Penyusun :
112016329
Sepsis merupakan kondisi yang mengancam jiwa yang terjadi pada lebih dari 1 juta
pasien per tahun di amerika dan lebih banyak kasus lagi diseluruh dunia dan merupakan salah
satu penyebab utama kematian.1 Tahun 2002 Surviving Sepsis Campaign (SCC) telah
mempromosikan tindakan terbaik, termasuk penangan awal, control sumber, sesuai dan tepat
waktu dalam pemberian antibiotik, dan resusitasi dengan cairan infus dan pemberian obat
vasoaktif. Ditahun 2017 Ada banyak kemajuan besar dalam revisi pedoman. Di antara berbagai
topik yang dibahas resusitasi awal dan terapi antibiotik adalah domain dimana perubahan dan
kemajuan terpenting yang dilakukan. Pedoman resusitasi bedasarkan penelitian 2001 oleh
River et al, menunjukan bahwa protocol terapi 6 jam pertama atau Goal-Directed Therapy
(EGDT) pada pasien yang datang ke gawat darurat dengan syok septik dapat mengurangi angka
kematian di rumah sakit dan tinggal di rumah sakit.2
Kegagalan organ berat di nilai dengan berbagi pengukuran yang mengukur berdasarkan
temuan klinis, data laboratorium, intervensi terapeutik. penilaian kegagalan organ berdasarkan
SOFA (Sequential Organ Failure Assessment).. Skor dasar SOFA harus dianggap nol kecuali
memiliki disfungsi organ yang sudah ada sebelum timbulnya infeksi. SOFA skoring 2 atau
lebih mengidentifikasikan 2-15 kali meningkatnya resiko kematian dibandingkan skor SOFA
yang di dapat <2. Skor SOFA bukan sebagai alat untuk manajemen pasien, tetapi untuk
mengenali pasien dengan gelaja syok septik.
Gambar 2: SOFA (Sequential Organ Failure Assessment).
Pasien dengan syok septik dapat dikenali dengan gejala klinis dimana MAP 65mmHg,
serum laktat >2 mmol/L dan hypovolemi. Gejala diatas tersebut meningkatkan potensi
kematian sampai 40%.Selain menggunakan skor SOFA, pasien dengan kecurigaan adanya
infeksi yang menjalani perawatan di ICU (Intensive Care Unit) dalam jangka waktu lama atau
di perediksi meninggal di rumah sakit dapat di identifikasi cepat dengan Quick SOFA
(qSOFA), yang terdiri dari:
Airway
Periksa jalan nafas pasien, apakah ada sumbatan jalan nafas, bila ada
bisa membuka jalan nafas melalui beberapa teknik, bisa menggunakan alat seperti
nasopharyngeal airway ataupun nasopharyngeal airway. Bisa juga tanpa alat
seperti melakukan teknik buka jalan nafas head tilt, chin lift dan jaw thurst
maneuver. Setelah jalan nafas dipastikan aman lanjut ke pemeriksaan selanjutnya.
Breathing
Dalam hal ini kita dapat melihat apakah nafas pasien adekuat atau tidak. Kita
liat apakah pasien membutuhkan oksigen tambahan bila ia kita dapat memberikan
bantuan pernapasan sesuai kebutuhan pasien berupa pemberisan simple mask, non
rebreathing mask dan sebagainya.
Circulation
Sirkulasi yang adekuat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan
pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari
fungsi sistem kardiovaskuler. Untuk mengecek sirkulasi dapat kita nilai dari denyut
nadi, CRT (capillary refill test), akral dingin atau tidak dan sebagainya.
Jangan lupa untuk memasang monitoring untuk menilai keadaan pasien. Monitoring
standart yangs sering digunakan adalah Cardiac monitor. Dari cardiac monitor kita dapat
menilai EKG, pernapasan, denyut nadi, MAP (Mean Arterial Preasure), tekanan darah.
1. Pemberian vasopressor
Vasopressor diberikan apabila masih terdapat hipotensi setelah dilakukan resusitasi
adekuat atau kadar serum laktat 4 mmol/L. Early Goal-Directed Theraphy merupakan upaya
untuk menentukan titik akhir terapi. Titik akhir/ end point yang di gunakan sangat bervariasi,
namun berusaha untuk menyesuaikan preload, kontraktiliti dan afterload untuk
menyeimbangkan ketersediaan oksigen dan kebutuhan oksigen. Terdapat dua rujukan yang
harus diperhatikan pada tatalaksana dengan metode EGDT yaitu : (1). Tekanan vena sentral
(Central Venous Pressure) untuk penyesuaian hemodinamik ( 8 mmHg), (2).
Memaksimalkan saturasi oksigen di vena central (ScVO2) (70%). Telah diketahui bahwa aliran
darah seseorang bergantung pada tekanan darahnya dan aliran darah ke organ tertentu diatur
oleh autoregulasi untuk setiap organ. Selama cardiac output dipertahankan, jika tekanan darah
dipertahankan di atas nilai tertentu, maka aliran darah ke masing-masing organ akan
mencukupi. Bila tekanan darah turun di bawah ambang, maka kemampuan autoregulasi untuk
mempertahankan aliran darah ke organ vital akan hilang. Akibatnya aliran darah ke organ
tersebut akan menurun. Temuan tersebut menjadi dasar untuk mengembalikan tekanan darah
pada kondisi hipotensi seperti syok sepsis untuk mempertahankan dan melindungi fungsi
organ. Untuk itu, pada pasien yang tetap dalam keadaan hipotensi dan oligouri setelah resusitasi
cairan, diperlukan obat vasoaktif untuk mengembalikan tekanan darah. Norepinefrin, dosis
0,01 -0,4 mEq/kgBB/ menit yang saat ini menjadi standar tatalaksana syok sepsis, sangat
efektif dalam menaikkan tekanan darah arteri dan dapat dititrasi untuk mencapai mean arterial
pressure (MAP) yang diinginkan. Sayangnya norepinefrin dapat menginduksi vasokonstriksi
melalui stimulasi -adrenergik, sehingga dapat mengurangi aliran darah ke organ vital apabila
vaskularisasi regional mengalami konstriksi berlebih. Dalam keadaan syok sepsis terjadi
respons bifasik dari kadar vasopresin dalam tubuh. Pada awal syok, sekresi vasopresin
meningkat sebagai respons hipotensi, sehingga terjadi peningkatan kadar vasopresin plasma.
Seiring dengan progresi syok, kadar vasopresin menurun dan terjadi defisiensi vasopresin
relatif. Diduga defisiensi tersebut terjadi karena peningkatan sekresi vasopressin pada awal
syok sehingga mengurangi simpanan vasopresin neurohipofiseal. Dengan demikian pemberian
infus kontinu vasopresin pada syok dianggap sebagai salah satu alternatif obat vasoaktif.5
Gambar 4: Vassopressor Therapy for Septic Shock
ScVO2 (Central Venous Oxygen Saturation) dan SvO2 (Mixed Venous Oxygen
Saturation)
Presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen
normal adalah antara 95 100 %. Penilaian SO2 untuk mengukur persentase oksigen yang
diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pengukuran saturasi oksigen dengan
mengunakan oksimetri. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi saturasi oksigen yaitu :
menurunya cardiac output akibat syok atau gagal jantung, menurunnya kemampuan hb
mengikat oksigen akibat terpapar karbonmonoxida, nitrat, anemia berat (inadekuat hb), sepsis,
dan toksisitas terhadap sianida.6
Prokalsitonin
Prokalsitonin adalah suatu prohormon kalsitonin yang terdapat dalam tubuh manusia.
Pada sepsis, peningkatan kadar prokalsitonin dalam darah memiliki nilai yang bermakna yang
dapat digunakan sebagai biomarker sepsis. Dibandingkan dengan biomarker sepsis lainnya,
misalnya CRP (C-Reactive Protein), prokalsitonin lebih sensitif dan kadarnya yang paling
cepat naik setelah terjadi paparan infeksi. Pada penelitian yang telah dilakukan pada bayi
prematur, umur dan jenis kelamin tidak memiliki kaitan yang signifikan pada kenaikan kadar
prokalsitonin pada sepsis. PCT dapat digunakan untuk membedakan suatu infeksi yang
diakibatkan oleh bakteri dengan infeksi yang tidak diakibatkan oleh bakteri. PCT terutama
diinduksi dengan jumlah yang banyak saat terjadi infeksi bakterial, akan tetapi konsentrasi PCT
di dalam tubuh rendah pada inflamasi tipe lain, seperti infeksi virus, penyakit autoimun,
penolakan tubuh terhadap transplantasi organ. Pada keadaan normal kadar PCT dalam darah,
jika terjadi inflamasi oleh bakteri kadar PCT selalu >2 ng/ml sedangkan pada infeksi virus
kadar PCT < 0,5 ng/ml.6
Daftar Pustaka
1. Kaukonem KM, Bailey M, Su
2. Mouncey PR, Osborn TM, Power S, et al. Trial of early, goal-directed resuscitation for
septic shock. April 2 N ENG J MED 372;14 2015
3. Singer M, Deutschman CS,Seymour CW, et al. The third international consensus
definition for sepsis and septik syok (Sepsis-3). JAMA Febuari 23 Vol 315 (8) 2016
4. Surviving Sepsis Campaign: 3 hours bundle,2012
5. Gunardi H. Efektivitas vasopressin dan norepinefrin dalam memperbaiki fungsi ginjal
pada pasien syok sepsis yang disertai akut kidney injury. Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Vol 1 (3) Desember 2013
6. Sarawati PFD. Faktor yang berhubungan dengan hasil tes prokalsitonin pada sepsis.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2012