16
Hilangnya hak untuk mengemudi merupakan satu dari hal yang sangat
mengganggu sebagai konsekuensi sosial bagi penderita epilepsi. Para dokter harus
menjelaskan sangat jelas mengenai peraturan lokal mengenai mengemudi dan
epilepsi. Sejak hukum sangat berubah diantara negara-negara bagian. Pada semua
kasus, Tanggung jawab para dokter untuk memperingatkan pasien akan bahaya
yang membayangi diri mereka dan yang lainya saat mereka mengemudi mereka
mengalami kejang yang tidak terkendali( kecuali kalau kejang tidak berhubungan
dengan ganguan kesadaran dan kontrol motorik). Pada umumnya , sebagin besar
negara bagian mengizinkan penderita epilepsi untuk mengemudi setelah jangka
waktu bebas kejang
(dengan atau tanpa pengobatan) antara 3 bulan sampai 2 tahun.
17
pengaruh terhadap ikatan protein plasma), dan perubahan terhadap efek
pengobatan. Oleh karena itu sangat berguna untuk memeriksa pasien dalam
jangka waktu yang lebih sering selama kehamailan dan memonitor kadar serum
obat antiepilepsi. Pengukuran terhadap konsentrasi obat dapat berguna jika terjadi
peningkatan frekuensi kejang atau efek samping obat antiepilepsi yang
memburuk.
Insiden keseluruhan terhadap abnormalitas fetus pada anak yang lahir dari
ibu dengan epilepsi adalah 5 sampai 6 % debandingkan dengan wanita sehat yakni
2 sampai 3 %. Bagian yang cukup tinggi angka kejadianya oleh karena efek
teratogenik dari obat -obat anti epilepsi, dan resiko meningkat dengan pengunaan
sejumlah obat-obatan(misalnya ,resiko malformasi meningkat 10 % dengan tiga
obat-obatan). Sindrom yang terdiri dari dismorfisme wajah,bibir sumbing,celah
palatum,defek jantung,hipoplasia digiti, displasia kuku awalnya berasal dari terapi
phenitoin, tapi sekarang diketahui terjadi dengan obat-obat anti epilepsi lini
pertama lainnya juga ( yaitu asam valproat dan karbamazepin). Asam valproat
dan karbamazepin juga dihubungkan dengan 1-2 % angka kejadian neural Tube
Defects dibandingkan dengan 0,5 sampai 1 % pada kontol. Sedikit pengetahuan
terkini mengenai keamanan obat-obat baru.
Sejak kemungkinan yang membahayakan dari kejang yang tidak terkontrol
pada ibu dan fetus dianggap lebih besar daripada efek teratogenik dari obat-obat
antiepilepsi, saat ini direkomendasikan bagi wanita hamil untuk mendapat dosis
efektif terapi obat untuk maintenain. Jika memungkinkan, rasanya lebih bijaksana
dengan monoterapi pada dosis efektif terendah, terutama selama trisemester
pertama. Pasien juga harus mendapat asam folat (1 sampai 4 mg /hari), sejak efek
antifolat terhadap antikonvulsi diperkirakan memegang peranan pada
perkembangan dari neural Tube Defects , walaupun manfaat dari pengobatan
ini tetap belum dibuktikan pada keadaan ini.
Obat-obat yang mempengaruhi enzim seperti phenitoin,phenobarbital, dan
primidone menyebabkan defisiensi vitamin K dependent sebagai faktor
pembekuan yang sementara dan reversibel pada kira-kira 50 % bayi baru lahir.
Walaupun perdarahan pada neonatus jarang terjadi, ibu harus diberikan vitamin K
18
oral (20 mg setiap hari) pada 2 minggu terakhir kehamilan, dan bayinya harus
mendapat injeksi vitami K intramuskular ( mg) saat lahir.
Kontrasepi
Perhatian khusus harus diberikan saat meresepkan pengobatan antiepilepsi
untuk wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Obat-obat seperti
karbamazepin,phenitoin,phenobarbital, dan topiramate dapat secara bermakna
bekerja antagonis terhadap efek dari kontrasepsi oral melalui induksi enzim dan
mekanisme lainya. Pasien harus dianjurkan untuk mempertimbangkan kontasepsi
dalam bentuk lain. Atau obat kontrasepsi mereka harus dimodifikasi untuk
mengimbangi efek dari obat-obat antiepilepsi.
Menyusui
Obat-obat antiepilepsi dieksresi ke air susu ibu dalam kadar yang
berbeda-beda. Perbandingan konsentrasi obat pada ASI relatif ke serum kira-kira
80 % untuk ethosuximide, 40 sampai 60 % untuk phenobarbital, 40 % untuk
karbamazepin,15 % untuk phenitoin dan 5 5 untuk asam valproat. Dengan semua
keuntungan dari pemberian ASI dan angka kejadian yang kurang terhadap
kerugian jangka panjang pada bayi yang terpajan obat antiepilepsi, ibu dengan
epilepsi harus didukung untuk memberikan ASI. Hal ini harus dipertimbangkan
kembali, jika ada kejadian dimana timbul efek obat pada bayi,seperti letargi atau
makan yang sedikit.
19