Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Logam berat

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5
gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92
dari perioda 4 sampai 7. Menurut Vries et al (2002), logam berat termasuk ke
dalam logam transisi dan umumnya bersifat trace element. Afinitas yang
tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang
dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif (Baird, 1995).
Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam
berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang
menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Berdasarkan sifat
kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap
hewan air pada LC-50 selama 48 jam, akibat pengaruh sinergik antar logam,
efek sub letal, bioakumulasi dan bahayanya terhadap orang yang
mengkonsumsi ikan maka dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai
berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), emas (Ag), Nikel (Ni), timah hitam (Pb),
arsen (Ar), selenium (Sn), seng (Zn).

Sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu


bersifat toksik tinggi, sedang, dan rendah. Logam berat yang bersifat toksik
tinggi terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang
terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri
atas unsur Mn dan Fe. Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik
secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara
tidak langsung terhadap kesehatan manusia.

2.2 Karakteristik logam berat

2.2.1 Timbal (Pb)

Timbal atau sering disebut juga timah hitam dalam bahasa latin dikenal
dengan nama plumbum, disingkat dengan Pb. Timbal pada tabel periodik
terdapat pada golongan XIV P, periode VI, memiliki nomor atom 82 dengan
berat atom 207,20 g/mol (Cotton dan Wilkinson, 1989). Sifat-sifat timbal
berdasarkan Darmono (1995) dan Fardiaz (2005) antara lain:

1) Memiliki titik cair rendah;

2) Merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai


bentuk;

3) Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang
terbentuk mempunyai sifat yang berbeda dengan timbal murni;

4) Memiliki densitas yang tinggi dibanding logam lain; kecuali emas dan
merkuri, yaitu 11,34 g/cm3;

5) Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai


pelindung jika kontak dengan udara lembab.

Penggunaan timah hitam terbesar adalah dalam produksi baterai, yang


memakai timbal metalik dan komponen-komponennya. Penggunaan lainnya
adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa,
solder, bahan kimia dan pewarna (Fardiaz, 2005; Lu, 2006). Timah hitam
pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan
timbal dalam air cukup rendah sehingga kadarnya relatif sedikit. Bahan
bakar yang mengandung timbal (lead gasoline) memberikan kontribusi yang
berarti bagi keberadaan timbal di perairan. Kadar dan toksisitas timbal di
perairan dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, dan kadar oksigen.

2.2.2 Kadmium (Cd)

Kadmium memiliki nomor atom 49, dengan berat atom 112,41 g/mol,
memiliki titik didih dan titik leleh masing-masing 765 o
C dan 320,9 C.
o

Kadmium disingkat dengan Cd (Cadmium). Pada tabel periodik terdapat pada


golongan LXIID, periode V (Cotton dan Wilkinson, 1989). Kadmium
mempunyai sifat tahan panas sehingga baik untuk campuran-campuran
bahan-bahan keramik dan plastik, kadmium juga sangat tahan terhadap
korosi sehingga cocok untuk melapisi plat besi dan baja. Kadmium terdapat
di alam terutama dalam bijih timbal dan zinc. Kadmium juga digunakan
sebagai pigmen pada keramik, pada penyepuhan listrik, serta dalam
pembuatan aloy dan baterai alkali.

Kadar Cd di perairan alami berkisar antara 0,29 0,55 ppb dengan rata-rata
0,42 ppb. Kadmium tergolong logam berat dan memiliki afinitas yang tinggi
terhadap grup sulfhidrid daripada enzim dan meningkat kelarutannya dalam
lemak. Perairan alami yang bersifat basa, kadmium mengalami hidrolisis,
teradsorpsi oleh padatan tersuspensi dan membentuk ikatan kompleks
dengan bahan organik. Kadmium pada perairan alami membentuk ikatan
kompleks dengan ligan baik organik maupun inorganik, yaitu: Cd 2+, Cd(OH)+,
CdCl+, CdSO4, CdCO3 dan Cd-organik. Ikatan kompleks tersebut memiliki
tingkat kelarutan yang berbeda: Cd2+ > CdSO4 > CdCl+ > CdCO3 > Cd(OH)+
(Sanusi, 2006).

2.2.3 Krom (Cr)

Krom di lingkungan umumnya dalam bentuk Cr (0), Cr (III) dan Cr(VI).


Keberadaan krom di lingkungan sebagian besar berasal dari limbah industri
seperti industri baja, elektroplating, industri yang melakukan proses tanning,
industri kimia, pencelupan tekstil dan lain-lain. Tingkat oksidasi krom yang
penting adalah +3 dan +6. Kedua spesi krom tersebut mempunyai sifat dan
dampak yang berbeda terhadap kesehatan manusia. Cr (III) dalam jumlah
besar dapat mempengaruhi berbagai reaksi enzimatis dan dapat bereaksi
dengan zat organik, namun demikian dilaporkan bahwa krom (III) dalam
jumlah kecil diperlukan oleh makhluk hidup dalam proses metabolisme
glukosa, lemak dan protein. Cr(VI) yang bersifat sebagai oksidator kuat dapat
merusak jaringan sel dan bersifat toksik dan karsinogenik(1). Environtmental
Protection Agency (EPA) telah menetapkan bahwa kadar krom total dalam air
minum adalah 2,5 g/L.
Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari
sifatracunnya. Sifat racun yang dibawa oleh logam ini dapat mengakibatkan
terjadinya keracunan kronis, akut dan dapat menyebabkan kanker (Palar,
1994). Cr6+ dalamsistem perairan lebih berbahaya dan beracun dari pada
Cr3+, hal ini disebabkan karena Cr 6+ mempunyai kelarutan dan mobilitasnya
sangat tinggi, sedangkan Cr3+ kelarutannya dan mobilitasnya yang rendah.
Cr6+ bersifat sangat aktif dan beracun apabila terdapat dalam sistem biologis
dikarenakan senyawa ini dapat berdifusi sebagai anion kromat CrO 42- yang
mampu menembus membran sel dan menyebabkan oksidasi.

2.3 Logam berat di air

Logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu
akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi bagi sistem kehidupan di
perairan. Walaupun daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat
terhadap biota perairan tidak sama, namun kehancuran suatu kelompok
dapat menjadikan terputusnya satu rantai makanan. Pada tingkatan
selanjutnya dapat menghancurkan tatanan suatau ekosistem perairan (Palar,
1994). Secara alamiah, unsur logam berat terdapat di seluruh alam, namun
dalam kadar yang sangat rendah (Hutagalung, 1984). Kadar logam
meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian, dan
perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke dalam
perairan.

Konsentrasi bahan pencemar yang masuk ke perairan bisa mempengaruhi


kehidupan organisme di perairan. Sebagaimana diketahui unsur logam berat
yang masuk ke perairan berasal dari berbagai kegiatan industri selain
bersumber dari alam itu sendiri (alamiah). Logam berat yang dilimpahkan ke
perairan, baik di sungai ataupun laut akan dipindahkan dari badan airnya
melalui beberapa proses yaitu : pengendapan, adsorbsi dan absorbsi oleh
organisme perairan. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat
bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan
sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi
dibandingkan dalam air (Harahap, 1991).

Anda mungkin juga menyukai