Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Signalling Theory

Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau signal adalah suatu

tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang

menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena

pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi

tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya

menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu,

saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan

bagaimana efeknya pada perusahaan.

Integritas laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan

merupakan sinyal positif yang dapat memperngaruhi opini investor dan kreditor

atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya

memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat

keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis.

13

Universitas Sumatera Utara


Signalling theory menyatakan pengeluaran investasi memberikan sinyal

positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga

meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan, Hasnawati (2005).

Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar sebagai kemampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban di masa yang akan atau adanya risiko bisnis yang

rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar, Brigham (1999).

2.1.2. Teori Agency

Teori agensi merupakan basis teori yang selama ini dingunakan sebagai

dasar dalam praktik bisnis perusahaan. Dalam teori tersebut pemegang saham di

deskripsikan sebagai principal dan manajemen sebagai agen (Borolla, 2011).

Teori agensi adalah sebuah kontrak yang dilakukan antara pihak principal dengan

agen dimana kedua belah pihak tersebut merupakan pemaksimum kesejahteraan.

Prinsipal adalah pihak pihak yang memberikan perintah kepada agen untuk

bertindak atas nama principal, sedangkan agen adalah pihak yang diberi

kepercayaan oleh principal untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Agen

memiliki kewajiban kepada principal untuk mempertanggungjawabkan semua hal

yang terkait dengan apa yang telah di amanatkan prinsipal kepada agen tersebut.

Pemisahan antara pemegang saham dan manajer seperti ini dapat

menimbulkan adanya masalah keagenan atau agency problem. Dan karena

kewenangan pengelolaan perusahaan serta pengambilan keputusan diserahkan

14

Universitas Sumatera Utara


kepada manajer, maka bisa saja manajer tidak berbuat yang terbaik untuk pemilik

karena adanya perbedaan kepentingan (Nasser, 2008).

Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi agency problem. Beberapa

diantaranya adalah dengan meningkatkan peran outsider dalam monitoring

perusahaan, keberadaan atau eksistensi kepemilikan manajerial, peningkatan

pembayaran dividen, pendanaan melalui utang (Crutchley, et.al dalam Mursalim,

2009a).

2.1.3. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu

perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan

setelah melalui proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan

tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah

sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan

meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan

meningkat.

Dalam reorganisasi keuangan faktor utama yang harus diperhatikan adalah

menyangkut penentuan nilai perusahaan. Hal ini sangat penting terutama dalam

rangka penjualan perusahaan, private placement ataupun go public .terdapat

beberapa alternative untuk menilai perusahaan di antaranya adalah :

Price earning ratio method. Alternative ini memerlukan informasi


tentang proyeksi futures earning perusahaan, expected return for

15

Universitas Sumatera Utara


equity investment, expected return on investment dan historical price
earning ratio. Informasi-informasi tersebut digunakan untuk
menentukan target price earning ratio dan kemudian dibandingkan
dengan rata-rata industrinya.
Discounted cashflows approach. Melalui cara ini penilai akan
mendiskontokanexpected cashflows dan membandingkannya dengan
market value perusahaan (Sartono, 2001:380)

Menurut Fama (1978) (dalam Untung Wahyudi et.al, 2006), nilai

perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham

perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi

disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari

nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui

indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi.

Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan

perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Harga saham juga dapat sebagai indikator keberhasilan manajemen

dalam mengelola aktiva perusahaan, sedangkan nilai perusahaan publik ditentukan

oleh pasar saham. Semakin tinggi harga saham, maka nilai perusahaan dan

kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Menurut Van Horne

(dikutip Diyah dan Erman, 2009). Value is represented by the market price of

the companys common stock which in turn, is a function of firm;s investment,

financing and dividend decision.

Menurut Brigham & Ghapenski (1996) (dalam Darminto, 2010),

manajemen dalam mengelola aktiva secara efisien sebagai upaya meningkatkan

kinerja keuangan maupun nilai perusahaan. Salah satu tugas mendasar dari

manajer meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm).

16

Universitas Sumatera Utara


Nilai perusahaan menunjukkan nilai berbagai aset yang dimiliki perusahaan,

termasuk surat-surat berharga yang telah dikeluarkannya. Nilai perusahaan lazim

diindikasikan dengan price to book value (PBV). Price to book value yang tinggi

akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan kedepan.

Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga

yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham

yang terjadi di pasar bursa tertentu yang terbentuk oleh permintaan dan penawaran

saham oleh para pelaku pasar. Nilai perusahaan merefleksikan profitabilitas

perusahaan di masa depan dan juga menggambarkan profitabilitas saat ini.

Berdasarkan pendekatan konsep nilai pasar atau Price Book Value tersebut,

harga saham dapat diketahui berada diatas atau dibawah nilai bukunya. Pada

dasarnya, membeli saham berarti membeli prospek perusahaan (Samsul, 2006).

PBV yang tinggi akan membuat investor yakin atas prospek perusahaan dimasa

mendatang. Oleh karena itu keberadaan rasio PBV sangat penting bagi para

investor maupun calon investor untuk menentapkan keputusan investasi.

Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam

penilaian perusahaan. Menurut Suharli (2002) diantaranya adalah:

a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning

ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba ; b) pendekatan arus kas antara lain

metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen antara lain metode

pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian

aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan economic value added .

17

Universitas Sumatera Utara


Rasio-rasio keuangan dingunakan investor untuk mengetahui nilai pasar

perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai

penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya

dimasa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah

satunya Tobins Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik,

karena dalam Tobins Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham

perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan

yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh

aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor

saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kresitur karena sumber

pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga

dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004).

Jadi semakin besar nilai Tobins Q menunjukkan bahwa perusahaan

memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin

besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset

perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan

pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004).

Ada beberapa yang menjadi indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan,

diantaranya adalah :

1. PER (Price Earning Ratio)

PER adalah nilai harga perlembar saham, indikator ini secara praktis telah
diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi bagian akhir dan menjadi
bentuk standar pelaporan keuangan bagi perusahaan publik di indonesia. PER
disebut juga sebagai pendekatan earning multiplier, menunjukkan rasio harga

18

Universitas Sumatera Utara


pasar saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan seberapa besar
investor menilai harga saham terhadap kelipatan earning (Harmono,
2011:57).
, hubungan faktor-faktor tersebut terhadap PER yang dijelaskan sebagai

berikut :

a. Semakin tinggi pertumbuhan lama semakin tinggi PER nya, dengan


kata lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER nya bersifat
positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa yang
akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan
yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
biaya yang dikeluarkan secara efisien. Laba bersih yang tinggi
menunjukkan earning per share yang tinggi, yang berarti perusahaan
mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal
untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga saham-saham
dari perusahaan yang memiliki profitabilitas dan pertumbuhan laba
yang tinggi akan memiliki PER yang tinggi pula, karena saham-saham
akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya
meningkat lebih besar.
b. Semakin tinggi dividend payout ratio (DPR), semakin tinggi PER nya.
DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR
menentukan besarnya dividen ini secara positif dapat memperngaruhi
harga saham terutama pada pasar modal didominasi yang mempunya
strategi manager dividen sebagai target utama, maka semakin tinggi
dividen semakin tinggi PER.
c. Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER, r
merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi
saham, atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang
disyaratkan. Jika keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut
ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, berarti
hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang menarik, sehingga
dapat menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya.
Dengan begitu r memiliki hubungan yang negatif dengan PER,
semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan semakin rendah
nilai PER nya.

PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapka di

masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula

kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan.

19

Universitas Sumatera Utara


2. PBV (Price Book Value)

Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada

manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus

tumbuh. (Brigham, 1999:92).

2.1.4. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan

untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta

lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban

lancar. Ukuran likuiditas suatau perusahaan dikatakan sehat bila memiliki rasio

lancar sebesar 100%.

Pada pengertian likuiditas menurut para ahli juga termuat fungsi likuditas itu

sendiri. Fungsi-fungsi likuiditas yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Menjalankan transaksi bisnis sehari-hari

2. Mengatasi kebutuhan dana pada saat mendesak

3. Untuk memuaskan permintaan seseorang akan pinjaman dana

4. Untuk memberikan fleksibilitas dalam mencapai kesempatan investasi

menarik yang menguntungkan.

Keempat fungsi di atas membuat keberadaan likuiditas sangat diperlukan

dalam sebuah perusahaan. Bahkan dalam perusahaan besar seperti perbankan

terdapat istilah likuiditas bank yang dimaknai sebagai kemampuan bank untuk

memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu pendek.

20

Universitas Sumatera Utara


Likuiditas perusahaan, menunjukkan kemampuan untuk membayar

kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan

ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk

diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan.

Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas Neraca, Laporan rugi-

laba, laporan perubahan modal (Sartono, 2001:116).

Rasio likuiditas antara lain terdiri dari (brigham dan housten, 2010:134):

a. Rasio Lancar : Aset lancar meliputi kas, efek yang dapat di perdagangkan,
piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas utang usaha,
wesel tagih jangka pendek, utang lancar jangka panjang, pajak dan gaji yang
harus di bayar. Rasio lancar adalah membandingkan antara total aktiva
lancar dengan kewajiban lancar (current assets/current liabilities). Current
assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus
operasi usaha yang normal yang lebih besar. Current liabilities merupakan
kewajiban pembayaran dalam satu tahun atau siklus operasi yang normal
dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk memenuji kewajiban tersebut
berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.
b. Quick Ratio : Persediaan pada umumnya merupakan asset lancar perusahaan
yang paling tidak likuid sehingga persediaan asset, dimana kemngkinan
besar akan terjadi kerugian jika terjadi likuidasi. Quick ratio adalah
membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan
kewajiban lancar. Persediaan terdiri dari alat-alat kantor, bahan baku,
persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Tujuan
manajemen persediaan dalam mengadakan persediaan yang dibutuhkan
untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Suatu
perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1:1 atau 100%
dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

2.1.5. Kepemilikan Institusional

Tarjo (2008) menerangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan

saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya.

21

Universitas Sumatera Utara


Kepemilikan institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang

lebih optimal sehingga keberadaannya memiliki arti penting bagi pemonitoran

manajemen. Dengan adanya monitoring tersebut maka pemegang saham akan

semakin terjamin kemakmurannya, pengaruh kepemilikan instutisional yang

berperan sebagai agen pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar

dalam pasar modal (Permanasari, 2010).

Beberapa kelebihan dari struktur kepemilikan institusional disebutkan oleh

Permanasari (2010) sebagai berikut :

1. Profesionalisme dalam analisis informasi yang berdampak pada

keterandalan informasi,

2. Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas

aktivitas perusahaan.

2.1.6 Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan

akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam

bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah

kesempatan investasi yang tersedia, ketersediaan dan baya modal alternative, dan

preferensi pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau

menerimanya di masa datang (Sartono, 2001:282).

22

Universitas Sumatera Utara


Dalam bagian ini kita menelaah tiga teori dari preferensi investor: (1) teori

ketidak relevanan dividen, (2) teori bird-in-the-hand, (3) teori preferensi pajak.

(Brigham dan houston, 2001: 66).

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller

dan Franco Modigliani (MM), MM berpendapat bahwa nilai suatu

perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk

menghasilkan laba dan resiko bisnisnya

2. Teori the Bird- in- the- hand

Menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk

menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan

bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat

resiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya

ditentukan oleh tingkat resio arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan

pembagian dividennya.

3. Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa

investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah

daripada yang tinggi: (1) bahwa keuntungan modal dikenakan pajak

dengan dengan tarif maksimum 28 persen, sedangkan pendapatan dividen

dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6 persen (2) Pajak atas

keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek

nilai waktu, satu dolar pajak yang harus dibayarkan di masa mendatang

23

Universitas Sumatera Utara


mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang

dibayarkan hari ini (3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang

sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang

terutang-ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai

saham pada hari kematian sebagian dasar biaya mereka, dengan demikian

mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.

Kebijakan dividen penting karena dua alasan, yaitu:

1. pembayaran dividen akan mempengaruhi hargasaham.

2. pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber

tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan

perusahaan.

Kebijakan dividen yang dipilih oleh perusahaan sudah tentu harus

melewati pertimbangan yang matang agar tidak timbul masalah bagi perusahaan

dikemudian hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan

dibayarkan antara lain:

1. Posisi Solvabilitas Perusahaan

Apabila perusahaan dalam keadaan insolvensi atau solvabilitinya kurang

menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini

disebabkan karena laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk

memperbaiki posisi struktur modalnya.

2. Posisi Likuiditas Perusahaan

Dividen kas merupakan arus kas keluar bagi perusahaan. Karena itu bila

24

Universitas Sumatera Utara


perusahaan membayarkan dividen berarti harus menyediakan uang kas yang

cukup banyak dan hal ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan.

Perusahaan dengan likuiditas kurang baik cenderung membagikan dividen

yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang likuiditas lebih baik.

3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang

Semakin banyak hutang yang harus dibayar, maka semakin besar dana

yang harus disediakan. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti

dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang

tersebut bisa dengan cara mencari hutang baru ataupun dengan sumber

dana internal dengan cara memperbesar laba ditahan.

4. Rencana Perluasan

Semakin pesat perluasan yang dilakukan, maka semakin besar dana yang

dibutuhkan. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi baik dari hutang,

menambah modal sendiri, ataupun dari sumber dana internal dengan cara

memperbesar laba ditahan yang akhirnya akan memperkecil Dividend Payout

Ratio (DPR).

5. Kesempatan Investasi

Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen yang

dibayarkan sebab dananya akan digunakan untuk memperoleh kesempatan

investasi tersebut.

6. Stabilitas Pendapatan

Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang

banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya

25

Universitas Sumatera Utara


tidak stabil harus menyediakan kas yang cukup tersedia untuk berjaga-jaga.

Hal ini mengakibatkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil akan

memperkecil Dividend Payout Ratio-nya.

7. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Terkadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan.

Oleh karena itu perusahaan cenderung mencari sumber dana dari modal

sendiri. Kemungkinan akan masuk investor baru tentunya akan

mengurangi kendali pemilik lama atas perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang

risikonya cukup besar. Hal itulah yang menyebabkan perusahaan akan

cenderung tidak membagi dividen.

2.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang sudah diuraikan,

maka kerangka konseptual ini dapat digambarkan pada gambar berikut:

26

Universitas Sumatera Utara


Kebijakan Dividen
(Z)

Likuiditas (X1)
Nilai
Perusahaan
(Y)
Kepemilikan
Institusional (X2)

Gambar 2.1

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya serta kuat

lemahnya hubungan antara variabel dependen berupa nilai perusahaan dan

kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi dengan variabel independen

berupa likuiditas dan kepemilikan institusional. Penelitian ini diharapkan dapat

membuktikan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap nilai

perusahaan dan kebijakan dividen sebagai pemoderasi variabel.

2.2.1. Hubungan Antar Variabel

2.2.1.1. Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan

Current ratio merupakan salah satu ukuran dari likuiditas yang merupakan

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah

kas dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik

27

Universitas Sumatera Utara


setiap saat yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi current ratio menunjukkan

kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka

pendeknya (Brigham, 2006). Semakin tinggi likuiditas perusahaan, semakin

banyak dana tersedia bagi perusahaan untuk membayar dividen, membiayai

operasi dan investasinya, sehingga persepsi investor pada kinerja perusahaan akan

meningkat. Harga saham diduga akan meningkat pula akan terpengaruh secara

menguntungkan. Dalam kondisi berbeda peningkatan likuiditas bisa juga persepsi

buruk. Jika kenaikan likuiditas tidak menaikkan dividen melainkan menaikkan

free cash flow dalam perusahaan, maka diduga biaya agency akan meningkat.

Maka hipotesi kedua dalam penelitian ini adalah:

Likuiditas berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

2.2.1.2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan mendorong pihak

investor institusional tersebut untuk melakukan usaha pengawasan yang lebih

besar pula. Hal tersebut menjadikan perilaku opportunistic manajer dapat dicegah.

Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%)

menunjukkan kemampuan perusahaan tersebut di dalam memonitor manajemen

(Arif, dalam Machmud dan Djakman, 2008). Mekanisme pengawasan yang tinggi

akan meminimalkan penyelewangan-penyelewengan yang mungkin dilakukan

manajemen segingga berdampak pada menurunnya nilai perusahaan. Disamping

itu, melalui usaha-usaha yang positif, investor institusional akan berusaha untuk

meningkatkan nilai perusahaan yang dimilikinya (Haruman, 2008).

28

Universitas Sumatera Utara


Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.2.1.3. Moderasi Kebijakan Dividen Pada Likuiditas Terhadap Nilai

Perusahaan

Likuiditas yang dinilai dari arus kas bebas perusahaan memiliki pengaruh

terhadap nilai perusahaan. Arus kas bebas mencerminkan kinerja manajemen

keuangan dalam mengambil keputusan keuangan. Nilai perusahaan dapat

memberikan kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan memiliki kas

yang benar-benar bebas, yang dapat dibagikan kepada pemilik saham sebagai

dividen. Hubungan antara nilai perusahaan dengan pembayaran dividen, arus kas

bersih, leverage dan earnings per share yang diharapkan setiap tahun oleh

perusahaan bahwa dividen menunjukkan hal yang pasti berkaitan dengan apresiasi

harga saham. Semakin tinggi nilai kesehatan suatu perusahaan akan memberikan

keyakinan pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital

gain) di masa yang akan datang.

Dividend payout ratio pada hakikatnya menentukan porsi keuntungan yang

akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai

bagian dari laba ditahan. Brigham (2006) juga menyatakan bahwa manajer

percaya bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang mengikuti dividend

payout ratio yang stabil. Persamaan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan likuiditas sebagai salah satu perwakilan kinerja keuangan

yang digunakan dalam penelitian ini seperti penelitian Murtini (2008) yang

menggunakan arus kas bebas. Maka hipotesis keempat adalah :

29

Universitas Sumatera Utara


Kebijakan dividen memoderasi hubungan antara Likuiditas dengan nilai

perusahaan.

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau

keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Erlina, 2008: 30).

Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan kerangka konseptual yang

dijelaskan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengaruh likuiditas dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan dan

kebijakan dividen sebagai variabel moderasi pada perusahaan food and beverage

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.

2.4. Penelitian Terdahulu

Studi empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mengenai

kaitan antara beberapa indikator pengukuran nilai perusahaan telah banyak

dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian tersebut antara lain:

Prapaska dan Mutmainah (2012) melakukan penelitian tentang analisis

pengaruh tingkat profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Dengan metode analisis berganda

dengan menggunakan jumlah sampel 44 perusahaan manufaktur dalam Bursa

Efek Indonesia tahun 2009-2010. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

profitabilitas, keputusan investasi dan kebijkan deviden berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan sedangkan keputusan pendanaan berpengaruh negatif.

30

Universitas Sumatera Utara


Erlangga, Enggar (2009) melakukan analisis pengaruh kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR, GCG dan kebijakan

dividen sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan dan kebijakan dividen dapat memoderasi pengaruh ROA terhadap

nilai perusahaan.

Alfredo Mahendra (2011) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderating.

Jumlah sampel adalah sebanyak 30 sampel perusahaan manufaktur selama periode

2006-2009. Pengujian hipotesis penelitian digunakan teknik analisis berganda dan

moderated regression analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen

tidak mampu secara signifikan memoderasi pengauruh likuiditas terhadap nilai

perusahaan, leverage berpengaruh negatif tidak signifikan, profitabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijkan dividen

tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan.

Elvira (2014) mengenai pengaruh Return on Equity (ROE) dan Debt To

Equity Ratio (DER) terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai

variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage tidak memiliki pengaruh terhadap

nilai perusahaan, kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan profitabilitas

31

Universitas Sumatera Utara


terhadap nilai Perusahaan namun tidak dapat mermoderasi hubungan leverage

terhadap nilai perusahaan.

Titin Herawati (2012), meneliti Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan

Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Terdapat kesamaan dari

hasil penelitiannya yaitu kebijakan dividen yang tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai perusahaan. Untuk kebijakan hutang, berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara itu, Ni Luh Putu

Rassri Gayatri dan I Ketut Mustanda meneliti Pengaruh Struktur Modal,

Kebijakan Dividen, dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan. Hasil

penelitiannya menunjukkan struktur modal dan keputusan investasi secara parsial

memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan

kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Lihan Rini Puspo Wijaya, dan Bandi Anas Wibawa yang menyatakan

bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen

berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.

Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

Penelitian Variabel Hasil penelitian


Prapaska Variabel Independen: Hasil penelitian menunjukkan
dan Profitabilitas, Keputusan bahwa profitabilitas, keputusan
Mutmainah Investasi, Keputusan investasi dan kebijkan deviden
(2012) Pendanaan, Dan Kebijakan berpengaruh positif terhadap nilai
Dividen. perusahaan, sedangkan keputusan
pendanaan berpengaruh negatif
pada nilai perusahaan.
Variabel dependen:
Nilai perusahaan

32

Universitas Sumatera Utara


Enggar Variabel Independen: Hasil penelitian menunjukkan
Erlangga Profitabilitas bahwa Profitabilitas / Return On
(2009) Asset (ROA) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai
Variabel Dependen: perusahaan, Kebijakan deviden
Nilai Perusahaan dapat memoderasi pengaruh
Profitabilitas / Return On Asset
(ROA) terhadap nilai perusahaan
Variabel Moderasi:
Corporate Social
responsibility (CSR), Good
Corporate Governance
(GCG), Kebijakan Dividen

Mahendra, Variabel Independen: Likuiditas berpengaruh positif


Alfredo. Likuiditas, Profitabilitas, terhadap nilai perusahaan,
2011 Leverage kebijakan dividen tidak mampu
memoderasi pengaruh likuiditas
Variabel Dependen: terhadap nilai perusahaan, leverage
Nilai Perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan, kebijakan dividen tidak
mampu memoderasi leverage
Variabel Moderasi: terhadap nilai perusahaan,
Kebijakan Dividen profitabilitas berpengaruh positif
dan kebijakan dividen tidak mampu
memoderasi pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.

Elvira Variabel Independen: Hasil penelitian menunjukkan


(2014) Profitabilitas (Return on bahwa Profitabiliats memiliki
Equity), Leverage (Debt to pengaruh yang signifikan terhadap
Equity Ratio) Nilai Perusahaan, Leverage tidak
memiliki pengaruh terhadap Nilai
Perusahaan, Kebijakan Dividen
Variabel Dependen: dapat memoderasi hubungan
Nilai Perusahaan (Price to Profitabilitas terhadap Nilai
Book Value) Perusahan namun tidak dapat
mermoderasi hubungan Leverage
terhadap Nilai perusahaan.
Variabel Moderasi:
Kebijakan Dividen

33

Universitas Sumatera Utara


Titin Variabel Independen: 1) Kebijakan dividen
Herawati - Kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak
- Kebijakan hutang signifikan
- Profitabilitas terhadap nilai perusahaan,
2) Kebijakan
Variabel Dependen: hutang berpengaruh positif dan
Nilai perusahaan tidak
signifikan terhadap nilai
perusahaan,
3)Profitabilitas berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan

Lihan Rini Variabel Independen : Keputusan investasi, keputusan


Puspo - Keputusan pendanaan, kebijakan dividen
Wijaya, Investasi secara parsial memiliki pengaruh
Bandi Anas - Keputusan positif signifikan terhadap nilai
Wibawa Pendanaan perusahaan
- Kebijakan Dividen

Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan

34

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai