Anda di halaman 1dari 17

Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 83

84 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN


J. MANUSIA Vol.
DAN LINGKUNGAN, Vol. 20, No.1, Maret. 20, 84-99
2013: No. 1

CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


(STUDI IMPLEMENTASI CSR-PTBA DI MUARA ENIM, SUMATRA
SELATAN)1
(CSR and Community Development (Implementation Studies of CSR in PTBA in
Muara Enim, South Sumatra Province)*

Partini
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur, Yogyakarta
Email: partinislg@yahoo.co.id

Diterima: 18 Januari 2013 Disetujui: 22 Februari 2013

Abstrak

Salah satu program CSR-PTBA adalah merelokasi permukiman penduduk di wilayah Atas Dapur dan
sekitarnya yang telah tumbuh menjadi daerah kumuh karena sanitasi dan lingkungan hidup mengalami
polusi. Adanya Kebijakan Pengembangan dan Penataan Tata Ruang Kota Pemda Tanjung Enim,
permukiman penduduk di wilayah ini tidak sesuai lagi peruntukannya karena akan dijadikan TAHURA.
Banyak kendala yang ditemui, antara lain masalah trust, persepsi, motivasi dan partisipasi warga yang
direlokasi. Hasil penelitian menemukan adanya best practices dari kebijakan PTBA yang mampu
memberdayakan masyarakat dengan memberikan hak milik atas tanah dan bangunan serta sarana
pendukung yang lengkap untuk kepentingan umum. Dalam membangun kembali kepercayaan masyarakat
terhadap PTBA, PSLH-UGM melakukan penelitian, memediasi dan mensosialisasikannya, sehingga
tidak muncul konflik kepentingan dan tidak terjadi konflik yang manifest.

Kata kunci: CSR, Relokasi, Mediasi dan Community Development

Abstract

One of the programs is CSR-PTBA, which involves the relocation of residents of Atas Dapur and
surrounding areas. The area has become a slum due to increasingly poor sanitation, and environment.
Based on the new policy on development and spatial reorganization adopted by Tanjung Enim city, the
area is no longer residence but will become peoples forest area (TAHURA). The execution of the
program has encountered many obstacles which ranged from distrust, poor perception, low motivation
and minimal participation of the people who were relocated. The research identified best practices
from PTBA policy , which included the empowerment of relocated people through providing them with
land and building certificates, and establishment of self containing supporting facilities and services.
To avert the danger of new conflicts of interest as well as out blown conflicts, the center for
environment studies Gadjah Mada University (PSLH-UGM), conducted research, facilitated mediation
and carried out socialization of program outcomes , all of which were aimed at restoring public trust in
PTBA program.

Key word: CSR, Relocation, Mediation and Community Development

1
Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh PSLH-UGM bekerjasama dengan Pertambangan Batubara Milik
Negara di Bukit Asam, Palembang, Sumatra Selatan. Judul aslinya: Kajian Ekonomi, Sosial dan Budaya Program Relokasi
Penduduk dan TPU Atas Dapur Susunan Peneliti: DR. Partini, Prof Dr. Heddy Sri Ahimsa Putra, Drs. Suparjan, Wahyu Yun
Santoso, SH. MHum dan Aditya L. Ramadona MSi.
Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 85

PENDAHULUAN hidup. Dalam hal ini perusahaan dan atau


pertambangan tidak dituntut untuk
Permasalahan sosial, ekonomi, dan menggantikan posisi pemerintah yang harus
lingkungan hidup, kini semakin rumit, melindungi warganya, namun diharapkan
terutama yang berkaitan dengan perusahaan dapat membantu dan berperan aktif demi
dan pertambangan keberlangsungan hidup warga masyarakat di
Hal ini telah mendorong pemerintah sekitarnya. Jika itu dilakukan, maka akan
melakukan regulasi, untuk menerapkan memberikan efek karambol bagi keberadaan
secara aktif program tanggung jawab perusahaan pertambangan itu sendiri, secara
perusahaan dan menciptakan konsep tidak langsung dapat mendongkrak citra
tanggung jawab sosial perusahaan. Penerapan perusahaan pertambangan tersebut di mata
Corporate SociaL Responsibility (CSR) di masyarakat, bahkan Negara. Pencitraan ini
Indonesia telah diatur di dalam berbagai diperlukan agar supaya perusahaan dan atau
peraturan perundang-undangan, termasuk pertambangan dapat menciptakan brand-
Keputusan Menteri. Seperti misalnya image yang baik, dan positif. Semakin baik
Keputusan Menteri BUMN No. Kep. brand-imagenya akan semakin popular
236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan perusahaan tersebut, dan popularitas yang
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha dapat direngkuhnya akan meningkatkan
Kecil dan Program Bina Lingkungan posisi tawar di hadapan konsumen dan
(PKBL), UU No. 25 tahun 2007 tentang produsen lainnya.
Penanaman Modal Asing, UU No. 40 tahun Perseroan Terbatas (PT) Bukit Asam
2007 tentang Perseroan Terbatas. Di dalam (BA) untuk selanjutnya dalam tulisan ini akan
Undang-undang Perseroan Terbatas no. 40 disingkat dengan (PTBA) merupakan salah
tahun 2007, pasal 74 ayat 2 dinyatakan bahwa satu perusahaan dan pertambangan yang
setiap perusahaan yang mengutamakan dikelola oleh Negara. Setelah mengalami
keuntungan wajib menganggarkan dana pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
perusahaan untuk melakukan tanggung kini telah go public, PTBA semakin eksis
jawab sosial dan lingkungannya. Adapun dalam aktivitasnya, termasuk dalam
besarnya dana untuk itu ditentukan maksimal kaitannya dengan tanggung jawab sosial dan
2 % dari laba perusahaan, terutama dari lingkungan korporasi (CSR). Persoalan
perusahaan BUMN. Dana tersebut permukiman yang kurang tertata di wilayah
dipergunakan untuk berbagai kegiatan antara pertambangan, menjadi salah satu perhatian
lain: pemberdayaan ekonomi masyarakat, PTBA dalam pelaksanaan CSR. Permukiman
simpan pinjam untuk modal usaha, penataan penduduk yang berada di sekitarnya,
lingkungan, pembangunan infrastruktur agar merupakan permukiman yang padat dan
perusahaan dan lingkungannya tertata rapi, kumuh, tidak memiliki sarana dan prasarana
serasi dan tidak kumuh, karena kekumuhan yang memadahi, terutama air bersih dan
lingkungan yang ditempati warga masyarakat sanitasi. Penduduk di wilayah ini terpaksa
sekitar akan menurunkan citra perusahaan setiap hari harus mengantri air bersih dari
tersebut. saluran air bersih PTBA, bahkan beberapa
Penerapan CSR perusahaan melibatkan penduduk terpaksa dalam memenuhi
masyarakat sekitar, baik sebagai subyek kebutuhan air bersih dan MCK mengambil
maupun objek program. Hal ini karena dari Sungai Enim, sungai yang berada di
masyarakat adalah salah satu elemen penting wilayah permukiman tersebut.
dan sangat berpengaruh terhadap eksistensi PTBA berada di Kecamatan Lawang
dan keberlanjutan perusahaan. Masyarakatlah Kidul, Tanjung Enim, Sumatera Selatan,
yang paling merasakan dampak dari berbagai Kota Tanjung Enim kini sedang melakukan
aktivitas produksi yang dilakukan dan penataan dan penyusunan ulang tata ruang
dampak tersebut terjadi terutama dampak Kota. Berdasarkan laporan Penyusunan
sosial, ekonomi, budaya dan juga lingkungan Rencana Tata Ruang Kota Tanjung Enim
86 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 20, No. 1

tahun 2008 bahwa pemanfaatan ruang di Masalah Penelitian:


wilayah pertambangan PTBA, tepatnya di Sosialisasi awal untuk relokasi penduduk
wilayah Atas Dapur dan sekitarnya akan yang dilakukan pada tahun 2008,
digunakan untuk Hutan Wisata atau Taman menimbulkan keresahan warga masyarakat.
Hutan Rakyat (TAHURA). Menurut UU No. Berbagai macam tuntutan warga telah
5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya disampaikan ke PTBA, dan tuntutan tersebut
Alam dan Ekosistem bahwa kawasan tidak secara otomatis dapat dikabulkan. Ada
pelestarian alam untuk tujuan koleksi perbedaan persepsi antara warga masyarakat
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau dengan perusahaan pertambangan tentang
buatan, jenis asli, dan/atau bukan asli, yang hal ini, kebijakan relokasi tersebut berlarut-
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, larut sampai tahun 2011 belum dapat
ilmu pengetahuan, dan pendidikan, terlaksana. Muncul ketidakpercayaan
menunjang budi daya, budaya, pariwisata, (distrust) pada PTBA, sehingga warga
serta rekreasi. Penataan Ruang Kota Tanjung masyarakat berada dalam posisi yang
Enim ini sesuai Surat Keputusan Bupati ambigu. CSR PTBA yang dipergunakan
Muara Enim Nomor 889/KTPS/ untuk melakukan Relokasi penduduk dan
BAPELDALDA / 2005. Berdasarkan Master pemakaman seyogyanya berperspektif
Plan Penataan Ruang Kota Tanjung Enim, keadilan sosial sehingga tujuan CSR sesuai
ternyata keberadaan permukiman penduduk dengan peruntukannya, dan warga
di wilayah Atas Dapur dan sekitarnya tidak masyarakat sekitar perusahaan pertambangan
sesuai lagi dengan kebijakan Kota. Sesuai dapat meningkat kesejahteraannya.
UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, dari Oleh karena itu menjadi menarik untuk
segi fungsinya, TAHURA termasuk salah dikaji secara mendalam agar relokasi
satu bentuk hutan lindung yang mempunyai penduduk (bedhol desa) tersebut dapat
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem berjalan secara lancar dan damai serta
penyangga kehidupan untuk mengatur tata penataan Kota Tanjung Enim dapat
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dilaksanakan secara sinergis. Oleh karena itu
mencegah intrusi air laut, dan memelihara masalah yang ingin diteliti adalah: Sejauh
kesuburan tanah. mana kebijakan CSR-PTBA dalam
Dalam upaya penataan lingkungan pelaksanaan relokasi penduduk Atas Dapur
tersebut, PTBA melalui Program Kemitraan dan sekitarnya agar dapat meningkatkan
Bina Lingkungan berencana untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga
merelokasi permukiman penduduk di kebijakan Penataan Ruang Tata Kota
wilayah Atas Dapur dan sekitarnya ke Tanjung Enim dapat berjalan secara
wilayah lain yang masih berada dalam satu sinergis? Kendala dan harapan apa dari
wilayah Kota Tanjung Enim, yaitu ke Desa warga masyarakat dalam pelaksanaan
Keban Agung. Perpindahan penduduk relokasi tersebut?
(baca: istilah Jawa bedhol desa,) bukan
sesuatu yang mudah dilakukan, karena
Tujuan Penelitian
berkaitan dengan sejarah hidup, mata
Penelitian ini bertujuan untuk: 1).
pencaharian dan lingkungan sosial budaya
Mengidentifikasi keberadaan penduduk
yang melekat pada komunitas tersebut
berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, dan
selama menjalani kehidupan. Pindah rumah
budaya warga masyarakat yang akan
identik dengan perpindahan seluruh aspek
direlokasi dalam menerapkan kebijakan
kehidupan, termasuk memindahkan makam
CSR; 2). Mengidentifikasi persepsi,
keluarga yang ada di wilayah tersebut. Oleh
motivasi, dan partisipasi warga masyarakat
karena itu, perlu pertimbangan secara
pada program relokasi dalam pelaksanaan
holistic, agar supaya tidak terjadi konflik
CSR PTBA; 3). Mengidentifikasi kendala
kepentingan yang lebih luas antarberbagai
dalam proses relokasi dan harapan warga di
elemen masyarakat yang telah lama
tempat baru demi terwujudnya kesejahteraan
bermukim di wilayah tersebut.
sosial masyarakat yang berkeadilan social;
4). Memberikan rekomendasi kepada pihak-
Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 87

pihak terkait agar dari proses sampai pasca driven dan internal driven. External driven
relokasi berjalan lancar dan sinergis demi memandang CSR hanya sekedar basa-basi
terciptanya masyarakat yang berkeadilan atau keterpaksaan, ingin mendongkrak citra
sosial. perusahaan, dan hanya untuk memenuhi
kewajiban. Dari perspektif internal driven
Kerangka Teori CSR dimaknai sebagai sebuah kewajiban
Tanggung jawab sosial perusahaan, atau untuk berbagi bersama warga masyarakat
lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social sekitar perusahaan, agar dapat hidup
Responsibility) merupakan konsep yang berkeadilan sosial.
dipopulerkan oleh John Elkington tahun Wibisono 2007; dan Untung Budi
1997 melalui bukunya yang berjudul Hendrik, 2008 juga menunjukkan bahwa
Cannibals with Forks, The Triple Bottom manfaat bagi perusahaan yang menerapkan
Line of Twentieth Century Business (dalam CSR dapat mendongkrak reputasi dan brand
Wibisono, 2007). Elkington memperkenalkan image perusahaan, sehingga perusahaan
konsep Triple bootom line sebagai unsur tersebut layak mendapatkan social licence to
pokok dalam tanggung jawab sosial operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan,
perusahaan. Perusahaan tidak hanya melebarkan akses sumberdaya,
dihadapkan pada masalah ekonomi (profit) membentangkan akses menuju market,
saja, atau single bottom line, tetapi juga harus mereduksi biaya, memperbaiki hubungan
memperhatikan aspek manusia serta aspek dengan stakeholders, memperbaiki
lingkungan hidup. Joyner and Payne (2002) hubungan dengan regulator, meningkatkan
profit memang merupakan tujuan utama semangat dan produktivitas karyawan serta
untuk keberlangsungan hidup perusahaan. berpeluang mendapatkan penghargaan.
Namun, manusia yang berada di wilayah Adapun manfaat CSR bagi masyarakat
perusahaan merupakan bagian yang tidak menurut Ambadar (2008), adalah dapat
terpisahkan dalam menjaga keberlangsungan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia,
perusahaan tersebut. Oleh karena itu kelembagaan, tabungan, konsumsi dan
perusahaan diharapkan memiliki komitmen investasi dari rumah tangga warga
tinggi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan kata lain penerapan
masyarakat di sekitarnya, agar perusahaan CSR sangat bermanfaat bagi kedua belah
dapat beroperasi dengan baik, tidak terjadi fihak, baik bagi perusahaan maupun bagi
gangguan berarti, mereka hidup warga masyarakat sekitar.
berdampingan yang saling menguntungkan. Ada berbagai macam model yang dapat
Lingkungan sosial merupakan aspek penting, dilakukan dalam mengimplementasikan
karena menjaga lingkungan berarti menjaga program CSR ini. Carroll (1999);
harmoni, sehingga memberikan manfaat yang Tanuwijaya, (2008) membagi program CSR
besar bagi warga masyarakat di sekitarnya. ke dalam empat (4) model, yaitu,
Triple bottom line merupakan acuan penting keterlibatan langsung melalui yayasan atau
agar supaya perusahaan/pertambangan dapat organisasi sosial perusahaan yang
tenang di dalam melakukan aktivitas bersangkutan, (2) bermitra dengan fihak
pertambangannya dengan etis dan manusiawi. lain, (3) mendukung program yang sudah
Okoye (2009) menjabarkan CSR sebagai ada dan (4) bergabung dalam suatu
tanggung jawab perusahaan kepada konsorsium. Apapun yang dilakukan oleh
pemangku kepentingan, meminimalkan perusahaan, dalam bingkai satu niat yaitu
dampak negative dan memaksimalkan berbagi dan ingin mensejahterakan
dampak positif yang mencakup aspek masyarakat sekitar perusahaan melalui
ekonomi, sosial, dan lingkungan, dalam berbagai macam cara. Yang jelas dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan program CSR ini melibatkan warga
berkelanjutan. Ada dua cara pandang masyarakat sekitar mulai dari perencanaan,
perusahaan terhadap CSR, yakni external pelaksanaan, evaluasi, dan kebermanfaatan.
88 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 20, No. 1

Menurut Moir (2001) ada 3 teori yang keberhasilan perusahaan bukan hanya
dapat digunakan untuk menjelaskan CSR. dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga
Ketiga teori tersebut adalah: teori oleh komunitas di sekelilingnya, termasuk
stakeholder, teori legitimasi dan teori kontrak stakeholdersnya (Marin & Ruiz, 2007;
sosial. Teori stakeholder dipakai untuk Rahman (2009). Kegiatan pertambangan di
melakukan analisis kepada pihak mana dalam menerapkan CSR menggunakan
perusahaan tersebut seharusnya bertanggung model kegiatan yang berbeda-beda, namun
jawab atau untuk menganalisis kelompok sebagian besar menggunakannya dalam
mana saja yang memiliki kepentingan dan bentuk pemberian donasi. Model seperti ini
harus dipertimbangkan perusahaan dalam kurang bermanfaat, karena hanya memenuhi
mengambil keputusan. Teori legitimasi, kewajiban formal semata, dan bukan dalam
melihat CSR lebih sebagai usaha untuk bentuk model pemberdayaan dan
mendapatkan legitimasi sosial bagi kemandirian ekonomi yang lebih bermanfaat
perusahaan. Perusahaan dihadapkan pada tiga dalam jangka panjang. Dalam konteks
tantangan kunci menghadapi manajemen seperti ini CSR lebih dimaknai sebagai
legitimasi, yaitu meraih, merawat dan charity, dan menciptakan sikap
memperbaiki legitimasi. Terakhir teori ketergantungan pada warga masyarakat.
kontrak sosial, menunjukkan bahwa sebuah Selain itu CSR dalam bentuk dan model
perusahaan bertindak dengan tanggung jawab charity, berarti pihak perusahaan
bukan hanya karena kepentingan ekonomi menciptakan citra kedermawanan.
komersial semata, tetapi juga harus menjadi Program CSR di perusahaan PTBA
bagian dari masyarakat tersebut. terbagi ke dalam dua hal: Pertama adalah
Model CSR yang kini populer adalah community development yang mengarah
konsep community development, model pada pemberdayaan ekonomi rakyat dengan
seperti ini dianggap lebih efektif karena tujuan akhir menciptakan economic
kegiatannya harus dilakukan secara sustanability warga masyarakat sekitar.
sistematik, sesuai dengan kebutuhan warga Dengan basis ini diharapkan dapat
masyarakat, dapat memberdayakan warga menumbuhkan kemandirian masyarakat
masyarakat, akhirnya dapat menjadi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang mandiri secara ekonomi hidupnya. Kedua, Community relations
(Ife, 2002; Mulyadi, 2003 ). Kemandirian adalah untuk menjaga hubungan baik antara
secara ekonomi akan memperpendek gap perusahaan dengan masyarakat di
(kesenjangan) antara masyarakat perusahaan sekitarnya. Pertambangan PTBA sebagai
dengan masyarakat di sekitarnya. Penciptaan bagian dari masyarakat, segala aktivitas
lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan di wilayahnya diharapkan
perusahaan ini justru akan meningkatkan citra dapat memberikan manfaat pada warga
perusahaan di mata publik, terutama pada masyarakat sekitarnya.
konsumennya. Komisi Eropa 2001 dalam
Gemari (2010) mendefinisikan CSR sebagai METODE PENELITIAN
sebuah konsep di mana perusahaan
memutuskan secara sukarela untuk Metode penelitian yang dipergunakan
berkontribusi pada masyarakat yang lebih adalah perpaduan antara metode kuantitatif
baik dan lingkungan yang lebih bersih Isu-isu (survey) dengan kualitatif, agar supaya
sosial pantas mendapat pertimbangan moral fenomena yang terjadi dapat dicermati lebih
dan harus mendorong manajer untuk komprehensif (Newman 1998; Brannen,
mempertimbangkan dampak sosial dari Julia, 1998, Singarimbun dan Sofian
kegiatan perusahaan dalam pengambilan Effendi, 1989). Survei untuk memperoleh
keputusan,. Pesan moral tersebut untuk data kuantitatif dengan kuesioner yang
mengingatkan bahwa dalam mencari diperlakukan sebagai interview schedule,
keuntungan harus dibatasi oleh pertimbangan sedangkan indepth interview, untuk
sosial (Iwao Taka 2000; Susanto, 2007) memperoleh data naratif. Focus Group
Tanggung jawab sosial perusahaan hadir Discussioun (FGD) dipergunakan untuk
karena menjadi tuntutan komunitas di mana mengetahui aspirasi dan pandangan
Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 89

masyarakat mengenai berbagai hal yang HASIL DAN PEMBAHASAN


dianggap penting. Selain itu pendekatan
Partisipatory research dianggap dapat Kondisi sosial, ekonomi dan Pendidikan
melengkapi berbagai macam metode Warga Masyarakat yang akan Direlokasi
tersebut, karena PRA dapat dipergunakan Kelurahan Pasar Tanjung Enim terdiri
untuk memperoleh gambaran secara cepat dari 36 RTdan 7 RW. Wilayah di Kelurahan
dan tepat dalam mengidentifikasi ini yang terkena rencana relokasi berada di
permasalahan dan kebutuhan masyarakat (1) Kampung Atas Dapur, yakni RT 01 dan
(Fernandes, dan Tandon, 1993). Dalam RT 02; (2) Kampung Karang Tengah, yakni
kaitannya dengan pemindahan makam, RT 03, dan (3) Kampung Karang Tinah,
pengamatan terlibat menjadi alat yang yakni RT 04, RT 05 dan RT 06. Seluruh RT
ampuh untuk memahami berbagai macam tersebut berada di lingkungan RW 06. Selain
ritual dan adat kebiasaan yang masih itu desa Lingga yang terkena rencana
dijalankan, terutama pandangan mereka relokasi, yakni RT 01 yakni di Kampung
tentang keberadaan makam. Persoalan ini Bedeng Obak. Berdasarkan survei yang
menjadi peka tatkala berkaitan dengan dilakukan penduduk yang pertama akan
eksistensi leluhurnya direlokasi, adalah warga masyarakat di
Sampel penelitian diambil sebanyak Kampung Atas Dapur dan sekitarnya.
10% dari populasi, sehingga sampel yang Penduduk yang akan direlokasi sebanyak
terambil sejumlah 101 responden dengan 71% berusia produktif yaitu berumur antara
teknik proporsional dan multi stage 15 59 tahun, anak-anak yang berumur 0
random sampling. Pada tahap pertama 14 tahun sebanyak 22% dan sisanya adalah
menentukan kecamatan secara random, lansia. Jika dilihat berdasarkan status
berdasarkan kecamatan yang terambil pendidikannya, sebagian besar responden
kemudian menentukan kelurahan dan berpendidikan dasar 9 tahun (50 %), 42 %
terakhir menentukan RW sebagai unit berpendidikan SLTA, dan 4 % tamat PT dan
terkecil dari permukiman di wilayah Akademi. Pendidikan mereka yang rendah
tersebut. Berdasarkan sampel dari masing- berkaitan dengan jenis pekerjaan yang
masing strata tersebut diambil dari jumlah mereka lakukan. Mata pencaharian mereka
kepala keluarga (KK). Besarnya sampel sebelumnya agraris, sekarang menjadi
untuk penelitian kualitatif ditentukan penjual jasa, yaitu pedagang kelontong,
kurang lebih 5-10 % dari sampel survei. industry, penyediaan alat kantor dan
Informan yang diambil adalah membuka kedai makanan. Sebagian kecil
stakeholders, perusahaan dan masyarakat. menjadi karyawan PTBA, dan karyawan
Analisis data hasil survei dilakukan pada sub kontraktor yang berada di sekitar
dengan pembuatan chart dan bagan, data- PTBA. Diagram Ini akan memperjelas mata
data kualitatif dianalisis dengan pencaharian mereka (Gambar 1).
menggunakan trianggulasi. Hasil semua Warga masyarakat yang akan direlokasi,
data baik dari survei, indepth interview, berada di atas tanah milik PTBA. Mayoritas
FGD, Rapid serta observasi terlibat kepemilikannya didasarkan atas pewarisan
dianalisis, sehingga data-data tersebut atau peralihan hak turun temurun. Sebagian
saling melengkapi agar dapat memberikan besar warga sudah bertempat tinggal di
gambaran utuh tentang kondisi sosial, wilayah tersebut lebih dari 10 tahun (45%)
ekonomi dan cultural dari warga, serta dan sejak lahir (45%). Sisanya adalah warga
dapat menangkap persepsi, motivasi, pendatang baru, atau suami/isteri dari warga
kendala dan harapan mereka sehingga di daerah itu. Pola kepemilikan atas
relokasi yang dilaksanakan dapat menjadi pewarisan atau peralihan hak yang turun
lebih berperspektif humanis dan temurun ini berdampak pada minimnya
berkeadilan sosial. pemahaman warga tentang konsep status
90 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 20, No. 1

Gambar 1. Diagram Mata pencaharian Responden

kepemilikan yang legal. Diagram ini akan Persepsi, Motivasi dan Partisipasi
memperjelas hal tersebut (Gambar 2). Warga Masyarakat dalam Relokasi
Selain pewarisan, telah terjadi jual beli Rencana relokasi penduduk dan
rumah dan tanah milik PTBA. Hal ini karena pemakaman yang dilakukan PTBA pada
kurangnya pengawasan dan ketegasan pihak tahap pertama mencakup 595 KK. Melalui
PTBA terhadap masyarakat yang bertempat perjalanan panjang, PTBA sejak lama
tinggal di tanah milik PTBA. Pola mempersiapkan relokasi, berkoordinasi
kepemilikan rumah dapat dibedakan menjadi dengan pemerintah Kabupaten, Kecamatan
empat macam, yakni: (1) Rumah dinas dan Kelurahan, menyusun site plan, dan
PTBA, (2) Rumah pribadi dengan izin persil proses tender dengan kontraktor yang
di atas tanah PTBA, (3) Rumah pribadi memenuhi persyaratan Good Corporate
tanpa izin persil dan (4) Rumah nempel. Governance, rangkaian panjang yang
Beberapa kasus menunjukkan bahwa ada butuh waktu lama. Relokasi ini berkaitan
pemilik rumah yang tidak memanfaatkan dengan pembangunan kota dan Rencana
secara aktif kepemilikannya. Pemanfaatan Tata Ruang Pemda. Dinamika internal
rumah dapat dipetakan sebagai berikut: (1). perusahaan mewarnai proses ini, sehingga
Rumah ditinggali sendiri, (2). Rumah yang pelaksanaan relokasi tertunda-tunda.
disewakan, (3). Rumah ditinggali kerabat/ Sosialisasi dilakukan sejak lama, namun
keluarga dan, (4). Rumah ditinggali bersama warga merasa ada ketidakjelasan program,
oleh beberapa keluarga, dan (5) Rumah yang sehingga memunculkan kekecewaan
tidak ditinggali sendiri dan dikontrakkan, terhadap PTBA. Program CSR untuk
sementara pemiliknya berada di luar daerah. relokasi penduduk ini adalah menyediakan
Kondisi seperti inilah yang menyebabkan perumahan yang lebih layak dan lebih sesuai
pelaksanaan relokasi menjadi persoalan dengan peruntukan pemukiman yaitu di
yang tidak mudah dan rumit kalurahan Keban Agung. Dipilihnya Desa
Relokasi yang dilakukan PTBA tidak Keban Agung karena aspek kenyamanan
hanya memindahkan warga masyarakatnya, warga, tempat ini jauh dari polusi yang
tetapi juga akan memindahkan tempat ditimbulkan karena penambangan batubara
pemakaman umum di sekitar wilayah yang dilakukan oleh perusahaan PTBA.
tersebut. Gambar 3 berikut ini dapat Berbagai respon masyarakat muncul
dijadikan bukti akan keadaan hal tersebut. yang pada dasarnya tidak menolak secara
frontal, melainkan minta kepada PTBA, agar
Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 91

Sumber: Data Primer, 2011

Gambar 2. Diagram Lama Tinggal Penduduk di Wilayah Sekitar PTBA

semua janjinya dapat ditepati. Melalui telah menyatu dengan kehidupan mereka.
negosiasi yang cukup panjang dan alot, Bahkan ada beberapa warga yang tinggal di
(karena informasi pelaksanaan relokasi tempat ini secara turun temurun 3 (tiga)
tidak jelas), menimbulkan kegelisahan dan generasi, mereka menanti relokasi dalam
perasaan ambigu di kalangan warga ketidakpastian, dan tahun 2010 program
masyarakat. Realitas ini menyebabkan relokasi baru mengkristal . Sosialisasi
warga masyarakat tidak dapat melakukan dilakukan semakin intensif, rencana relokasi
aktivitas rutin kesehariannya dengan semakin matang dan tempat untuk merelokasi
tenang, karena mereka akan dipindahkan ke telah disepakati oleh wilayah penerima.
tempat baru yang wilayahnya belum mereka Sebenarnya warga masyarakat
kenal secara baik. Kepindahan semua warga berkeberatan pindah dengan berbagai
masyarakat dan pemakaman atau bedhol pertimbangan, antara lain karena kenyamanan
desa tersebut, sama halnya dengan ditempat sekarang, (pekerjaan, akses ke pusat
mencabut kehidupan dan ketenangan mereka perbelanjaan dekat, pendidikan anak dan lain-
dari akar sosial, kulturalnya dan ekonomi lain). Mereka enggan pindah ketempat baru
yang telah menyatu dalam kehidupan mereka. karena harus menyesuaikan diri dari awal
Hal ini karena sebagian warga bekerja dengan lingkungan sosial barunya, meski
sebagai buruh angkut, tukang ojek dan rumah yang sekarang mereka tempati
pedagang di pasar tradisional yang berada di kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
dekat permukiman mereka. Mereka Jika ada anggota keluarga yang
membayangkan bahwa berbagai kegiatan dan membentuk keluarga baru, tidak diizinkan
akses untuk melaksanakan kegiatan sehari- membangun dan atau memperluas rumah
hari akan terganggu. Ketidakjelasan program tinggalnya, agar tidak menambah kekumuhan
ini berdampak pada ketidakpercayaan warga dan polusi.
masyarakat pada program relokasi yang Selain itu lingkungan dan sanitasi di
diinisiasi oleh PTBA. sekitarnya sudah tidak mendukung
Program relokasi sebenarnya telah keberadaan mereka untuk tinggal lebih lama.
bergulir sejak tahun 1997, kini mereka Ketiadaan air bersih, untuk memenuhi
mengalami ketidakpastian hidup. Secara de kebutuhan mencuci dan MCK warga
yure rumah yang mereka tempati bukanlah memanfaatkan Sungai Enim untuk memenuhi
miliknya, karena tanah dan rumah tersebut kebutuhan air. Sedangkan untuk keperluan
milik PTBA, tetapi secara de fakto tempat ini minum dan masak mereka harus mengantri
92 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 20, No. 1

Gambar 3. Pemanfaatan Lahan PTBA untuk Tempat Pemakaman Umum

dan mengambil air yang jumlahnya sangat mendekati realisasi. Warga masyarakat yang
terbatas dari saluran pipa PTBA. akan direlokasi tidak bisa tetap bertahan di
Hasil survei menunjukkan bahwa ada 94 tempat yang sekarang. Sesuai rencana
% responden yang menyatakan lebih perkembangan dan Penataan Tata Kota
menyenangkan berada di tempat yang lama. Pemda setempat, tempat ini akan dijadikan
Kehidupan yang sekarang nyaman, tenteram Taman Hutan Rakyat (TAHURA). Realisasi
dan tidak ada konflik dan kecemburuan sosial TAHURA merupakan komitmen PTBA
antarwarga, mereka sama, senasib dan terhadap pembangunan lingkungan yang
sepenanggungan. Persepsi seperti ini karena sejalan dengan kebijakan jangka panjang
ikatan kekerabatan, dan ikatan bathin yang Pemda Muara Enim dalam merealisasikan
kuat di antara mereka. Diagram di bawah RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah).
ini akan memperjelas kenyataan tersebut. Melalui sosialisasi intensif mereka menyadari
Kekumuhan yang ada ternyata tidak posisinya sebagai pengindung, kesadaran
menyurutkan sebagian kecil semangat tersebut memunculkan kesediannya
mereka untuk tetap bertahan di tempat lama, dipindahkan ke lokasi baru. Untuk itu
karena kondisi mereka yang sama. Hal partisipasi warga masyarakat sangat
tersebut didukung oleh pernyataan seorang dibutuhkan agar proses relokasi dapat
informan melalui wawancara mendalam berjalan sesuai dengan harapan. Hasil
(indepth interview) bahwa: penelitian menunjukkan bahwa akhirnya
Tinggal di sini, kemana-mana dekat, mau sebagian besar dari mereka yaitu sebanyak 80
belanja dan mengantar anak sekolah juga % tidak berkeberatan untuk dipindah, hal
dekat, dan saya sebagai pengojek bisa tersebut dapat dicermati melalui diagram
mangkal di tempat ini juga. Jika tidak ada berikut ini (Gambar 5).
yang memanfaatkan ojek ya tinggal masuk Berdasarkan hasil penelitian, alasan
rumah lagi, kan gak susah (September, 2011). dominan mereka punya motivasi dan setuju
Persiapan relokasi yang dilakukan PTBA pindah karena janji PTBA menyediakan
pada saat akhir penelitian ini telah tuntas dan tempat tinggal yang lebih nyaman (Hak
Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 93

Sumber: Data Primer, September 2011

Gambar 4. Persepsi Responden terhadap Lingkungan Tempat Tinggal yang Sekarang

milik, fasilitas umum yang lengkap, adanya pernyataan cukup keras dan pernilaian yang
harapan di tempat baru yang bisa sangat negatif terhadap PTBA, seperti yang
memberikan penghidupan lebih baik) telah diungkapkan berikuit ini:
ditepati. Kesadaran warga muncul karena Motto PTBA Berkembang Harmonis
mereka sudah diberikan tempat yang gratis Bersama Masyarakat hanyalah symbol yang
oleh PTBA, mereka diberdayakan melalui tidak ada buktinya. Sudah sering kita
kepemilikan atas tanah dan rumah tinggal, menyampaikan keluhan, tapi sepertinya
padahal rumah tinggal mereka yang dulu PTBA tidak mendengarkan, masuk kuping
hanyalah hak pakai. Adalah benar PTBA kiri keluar kuping kanan.Tidak ada sama
dalam kasus ini belum memberdayakan sekali perhatian kepada masyarakat, padahal
secara ekonomi, yaitu dalam lapangan daerah kita ini ring nol, ring yang
pekerjaan dan usaha. Untuk memperjelas hal seharusnya mendapatkan perhatian utama,
tersebut dapat dilihat dalam diagram berikut tetapi dalam masalah bantuan kita masuk
ini (Gambar 6). ring terakhir. PTBA itu kalau diluar OK
Diagram di atas memperlihatakan bahwa (bagus), tetapi di dalam bobrok, bantuannya
85 % responden bersedia mengikuti semua tidak sampai di sini.
aturan PTBA dalam relokasi, Data tersebut Pernyataan tersebut merupakan bentuk
dapat dimaknai bahwa munculnya motivasi kekecewaan masyarakat, yang dapat
dan partisipasi warga, karena mereka merasa menghambat proses relokasi. Di balik
telah diberdayakan melalui pemilikan rumah kemiskinan yang mereka alami, setiap hari
dan tanah yang sah secara hukum. mereka melihat keluarga dan warga PTBA
yang lalu lalang dengan mobil bagus dan
Kendala Dan Harapan Relokasi pakaian yang indah. Menurut pengakuan
Ada beberapa kendala dalam proses seorang informan dari PTBA, sebenarnya
relokasi, baik yang sifatnya teknis maupun warga sudah diperhatikan, diberikan tempat
nonteknis. Temuan penelitian menunjukkan tinggal gratis (dulu kakek dan orang tuanya
adanya stigmatisasi negatif terhadap program menjadi karyawan PTBA) namun mereka
PTBA. Kesenjangan yang sangat lebar masih saja merasa tidak diperhatikan. Mereka
memunculkan kecemburuan sosial, dan berharap dapat bekerja di PTBA, seperti
keberadaan PTBA dianggap tidak pendahulunya, namun kemampuan mereka
memberikan kemakmuran bagi masyarakat di tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
sekitarnya. Seorang informan memberikan Para ibu RT dan perempuan muda dari
94 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 20, No. 1

Sumber: Data Primer, 2011

Gambar 5. Diagram Tanggapan Responden Berkeberatan Dipindah

(Sumber: Data Primer, 2011)

Kesediaan Warga Pindah ke Tempat yang Baru

masyarakat sekitar bekerja sebagai, pengurus menjadi kendala bagi semua kebijakan yang
mess, juru masak dan pembantu rumah tangga dilakukan oleh PTBA. Terjadinya
karyawan PTBA, sehingga mereka tidak perlu kecemburuan sosial yang dirasakan warga
mencari pekerjaan yang jauh, seperti hasil masyarakat sekitar menyebabkan tingkat
wawancara mendalam berikut ini: kesadaran masyarakat akan posisinya dengan
Penduduk sekitar yang perempuan apa yang telah diberikan oleh PTBA tidak
kebanyakan bekerja di dalam rumah tangga mampu menjembatani terjadinya gap
karyawan PTBA, sebagian laki-laki menjadi tersebut. Seorang informan selanjutnya
sopir dan tukang kebun. Memang warga menyatakan bahwa:
sekitar jarang yang menjadi karyawan dan Kita cukup prihatin kesenjangan sosial
staff perusahaan, karena tidak memiliki masyakat disini cukup besar, terutama
ketrampilan seperti yang dibutuhkan dengan pegawai-pegawai PTBA, kita ini
perusahaan, sehingga mereka merasa tidak miskin di lahan yang kaya, bak anak ayam
diperhatikan. mati di lumbung padi. Keberadaan PTBA
Kondisi yang demikian ini memunculkan sepertinya tidak memberikan manfaat yang
citra negatif pada perusahaan, jika tidak hati- berarti bagi kita disini, 2 (dua) tahun yang
hati dalam membuat kebijakan dapat menjadi lalu ada penerimaan karyawan tetapi
boomerang bagi PTBA dan akhirnya dapat semuanya didatangkan dari luar. Penduduk
Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 95

disini yang sarjana sekalipun jarang sekali negatif terhadap PTBA, karena hingga tahun
yang dapat bekerja di PTBA. 2011 belum ada realisasi relokasi. Melalui
Kondisi seperti ini menjadi benturan FGD diperoleh penjelasan bahwa muncul
dalam setiap kebijakan dan program CSR adanya konflik laten yang telah lama
yang digelontorkan oleh PTBA, termasuk berlangsung. Kurangnya komunikasi
program relokasi. Walaupun secara memunculkan embrio untuk melakukan
kuantitatif sebagian besar mendukung pembangkangan, Secara jelas seorang
program, tetapi sebagian yang lain masih informan mengatakan bahwa:
tetap memberikan stigmatisasi negatif. Relokasi akan menimbulkan perlawanan
Kondisi tersebut perlu diwaspadai, karena (resisten) jika PTBA tidak memenuhi semua
kondisi ini rawan terhadap pihak-pihak luar janji kepada warga. Kita sudah dilahirkan di
yang tidak bertanggung jawab. Mereka sini dan nenek moyang kita juga karyawan di
memiliki peluang untuk bermain di air keruh, PTBA, sehingga nilai historis ini tidak begitu
dan melakukan provokasi untuk memecah saja mudah dihilangkan dengan adanya
belah masyarakat, yang dapat memunculkan relokasi.
konflik kepentingan. Perlu diciptakan ruang Kendala teknis antara lain berkaitan
komunikasi antara kedua belah pihak, karena dengan angkutan barang, pola pembagian
orang miskin merasa tidak ada kepastian rumah, waktu pelaksanaan dan sebagian
hidup, mudah diprovokasi fihak luar yang warga ada yang mempunyai binatang ternak
tidak bertanggung jawab. seperti kuda, kambing, sapi, ayam, itik dan
Kendala lain adalah, adanya struktur lain-lain. Bagi masyarakat memiliki ternak
masyarakat yang relatif heterogen dilihat dari punya arti yang sangat penting karena ternak
status sosial ekonominya. Masyarakat sebagai merupakan bentuk tabungan praktis. Apabila
sebuah sistem sosial, di dalamnya ada strata, membutuhkan dana segar yang mendadak,
demikian juga halnya dengan masyarakat di maka sebagian ternak dijual untuk menutupi
wilayah Atas Dapur dan sekitarnya. Di kebutuhan mereka. Hal ini menjadi
wilayah ini ada sebagian warga yang sudah permasalahan karena di tempat pemukiman
mapan secara sosial ekonomi menjadi baru, apabila dilihat design site plannya tidak
persoalan yang rumit untuk direlokasi (ada 12 ada fasilitas untuk tetap beternak.
% yang menerima dengan terpaksa dan 3%
yang menolak direlokasi). Mediasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Penelitian ini menemukan bahwa mereka Dalam kegiatan penambangan, sebuah
mempunyai rumah permanen yang bagus dan perusahaan wajib memiliki kepedulian sosial
luas, sebagian rumahnya disewakan. Atau dan lingkungan, agar perusahaan tersebut
warga yang memiliki ternak besar (kuda, tidak memperoleh gangguan yang berarti,
kerbau dan sapi) yang jumlahnya cukup eksis bahkan dapat mendongkrak
banyak, dan di tempat baru tidak tersedia popularitasnya di mata masyarakat/Negara.
lahan untuk menggembala. Dengan konsep ini antara perusahaan dan
Berdasarkan wawancara diperoleh masyarakat dapat hidup berdampingan, saling
informasi bahwa pada tahun 1997-an pernah menopang, simbiose mutualistik, sehingga
ada kebijakan relokasi. Pada saat itu pola hubungan yang tercipta dapat lebih
masyarakat yang direlokasi hanya diberi harmonis, sinergis, dan tidak banyak konflik
uang pesangon Rp. 500.000,- (lima ratus ribu kepentingan antarstakeholders. Fajar
rupiah). Hal tersebut yang kini mereka Nursahid (2006) menyatakan CSR sebagai
khawatirkan jika dirinya direlokasi juga tanggung jawab moral sebuah perusahaan
hanya akan diberi pesangon yang jumlahnya terhadap lingkungannya yang terkena
tidak dapat dipakai untuk membeli rumah. pengaruh langsung maupun tidak langsung
Kondisi tersebut dimaknai warga sebagai dari beroperasinya sebuah perusahaan.
tindakan yang tidak manusiawi, sehingga Demikian juga halnya dengan perusahaan dan
sampai kini masih menyisakan prasangka pertambangan PTBA.
96 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 20, No. 1

Sumber: Data Primer, 2011

Diagram: Relokasi Mengganggu Kelangsungan Pekerjaan

Secara geografis relokasi penduduk ke sarana peribadatan, balai pertemuan, pasar,


tempat yang baru tidak jauh dengan tempat sarana olah raga dan sarana keamanan
tinggalnya yang lama, karena berada dalam sebagai kebutuhan hidup. Keberadaan
satu wilayah kecamatan. Kepindahan ini fasilitas pendukung tersebut mempunyai
diharapkan tidak banyak mengganggu fungsi sosial yang penting bagi
aktivitas keseharian mereka, termasuk keberlangsungan sebuah masyarakat. Melalui
pekerjaan mereka. Hasil penelitian FGD diperoleh informasi akan pemenuhan
menunjukkan bahwa sebagian responden janji PTBA, seperti pernyataan berikut ini:
(38%) menyatakan bahwa relokasi tidak akan Janji PTBA waktu sosialisasi akan
mengganggu pekerjaan, namun sebagian memberikan tempat yang layak, terima kunci,
yang lain menyatakan ya dan tidak tahu. Hal penyedian air, listrik, jalan, sertifikat.
tersebut karena selama ini mereka bekerja Masyarakat cukup senang dan berharap
sebagai tukang ojek, peternak hewan piaraan, PTBA merealisasikannya. Harapan kita
dan serabutan. Untuk lebih jelas dapat kepada PTBA juga, pemenuhan fasilitas
dilihat dalam diagram berikut. umum di tempat relokasi, supaya kehidupan
Sebagian besar responden, berharap dapat di sana bisa lebih baik lagi (Jumat, 23
hidup lebih baik pasca relokasi, salah satu September 2011, Pukul 09.00-10.00).
alternativenya adalah munculnya usaha baru Selain fasilitas umum juga disediakan
di wilayah relokasi. Harapan tersebut perlu fasilitas pendidikan dan kesehatan. Kedua
mendapat perhatian dari berbagai pihak, agar fasilitas tersebut menjadi kebutuhan primer
kepindahan mereka mampu meningkatkan untuk mendidik generasi berikutnya dan
taraf hidup, relokasi dapat dimaknai sebagai memelihara kesehatan agar warga dapat
tindakan memberdayakan dalam perspektif hidup lebih sehat. Dalam kaitannya dengan
yang berkeadilan sosial. Mereka mampu pemberdayaan, PTBA merintis jejaring
mengembangkan usaha baru, untuk dengan pemerintah setempat dalam
meningkatkan taraf hidup menuju pada pelayanan pendidikan dan kesehatan. Bagi
kondisi yang lebih baik dan sejahtera. mereka kelangsungan pendidikan anak
Alasan penting ketika mereka menjadi satu kebutuhan pokok, sehingga
memutuskan untuk pindah, salah satunya program relokasi tidak mengganggu
karena kepastian kepemilikan tempat tinggal kelangsungan pendidikan anak-anak.
yang lebih baik dengan status yang jelas. Berdasarkan temuan penelitian ini,
Berdasarkan komitmen PTBA, Kepastian masukan yang dapat disampaikan adalah,
akan diperolehnya hak atas tanah dan rumah agar PTBA lebih pro aktif kepada warga yang
menjadi dasar masyarakat untuk menata akan direlokasi. PSLH UGM menjadi
kehidupannya yang baru. PTBA juga penyambung lidah warga untuk
menyediakan fasilitas pendukung seperti menyampaikan keluhan sekaligus harapan
Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 97

warga yang akan direlokasi, sedangkan mereka bekerja serabutan asal dapat
PTBA berupaya memenuhi harapan mereka. memenuhi kebutuhan hidup. Tingginya
Hal tersebut dilakukan pada saat pertemuan biaya hidup tidak dibarengi dengan motivasi
terakhir sebagai sebuah kesepakatan kedua (NAch) untuk memperoleh pekerjaan di
belah fihak dan sekaligus kesediaan untuk luar PTBA. Akibatnya wilayah perumahan
relokasi. Ini merupakan best practices dari karyawan menjadi semakin kumuh dan
sebuah implementasi CSR yang dilaksanakan tingkat polusinya tinggi, penduduknya
oleh sebuah perusahaan pertambangan untuk semakin miskin. Dalam kemiskinannya
pemberdayaan dan sekaligus pembangunan mereka tidak dapat membeli rumah, banyak
masyarakat (community development) yang berhutang, gali lubang tutup lubang sebagai
berkeadilan sosial. strategi untuk tetap bertahan hidup.
Berkenaan dengan makam, relokasi Pada sisi lain muncul kebijakan Pemda
makam akan dilakukan dengan biaya yang setempat untuk penataan ruang tata kota
ditanggung PTBA. Lokasi pemakaman baru dalam kaitannya dengan perkembangan
berada di Bangko Barat yang tidak jauh, kota. Perumahan yang ada di wilayah Atas
karena masih berada dalam satu wilayah Dapur dan sekitarnya tidak sesuai lagi
kalurahan. Mengenai pemindahan makam, dengan site plan Pemda, dan penduduk
untuk sementara tidak terjadi gejolak yang harus direlokasi. Untuk melakukan hal
berarti terutama bagi keluarga yang tersebut PTBA melalui program CSR
meninggalnya sudah lama. Untuk berupaya menerapkan kebijakan tersebut,
pemindahan makam PTBA telah namun penuh dinamika dan permasalahan
menyediakan beberapa mobil jenazah. baik secara internal perusahaan maupun
Berbagai program yang dilaksanakan oleh eksternal. Secara internal, kebijakan relokasi
PTBA dalam rangka memberdayakan ada yang pro dan kontra, secara eksternal
masyarakat, sehingga warga dapat hidup warga masyarakat yang akan direlokasi
lebih sejahtera dan berkeadilan sosial. mengajukan banyak tuntutan, sehingga
pelaksanaan relokasi menjadi tertunda-
tunda. Dampaknya, warga masyarakat
KESIMPULAN menjadi tidak percaya lagi pada janji-janji
yang telah lama diberikan. Selain itu ada
Keberadaan Tambang Bukit Asam yang trauma psikologis dari masyarakat, karena
ada sejak Kolonial Belanda (tahun 1919) tahun 1990-an pernah ada relokasi dan
kemudian ada Proses Nasionalisasi warga hanya diberi uang pesangon yang
perusahaan pertambangan tahun 1950, jumlahnya sangat kecil sehingga tidak cukup
Pemerintah Indonesia mengesahkan untuk membeli tanah apalagi rumah.
pembentukan Perusahaan Negara Tambang Penelitian ini menemukan bahwa
Arang Bukit Asam (PN TABA). Sebagian persepsi, motivasi dan partisipasi
besar tenaga kerjanya didatangkan dari masyarakat terhadap program relokasi
berbagai wilayah, salah satunya dari Jawa, sangat beragam, keberagaman tersebut
(saat ini sudah tiga atau empat generasi), disebabkan karena perbedaan status sosial
sampai ada istilah PUJAKUSUMA (Putra/i dan kondisi pekerjaan yang saat ini
Jawa Kelahiran. dilakukan. Ketidakpercayaan penduduk
Sumatra). Para migran ini merasa sudah akhirnya dapat diatasi melalui mediasi dan
menjadi penduduk asli, karena sebagian sosialisasi yang dilakukan oleh PSLH-UGM,
besar dilahirkan ditempat ini sehingga warga yang direlokasi diberdayakan secara
mereka merasa menguasai lahan yang sosial dan cultural melalui kepemilikan atas
sebenarnya milik pertambangan. Dalam hak milik tanah dan bangunan serta berbagai
perkembangannya kebutuhan tenaga kerja fasilitas umum, sehingga relokasi yang
semakin professional, anak-anak karyawan dijalankan tidak memperoleh kendala yang
tidak dapat tertampung lagi di perusahaan, berarti. PTBA juga merintis melakukan
98 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 20, No. 1

jejaring dengan warga masyarakat penerima Number 2, MCB University Press, page
relokasi terutama dalam masalah pendidikan 16 - 22
dan kesehatan. Ini merupakan best practices Morin, Longinos and Ruiz, Salvador, 2007:
dari PTBA yang barangkali dapat menjadi I Need You Too! Corporate Identity
contoh bagi perusahaan lain yang akan Attractiveness For Consumers and
menyalurkan sebagian laba perusahaannya The Role of Social Responsibility, dalam,
melalui program CSR. Dalam konteks ini Journal of Business Ethics, 71: page
CSR yang diberikan dapat memberdayakan 245 - 260
sekaligus membangun masyarakat mandiri Mulyadi, 2003: Corporate Social
yang berkeadilan social. Responsibility: Mempertanyakan Kembali
Aspek Pemberdayaan, Keberpihakan dan
keberlanjutannya, Seminar Bulanan Pusat
DAFTAR PUSTAKA Studi Kependudukan dan Kebijakan,
Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada
Ambadar, Jackie , 2008: CSR dalam Praktek Neuman, Lawrence, W 2003: Social
di Indonesia. Jakarta, PT. Elex Media Research Methods: Qualitative and
Komputindo. Quantitative Approaches, Fifth Edition,
Brannen, yulia, 1997: Memadu Metode Printed in the United Status of America
Penelitian: Kualitatif & Kuantitatif, Okoye, Adaeze, 2009: Theorising Corporate
Yogyakarta, Pustaka Pelajar Responsibility as an Essentially Contested
Carroll, B. Archie, University of Georgia, Concept: Is a Definition Necessary,
1999: dalam Journal of Business and dalam Journal of Business Ethics 89: page
Society, Vol 38, No. 3, September, page 613 - 627
268 295, Sage Publication Inc Rahman, Santy Rizkiya 2009: Analisis
Fajar Nursahid, 2006: Tanggung Jawab terhadap Corporate Social Responsibility
Sosial BUMN: Analisis Terhadap Model dan Peraturannya di Indonesia, Sebuah
Kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, Studi Kasus: Corporate Social
PT Pertamina, dan PT Telekomunikasi responsibility PT. Freeport Indonesia
Indonesia, Jakarta, Depok, Piramedia pada Suku Amungme, Desa Banti, Papua,
Fernandes, Walter dan Tandon, Rajesh, 1993: Jakarta, Universitas Al Azhar
Riset Partisipatoris Riset Pembebasan, Indonesia
Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi,
bekerjasama dengan Yayasan Karti Sarana 1989: Metode Penelitian Survei, Jakarta,
Jakarta. LP3ES
Ife, Jime, 2002: Community Development: Susanto, AB, 2007: Corporate Social
Community-based Alternatives in Age of Responsibility, Jakarta, The Jakarta
Globalization , Second Edition, Australia, Consulting Group
Pearson Education. Tanudjaja, Bing Bedjo. 2006. Perkembangan
Iwao Taka, 2000: Corporate Social Corporate Social Responsibility di
Responsibility: Current Context and Indonesia dalam
Future Directions, Reitaku University http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir
dalam Top Management Forum .php?DepartmentID=DKV. Diakses pada
Corporate Social Responsibility, 26 Oktober 2008
Asian Productivity Organization Untung, Budi Hendrik. 2008. Corporate
Komisi Eraopa, 2001 dalam Gemari 2010: Social Responsibility. Jakarta: Sinar
Laporan Utama Program CSR dan Grafika
Paradigma Baru Pembangunan Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep
Kesos, Gemari Edisi 110/Tahun Xl/ Maret dan Aplikasi CSR (Corporate Social
2010 Responsibility). Gresik: Fascho
Moir, Lance, 2001: What Do We Mean By Publishing.
Corporate Social Responsibility, dalam Hasil Penelitian Pusat Studi Lingkungan
Corporate Governance, Volume 1 Hidup Universitas Gadjah Mada antara
Maret 2013 PARTINI: CSR DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 99

bulan Agustus sampai dengan bulan Dasar Hukum


Desember 2011. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang
Yoyner and Paine 2002: Evolution and Pengelolaan Lingkungan Hidup
Implementation: A Study of Values, Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2003
Business Ethics and Corporate Social Tentang Badan Usaha Milik Negara
Responsibility, dalam Journal of Business Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Ethics 41: page 297 311, Kluwer Perseroan Terbatas
Academic Publishers. Printed in the Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Netherlands Penanaman Modal

Anda mungkin juga menyukai