Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BIOMASSA DI BRAZIL

1. Pendahuluan
Bioenergy penting sekarang dan akan terus memainkan peran kunci dalam
banyak hal di negara berkembang. Brazil merupakan negara yang memiliki program
biomassa terbesar di dunia baik secara nasional maupun skala industri. Dr. Penna
(mantan sekretaris negara untuk perdagangan dan industri) mengatakan : Brazil
sukses dihadapkan sengketa dunia untuk menggantikan pada bahan bakar fosil
untuk skala besar oleh sumber energi alternatif.
Secara tertulis pada pemanfaatan biomassa brazil. Pada bab ini melihatkan
masa depan daripada masa lalu. Yang menjadi perhatian kita adalah terutama pada
komersialisasi biomassa. Tidak mungkin disini untuk memberikan keterangan secara
rinci tapi hanya keseluruhan gambaran perkembangan paling signifikan. Itu dimulai
dengan sebuah analisa singkat tren energi brazil dan peran biomassa dalam skenario
seperti dengan referensi spesifik pada program ProAlcool, kontribusi yang mungkin
dari bioteknologi dengan meningkatnya tuntutan pertanian, peranan hutan dan modern
dan yang terpenting kemandirian energi di sektor pedesaan. Akhir pemakaian alkohol,
seperti bahan bakar dan bahan kimia akan dibahas. Dampak lingkungan (khususnya
terutama yang ditimbulkan oleh volume besar stillage alkohol) dan makanan lawan
bahan bakar pertimbangan bersama dengan peluang penciptaan lapangan kerja yang
dibahas.
Mempertimbangkan konsekuensi yang sangat besar dan pentingnya ekonomi
peningkatan pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi industri, seseorang dapat
beragumentasi bahwa brazil menjadi msayarakat dimana biomassa memainkan peran
kunci pada ekonomi dan pembangunan sosial. Memang, brazil sudah memasuki
ekonomi biomassa dengan tekad tak tertandingi di tempat lain.

2. Perkembangan Energi Brazil


Brazil memulainya pada tahun 1970 dengan struktur energi dimana bisa diringkas
sebagai berikut
1) Partisipasi yang sangat signifikan dari biomassa, khususnya kayu di sektor
pedesaan namun menurun akibat penetrasi Liquid Petroleum Gas (LPG)
2) Suatu dominasi mutlak pembangkit listrik tenaga air untuk pembangkit listrik
dan konsumsi nyata meningkat
3) Peningkatan tajam konsumsi minyak bumi, khususnya di transportasi karena
industri otomotif berkembang dan kurangnya sistem kereta api yang luas
Selama 1970an, fitur utama dari kebijakan energi dimana: intensifikasi
pengeboran minyak dalam negeri, penciptaan PNA(The national alcohol programme);
dan program nuklir. Harga minyak meningkat awal 1970an sebagai fenomena
sementara dan tidak sampai 1977 bahwa kebijakan harga yang diberlakukan untuk
mengurangi konsumsi. Pada 1979 sebuah kebijakan harga baru makroekonomi
diperkenalkan dan konsekuensinya Brazilian Energy Model (BEM) diciptakan yang
tujuan utamanya adalah pengurangan bertahap dari minyak impor dan pemeliharaan
tingkat konsumsi minyak bumi dari 1 x 106 b/d selama 1979-85. Setiap permintaan
tambahan adalah harus dipenuhi oleh penghematan energi dan sumber energi
alternatif. Impor minyak selama periode ini dipotong 50% melalui peningkatan pada
produksi minyak domestik dari 170.000 to 400.000 b/d. Permintaan bensin menurun
30%; konservasi energi dan subtitusi energi dalam sektor industri mengakibatkan
pengurangan 41% permintaan sementara ketergatungan energi impor yang berkurang
dari 37,5% (1979) ke 22,2% (1983) atau dari 997.000 ke 664.000 b/d.
Kegiatan energi dan sumber daya yang meningkat secara dramatis adalah
eksplorasi minyak domestik 18% pertahun, produksi alkohol dari tebu 14% dan
pemakaian LPG; yang terakhir karena subsidi tinggi dan menggunakan indusri baru.
Sumber energi tradisional tetap stabil pada 1970an. Konsumsi kayu meningkat secara
absolut tetapi menurun sebagai persentase dari energi utama total dari 27% (1973) to
19% (1983). Ini penting bahwa persentase sumber energi terbarukan (termasuk tenaga
air) meningkat dari 54,1% ke 60,8% pada periode yang sama.

2.1 Skenario kemandirian energi 1984-1993


Tidak ada yang menyamgkal Brazil prestasi di sektor energi; dari menjadi negara
import yang sangat tergatung pada energi pada 1970an. Kementrian pertambangan
dan energi (MME) mencari energi swasembada pada tahun 1993. Ini pernah
terpikirkan sejak satu dekade yang lalu. Kebijakan untuk mencapai kemandirian
energi mengusulkan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Total konsumsi minyak akan dijaga pada 1 x 106 b/d
2) Peningkatan pemanfaatan sumber energi alternatif untuk memenuhi semua
permintaan energi yang meningkat
Mengingat potensi biomassa brazil yang tampaknya layak. Penggantian impor
minyak akan memungkinkan brazil untuk mengurangi utang luar negeri dan
menggunakan devisa untuk pembangunan ekonomi lebih lanjut, di samping itu
memajukan politik itu sendiri.
Kemajuan yang luar biasa dan kebijakan adalah dengan meningkatnya bagian
dari sumber energi terbarukan dalam permntaan energi total dengan proyeksi 61%
pada 1983 meningkat menjadi 64,3% pada 1993. Etanol dari tebu meningkat dari
dasar 3,1 % (77.000 b/d) menjadi 5,8% (256.000 b/d) kira-kira 19,7 x 109 liter.
Konsumsi kayu akan meningkat bersamaan dengan minyak dari 405.000 b/d (16,4%)
menjadi 606.000 b/d (13,7%)
Pembangkit listrik tenaga air ini tentu saja sumber energi terbarukan yang paling
penting dan kapasitas telah meningkat dari 19% dari total (1973) menjadi 29% (1983)
atau 6062 MW (termasuk kapasitas pembangkit listrik thermal). Proyeksi tersebut
adalah 36% pada 1993 atau 12.183 MW yang diperkirakan mampu menghasilkan
40% total konsumsi energi pada tahun 2000 (MME,1984). Saat ini potensi hanya
digunakan 23% dari kapasitas dan pemanfaatannya tidak merata, 2% di utara
sementara di tenggara yang hanya memiliki 15% potensi air di brazil. Hal itu menjadi
cepat habis, ada masalah serius dengan sumber energi, karena jauh dari pusat-pusat
konsumsi dan rentan terhadap gangguan, air mudah digunakan, biaya investasi
meningkat, selain kebutuhan listrik meningkat dimasa lalu lebih cepat dari
pertumbuhan GDP karena pengenalan industri yang intensif, pertumbuhan populasi
khususnya pertumbuhan pada perkotaan, serta pergantian bahan bakar oleh listrik.
Saat ini ada kelebihan kapasitas dan itu ada kemungkinan karena permintaan listrik
tenaga air di masa depan akan tumbuh pada kecepatan yang jauh lebih lambat
dibandingkan ditahun 1970an.
Menurut MME ini didasarkan pada laju energi 1973-83 dan diasumsikan bahwa
industri yang membutuhkan banyak energi seperti semen, baja, kimia dsb akan
memanfaatkan teknilogi hemat energi, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 3% untuk
1985, 4% di 1986, 5% di 1987/1988 dan 5,6% setiap tahun untuk 1989/1993
Untuk mencapai swasembada energi, MME berencana untuk berinvestasi $ 115,5
x 109 pada sektor energi dimana $ 8,5 x 109 untuk mengolah biomassa alkohol dari
tebu dan reboisasi. Ini hanya 7% dari total pengeluaran. Sementara minyak bumi dan
listrik akan menerima $ 105,3 x 109 atau 91%. Keseluruhan investasi pada sektor
energi dalam kisaran masa lalu antara 3% dan 3,9% pada GDP dan untuk 1985-1993
periode diusulkan menjadi 4% GDP. Investasi dialokasikan untuk eksplorasi minyak
bumi ($ 56,7 x 109) sama dengan penghematan diperkirakan pada impor minyak.

3. Energi Biomassa
Biomassa di masa lalu telah menjadi sumber yang paling penting dari energi
Brazil. Kondisi yang paling mencolok saat ini adalah perubahan dari sumber energi
tradisional menjadi modern, diversifikasi energi modern dan industri, membangun
bagian integral dari kebijakan energi nasional secara keseluruhan ditunjukkan pada
gambar 1, Pada 1983, 688.000 b/d diproyeksikan untuk 1993. Ini tidak termsuk
kemungkinan lainnya program biomassa yang besar seperti yang dikaji oleh
COIBRA, seperti yang akan kita bicarakan nanti. Kami akan mempertimbangkan
peran teknologi modern dan industri sumber energi biomassa, bukan yang tradisional.

4. The ProAlcool or PNA (Programme National De Alcool)


ProAlcool adalah program energi berbasis biomassa terbesar didunia.
Terutama ditujukan untuk menggantikan bahan bakar fosil dan bahan baku kimia
(Rothman et.al 1983) dibuat dengan keputusan 14 November 1975. Pada waktu
produksi alkohol mencapai 0,6 Gl/yr di tahun 1984 telah meningkat menjadi 130.000
boe/d, dan diperkirakan akan mencapai 256.000 boe/d di 1993 (lihat gambar 2). Jika
etanol juga digunakan untuk menggantikan minyak diesel. Total produksi bisa
mencapai 40-60 x 109 liter ditahun 2000, meskipun 28-40 x 109 liter adalah lebih
realistis. Kapasitas yang terpasang (april/1985) 12,4 Gl/yr, tetapi mengingat semakin
beragam kebijakan energi sekarang sedang dikejar. Itu berarti bahwa tambahan
pasokan besar ethanol harus datang dari sumber bahan baku lebih beragam daripada
terlalu jauh.
ProAlcool saat ini usaha ekonomi yang signifikan dalam ekonomi brazil dan
jatuh tempo dan kelayakan tidak lagi dipertanyakan. Ada, tidak ada yang kurang, dua
pandangan utama yang berkaitan dengan program. Pertama, ada beberapa kebijakan
energi otonom dalam jangka menengah dan panjang, kedua adalah mereka yang
melihat PNA tidak kekal, peraturan atau pelengkap untuk masalah energi brazil.
Perbedaan utama antara kedua kelompok berasal dari analisa ekonomi, sosial dan
biaya lingkungan. Evaluasi biaya ekonomi dari tebu (satu-satunya sumber untuk
etanol sekarang) ini sulit karena beragam sumber informasi dan metodologi yang
terlibat, bahkan ada yang mengatakan ada 2 ProAlcool: pusat diselatan, terorganisir
dengan baik dan kompetitif dan di timur laut , tradisional dan disubsidi hasil akhir dari
program ini mungkin lebih disebabkan faktor politik daripada ekonomis dan teknis

4.1 Pembangunan Utama


Hambatan utama dan tantangan yang dihadapi ProAlcool adalah tingginya
produktivitas pertanian dan proses effisiensi industri. Pertanian merupakan faktor
krusial dalam konsolidasi akhir dan keberhasilan dari PNA. Tiga peningkatan besar
dalam industri argo tebu adalah dari pentingnya peranan penting:
1) Peningkatan produktivitas fermentasi gula/hektar
2) Peningkatan jumlah hari dalam operasi penyulingan/pemisahan
3) Peningkatan effisiensi proses industri
Peningkatan produktivitas dinilai layak dalam jangka menengah akan
meningkatkan produktivitas rata-rata dari 55-57 ton (saat dipanen kg/hektar; rata-rata
estimasi produktivitas bervariasi). Perbaikan baru atau mengijinkan tanaman
tambahan (4 kali panen dalam 5 tahun) dengan akibat peningkatan produktivitas
menjadi 100 ton/ha. Saat penyulingan beroperasi antara 150-180 d/y ini
memungkinkan untuk meningkatkan masa panen untuk 200 hari meningkat 50%
sehingga konsentrasi sari tebu bisa meningkat sekitar 60 BRIX (ukuran kadar gula)
dan disimpan untuk distilasi selanjutnya.
Ketika perbaikan ini dianggap bersama-sama, mereka mewakili peningkatan
yang signifikan dalam produktivitas secara keseluruhan dengan tabungan substantial
biaya investasi dan produksi. Ini juga salah satu faktor utama dalam mengurangi total
luas lahan yang dibutuhkan untuk produk alkohol (lihat tabel 1)
Seperti yang disebutkan, perbedaan regional dan tabel 1 berhubungan lebih ke
wilayah pusat selatan daripada ke timur laut.
Program biomassa yang besar membutuhkan teknik produksi modern dan
efektif jika ingin menjadi realitas ekonomi. Harga minyak dalam dolar tetap stabil,
effisiensi dan produktivitas biomassa berbasis sumber energi menjadi isu kritis.
Meskipun kemajuan pesat teknologi biomassa di Brazil. Namun perjalanan masih
panjang. Tujuan utama dari PNA adalah untuk menciptakan kondisi untuk program
pembangunan maka program itu diciptakan.
Sulit untuk memberikan penilaian angka pada pengeluaran R&D untuk
penelitian biomassa. Mengingat banyaknya jumlah lembaga yang terlibat, namun data
dari badan lembaga utama Sekretariat Teknologi Industri, menunjukkan dari 1974-
1984 STI membiayai 334 proyek penelitian dengan biaya $ 126,6 juta. Ini
mengecualikan badan usaha lainnya seperti EMBRAPA (1984) (kementrian
pertanian) dimana memiliki beberapa ratus proyek nasional, banyak proyek yang
terkait dengan biomassa.

4.2 Pembangunan Teknologi


Peralatan utama adalah bahwa sebelumnya kita telah dituntut dari pertanian,
pangan dan berbagai produk industri lain. Hari ini kami juga berharap menyediakan
kebutuhan energi kita. Ini dapat menempatkan tekanan serius pada sektor pertanian.
Harapan bahwa pengembangan bioteknologi dapat menembus pemahaman ilmiah kita
tentang pertanian, meningkatkan produktivitas dan membuka lahan baru yang
sebelumnya tidak cocok untuk tanaman pangan. Sebagai contoh studi terbaru
menunjukkan brazil dalam pengenalan varietas tebu baru, terutama yang lebih tahan
terhadap kekeringan akan memungkinkan tanaman ini dapat tumbuh di tanah yang
tandus seperti CERRADO (luas tanah, kesuburan rendah/tandus yang terletak di
pusat brazil yang di anggap baru-baru ini tidak cocok untuk tebu.
Brazil salah satu dari 3 negara didunia yang menggunakan program
bioteknologi-PRONAB (rosallo-calle dan Rothman 1984) pemerintah pusat berencana
menghabiskan $ 89 juta sampai tahun 1989 untuk teknologi R&R, terutama pada
kesehatan, pertanian, dan sektor energi (CNP,1984). Bioteknologi memiliki potensi
besar yang diberikan program biomassa Brazil, dan itu akan menjadi sangat penting
bahwa negara berkembang dan sepenuhnya menguasai bioteknologi. Sejak brazil
memiliki tradisi panjang dalam biomassa, ia menawarkan sebuah kesempatan realistis
untuk kemajuan teknologi yang berguna dan untuk menyediakan infrastruktur yang
cocok untuk membangun biotekologi.
Brazil telah memiliki program penelitian yang signifikan terhadap
bioteknologi tanaman (termasuk sel, kultur jaringan, perbaikan genetik dll) dalam
setidaknya 16 pusat penelitian saat itu, namun ada faktor-faktor pembatas penting
untuk pengembangan bioteknologi ini termasuk:
1) Kurangnya pemahaman yang kuat dalam mikrobiologi relevan dengan
proses bioteknologi industri.
2) Pemahaman yang lemah dalam fisiologi, biokimia, dan genetika tanaman
yang menghambat kemajuan di bidang teknlogi pertanian dan energi.
3) Kurangnya sumber daya manusia terlatih dibidang interdisipliner dari
bioteknologi untuk penelitian ilmiah dan penerapannya. Pada tahun 1984
beberapa 610 penelitian dan teknisi yang bekerja di bidang ini,
didistribusikan sebagai berikut: kesehatan (194), pertanian (194) dan energi
(222)
4) Kurangnya mekanisme pertukaran yang memadai antara universitas dan
lembaga penelitian
5) Mekanisme yang memadai untuk pemasaran produk bioteknologi.

5. Tanaman yang bisa menjadi energi utama


Jumlah tanaman pertanian yang dapat digunakan sebagai sumber energi yang
cukup besar dan banyak yang sedang diteliti di Brazil, namun kenyataannya adalah
bahwa hanya sedikit yang bisa dianggap sebagai tanaman energi potensialgula-
tebu, singkong, kehutanan, minyak sayur, dan untuk sorghum, tingkat yang lebih
rendah.

5.1 TEBU (Saccharum Officinarum)


Brasil memilih biofuel dari singkong, jarak pagar, dan tebu. Dari ketiganya,
yang paling maju adalah alkohol yang disuling dari tebu. Industri alkohol, selain
pengolahan gula, bermunculan. Saat ini, jumlah kedua industri ini 307 unit.
Lapangan kerja baru tumbuh di daerah perkebunan tebu. Menurut catatan Uniao de
Agroindustria Canavieira de Sao Paulo (Asosiasi Agroindustri Tebu Sao Paulo),
agrobisnis tebu menyerap satu juta tenaga kerja. Dengan luas 5,44 juta hektare
(2004), lahan tebu Brasil terluas di dunia. Separuh dari produksi lahan itu (344 juta
metrik ton) disulap jadi etanol. Setiap tahun luas lahan tebu tumbuh 6 persen,
didorong oleh peningkatan permintaan dari industri pengolahan gula dan alkohol.

Seperti di Indonesia, agrobisnis tebu di Brasil berciri labour-intensive. Bagi


warga Brasil, industri tebu menjadi sumber kesejahteraan, bahkan bagi pekerja
berkualifikasi terendah sekalipun. Ini tidak ditemukan di industri lain. Industri
berbasis tebu hanya membutuhkan biaya US$ 10 untuk menciptakan satu
kesempatan kerja, lebih rendah ketimbang industri petrokimia (US$ 200), industri
baja (US$ 145), industri otomotif (US$ 91), industri pengolahan bahan baku (US$
70), dan industri produk konsumsi (US$ 44). Ini yang membuat Brasil jadi produsen
etanol paling efisien dan termurah di dunia: biaya produksinya (sebelum pajak) US$
17,5 per barel atau sekitar Rp 1.080 per liter. Sedangkan produsen etanol dari bahan
baku jagung Amerika Utara menghabiskan biaya produksi US$ 44,1 per barel atau
sekitar Rp 2.718 per liter.

Keberhasilan ini ditunjang kenyataan bahwa Brasil merupakan produsen tebu


dan eksportir gula terbesar dunia. Pada 2003/2004, Brasil menghasilkan gula 20,4
juta ton dan etanol 14 miliar liter. Dari jumlah itu, 9,5 juta ton gula dan 12,7 miliar
liter etanol dipakai untuk konsumsi domestik, sementara sisanya diekspor. Pada
2005, konsumsi biofuel Brasil mencapai 13 miliar liter. Jumlah itu berarti
mengurangi 40 persen dari total kebutuhan bensin. Produksi etanol tumbuh 8,9
persen per tahun. Permintaan etanol terus meningkat karena harganya dipatok lebih
rendah ketimbang harga bahan bakar fosil yang masih diimpor.

Biodiesel (dari singkong dan jarak pagar) juga berkembang pesat di Brasil.
Jarak pagar ditanam di jutaan hektare lahan. Ini tak lepas dari langkah Liuz Inacio
Lula da Silva. Begitu berkuasa, Presiden Brasil itu menjadikan biodiesel sebagai
prioritas utama, dengan meluncurkan A Biodiesel Programme. Pada 2003, Brasil
mengkonsumsi solar 38 miliar liter6 miliar liternya berasal dari pasar impor.
Dengan beragamnya bahan baku biodiesel, Brasil diperkirakan berpotensi menjadi
pemain terkemuka biodiesel dunia.

Tidak seperti di Indonesia yang jadi sampah, ampas tebu di Brasil adalah
berkah. Ampas ini dibakar untuk menghasilkan panas guna menjalankan penyaring
dan mesin lain di pabrik. Untuk produksi, pabrik hanya membutuhkan setrum 60
megawatt dari 160 MW yang diproduksi. Akhirnya, pabrik etanol mendapat
pemasukan ekstra dari penjualan listrik. Karena harganya cukup bersaing (US$ 30-
40 per MWh), sumber listrik baru itu akan menjadi idola masa depan. Jika ampas
diolah dengan teknologi canggih, bisa menghasilkan setrum 9.000 MW, 15 kali
produksi PLTN di sana. Kekurangan setrum menjadi cerita usang. Akhirnya,
industriwan di Brasil berbondong-bondong menginvestasikan duitnya untuk
memajukan teknologi itu. Ongkos produksi etanol (US$ 0,63 per galon) pun jadi
lebih murah dibanding bensin (US$ 1,05).

Permintaan terus tumbuh karena makin banyak mobil berbahan bakar etanol
berseliweran di Brasil, dari mobil keluaran Fiat, General Motors, Ford, sampai
Volkswagen. Hanya lima tahun setelah Program Nasional Alkohol dimulai, 90
persen mobil di sana telah menjadi mobil alkohol. Hebatnya lagi, industri alkohol
mampu memaksa industri lain, terutama otomotif, menyesuaikan diri. Belakangan,
pesawat terbang ringan ikut minum bensin tanam. Ipanema, pesawat berkursi
tunggal EMB 202, telah mendapat lampu hijau untuk mengudara. Pesawat ini bakal
dipakai untuk menyemprot lahan pertanian. Bakal menyusul 70 pesawat serupa.

Keberhasilan Brasil dalam mengembangkan energi terbarukan setidaknya


disebabkan oleh empat hal. Pertama, soal kelembagaan. Perumusan kebijakan umum
industri berbasis tebu berada di bawah wewenang Badan Pengembangan Gula dan
Alkohol, sebuah badan di bawah Kementerian Pertanian. Badan ini bertugas
memformulasi kebijakan sektor gula dan alkohol (dengan mengembangkan
teknologi sosial dan perdagangan) untuk menciptakan produk yang berkualitas dan
kompetitif. Kedua, mengoptimalkan pasar domestik. Tiap tahun dikeluarkan
keputusan presiden untuk menetapkan range kadar alkohol yang dicampur dalam
bensin yang dijual. Dengan cara ini, konsumsi alkohol domestik bisa digenjot.
Produksi gula versus alkohol ini menjadi strategi Brasil untuk keluar dari jerat pasar
gula dunia yang distortif.

Ketiga, dukungan finansial. Pemerintah menyediakan kredit berbunga rendah


(11-12 persen, sementara bunga pasar 26 persen) kepada pengusaha dan petani yang
mengembangkan energi terbarukan. Keempat, dukungan lembaga riset dan
pengembangan. Di bawah The Brazilian Agriculture Research Corporation, sebuah
badan di bawah Departemen Pertanian, dilakukan berbagai penelitian dan
pengembangan bidang bioteknologi dengan orientasi pada terciptanya proses
produksi agrobisnis yang modern, efisien, dan kompetitif. Dari empat faktor itu, di
Indonesia baru ada dua: pasar domestik yang besar dan lembaga riset (Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Lembaga
Riset Perkebunan Indonesia, perguruan tinggi, dan lain-lain). Sementara terhadap
kelembagaan dan dukungan finansial, perlu dilakukan rekayasa. Kedua faktor ini
termasuk paling krusial di Indonesia.

Bukan rahasia lagi, di Indonesia, koordinasi tidak jalan. Meskipun sudah ada
otoritas tertinggi, implementasi di lapangan bisa mandek. Mindset perbankan selama
bertahun-tahun juga mendiskriminasi sektor agro dengan cap unbankable. Tak ada
yang meragukan bahwa Indonesia punya potensi energi terbarukan yang luar biasa:
panas bumi, energi laut, matahari, biomassa, dan lain-lain. Namun, tanpa
menyelesaikan dua faktor kritikal di atas, mustahil pengembangan energi terbarukan
akan berhasil.
Tebu adalah tanaman energi utama untuk produksi etanol (99,5%), sebagai
akibat dari tradisi panjang brazil dengan tebu. Infrastruktur pertanian dan industri
sangat maju, serta pengaruh politik. Brazil telah menjadi produsen tebu terkemuka
selama 4 abad dan tebu ditanam di perkebunan besar. Produksi yang paling umum
yaitu menghasilkan 3 kali panen dalam waktu 4 tahun, persiapan lahan sebagian
besar saat tanam dan panen yang padat karya.
Produktivitasnya rendah dengan variasi yang sangat besar karena pengaruh
regional dan geografis dan tingkat investasi. Perkiraan bervariasi dari 47-60 ton/ha,
dari rata-rata seluruh negara (78-80 ton/ha di sao paulo) pada negara lain 110 ton/ha
di colombia dan 90 ton/ha di afrika selatan.
Ekspansi tebu telah berjalan sebagai sistem produksi yang luas dimana faktor
tanah sebagian diabaikan bersama dengan produktivitas dan effisiensi. Dalam
mendukung filosofi ini adalah biaya produksi yang relatif rendah dan ketersediaan
lahan yang murah, subur dan tenaga kerja yang melimpah.
Masalah tambahan adalah rendahnya prioritas yang diberikan untuk penelitian
di masa lalu. Misalnya, perbaikan genetik tebu dan pengenalan varietas baru hanya
fenomena yang relatif baru bertentangan dengan negara-negara produsen utama
besar lain meskipun tebu dan tanaman lain besar signifikasinya terhadap ekonomi
brazil. The Institute of Sugar and Alcools (IAA) stasiun penelitian planalsucar
(yang ada 30 pusat nasional) dan copersucar adalah lembaga terkemuka untuk
penelitian tebu.
Ada 75 varietas tebu komersial pada tahun 1980 di negara bagian sao paulo
sendiri, tetapi 57% dari luas tanaman diwakili oleh varietas (NA56-79 dan CB41-
76). Baru-baru ini enam varietas baru (seri RB) diperkenalkan oleh planalcular, dan
12 (seri SP) oleh copersucar, yang mengalami peningkatan produktivitas sebesar
30%. Pengenalan berbagai varietas NA56-79, sebagai contoh, telah memainkan
peran penting dalam ekspansi yang cepat dari produksi tebu selama beberapa tahun
pertama PNA. Karena produktivitas dan kemampuan beradaptasi terhadap tanah
yang berbeda.
Sel dan teknik kultur jaringan dengan cepat sedang diterapkan untuk tebu,
terutama di pusat penelitian nuklir di bidang pertanian (CENA), copersucar,
flanalsucar, dan Institute Agronomy Campinas (IAC). CENA bekerja cukup berhasil
untuk menghasilkan produk varietas baru yang tahan terhadap herbisida. Planalsucar
juga memiliki program yang bertujuan menghasilkan varietas baru yang lebih cocok
untuk alkohol daripada produksi produksi gula, penelitian tentang fiksasi nitrogen
terkait dengan tebu terus dikembangkan di CENA, ada bukti bahwa proporsi
nitrogen tebu dapat diperbaiki melalui tanaman itu sendiri meskipun banyak
penelitian masih diperlukan untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Terakhir, sebuah pengembangan baru layak disebutkan adalah mengubah
pembayaran sesuai dengan rendenem ketimbang beratnya seperti yang telah terjadi
sejauh ini. Ini merupakan inovasi besar untuk mendorong varietas yang lebih baik
dan harus sepenuhnya dilaksanakan pada panen 1988/1989.

5.2 Singkong (Manihot Esculeta)


Meskipun tanaman ini menawarkan potensi besar, itu hampir tidak digunakan.
Beberapa distilleries menggunakan singkong pada tahun 1984 mengalami kesulitan
pasokan serius karena tingginya biaya bahan baku, dan sebagian besar dari mereka
dipaksa untuk menutup, setidaknya untuk waktu yang lama. Ini rumit oleh
kurangnya pengalaman industri dengan unit besar. Singkong merupakan tanaman
pangan pokok dasar, dibudidayakan secara tradisional dan dengan produktivitas
yang rendah (12 ke 14 ton/ha) ini merupakan hambatan utama, meskipun
produktivitas dari 60-100 ton/ha telah dilaporkan dalam kondisi yang sangat
menguntungkan. Di australia rata-rata produktivitas 35 ton/ha. Jika dihitung
produktivitas di brazil mengalami peningkatan menjadi sekitar 24-25 ton/ha.
Sebelum program alkohol berbasis singkong besar akan memiliki peluang ekonomi
yang sukses.
5.3 Sorghum (Sorghum Vulgare)
Tanaman ini dianggap memiliki potensi besar karena siklus pendek
pertumbuhan 3-4 bulan dan fakta bahwa produksi bisa menggunakan peralatan yang
pada dasarnya seperti tebu. Namun ada masalah serius dengan sorghum. Karena
tidak terlihat memiliki peran yang signifikan dalam waktu dekat. Namun, mengingat
upaya penelitian internasional sekarang sedang berjalan untuk meningkatkan
sorghum (jenis yang baik dan manis), sikap ini bisa berubah dan mungkin ada
peluang yang signifikan untuk digunakan dalam produksi bahan bakar dan makanan
di sejumlah wilayah brazil.

5.4 Minyak Nabati


Pada tahun 1979 program ProOleo didirikan akan tujuan menemukan solusi
untuk masalah minyak diesel brazil. Hasilnya belum seluruhnya terlaksana terutama
karena alasan politik dan ekonomi daripada yang teknis. Pertama, ada konflik
prioritas tujuan antara pemerintah pusat dan produsen kendaraan berat. Pemerintah
menuntut bahwa siklus mesin diesel harus diubah untuk mengakomodasi bahan
baku, lebih cocok untuk mesin yang ada, harus ditemukan, karena investasi tinggi
yang diperlukan untuk modifikasi mesin. Kedua, jumlah besar minyak nabati yang
diperlukan, disamping tingginya permintaan minyak goreng, dan harga tinggi di
pasar internasional, membuat pilihan ini secara politis tidak menarik dalam jangka
pendek dan menengah itu juga memerlukan invesyasi besar. Untuk ini minyak nabati
diharapkan dapat memainkan peran utama pengganti diesel, dengan mencampukan
alkohol dan diesel dalam proporsi yang relatif kecil. Namun, ditingkat lokal atau
regional penggunaannya secara ekonomi bisa dipertanggungjawabkan pada skala
besar.

6. Kehutanan
Kehutanan adalah sumber energi yang paling penting dan menjanjikan,
terutama melihat masa depan. Brazil memiliki cadangan hutan asli terbesar di dunia,
dan potensi yang menjanjikan, masalah ekologi dan lingkungan disebabkan oleh
kerusakan hutan adalah fakta yang diketahui dan mengganggu. Hutan ilmiah dan
dikelola dengan baik. Namun, tidak akan menimbulkan masalah serius, terutama
hutan energi yang karena biaya transportasi terletak di dekat pusat yang
mengkonsumsi. Ini berarti dalam sebagian besar kasus, perkebunan bukan hutan asli
Industri kehutanan sangat penting di brazil, dan sumber utama lapangan kerja.
Hampir 1 juta orang diperkirakan akan diperkerjakan di sektor ini pada akhir abad
produksi nilai ekspor mencapai $ 3,3 miliar pada tahun 1982. Sebanyak 16,3 juta
akan dihutankan kembali untuk memenuhi permintaan. Pada satu titik sebanyak 88%
wilayah brazil itu tertutup oleh hutan lebat. Tetapi pada 1970an tidak lebih dari 50%.
Reboisasi dimulai dengan sungguh-sungguh pada tahun 1960an didorong oleh
permintaan industri tumbuh (pulp, kertas, ekspor dll). Dan pemerintah intensif pada
tahun 1965 dan 1966. Kebijakan reboisasi, meskipun itu sangat positif, manfaat
sebagian besar di wilayah tengah selatan. Di sao paulo ekspansi ini disebabkan oleh
kertas, pulp, dan industri selulosa yang merupakan terbesar di negara itu, sementara
di Gerals Minas (GM) itu karena perluasan produksi arang untuk industri baja,
hampir 4 juta ha telah ditanami sejak 1960an sebagian besar dari Eucalyptus dan
pinus.
Praktek reboisasi modern tidak dimulai sampai tahun 1970an. Pada tahun
1980 sebuah konsep baru diperkenalkan, Hutan Jarak atau perkebunan energi yang
berbeda dari sistem lama dalam siklus pohon yang tumbuh lebih pendek dan
penanaman lebih padat. Pada tahun 1978 program kehutanan nasional diciptakan,
salah satu tujuan utama adalah studi tentang perkebunan hutan energi. Produktivitas
di brazil adalah salah satu yang terbesar di dunia yaitu 50 ton (kering)/ha eucalyptus
grandis telah dicapai. Percobaan telah menunjukkan peningkatan potensi
produktivitas hutan kini 125% dan pengurangan biaya 48%. Produktivitas saat ini
sekitar 18 ton/ha.

6.1 Penggunaan Industri


Di samping peran energi tradisional, ada empat industri utama yang
menggunakan dimana kayu menjadi semakin penting: baja dan semen, pembangkit
uap, bahan bakar cair, pembangkit listrik tenaga panas. Pemasakan kayu menurun
karena peningkatan konsumsi LPG dan Biogas (sampai batas tertentu).
Arang menjadi penting sebagai pengganti bahan bakar minyak di semen,
selulosa, dan industri baja (90% dari Mt 3,2 arang yang dikonsumsi dalam
pembuatan baja pada tahun 1981). Industri besi berbasis arang tampaknya memiliki
masa depan yang baik karena ada kemungkinan bahwa brazil akan menjadi indusri
baja berbasis arang yang besar, mengingat penekanan pada energi biomassa.
Masalah dengan pembuatan arang adalah bahwa hal itu masih menggunakan
teknologi yang sangat sederhana dengan efisiensi 25-35% dari berat kering awal,
yang kurang terorganisir (dengan beberapa pengecualian), dan sering dianggap
sebagai kegiatan marginal tanpa pertimbangan komersial secara keseluruhan,
misalnya karbonisasi oleh produk yang belum pulih. Namun demikian sejumlah
perusahaan baru-baru ini menunjukkan minat yang modern arang pembuatan
teknologi dan melakukan penelitian untuk tujuan ini.
Proses termokimia dari pirolisis dan gasifikasi untuk pasokan bahan bakar
untuk boiler, kiln, mesin. Sudah ada perusahaan besar nestle, Petrobas (perusahaan
minyak negara) dll yang beralih ke kayu untuk energi. Nestle memiliki program
untuk mengkonversi bahan bakar minyak pabrik untuk diganti biomassa dan
menciptakan struktur suplai keseluruhan baru untuk jaringan nasional. Kayu akan
menggantikan 125.000 b/y bahan bakar minyak ditahun 1986. Nestle akan
menggunakan daerah yang direboisasi di sao paulo dan negara mato grosso dan kayu
akan diangkut lebih dari jarak 1025 km. Perusahaan mengharapkan untuk
menggantikan 200.000 b/y bahan bakar minyak oleh kayu untuk boiler, dan
berenana daerah reboisasi besar untuk menjamin pasokan. Contoh-contoh ini
diberikan untuk menggambarkan perubahan yang luar biasa dari sikap oleh industri
untuk energi biomassa.
Di wilayah metanol, etanol dan bahan bakar cair, beberapa kemajuan yang
menjanjikan dapat diharapkan. Coalbra (perusahaan negara) sedang mempelajari
kelayakan memperoleh 10,7 x 109 liter/yr etanol dari kayu. Perusahaan memiliki
pabrik percontohan dalam operasi Minas Gerais sejak februari 1984 dengan hasil
yang menggembirakan. Itu didasarkan pada teknologi hidrolisis asam yang
digunakan di uni soviet, disamping menjadi etanol produk seperti metanol dan
furfural dapat diperoleh. Meskipun hal ini tampaknya satu-satunya proses yang
tersedia secara komersial, telah dikritik terlalu mahal (hasil sejauh ini menunjukkan
biaya 10-20% lebih tinggi dibandingkan tebu tetapi ini wajar mengingat itu adalah
dan membutuhkan jumlah besar kayu bakar yang besar.
Alternatif lain adalah untuk menghasilkan metanol. CESP (Perusahaan Energy
di Sao Paulo) menerima pinjaman $ 26,4 x 106 dari bank pembangunan internasional
untuk penelitian tentang metanol. Perusahaan ini memiliki pilot plant dengan
kapasitas untuk memproduksi 1 ton metanol dari 1,6 ton kayu. CESP juga memiliki
program untuk menggunakan metanol ini dengan menggunakan siklus mesin diesel
otto, boiler, penggemar methanol secara konsisten berpendapat bahwa brazil harus
memilih metanol karena memerlukan input lebih sedikit dan bahwa kondisi sangat
baik brazil dan pengetahuan di daerah ini bisa memungkinkan untuk mengatasi
sebagian besar masalah yang terkait dengan penggunaan metanol. ( lihat tabel 3)

7. Desa energi
Ada minat yang tumbuh di brazil dalam mengembangkan sistem mandiri
lebih banyak energi di daerah pedesaan. Perhatian utama adalah untuk menghasilkan
setidaknya proporsi cairan serta bahan bakar padat untuk keperluan pertanian dan
domestik; sebuah kerangka kebijakan yang semakin mengambil bagian. EMBRAPA
sekarang memiliki beberapa pusat di daerah pedesaan untuk melatih para petani,
untuk mendorong mereka untuk memikirkan sistem pertanian terpadu, untuk
menggunakan pendekatan yang lebih rasional dan ilmiah untuk produksi energi dan
konservasi dan untuk meningkatkan produktivitas pertanian memanfaatkan sumber
daya lokal.
Titik awal bisa mengatur distilleries mini (memproduksi kurang dari 5000 l/d)
di daerah pedesaan terpencil yang akan bertindak sebagai dorongan untuk
pembangunan pedesaan lebih lanjut dengan menyediakan bahan bakar cair yang
sangat dibutuhkan. Saat ini, distilleries ini tidak banyak tetapi ada rencana pemerintah
dan sektor swasta, untuk sejumlah besar distilleries mini sekarang bahwa beberapa
masalah teknis (misalnya produktivitas rendah) sedang di atasi.
Ekslusi dari pembiayaan resmi telah cacat perkembangan distilleries mini
meskipun para pejabat baru-baru ini negara telah menegaskan kredit yang akan
tersedia untuk membantu dengan kapasitas hingga 10000 l/d. Ini, bersama-sama
dengan bukti peningkatan kelangsungan hidup ekonomi dari distilleries mini
merupakan perkembangan baru yang signifikan.

7.1 Program Biodigester


Program ini dimulai pada tahun 1979 dengan dukungan MME dan disebut
Projeto de Difuao de Biogas. Namun departemen lain berbagai kini terlibat. Potensi
bidigester di sektor pedesaan dianggap besar dan ekspansi yang cepat diramalkan.
Total produksi biogas saat ini dengan metode ini diperkirakan kira-kira 1800 toe/yr,
senilai $ 295 juta (pada tahun 1983) tapi ini kurang dimanfaatkan karena alasan sosial
dan keuangan. Ketika program tersebut dijalankan, bank sentral memberikan
pembiayaan, tapi ini dihentikan pada tahun 1981.
Difusi teknologi biogas adalah melanjutkan melalui lokakarya,rapat,literatur
teknis, dll tahun 1980-83 sekitar 3000 orang yang dilatih dalam teknologi biogas. Hal
ini terutama digunakan untuk memasak,pemanas,pendingin,pencahayaan dan
pertanian (pengeringan biji-bijian yaitu, pengganti minyak diesel, pompa air, dll).
Karena pembiayaan pemeliharaan mahal dan karenanya dalam masalah teknis.
Sosial, pelaksaan biodigester di daerah pedesaan adalah tugas yang sulit
karena, meskipun tampil relatif sederhana, penuh kompleksitas, sering berarti
perubahan dalam praktek, kebiasaan, dan adat istiadat sehingga berakar dalam
masyarakat pedesaan. Ini, bersama-sama dengan harga rendah LPG, telah terbukti
menjadi batu sandungan bagi penyebaran biodigester di sektor pedesaan.
Produsen teknologi gas juga sangat menarik untuk energi desa, meskipun lebih
banyak digunakan pada skala industri ( misalnya boiler, kiln, dryer, pompa irigasi,dll)
menggunakan sebagian besar arang, limbah batubara pabrik, dll gasifier secara luas
digunakan di Brazil selama perang dunia kedua kemudian dihentikan sampai tahun
1977 ketika sekali lagi mereka mulai mendapat perhatian, pada dasarnya
menggunakan teknologi yang sama, namun disesuaikan dengan fasilitas teknis dari
dunia modern, dan berorientasi pada solusi biaya rendah. Lebih dari 60 perusahaan di
brazil dalam teknologi ini yang mereka menyatakan sepenuhnya dikembangkan.

8. Kendaraan berbahan bakar ethanol.


Seperti yang tercantum dalam pasal 3, tujuan utama ProAlcool adalah untuk
menggantikan impor bahan bakar fosil. antara tahun 1975 dan 1984 brazil
menghasilkan 39,1 x 109 liter alkohol sebagian besar untuk bahan bakar, dan jumlah
kendaraan berbahan bakar etanol adalah sekitar 2 juta. Perbandingan etanol dengan
campuran bensin adalah 23%:77%. Lebih dari 90% dari penjualan mobil penumpang
bertenaga etanol pada tahun 1984 dan sebanyak 11-14 juta diperkirakan pada akhir
abad ini. Prestasi ini belum tanpa bahaya. Pertama, adalah produsen mobil yang tidak
memiliki pengalaman dengan mobil alkohol dan percaya bahwa tidak akan ada pasar
internasional yang signifikan dan dikhawatirkan para ahli mereka bisa terpengaruh
secara negatif. Akibat industri tidak berinvestasi dalam R & D dan itu Goverments
Aerospace Technology centre (GTA) yang dilakukan sebagian besar penelitian. Itu
adalah kombinasi dari kondisi yang melibatkan tekanan pemerintah, penurunan
penjualan mobil, dan insentif keuangan untuk mobil alkohol yang akhirnya membujuk
industri menerima ide.
Selama beberapa tahun pertama ProAlcool, preferensi diberikan kepada mobil
penumpang karena itu adalah solusi teknis yang langsung tersedia. Hanya dalam
beberapa tahun brazil telah mampu mentransfer 60 tahun pengalaman dengan mesin
bensin ke mesin alkohol, meskipun beberapa pengalaman sebelumnya kembali ke
tahun 1920an. Empat fitur utama dapat dibedakan dalam sejarah kendaraan berbahan
bakar alkohol yang modern: pada periode 1975-79 ini kebanyakan terdiri dari armada
eksperimental dan besar sedangkan tahun 1979-80 yang ditandai dengan kesepakatan
antara pemerintah dan indutri untuk produksi massal dari mobil alkohol dan
peningkatan bahan bakar yang signifikan, 1981-82 melihat ekspansi yang cepat dari
penjualan; sejak tahun 1983 telah terjadi konsolidasi teknis dan komersial dari mobil
alkohol.
Meskipun mesin etanol yang ada di mesin otto-siklus disesuaikan untuk
membakar alkohol, bagaimanapun konsep mekanik baru dengan 300 bagian-bagian
mesin yang berbeda dengan mesin bensin konvensional. Effisiensi termal 36-38%
terhadap 27% untuk mesin bensin setara (25% di brazil) dan akan lebih ditingkatkan
menjadi sekitar 42%. Yang akan lebih dari kompensasi untuk etanol nilai yang lebih
rendah kalori. Meskipun banyak inovasi baru perlu dimasukkan, khususnya,
mikroelektronika, sebagian besar masalah teknis yang disebabkan oleh alkohol telah
diatasi.
Penekanan oleh ProAlcool pada mobil penumpang telah menjadi sumber
utama dari kritik. Fase pembangunan yang lebih baru adalah pergeseran tekanan
terhadap pemanfaatan alkohol dalam truk ringan dan menengah dan juga traktor (lihat
gambar 4). Pada pertengahan 1985 sekitar 70% dari truk ringan yang berbahan bakar
alkohol. Pada tahun 1987 industri gula dan alkohol akan menggunakan secara
eksklusif peralatan bahan bakar etanol, dengan tunjangan khusus untuk mengurangi
jumlah minyak diesel dan mesin dual berbahan bakar. Sudah ada sistem mesin
berbagai siap untuk memasuki pasar yang menjanjikan. Seperti untuk traktor,
komersial pertama di dunia etanol bertenaga traktor diluncurkan pada tahun 1980 dan
hari ini semua manufaktur utama memiliki model alkohol. Hampir 55% dari
penjualan valmet dan 36% dari massey ferguson itu pada awal 1984 adalah model
alkohol,
8.1 ProOleo
Seperti yang tercantum dalam bagian 5.4, karena kesulitan dengan minyak
nabati, sejumlah alternatif sedang dikejar, sebagian besar biomassa berbasis,
termasuk
1. mengubah penyulingan dan memecah sistem sehingga menghasilkan jumlah
maksimum yang mungkin minyak diesel dari satu barel minyak,
2. penggunaan etanol sebagai pengganti minyak solar termasuk aditif, etanol, motor
dual injection, busi pijar (digunakan sebagai ignitors) dan subtitusi dari putaran
diesel oleh mesin siklus otto untuk memungkinkan penggunaan etanol
3. penggunaan minyak nabati dalam jumlah meningkat tergantung pada harga dan
tersedia.
4. Penggunaan aditif untuk etanol atau diesel
5. Diesel dan metana dalam campuran 60-100% dan juga campuran metanol
Dengan pilihan minyak sayur, alternatif sedang diselidiki meliputi:
a) Penggunaan langsung dari minyak nabati (sayur dan diesel, minyak sayur,
dan diesel dan ethanol, diesel dan aditif)
b) Modifikasi kimia dari minyak nabati
Sebuah studi yang signifikan juga sedang dilakukan suatu aditif untuk
mengurangi permintaan untuk diesel. Antara aditif yang paling penting yang telah
dihasilkan adalah nitrat tetrahydrofuryl dan tri-etilena glikol di nitrate yang diperoleh
dari bahan baku terbarukan, THFN diproduksi di brazil dari furfural dperoleh juga
dari jerami, biji kapas, tongkol jagung, limbah berserat industri, dll, TEGDN
dihasilkan dari etanol melalui etana dan nitrasi selanjutnya dengan cara konvensional.
Meningkatnya permintaan untuk bensin tanpa timbal telah lebih jauh
menyoroti minat pada bahan bakar alkohol, terutama di Amerika Serikat dan eropa
barat karena efektivitas mereka penggerak oktan.

9. Bahan kimia alkohol


Selama 40 tahun terakhir, industri kimia telah mengalami perkembangan yang
revolusioner. Dua faktor dasar:
a) Perubahan dari teknologi untuk bahan kimia yang sebagian besar berbasis
batubara terutama berbasis minyak
b) Peningkatan lebih dari 100 kali lipat dalam output.
Setiap bahan kimia yang berasal dari petroleum saat ini sedang digunakan dapat
dihasilkan dari biomassa dan non mineral minyak. Di masa depan yang diturunkan dari
biomassa bahan kimia mungkin memainkan peranan yang semakin meningkat,
khususnya di negara-negara pengimpor minyak berkembang. Ini khususnya sudah
terjadi di brazil dan india.
Sudah ada sejumlah teknologi konversi yang tersedia untuk memproduksi bahan
kimia dasar dari biomassa yang dapat dibagi menjadi dua bidang utama:
1. Tanaman itu sendiri telah melakukan bagian penting dalam sintesis,
2. Dimana bahan baku industri kimia dibedakan oleh sintesis kimia dari lebih banyak
sumber daya biomassa nerlimpah seperti kayu, sisa tanaman dll
Penggunaa industri besar etanol sebagai bahan baku kimia mulai tahun 1942 oleh
perusahaan RHODIA. Dari pertengahan 1950an sampai akhir 1960an ada fase ekspansi
karena sebagian dengan harga rendah alkohol yang menyebabkan lebih besar etanol
berbasis proyek kimia. Ada perubahan pada 1960an dan awal 1970am ketika
petrokimia mulai memasok pasar dengan harga rendah dan pada saat yang sama harga
etanol meningkat karena tingginya harga gula di pasar internasional. Dengan
penciptaan target PNA untuk sektor kimia ditetapkan pada 1,5 x 109 liters/tahun di
tahun 1985. Ini lebih optimis mengingat pabrik modern dan kelebihan kapasitas dari
sektor petrokimia yang ada.
Ada yang kurang, industri kimia berbasis etanol telah berkembang sangat pesat dan
ekspansi yang lebih besar yang diramalkan di masa depan. Sekitar 7% dari produksi
etanol setiap tahun dikonsumsi di sektor ini, kapasitas terpasang pada 1976 adalah
60.105 ton/tahun dengan potensi konsumsi etanol adalah 87,5 juta liter. Pada 1984
kapasitasnya meningkat menjadi 336.980 ton/tahun dengan potensial konsumsi
mencapai 573,5 juta liter (saraiva,1984) (tabel 4). Ekspor menjadi semakin penting bagi
perluasan industri ini dan $ 80 juta tahun 1983. Saat etilena, acetaldehyde, asam asetat,
butanol, dan octanol dapat melengkapi dengan produk sejenis di sektor petrokimia.
Brazil memiliki kapasitas teknologi untuk mengembangkan industri ini dan kemajuan
yang signifikan telah dicapai. Karena biaya akhir dari bahan baku diperkirakan turun,
industri tampaknya yakin ekspansi meskipun fakta bahwa penemuan gas penting telah
dibuat, gas kini relatif lebih murah dan dapat menghasilkan amonia dan metanol yang
merupakan sesuatu yang penting dalam pembangunan pertokimia.
10. Dampak Lingkungan.
Hutan energi juga direncanakan tidak akan menimbulkan masalah lingkungan
yang serius kecuali mungkin yang ditimbulkan oleh monokultur. Kita tidak dapat
menarik kesimpulan tentang apa yang mungkin terjadi di brazil jika rencana untuk
mengatakan bahwa kemungkinan besar itu akan mengambil tempat di lahan marjinal,
sejauh masalah lingkungan yang lebih serius yang ditimbulkan oleh energi biomasa
yang berasal dari distilleris alkohol.
Untuk setiap liter penyulingan alkohol akan menghasilkan 12-14 liter stillage
atau vinhoto (residu cair dari distilasi hasil cairan fermentasi). Misalnya 300 m3/hari
penyulingan menghasilkan beban pencemaran dengan limbah domestik dari kota 2
juta orang.
Sementara itu bahaya yang serius tidak bisa diabaikan, masalah vinhoto telah
dibesar-besarkan dan kritikus luar sering lupa untuk memperhitungkan kondisi
keseluruhan sektor dan lainnya di brazil, terutama untuk petrokimia yang sudah
memiliki tingkat polusi yang sangat tinggi. Selain itu ada sejumlah alternatif yang
dapat menyelesaikan banyak masalah ini, termasuk:
1. Stillage daur ulang, yang dapat mengurangi volume untuk dibuang
2. aplikasi langsung sebagai pupuk yang memerlukan sedikit investasi dan sedang
berhasil dilakukan dengan dana yang cukup besar dalam pupuk impor
3. Fermentasi anaerobik dan pengolahan biogas yang dapat mengurangi BOD sekitar
70-90%, selain memproduksi biogas sekitar 0,3-0,5 m3 per kg BOD
(Barreto,1985)
Pengembangan ini bersama-sama dengan meningkatnya kesadaran nilai ekonomi
vinhoto dan penegakan hukum yang lebih keras, bisa melakukan jauh dengan
masalah ini dalam waktu yang tidak terlalu jauh.
Ada manfaat tambahan lingkungan alkohol, tidak sering disebutkan efektivitas
mereka dalam menurunkan emisi kendaraan. Gambar 5 menunjukkan emisi dari
kendaraan ringan berdasarkan tes laboratorium, yang tidak dapat direalisasikan dalam
praktek

11. PANGAN VS BAHAN BAKAR


Ini adalah salah satu masalah yang paling diperdebatkan adalah panasnya
dalam dan diluar brazil, meskipun studi yang sedikit serius yang telah dilakukan
untuk menyelesaikan argumen ini dalam kaitannya dengan situasi pangan dunia.
Walaupun salah satu tidak bisa mengabaikan kemungkinan implikasi dalam kasus
orang brazil, masalah ini tampaknya telah didramatisasi. Ada dua sumber utama :
1. Terdapat 520 juta hektar, lahan pertanian yang hanya 50-55 juta ha
dibudidayakan. Area yang diperlukan untuk memproduksi 8,5 juta ton gula dan
9,1 x 109 liter alkohol adalah 3,8 juta ha pada tahun 1984. Ini dibandingkan
dengan 12,2 juta ha jagung, 9,4 juta ha kedelai, 5,3 juta ha padi dan 2,2 juta ha
kopi.
2. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa produksi tebu yang disetai
pertumbuhan dalam penggunaan padang rumput berlimpah dan tanah yang kurang
di manfaatkan. Pada kenyataannya, sumber resmi telah mencatat bahwa produksi
pangan telah meningkat sejak PNA didirikan karena tebu telah membantu
memodernisasi pertanian dan memberikan lebih banyak investasi, terutama
didaerah yang tidak produktif.
Namun demikian, produksi pangan domestik di brazil telah menurun dari
indeks 100 pada tahun 1977-87. Pada tahun 1984, meskipun pada peningkatan
populasi 15%. Namun, hal ini disebabkan kebijakan pertanian dan ProAlcool sebagian
tidak dibiayai oleh ekspor komoditas tanaman, disubsidi oleh pemerintah yang
membutuhkan dana. Karena ini adalah salah satu daerah Brazil bisa bersaing di
tingkat internasional. Kecenderungan ini telah semakin ditekankan oleh petani dengan
menerima harga yang lebi tinggi untuk tanaman ekspor mereka dan sejak tahun 1983,
dengan evaluasi ulang cruizeiro (yang telah mendorong ekspor lebih lanjut) dan resesi
dalam negeri, pejabat pemerintah tampaknya menyadari sepenuhnya implikasi pangan
versus bahan bakar dan sedang mempelajari metode yang berbeda untuk
meningkatkan produksi pangan di daerah baru dan tradisional yang tumbuh tebu,
sejauh ini dengan hasil yang menggembirakan

12. Pekerjaan
Manfaat lain biomassa untuk energi adalah penciptaan lapangan kerja, dimana
tanaman padat karya seperti tebu dan singkong digunakan untuk memproduksi
alkohol, hal ini menjamin pekerjaan diciptakan. Dengan ProAlcool, ada perbedaan
mengenai jumlah pekerjaan yang diciptakan, yang berasal dari produktivitas tenaga
kerja yang berbeda antara dan di dalam wilayah, tinggi tingkat kerja sementara, dan
sifat dinamis dari kerja untuk produksi alkohol. Misalnya, intensitas tenaga kerja tiga
kali lipat di timur laut daripada di sao paulo
Memperkirakan bahwa penciptaan lapangan kerja secara langsung oleh PNA
adalah 15.939 pada tahun 1980 dan 48.728 pada tahun 1985. Tabel 5 menunjukkan
bahwa perhitungan terbaru oleh CENAL terdapat 425000 pekerjaan. Perhitungan ini
mungkin menyesatkan karena kesulitan mengukur kerja berdasarkan persamaan,
misalnya mereka mengecualikan pekerjaan tidak langsung banyak seperti di industri
peralatan, tapi karena tebu merupakan salah satu tanaman yang paling intensif dalam
tenaga kerja terhadap kedelai dan mengingat bahwa ekspansi yang paling tebu berada
di wilayah kerja yang rendah, tidak ada keraguan bahwa telah ada pekerjaan yang
besar, dimana indeks tebu adalah 2,2 terhadap 37,44 untuk kapas dan 3,5-12 untuk
kedelai.
Di bidang kehutanan telah mencatat pentingnya sebagai sumber sumber
lapangan kerja, jika rencana oleh COALBRA terwujud maka lebih dari setengah juta
pekerjaan baru akan diciptakan untuk menghasilkan 10,7 x 109 liter/tahun etanol.
Karena tidak ada penyulingan beroperasi pada skala komersial. COALBRA
diperkirakan untuk etanol kayu didasarkan pada pabriknya di MINAS GERAIS.
Keuntungan tambahan lebih lanjut dari kerja biomassa berbasis biaya rendah.
Biaya per pekerjaan yang diciptakan dalam PNA yaitu $23.000-28.000/orang berada
di pusat selatan dan $6000-7000 di timur laut (tebu) dan diperkirakan $30000-34000
untuk kayu. Dibandingkan, investasi per pekerjaan yang diciptakan di sektor industri
yaitu $42.000/orang (1983) atau $57.000 dalam industri padat modal. Perbedaan di
komplek petrokimia Camacari, Bahia yang dimulai pada 1978 dan diperlukan
$200.000 per pekerjaan (Geller,1985)
Sehingga kelangsungan hidup ekonomi yang lebih rendah dari biomassa dapat
dikompensasikan dengan penciptaan lapangan kerja lebih murah dan oleh kenyataan
bahwa itu dihasikan dimana sangat dibutuhkan : di daerah pedesaan

13. Biaya
Ini adalah masalah yang kompleks yang tidak dilakukan peradilan disini.
Dalam kasus etanol tidak ada biaya tetap. Itu bervariasi sesuai dengan pabrik,
desain, lokasi dll dalam kasus perkiraan ProAlcool bervariasi dari $37-90 atau bahkan
$120 perbarrel bensin. Variasi berasal dari data primer bertentangan dan sejumlah
asumsi utama yang masuk ke setiap akuntansi biaya. Sangat penting adalah nilai tukar
dan pengolahan subsidi pemerintah ini bervariasi dari $ 0,06 liter untuk penyulingan
pertama, hampir tidak ada untuk yang baru-baru ini (kecuali di laut).
Sebuah studi menunjukkan bahwa Cenal biaya sosial etanol untuk
menggantikan satu barrel bensin pada pertengahan 1983 di sao paulo, menggunakan
tingkat inflasi AS untuk periode 1980-83 adalah $41-54 per barrel untuk pengganti
bensin. Maka, bensin yang berasal dari $29 per barrel minyak bumi impor
diperkirakan menelan biaya sekitar $41 per barrel ex-kilang di Brazil (lihat tabel 7)
Dan $47 ketika semua biaya diperhitungkan. Campuran 20:80 ethanol:bensin adalah
kompetitif. Tapi biayanya adalah 6-19% lebih tinggi bila 100% etanol digunakan
untuk menggantikan barel bensin. Ini tidak mempertimbangkan manfaat lain (kreasi
pekerjaan misalnya pembangunan pedesaan, peningkatan kemandirian dll).
Mengingat harga kayu, di bulan oktober 1983, ini adalah $9 per m3 untuk penggunaan
umum, untuk tujuan energi harga ini bisa di atas $24,70 per m3 sebelum masalah
ekonomi masa lalu. Potensi biomassa baru mulai diakui dan biaya pengurangan dapat
diharapkan dalam fase pertanian dan industri.

14. Kesimpulan
Sangat luar biasa bahwa brazil sedang mencari kemandirian energi pada satu
dekade yang lalu mengingat ketergantungan energi besar, dunia tampak tak
memikirkan. Pada bab ini menceritakan banyak pada pemanfaatan industri sumber
energi biomassa.
Program yang paling dikenal dan paling sukses adalah program ProAlcool
terbesar didunia industri berbasis biomassa dan itu merupakan keberhasilan brazil. Itu
merupakan kekuatan pendorong yang signifikan terhadap ekonomi, terutama dengan
menyediakan proporsi penting dari bahan bakar cair yang sangat dibutuhkan. Dan ini
juga merupakan tantangan untuk modernisasi pertanian dan pengembangan teknologi
energi alternatif. Ketika program R&D yang sekarang berlangsung menghasilkan
hasil, banyak hambatan saat ini dapat diatasi. Kehutanan adalah titik dimana
kemajuan penting dapat diharapkan.
Perubahan yang dibutuhkan sosial dan tidak lebih dari teknologi, khususnya
di lingkungan pedesaan sehingga konsep konsep baru secara bertahap dapat terbentuk
menuju masyarakat yang lebih mandiri. Penerimaan cepat untuk kendaraan bermotor
berbahan bakar etanol oleh konsumen perkotaan cukup signifikan dan sekarang secara
bertahap dan berhasil ekspansi ke penggunaan pertanian. Pemanfaatan bahan baku
berbasis biomassa di industri kimia juga sangat menggembirakan. Sejauh ini masalah
lingkungan yang paling serius adalah stillage, seseorang tidak dapat menyangkal
bahaya ini, tetapi mereka sedang ditangani dan berhasil. Pada saat yang sama bahan
bakar alkohol terhadap lingkungan kurang berbahaya. Masalah yang terkini
diperdebatkan masalah makanan dan efek sering kali berlebihan, ini didapat sebagian
diimbangi oleh penciptaan lapangan kerja yang lebih besar, bersih dan biaya investasi
yang lebih rendah, daerah mana yang lebih dibutuhkan
Sumber energi biomassa memiliki perjuangan yang berat dalam bersaing
dengan bahan bakar fosil, terutama dimana harga mereka tetap stabil atau jatuh.
Namun, biomassa juga bisa lebih penting di negara-negara berkembang terutama yang
di brazil adalah contoh terkemuka dalam pemanfaatan biomassa pada skala industri.

Anda mungkin juga menyukai