diketahui kurva suhu pada demam berdarah ialah bifasik.
2. Apabila pasien datang dengan suhu tubuh yang menurun, tanyakan apakah saat
panas ia mengalami ruam (kemerah-merahan) pada kulit dan apakah ruam itu
hilang pada saat suhu tubuhnya turun. Selain ruam juga dapat timbul bintik pada
tempat tersebut.
3. Apakah pasien mengalami myalgia (nyeri pada otot), terutama nyeri pada otot
perut dan matanya.

2
4. Apakah pasien mengalami gambaran klinis lain seperti sakit kepala yang
menyeluruh, mual ataupun muntah.
5. Apakah pasien pernah melakukan perjalanan ke tempat endemik penyakit
demam berdarah dalam kurun waktu masa inkubasi demam berdarah (5-8 hari).1

Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-Tanda Vital
Suhu
Untuk mengukur suhu tubuh, digunakan termometer demam. Tempat
pengukuran suhu meliputi rektum (2-5 menit), mulut (10 menit) dan aksia (15
menit). Suhu tubuh normal adalah 36-37C. Pada pagi hari suhu mendekati
36C, sedangkan pada sore hari mendekati 37C. Pengukuran suhu direktum
juga akan lebih tinggi 0,5-1C, dibandingkan suhu mulut, suhu mulut 0,5c
lebih tinggi dibandingkan suhu aksila. Pada keadaan demam, suhu akan
meninggi, sehingga suhu dapat dianggap sebagai termostat keadaan pasien.
Suhu merupakan indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan demam tidak
cukup hanya memberikan antipiretika, tetapi harus dicari apa etiologinya dan
bagaimana menghilangkan etiologi tersebut.
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami demam
tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.4

Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter, yaitu dengan
cara melingkarkan manset pada lengan kanan 1 cm diatas fossa kubiti
anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil meraba denyut A.
Radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik, kemudian tekanan
di turunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop pada fossa kubiti
anterior di atas A. Brakialis atau sambil melakukan palpasi pada A. Brakialis
atau A. Radialis. Dengan cara palpasi, hanya akan diadakan tekanan sistolik aja.
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut nadi korotkov.
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami tekanan
darah menurun (tekanan sistole menurun sampai 80 mmHg atau kurang).

3
Nadi
Pemeriksaan nadi biasanya dilakukan dengan melakukan palpasi A.
Radialis. Bila dianggap perlu, dapat juga dilakukan di tempat lain, misalnya A.
Brakialis di fosa kubiti, A.femoralis di fosa inguinalis, A. Poplitea di fossa
poplitea atau A. Dorsaluis pedis di dorsum pedis. Pada pemeriksaan nadi, perlu
diperhatikan frekuensi denyut nadi, irama nadi, isi nadi, kualitas nadi dan
dinding arteri.
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami renjatan
yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun (menjadi 20
mmHg atau kurang).

b. Palpasi pada paru dan hepar. Karena pada kasus DBD, sering sekali di jumpai
pembesaran hati. Pada paru di lakukan fremitus taktil dan melakukan perkusi.

c. Tes Tourniquet
Uji tourniquet merupakan tes yang sederhana untukm elihat gangguan pada
vaskuler maupun trombosit. Tes ini akan positif bila ada gangguan pada
vaskuler maupun trombosit. Di daerah endemis, uji
tourniquet merupakan pemeriksaan penunjang presumtif bagi diagnosis DBD
apabila dilakukan pada anak yangmenderita demam lebih dari 2 hari tanpa sebab
yang jelas. Sebagian orang mungkin menunjukkan hasil positif tergantung pada tekstur,
ketipisan, dan suhu kulit, sehingga uji touniquet ini bukan merupakan satu-satunya
pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis DBD. Untuk
memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah. Prinsip yang
digunakan dalam uji torniquet adalah dimana terhadap kapiler diciptakan suasanan
anoksia dengan jalan membendung aliran darah vena. Anoksia merupakan ketiadaan
penyediaan oksigen ke jaringan meskipun perfusi darah ke jaringan adekuat. Suasana
anoksia dan penambahan tekanan internal akan memperlihatkan kemampuan
ketahanan kapiler. Jika ketahan kapiler turun akan timbul petekie di kulit. Alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam uji tourniquet adalah : tensimeter, stetoskop, timer.
Langkah-langkah dalam melakukan uji tourniquet adalah sebagai
berikut : P a s a n g m a n s e t p a d a l e n g a n a t a s ( u k u r a n m a n s e t s e s u a i k a n
d e n g a n u m u r anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas) kemudian pompa
tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik (pada saat kontraksi ) dan tekanan
4
diastolik (pada saat relaksasi). Kemudian ambil rata-rata antara tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik
dan diastolik (rata-rata kedua tekanan tersebut) selama 5 menit. Kemudian baca
hasilnya pada volar lengan bawah kira-kira 4 cm dibawah lipat siku dengan penampang
5 cm, apakah timbul petekie sebagai tanda perdarahan.
N i l a i r u j u k a n y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e n e n t u k a n h a s i l u j i tourniquet
sebagai berikut : Abnormal (+) > 20 petekie ; Normal (-) < 10 petekie ; Dubia (Ragu-
ragu) 10-20 petekie.2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka


demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit,
jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif
disertai gambaran limfosit plasma biru.

Parameter laboratorium yang dapat diperiksa:


a. Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif
(> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
b. Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 -8 akibat depresi sumsum
tulang.
c. Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit
20% dari hematokrit awal. Sering ditemukan mulai hari ke-3.
d. Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

5
e. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan anti-dengue IgG, IgM.
IgM
Terdetaksi mulai hari ke 3-5, menigkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari.
IgG
Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.
f. Uji HI
Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. 3

Diagnosis Kerja
Pada infeksi dengue primer dan sekunder, ada kemunculan antibodi IgM
antidengue yang relatif sementara. Antibodi ini menghilang pada 6 -12 minggu dan
dapat digunakan untuk menentukan saat infeksi dengue. Pada infeksi dengue sekunder,
kebanyakan antibodi adalah dari kelas IgG. Uji hemaglutinasi inhibisi (HI)
menunjukkan kenaikan titer cepat atau tetap tinggi (1: 640 atau lebih besar) pada
serum.
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
- Uji bendung positif
- Ptekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, tersering epitaksis atau perdarahan dari tempat lain.
- Hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit<100.000/l).
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma
sebagai berikut: peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin.
5. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
6. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites dan hipoproteinemia. 4

6
Spektrum
Manifestasi Klinis
Klinis
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi
DD perdarahan, dan leucopenia.
Dapat disertai trombositopenia.
Hari ke-3-5 fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
Uji torniquet positif.
Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.
DBD Hepatomegali.
Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke
rongga peritoneal.
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
Hari ke 3-5 fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok
Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
Gejala syok :
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
DSS Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
Akral dingin, capillary refill turun.
Diuresis turun, hingga anuria.

7
Derajat penyakit demam berdarah dengue:5
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji
torniquet positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain (gusi berdarah,
perdarahan gastrointestinal, epistaksis).
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun
(<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi
gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.
DHF : derajat I-II
DSS : derajat III-IV

Diagnosis Banding 4
Penyakit Gejala Klinik Pem. Fisik
Tipoid Minggu 1 : demam, nyeri Suhu badan meningkat, sifat demam
kepala, pusing, nyeri otot, adalah meningkat perlahan-lahan dan
anoreksia, mual, muntah, terutama pada sore hingga malam
obstipasi/diare, perasaan tidak hari.
enak di perut, batuk dan Anemia ringan, trombositopenia.
epistaksis. Hepatosplenomegali.
Minggu 2 : demam, bradikardi
relatif, lidah kotor ditengah tapi
dan ujung merah tremor,
hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gangguan
kesadaaran berupa somnolen
sampai koma.
Malaria Trias malaria : Splenomegali, hepatomegali,
1. Periode dingin anemia, ikterus, asites.
Sekitar 15-60 menit,
menggigil, gigi

8
gemetaran, diikuti
peningkatan temperature.
2. Periode panas
Penderita muka merah,
nadi cepat, panas badan
tetapi tinggi beberapa
jam, diikuti keadaan
berkeringat.
3. Periode berkeringat
Penderita berkeringat
banyak, temperature
turun, penderita merasa
sehat.
ISPA Rhinitis : Pneumonia berat :
Sering pada usia < 2 tahun Ditandai secara klinis oleh adanya
disebut common cold, 30-50% tarikan dinding dada kedalam.
rawat jalan, demam, rewel, Pneumonia :
bersin, kongesti hidung, kadang Ditandai secara klinis oleh adanya
disertai batuk, diare dan napas cepat.
muntah. Pada anak yang lebih Bukan pneumonia :
besar : iritasi hidung/faring, Ditandai secara klinis oleh batuk
bersin, hidung tersumbat, batuk, pilek, bisa disertai demam, tanpa
nyeri kepala dan anoreksia. tarikan dinding dada kedalam, tanpa
Faringitis : napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
Jarang pada anak usia , 1 tahun, dan tonsilitis tergolong bukan
sering usia 4-7 tahun. Gejalanya pneumonia.
: demam, serak, batu, rinithis,
nyeri tenggorokan, kadang ada
eksudat pada tonsil, faring
hiperemis. Gejala faringitis
bakterialis : akut, mual demam,
sakit tenggorokan, faring

9
hiperemis, ada eksudat, KGB
leher bengkak, ruam.
Laringitis :
Kelomopk yang dikenal dengan
istilah croup (batuk keras
sekali). Gejala : barking
cough, serak, stridor
isnspirator.
Campak Demam tinggi, bintik putih pada Ruam (bercak-bercak 7 hari) dimulai
bagian dalam pipi sebelah depan sekitar dahi (sekitar garis
gigi geraham, mata merah dan rambut), belakang
berair, tenggorokan sakit, pilek, telinga, dan leher bagian atas sebagai
batuk kering. Terkadang jika erupsi makulopapular merah.
penderitanya anak-anak akan Dengan timbulnya ruam, gejala-
terjadi muntah-muntah, diare, gejala mulai mereda.
bintik di belakang telinga.

Chikungunya

Virus Chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari family
togaviridae. Virus ini menyebabkan gejala penyakit mirip dengue. Virus Chikungunya ini
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty dan Aedes africanus. Chikungunya tersebar di daerah
tropis dan sub tropis yang berpenduduk padat seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara. Masa
inkubasi Chikungunya ialah 1-6 hari. Virus ini masuk melalui gigitan nyamuk pada manusia
lalu menimbulkan gejala awal berupa demam mendadak, kemudian diikuti munculnya ruam
kulit dan limfadenopati, atralgia, myalgia, atau arthritis yang merupakan tanda khas
Chikungunya. Penderita merasakan ngilu bila berjalan karena serangan pada sendi-sendi.
Pendarahan jarang terjadi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya antibodi IgM dan IgG
dalam darah.5

Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Falvivirus merupakan virus dengan
diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal denga berat molekul 4x106.

10
Terdapat 4 serotype virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan DD atau DBD. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-
3 merupatak serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan
Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encehphalitis dan West Nile virus.

Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus,
kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survei epidemilogi pada hewan ternak didapatkan
atibody terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada artropoda
menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan
Toxorhynchites.

Epidemiologi

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibis.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebarah di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.5

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi
air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue
yaitu: 1). vektor: perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2). pejamu : terdapatnya
penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin; 3). lingkungan ; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.3

Meningkatnya kasus DBD berkaitan erat dgn :


1. Urbanisasi.
2. Ditemukan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor.
3. Masyarakat belum mendukung kebiasaan hidup bersih.
4. Letak geografi indonesia sebagai negara tropis, memungkinkan peningkatan
populasi nyamuk Aedes aegypti.

11
5. Pengetahuan masyarakat tentang DBD kurang, sehingga upaya penanggulangan
dan pencegahan tidak dapat dilaksanakan secara tuntas.

Patofisilogis

Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih di perdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.

Gambar 1. Manifestasi infeksi virus dengue .5

Respons imun yang diketahui berperan delam patogenesis DBD adalah: a), respons
humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis
yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus
dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis
ini disebut anti-body dependent enhancement (ADE); b), limfosit T baik T-helper (CD4) dan
T- sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T
helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2
memproduksi IL-4, IL-5, I dan IL-10; c), monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis
virus dengan optonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan penigkatan
replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag; d). Selain itu aktivasi komplemen oleh
kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.5

12
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang
menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang
berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi amnestik antibodi sehingga mengakibatkan
konsentrasi kompleks imun yang tinggi.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain;
menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis
kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus be replikasi di makrofag. Terjadinya
infeksi makrofag oleh virus dengue menyababkan aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga
diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit
sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1, PAF9platelet activating
factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi
melalui kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks
virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1), Supresi sumsum
tulang, dan 2). destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang
pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan keadaan hiposelular dan supresi megakariosit.
Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk
megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin dalam darah saat terjadi trombositopenia justru
menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui
pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses
koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme
gangguan pelepasan ADP, penigkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan
petanda degrenulasi trombosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunju kan terjadinya
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktvasi
koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue
factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xia na mun tidak
melalui aktivasi kontak (kalikrein Cl-inhibitoh complex). 5

13
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi demam berdarah dengue diduga merupakan masa inkubasi
demam dengue. Perjalanannya khas pada anak yang sangat sakit. Fase pertama yang
relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala,
anoreksia dan batuk disertai sesudah 2-5 hari oleh deteriorasi klinis cepat dan kollaps.
Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan
panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel dan nyeri mid -epigastrik.
Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spotan mungkin
tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi vena adalah lazim.
Ruam makular atau makulopapular mungkin muncul, dan mungkin ada sianosis
sekeliling mulut dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah, cepat dan
kecil dan suara jantung halus. Hati makin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi kosta
dan biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10 % penderita menderita ekimosis
atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.
Sesudah 24-36 jam masa krisis, konvalensen cukup cepat pada anak yang
sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardi dan
ekstrasistol ventrikel lazim selama konvalensen. Jarang, ada cedera otak sisa yang
disebabkan oleh syok lama atau kadang-kadang karena pendarahan intrakranial. Strain
virus dengue 3 yang bersikulasi di daerah Asia Tenggara sejak tahun 1983 disertai
dengan terutama sindrom klinis berat, yang di tandai dengan ensefalopati,
hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok dan kadang -kadang ikterus.
Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang ssakit berat, infeksi
dengue skunder relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari infeksi yang
tidak jelas sampai penyakit saluran pernafasan atas yang tidak terdiferensiasi atau
penyakit seperti-dengue sampai penyakit yang serupa dengan penyakit yang diuraikan
sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas. 3

Gambar 4: Hubungan suhu tubuh dengan lamanya waktu demam

14
Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
3. Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan tetesan 20 cc / Kg BB
/ Jam diguyur, atau secara praktis : 1 1,5 liter di guyur (cor), selanjutnya 5 cc / Kg BB
/ Jam atau 50 cc / Kg BB / 24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan
cairan rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik
4. Keadaan klinis dimonitor : TD, Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu ( minimal 2 kali
sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu pada status), jumlah urine perjam
(sebaiknya 50 cc / jam).
5. Rasa haus dan dehidrasi timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah.
Penderita perlu di beri minum banyak, 1-2 liter dalam 24 jam, berupa air teh
dengan gula, sirup atau susu.
6. Pada beberapa penderita di beri gastroenteritis oral solution (oralit). Minuman
diberi peroral, bila perlu satu sendok makan setiap 3-5 menit.
7. Hiperpireksia (suhu 40C atau lebih) diatasi dengan a ntipiretik dan bila perlu
surfae cooling dengan memberikan kompres es dan alkohol 70%.
8. Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, seperti parasetamol
atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh 38,50 C dan Metoklopramide bila
terjadi muntah-muntah.
9. Kejang yang mungkin timbul diberantas dengan antikonvulsan. Anak yang
berumur lebih dari 1 tahun diberikan luminal 75 mg secara intramuskular. Bila
dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti pemberian luminal diulangi dengan
dosis 3 mg/kgBB. Anak yang di atas 1 tahun diberikan 50 mg dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital (pernafasan, jantung).
10. Pemberian intravenous fluid drip (IVFD) pada penderita tanpa renjatan
dilaksanakan apabila :
Penderita terus menerus muntah sehingga tidak mungkin diberikan
makanan peroral, sedangkan muntah-muntah itu mengancam terjadinya
dehidrasi dan asidosis.
Didapatkan nilai hematrokit yang cendrung terus meningkat.
11. Bila TD sistolik menurun 20 mmHg, atau Nadi 110 x / menit, atau tekanan nadi
(TD sistol TD diastol 20 mmHg), atau jumlah urine 40 cc / jam, pertanda adanya

15
kebocoran plasma (plasma leakage) tambahkan cairan infus guyur 5 cc / KgBB /
Jam sampai keadaan kembali stabil. Setelah Tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke
tetesan rumatan
12. Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi penurunan TD,
peningkatan Nadi, atau penurunan volume urine yang berlanjut, atau terjadi perdarahan
masif, atau penurunan kesadaran, perlu di periksa Hb, Ht, Trombosit. Penurunan jumlah
trombosit perlu dipantau secara laboratorium dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan
periksa Haemorrhagic test.
13. Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin memberat atau respons
pemberian cairan minimal, maka penderita dinyatakan untuk dirujuk (bila dirawat di
Puskesmas atau klinik atau rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih
intensif, kalau perlu di rawat di ICU.
14. Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang menyolok disertai
dengan tanda-tanda perdarahan masif. Bila terjadi perdarahan yang masif dengan
penurun kadar Hb dan Ht, segera beri tansfusi Whole blood.
15. Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan yang cukup sesuai
perhitungan, tanda-tanda perdarahan tidak nyata, dan pemantauan laboratorium tidak
menunjukkan perbaikan, maka pilihan kita adalah pemberian FFP (Fresh Frozen
Plasma) atau Plasma biasa.
16. Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan laboratorium pada fase penyembuhan.4

Pencegahan
Pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) sangat tergantung dengan pengendalian
pada vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis, maupun secara
kimiawi, seperti :
1. Lingkungan
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pada dasarnya merupakan pemberantasan
jentik atau mencegah agaar nyamuk tidak dapat lagi berkembang biak. Pada dasarnya
PSN ini dapat dilakukan dengan :
Menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu
sekali. Dikarenakan perkembangan telur nyamuk menetas sekitar 7-10 hari.
Menutup rapat tempat penampungan air. Supaya agar nyamu tidak
menggunakannya sebagai tempat berkembang biak.

16
Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya semunggu
sekali.
Membersihkan perkarangan atau halaman rumah dari barang-barang yang dapat
menampung air hujan. Karena berpotensi sebagai tempat berkembangnya jentik-
jentik nyamuk.
Menutup lubang-lubang pada pohon, terutama pohon bambu ditutup dengan
menggunakan tanah.
Membersihkan air yang tergenang diatap rumah juga dapat mencegah
berkembangnya nyamuk tersebut.
Pembersihan selokan disekitar rumah supaya air tidak tergenang.
2. Biologis
Pengendalian secara bioligis merupakan pengendalian perkembangan nyamuk
dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. Seperti pemeliharaan ikan
cupang pada kola/ sumur yang sudah tak terpakai atau menggunakan dengan bakteri Bt
H-14.
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah cara pengendalian serta pembasmian
nyamuk dan jentik dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Diantaranya adalah :
Pengasapan/togging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti dengan batas tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat yang sering menjadi
tempat penampungan air.
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan tindakan untuk memutus
mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan
antaranya dengan 3M. Yaitu : Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat-tempat yang
sering dijadikan perkembangbiakan nyamuk. Semoga dengan beberapa cara tersebut
dapat membantu anda dalam pencegahan demam berdarah serta pemberantasan sarang
nyamuk.6

Prognosis
Bila penanganan DBD dilakukan dengan manajemen medis yang baik yaitu
pemantau kadar trombosit dan hematokrit maka mortalitasnya dapat diturunkan dan
prognosisnya baik. Namun bila kebocoran plasma tidak terdeteksi secara dini dan
tidak dilakukan penanganan yang tepat sehingga jumlah trombosit <100.000/uL dan

17
hematokrit meningkat, maka harus mewaspadai terjadinya syok yang dapat berakhir
dengan prognosis yang buruk. 3

Kesimpulan
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk betina Aedes aegypti. Dibutuhkan berbagai
pemeriksaan untuk melakukan penegakan diagnosis. Penegakan diagnosis secara cepat
dan tepat tentunya akan membantu keberhasilan pengobatan DBD.

18
Daftar Pustaka
1. Makmun LH. Anamnesis . Edisi IV. Jilid I. Jakarta . Departemen ilmu penyakit
dalam FKUI. 2007. Hal 20-21.
2. Setiyohadi B dan Imam S. Pemeriksaan fisik umum. Edisi IV. Jilid I. Jakarta.
Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2007. Hal. 23-24.
3. Latief A, Partogi MN, Antonius P, Muhammad VG, Sukman TP. Ilmu kesehatan
anak FKUI. Jilid 2. Jakarta. Infomedika. 2007. Hal 607-621.
4. Suhendro, Leonard N, Khie C, Herdiman TP. Demam berdarah dengue. Edisi
IV. Jilid 2. Jakarta. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2007. Hal 1709 -
1713.
5. Wahab AS. Ilmu kesehatan anak (Nelson textbook of pediatrics). Edisi 15. Jilid
2. Jakarta.EGC. 2007. Hal 1134-1136.
6. Nadesul H. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta. Buku kompas.
2007. Hal. 36-39.

19

Anda mungkin juga menyukai