Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN

PENGUKURAN RADIASI
PENGENALAN ALAT UKUR RADIASI

OLEH:

SAYYIDATUN NISA

111700003

PROGRAM STUDI TEKNOKIMIA NUKLIR

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

2017
PENGENALAN ALAT PROTEKSI RADIASI

I. Tujuan
1. Mengetahui beberapa alat ukur radiasi
2. Mengetahui cara kerja beberapa alat proteksi radiasi
3. Mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi
4. Mengetahui satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi

II. Teori Dasar

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk


partikel atau gelombang. Jika suatu inti tidak stabil, maka inti mempunyai
kelebihan energi. Inti itu tidak dapat bertahan, suatu saat inti akan melepaskan
kelebihan energi tersebut dan mungkin melepaskan satu atau dua atau lebih
partikel atau gelombang sekaligus. Setiap inti yang tidak stabil akan
mengeluarkan energi atau partikel radiasi yang berbeda. Pada sebagian besar
kasus, inti melepaskan energi elektromagnetik yang disebut radiasi gamma,
yang dalam banyak hal mirip dengan sinar-X. Radiasi gamma bergerak lurus
dan mampu menembus sebagian besar bahan yang dilaluinya. Dalam banyak
kasus, inti juga melepaskan radiasi beta. Radiasi beta lebih mudah untuk
dihentikan. Seng atap atau kaca jendela dapat menghentikan radiasi beta.
Bahkan pakaian yang kita pakai dapat melindungi dari radiasi beta. Unsur-
unsur tertentu, terutama yang berat seperti uranium, radium dan plutonium,
melepaskan radiasi alfa. Radiasi alfa dapat dihalangi seluruhnya dengan
selembar kertas. Radiasi alfa tidak dapat menembus kulit kita. Radiasi alfa
sangat berbahaya hanya jika bahan-bahan yang melepaskan radiasi alfa masuk
kedalam tubuh kita (Anonim, 2017).
Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber
radiasi alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur
kimia yang terdapat dalam lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada
atmosfer akibat terjadinya pergesaran lintasan perputaran bola bumi.
Sedangkan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa,
radiasi sinar beta, dan radiasi sinar gamma (Boel, 2009).
Becquerel, pada tahun 1896 menemukan senyawa uranium yang
memancarkan cahaya tak tampak yang dapat menembus bahan yang tidak
tembus cahaya serta mempengaruhi emulsi fotografi. Pada tahun 1896 Marie
Curie menunjukan bahwa inti uranium dan unsur lain bersifat memancarkan
salah satu partikel alfa, beta, atau gamma. Unsur inti atom yang mempunyai
sifat memancarkan sinar-sinar tersebut disebut inti radioatif. Energi radiasi
dapat mengeluarkan elektron dari inti atom, sisa atom ini menjadi muatan
positif dan disebut ion positif. Elektron yang dikeluarkan itu dapat tinggal
bebas atau mengikat ion netral lainnya dan membentuk ion negatif. Peristiwa
pembentukan ion positif dan ion negatif dinamakan ionisasi. Ionisasi ini peting
sekali untuk diketahuinya oleh karena melalui proses ini jaringan tubuh akan
mengalami kelainan atau kerusakan pada sel-sel tubuh. Ionisasi diudara dapat
dipakai sebagai dasar sistem pengukuran dosis radiasi (Gabriel, 1996).
Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap jenis radiasi tersebut
memiliki panjang gelombang masing-masing. Ditinjau dari massanya, radiasi
dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi
elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri
dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-
X, sinar gamma dan sinar kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa
partikel yang memiliki massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron. Partikel
beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun
tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar
kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan
ionisasi secara tidak langsung. Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak
dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-pengion adalah
gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet
(Anonim, 2017).
Mula-mula dosis yang digunakan dalam radiasi pengion adalah dosis
erithema yaitu banyaknya radiasi sinar X yang menyebabkan kulit kemerahan.
Starting (1930) melakukan radiasi terhadap penderita kemudian diukur dalam
satuan Rontgen disingkat r; kurang lebih tahun 1960 r diganti dengan Roentgen
(R). Roentgen (R) adalah sataun dari pada banyaknya radiasi (unit of
exposure). Definisi atau arti satu roentgen ialah : banyaknya radiasi sinar X
atau sinar gamma yang menimbulkan ionisasi diudara pada 0,001293 gram
udara sebanyak satu satuan muatan elektrostatis (Gabriel, 1996).
Secara umum, bahaya radiasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
bahaya radiasi eksterna (sumber radiasi berada diluar tubuh) dan bahaya radiasi
interna (sumber radiasi berada didalam tubuh). Kedua bahaya radiasi ini
ditanggulangi dengan cara berbeda, yaitu:
a. Bahaya radiasi eksterna dapat ditanggulangi dengan mengatur waktu
(semakin singkat, semakin baik), mengatur jarak (semakin jauh,
semakin baik), atau memasang perisai radiasi diantara sumber radiasi
dan tubuh. Dengan melakukan pengaturan tersebut, dosis yang diterima
oleh orang yang menangani zat radioaktif dapat ditekan serendah
mungkin.
b. Bahaya radiasi interna dapat ditanggulangi dengan mencegah masuknya
zat radioaktif ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan luka terbuka
pada kulit. Jadi, bila tugas kita adalah menangani zat radioaktif yang
berbentuk gas, serbuk, atau cairan, kita harus mengusahakan untuk
tidak makan (minum) atau merokok ditempat kerja dan menggunakan
pakaian kerja khusus. Selain itu kita perlu membuat pengaturan
ventilasi ruangan yang baik, serta membuat dan mengikuti prosedur
kerja yang baik dan ketat untuk mencegah tersebarnya kontaminasi ke
tempat lain yang bersih (Sumardjo, 2008).
Berbagai instrumen disediakan untuk perlindungan radiologi. Beberapa
diantaranya:
Ruangan ionisasi
Tabung Geiger Muller
Penghitung sintilasi
Penghitung proporsional
Film badge
Dosimeter termoluninesen (TLD)
Semua itu harus dapa portable. Empat alat pertama merupakan alat elektronik
yang dapat mengukur kadar radiasi sesaat dan mampu memberikan sinyal
peringakan berupa suara dan nyala. Dua yang terakhir mengukur pemajanan
kumulatif dan merupakan alat yang biasa dipakai pekerja radiasi. Tidak ada
satu alat yang mampu mengenal atau mengukur semua bentuk radiasi alfa,
beta, gamma, dan sinar X. Sebagian besar biasanya dirancang untuk memantau
radiasi yang paling mudah menemmbus, seperti sinar gamma dan sinar X
(Harrington & Gill, 1992).

III. Alat yang Digunakan


Film badge
Thermoluminescent Dosimetry (TLD)
Dosimeter Saku
IV. Data Pengamatan
NAMA MEKANISME
NO KEKURANGAN KELEBIHAN
ALAT KERJA
Film Badge Terjadi reaksi Membutuhkan Lebih akurat
1
kimia yaitu tambahan alat dibanding pendose
radiasi yang untuk pembacaan Sebagai bukti
ditangkap filter Film dapat rusak otentik
akan karena lingkungan Dapat dibaca ulang
mengionisasi (kelembaban) Dapat
senyawa AgBr Film dapat jenuh membedakan jenis
+
menjadi Ag , sehingga tidak energi
dimana Ag akan dapat digunakan
menghitamkan lagi
film sehingga Jangka pemakaian
akan terlihat jelas hanya 1 bulan
radiasi yang
ditangkap setelah
dilakukan
pembacaan
dengan
densitometer
TLD Terjadi proses Mahal Lebih akurat dari
2
sintilasi yaitu Tidak dapat dibaca film badge
radiasi yag ulang Dapat digunakan
mengenai Tidak dapat lagi
detektor akan dijadikan bukti Jangka waktu
membuat otentik pemakaian 3 bulan
elektron Tidak bisa
berpindah ke pita membedakan
konduksi yang energi
disimpan dalam
kristal LiF lalu
pembacaaan nya
menggunakan
TLD reader
dengan cara
memanaskan
kristal sehingga
elektron yang
terperangkap
pindah ke pita
valensi
Dosimeter Terjadi proses Tidak terlalu Dapat dilihat
3
saku ionisasi yaitu akurat langsung
(pendose) radiasi terionisasi Tidak dapat Tidak dapat
lalu ion-ionnya membedakan jenis tambahan alat
menuju katoda energi untuk membaca
dan anoda Tidak dapat Sebagai indikator
sehingga terjadi didokumentasi awal
perubahan Range kecil
potensial yang
mengakibatkan
jarum
bergerak/menyim
pang.

V. Pembahasan
Radiasi adalah perpindahan energi yang tidak memerlukan zat perantara.
Radiasi memiliki sifat tidak dapat dilihat dan mempunyai daya tembus, oleh
karena itu penggunaan radiasi perlu dilakukan dengan penanganan yang tepat.
Untuk dapat menggunakan radiasi dengan aman maka perlu dilakukan
pemantauan paparan radiasi agar tidak melebihi dosis serap yang
diperbolehkan. Dosis serap adalah jumlah energi yang diserap oleh suatu
materi, dosis serap yang diizinkan diterima oleh pekerja radiasi adalah 25
Sv/jam.
Pemantauan paparan menggunakan alat proteksi radiasi yang akan
menghasilkan pengukuran dalam bentuk CPM (Count Per Minute) atau
Sv/jam. Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari
detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya.
Detektor yang menyerap radiasi mempunyai 2 jenis mekanisme pendeteksian
yaitu dengan cara ionisasi dan cara sintilasi. Ionisasi adalah pengukuran
elektron yang tidak stabil dan terlepas pada saat suatu energi menembak inti
atom. Sedangkan sintilasi adalah pengukuran pancaran sinar yang timbul akibat
penembakan suatu energi ke inti atom dan menyebabkan elektron tidak stabil
sehingga elektron tersebut terlempar ke kulit yang lebih luar dan kembali lagi
ke lintasan untuk mencapai stabil.
Detektor yang digunakan dalam alat ukur proteksi radiasi terdiri dari
beberapa jenis detektor, yaitu:
Detektor Semikonduktor : Bahan isolator dan konduktor tidak dapat
meneruskan arus listrik karena perpedaan tingkat energi antara pita
valensi dan pita konduksi terlalu jauh ( >5 eV ) pada bahan isolator
sehingga elektron tidak dapat berpindah. Keunggulan detektor
semikonduktor adalah lebih effisien dari pada detektor isian gas karena
terbuat dari bahan padat dan mempunyai resolusi lebih tinggi dari pada
detektor sintilasi.
Detektor Isian Gas : Detektor isian gas mempunyai 2 elektroda dan
diisi dengan gas, elektroda positif disebut sebagai anoda yang
dihubungkan pada kutub positif listrik dan elektroda negatif disebut
dengan katoda yang dipasangkan pada kutub negatif listrik. Terdapat 3
jenis detektor isian gas, yaitu Geiger Mueller (GM), kamar ionisasi, dan
proporsional.
Detektor Sintilasi : Pengukuran pada detektor ini berdasarkan jumlah
cahaya yang ditangkap oleh detektor yang diakibatkan oleh
perpindahan elektron yang tidak stabil menuju kulit yang lebih luar dan
kembali lagi menempati lintasan yang lebih dalam agar stabil. Percikan
cahaya yang dihasilkan saat detektor terkena radiasi dikonversi oleh
tabung photomultiplie yang berfungsi untuk memperbanyak foton
sehingga energinya setara dengan energi radiasinya. Foton yang keluar
dari tabung photomultiplier diukur dengan cara pulsa listrik.

Seseorang yang bekerja di daerah radiasi harus mengenakan dosimeter


personal untuk mengukur dosis radiasi secara akumulasi. Terdapat 3 macam
dosimeter personal yang sering digunakan, yaitu:

Film Badge : Film badge merupakan dosimeter persona yang sensitif


terhadap radiasi dan . Film badge terdiri dari 2 bagian yaitu detektor
film dan holder. Detektor yang digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu
detektor yang sensitid terhadap radiasi rendah dan detektor yang sensitf
terhadap radiasi tinggi. Detektor tersebut dilapisi oleh emulsi molekul
silver, biasa nya digunakan AgBr sebagai pelapisnya. Ion Ag+ akan
tereduksi menjadi Ag bila terkena radiasi yang akan menyebabkan
perubahan warna pada detektor film menjadi warna abu-abu. Pada
bagian holder terpasang filter yang terdiri dari plastik dengan tebal 0,5
mm, 1,5 mm, dan 3 mm, Aluminium 0,6 mm, tembaga 0,3 mm,
stansium 0,8 mm, timbal 0,4 mm dan campuran cadmium 0,8 mm.
Filter tersebut berfungsi untuk membedakan jenis energi radiasi,
menyaring radiasi sehingga hanya berupa pantulan, dan mencegah
feeding. Keuntungan dari menggunakan film badge adalah dapat
membedakan jenis radiasi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi
penerimaan dosis pekerja. Adapun kelemahan nya adalah film yang
digunakan akan jenuh pada waktu 1 bulan pemakaian dan harus diganti
dengan film yang baru sehingga tidak ekonomis.

Gambar 1: Konstruksi Film Badge

Thermoluminescent Dosimetry (TLD) : Detektor pada TLD terdapat


bahan kristal seperti CaSO4, CaF, atau LiF yang diberikan impuritas.
Prinsip kerja pada detektor ini mirip dengan detektor sintilasi hanya
saja radiasi yang tertangkap detektor akan mengenai kristal dan
memberikan efek eksitasi namun elektron yang berpindah ke kulit lebih
luar akan terjebak padda lintasan tesebut. Pada saat pengukuran TLD
dilakukan proses pemanasan yang disebut anealing pada suhu tertentu,
yang akan menyebabkan elektron yang terjebak dapat kembali lagi ke
lintasan semula dan elektron itulah yang akan diukur untuk mengetahui
akumulasi dosis yang telah diterima pekerja radiasi. Keuntungan dari
penggunaan TLD adalah waktu penggunaan nya yang lebih lama
dibandingkan film badge yaitu 3 bulan dan dapat digunakan kembali
tetapi tidak dapat didokumentasikan karena hasil yang telah terbaca
akan terhapus.

Gambar 2: Konstruksi TLD

Dosimeter saku : Prinsip kerja pada detektor ini sama dengan detektor
isian gas namun muatan yang terkumpul akan tersimpan seperti pada
kapasitor. Dosimeter saku berbentuk silinder dan pada dindingnya
terdapat katoda-katoda yang bermuatan negatif, sedangkan sumbu
logan dibagian bawah bermuatan positif. Radiasi yang tertangkap oleh
detektor akan mengionisasi gas kemudian ion-ion tersebut berubah
menjadi ion positif atau negatif dan bergerak ke arah katoda dan anoda
sehingga akan mengurangi perbedaan potensial yang setara dengan
intensitas, perbedaan inilah yang akan dikonversi menjadi nilai dosis
dan terbaca dalam satuan Sv. Dalam penggunaan dosimeter saku
memerlukan charger yang akan mereset skala sehingga menunjukan
angka 0. Pembacaan nilai dosis yang ditunjukan oleh dosimeter ini
tidak akan berlangsung lama karena disebabkan oleh kebocoran
elektrostatik pada detektor. Namun keuntungan dari detektor ini adalah
dapat dibaca secara langsung dan tidak membutuhkan alat tambahan
untuk pembacaan nya.
Gambar 3: Konstruksi Pendose

Gambar 4. Charger Pendose

VI. Kesimpulan
1. Alat yang berfungsi sebagai alat ukur radiasi yaitu film badge, TLD, dan
dosimeter saku.
2. Cara kerja alat proteksi radiasi yaitu:
Film badge dengan cara reaksi kimia
TLD dengan cara scintilasi
Dosimeter saku dengan cara ionisasi
3. Mekanisme kerja pada alat proteksi radiasi:
Film badge: reaksi kimia pada film fotografi
TLD: Proses scintilasi pada kristal anorganik yang terkena radiasi
Dosimeter saku : Radiasi yang yang memasuki detektor akan
mengionisasi gas
4. Satuan pembacaan nilai dosis pada pendose adalah Sv.

VII. Daftar Pustaka

Anonim. (2017). Radiasi dan Dunia yang Kita Huni. www.batan.go.id.


Boel, T. (2009). Dental Radiologi. Medan: USU press.
Gabriel, J. (1996). Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.
Harrington, J., & Gill, F. (1992). Pocket Consultant Occupational Health, 3/e.
Oxford: Blackwell Science Limited.
Sumardjo, D. (2008). Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai