Anda di halaman 1dari 17

Analisis pengaruh parental leave (cuti melahirkan) terhadap kesehatan anak di

Indonesia

Proposal Skrispi

Oleh:
Gabriel Pierre
15/382014/EK/20595

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
dan manfaat penelitian, serta ruang lingkup dan batasan penelitian.

1.1. Latar Belakang


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi
tersebut mengisyaratkan paling tidak ada komponen orang tua baik secara lengkap
atau parsial. Keluarga secara efektif membentuk anak secara fisik dan secara
psikologis (Muhidin, 1981). Menurut Solaeman (1978) keluarga memiliki berbagai
macam fungsi seperti fungsi edukatif, sosialisasi, protektif, afeksi, religious, ekonomi
dan biologis. Hal tersebut menunjukan pentingnya fungsi keluarga untuk setiap
anggotanya
Masa awal kelahiran anak merupakan masa yang sangat krusial bagi tumbuh
kembang anak. Pada masa ini orangtua memegang peranan penting dalam menjaga
tumbuh kembang anak, mulai dari memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif,
mengganti popok, menidurkan bayi hingga melakukan medical checkup secara rutin
ke dokter anak. Peran dari orangtua dalam masa-masa awal kelahiran anaknya
merupakan peran yang tak terganti, kehadiran orangtua dapat memberikan berbagai
macam dampak bagi tumbuh kembang anak kedepannya.
Meningkatkan kesehatan anak merupakan isu yang sangat penting tidak hanya
untuk saat ini namun untuk masa depannya. Kehadiran orangtua dalam proses
mengawasi tumbuh kembang anak merupakan hal yang bersifat fundamental. Cuti
parental atau dikenal dengan parental leave merupakan salah satu kebijakan publik
yang bisa berdampak langsung pada kesehatan anak. Kebijakan ini adalah kebijakan
yang memungkinkan orang tua baik wanita dan pria (untuk wanita disebut maternity
leave dan pria disebuah paternity leave) mendapatkan hak untuk cuti/ libur dari
pekerjaan mereka secara sementara. Kesempatan ini dapat digunakan untuk
memfokuskan diri mereka dalam merawat dan menjaga tumbuh kembang anak di
awal kelahirannya.
Hukum di Indonesia terkait cuti parental/ cuti kelahiran anak merujuk pada
pasal 82 UU no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa
pekerja perempuan berhak memperoleh cuti bersalin selama 3 bulan (1,5 bulan
sebelum dan 1,5 bulan sesudah melahirkan) dengan hak upah penuh artinya tidak
akan ada pengurangan upah. Sedangkan untuk pekerja laki-laki, Pasal 93 ayat 4
memberikan mereka hak untuk mendapatkan cuti ayah namun hanya selama 2 hari.
Durasi ini dinilai terlalu masih sangat pendek untuk mencapai tujuannya, yaitu untuk
memperkuat hubungan dini ayah dan ibu dengan anak.
Hubungan antara cuti parental pada masa melahirkan seorang ibu terhadap
kesehatan anak sudah pernah ditelaah sebelumnya. Misalnya, Currie (2009) dan Case
dan Paxson (2010) menunjukkan bahwa kesehatan anak usia dini dapat
mempengaruhi pencapaian pendidikan dan hasil pasar tenaga kerja di kemudian hari.
dan Currie dkk. (2010) menemukan bahwa efek pada hasil sekolah bekerja terutama
melalui hasil kesehatan di masa depan. Temuan ini sesuai dengan kerangka kerja
Cunha dan Heckman (2007) yang menghipotesiskan bahwa kesehatan anak secara
dinamis berinteraksi dengan bentuk modal manusia lainnya di proses akumulasi
modal manusia.
Tujuan paper ini adalah untuk mengetahui hubungan antara cuti yang
didapatkan oleh orangtua ketika melahirkan (cuti parental) terhadap kesehatan anak
(0 - 4 tahun)dengan mempertimbangkan lama cuti yang didapatkan oleh orangtua.
Penulis mencoba mengontrol variabel tambahan dalam paper ini, diantaranya riwayat
kesehatan orangtua, ada tidaknya pemberian ASI kepada anak, status perkawinan
orangtua, dan pendapatan orangtua. Penulis menggunakan data IFLS (Indonesian
Family Life Survey) 4 dan 5 untuk menguji hubungan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Kehadiran orangtua dalam masa awal kelahiran seorang anak merupakan hal
yang sangat penting. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa secara fisik dan mental,
kehadiran orangtua dapat menjadikan seorang anak akan menjadi sehat nantinya.
Contohnya melalui pemberian asi perdana. Di Indonesia hal ini diatur dalam UU
Ketenagakerjaan dimana didalamnya memuat lama waktu cuti bagi orangtua Pasal 82
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Kebijakan mengenai hal tersebut
merupakan salah satu kebijakan publik di Indonesia atau dengan kata lain
pemerintahlah yang mengatur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengambil
cuti bagi suami dan istri dalam konteks cuti melahirkan.
Pada 2016, hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka
kematian bayi (AKB) mencapai 25,5. Artinya, ada sekitar 25,5 kematian setiap 1.000
bayi yang lahir. Selama beberapa tahun terakhir, AKB Indonesia berangsur-angsur
mengalami penurunan. Bahkan, perkembangan AKB di Indonesia cukup
menggembirakan dalam waktu 20 tahun terakhie yang menunjukkan tren menurun.
Pasalnya, pada 1991 AKB pernah mencapai angka 68. Namun demikian, AKB di
Indonesia masih termasuk tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura yang sudah di bawah 10 kematian per 1.000 kelahiran bayi.
Kematian bayi merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengetahui derajat
kesehatan suatu negara dan bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa.
Tingginya kematian bayi pada usia hingga satu tahun menunjukkan masih rendahnya
kualitas sektor kesehatan di negara tersebut.
Salah satu hal yang dapat membantu untuk menurunkan angka kematian anak
melalui kebijakan cuti parental yang diterapkan oleh pemerintah. Namun, di
Indonesia sendiri memiliki waktu cuti melahirkan yang relatif sedikit dibandingkan
dengan negara lainnya. Merujuk pada data Qerja.com negara Singapura memberikan
cuti melahirkan sebanyak 56 hari, negara Malaysia 60 hari dan negara Thailand
sebanyak 90 hari, negara Vietnam menjadi negara yang paling banyak memberikan
cuti melahirkan yaitu 180 hari. Secara intuitif, dengan semakin banyaknya waktu cuti
melahirkan yang diberikan kepada suami dan istri bertujuan untuk memberikan waktu
yang lebih fleksibel untuk suami dan istri dalam rangka merawat dan menjaga anak
mereka di awal kelahirannya.
Penelitian mengenai efek dari parental leave (cuti melahirkan) telah dilakukan
dibeberapa negara yang memiliki concern terhadap kesehatan anak, khususnya
dibawah 1 tahun seperti Swedia dan Australia. Hasil studi tentang pengaruh cuti
melahirkan terhadap kesehatan anak yang sebelumnya telah dilakukan pun masih
menimbulkan perdebatan. Waktu yang diberikan kepada orangtua melalui cuti
melahirkan akan meningkatkan waktu kebersamaan orangtua dalam merawat
anaknya, misalnya ibu jadi lebih mudah dan fleksibel dalam menyusui bayinya
dengan memberikan asi eksklusif, ayah pun menjadi memiliki waktu untuk
menimang-nimang buah hatinya, mengganti popok, memandikan dan membacakan
bedtime stories. Disisi lain, terkait upah bagi orangtua, ketika orangtua mengambil
cuti libur dan tetap harus digaji tanpa perlu melakukan kerja hal ini akan
membebankan pada perusahaan dan dapat mengganggu iklim bisnis. Sedangkan
kebijakan anggaran saat ini kurang memungkinkan bagi pemerintah untuk
mensubsidi penuh. Alternatifnya dapat dengan melakukan pengurangan gaji (payroll
deductions) dari para karyawan di perusahaan terkait untuk mendanai cuti
melahirkan.
Peneliti tertarik untuk mengangkat topik dengan argumen awal dimana untuk
argumen selanjutnya peneliti berharap dapat menjadi penelitian yang dapat
dilakuakan oleh siapapun mengingat hal tersebutu juga menjadi salah satu isu yang
cukup baik untuk diangkat di Indonesia. Melalui beberapa fakta diatas, peneliti
tertarik untuk mengangkat topik ini menjadi sebuah penelitian. Hal ini juga
berkaitan dengan kebijakan publik yang mengatur peraturan untuk cuti melahirkan.
Semakin meningkatnya lama waktu cuti melahirkan akan memiliki dampak pada
kesehatan anak. Penelitian yang akan dilakukan kali ini mencoba menganalisis
hubungan cuti melahirkan dan kesehatan anak di Indonesia.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengaruh lama cuti melahirkan terhadap kesehatan anak di Indonesia?


1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Di Indonesia, penelitian mengenai dampak dari cuti melahirkan terhadap


kesehatan anak terbilang masih sangat sedikit bahkan belum ada sehingga peneliti
merasa perlu untuk melakukan penelitian ini. Disamping, hal ini penting untuk
kesehatan anak, cuti melahirkan pun merupakan kebijakan pemerintah yang banyak
menimbulkan polemik baik mulai dari perencanaannya hingga implementasinya.
Sebagai contoh, gubernur baru DKI Jakarta yaitu Anies Baswedan dalam
kampanyenya sempat sedikit menyebutkan mengenai menambah cuti ayah, namun
implementasinya masih belum terlihat hingga sekarang. Hal ini perlu diapresiasi
kendati masih banyak yang belum menyadari akan pentingnya cuti melahirkan bagi
kesehatan anak.
Diharapkan, penelitian yang dilakukan dapat berkontribusi bagi dunia
akademik dengan memperkaya studi mengenai topik pembangunan bidang kesehatan
dan ketenagakerjaan. Sedangkan dari sisi praktis, diharapkan penelitian yang akan
dilakukan dapat menjadi salah satu pertimbangan pengambilan kebijakan bagi
pemerintah dan perusahaan dalam menentukan lama waktu untuk cuti melahirkan
tidak hanya bagi istri namun juga bagi suami.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan berpedoman pada asumsi bahwa cuti
melahirkan memiliki hubungan positif dan signifikan pada kesehatan anak di
Indonesia. Kesehatan anak di proxy menggunakan data yang diberikan oleh orangtua
ketika survey dilakukan (menggunakan data Indonesia Family Life Survey) pada
buku 5. Peneliti hanya akan meneliti sebatas ada tidaknya pengaruh antara
variabel cuti melahirkan dengan kesehatan anak. Selain itu, peneliti juga melihat
kemungkinan hubungan positif dan negatif keduanya.
Peneliti tidak melihat pengaruh dan hubungan tersebut pada individu yang
tidak bekerja karena cuti melahirkan diasumsikan diberikan kepada mereka (baik
suami dan istri) yang sedang bekerja baik pada perusahaan swasta atau pemerintah.
Oleh karena itu peneliti tidak memasukkan variabel seperti apakah suami/istri
dalam keadaan bekerja atau tidak?

Motivasi Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi pionir penelitian yang menjelaskan
hubungan ketenagakerjaan melalui regulasi pemerintah yaitu cuti melahirkan bagi
suami-istri dan salah satu tema dari ekonomi kesehatan yaitu kesehatan anak. Akan
sangat disayangkan jika penelitian seperti ini tidak ada/ tidak dilanjutkan karena hal
ini sangat berpengaruh luas tidak hanya untuk menjawab rumusan masalah yaitu
mengenai hubungan antara cuti melahirkan dan kesehatan anak.
Secara luas dampak dari penelitian ini dapat memberikan insight baru
mengenai dampak yang terjadi pada kesehatan anak tidak hanya akses kesehatan atau
teknologi kesehatan ketika anak tersebut lahir atau dari vitamin yang diberikan
kepada anak tersebut sedari lahir. Namun ada hal yang bersifat sangat personal yang
juga tak kalah pentingnya dengan variabel-variabel tadi yaitu kehadiran orangtua di
awal masa kelahiran sang buat hati.
Manfaat lain yang mungkin tidak akan nampak jika penelitian ini tidak
dilakukan adalah mengenai kesetaraan gender dimana mindset bahwa ketika seorang
ibu melahirkan hanya wanitalah yang dapat memperoleh hak untuk cuti dan
mengurusi anaknya. Peran suami adalah tetap bekerja agar dapat menafkahi istri
padahal menurut studi terdahulu peran suami dalam merawat anak di awal kelahiran
sangat penting seperti mengganti popok, membantu menggendong anak karena dapat
meringatkan beban istri dan menyanyikan lagu ketika anak akan tidur yang berguna
untuk kesehatan mental anak tersebut.
Kontribusi Penelitian
Penulis membagi kontribusi dari penelitian ini menjadi tiga bentuk yaitu:
kontribusi praktis, kontribusi teoritis dan kontribusi kebijakan. Kontribusi praktis
yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah bahwa di Indonesia masalah mengenai
cuti melahirkan masih dipandang sebelah mata dimana biasanya cuti melahirkan
dikaitkan bagi seorang wanita saja.
Peran suami sebagai komponen penting unit keluarga terkadang diabaikan
sehingga cuti ayah pun menjadi hal yang penting. Dengan penelitian ini diharapkan
dapat mengubah mindset masyarakat secara umum dan pemangku kebijakan secara
khusus mengenai peran dari cuti orangtua baik istri maupun suami karena memiliki
dampak baik kesehatan anak dan hubungan mereka sebagai orangtua.
Penilitian ini diharapkan juga akan memberikan kontribusi secara teoritis
karena sejatinya masih belum ada penelitian mengenai cuti melahirkan dan
dampaknya secara langsung dengan kesehatan anak. Dengan hadirnya penelitian ini
diharapkan dapat menambah kazanah wawasan mengenai bagaimana peran cuti
melahirkan yang dapat menghadirkan peran dari orangtua dalam mengawasi
perkembangan anak diawal kelahirannya. Jika diteruskan kedepannya harapannya
akan menambah perbendaharaan jurnal ekonomi kesehatan di Indonesia yang dilihat
dari perspektif ketenagakerjaan.
Kontribusi kebijakan yang bisa diberikan oleh penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah nantinya kebijakan publik cuti melahirkan baik bagi istri maupun
suami dapat dikaji ulang menjadi salah satu kebijakan prioritas karena dampak dari
kebijakan ini sangat luas. Salah satu program yang dibawa ketika kampanye pasangan
gubernur DKI Jakarta Anies-Sandi adalah menambah lama cuti ayah ketika istri
melahirkan. Harapan penulis kedepannya agar penelitian ini dapat menjadi bahan
rujukan untuk memperkirakan seberapa waktu yang tepat dalam mempertimbangkan
kebijakan tersebut agar disisi lain tidak juga membebani perusahaan tempat suami
dan istri tersebut bekerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka


Kehadiran orangtua pada masa awal kelahiran anaknya merupakah hal yang
sangat penting. Ruhm (2007) dengan menggunakan data agregat untuk 15 negara
Eropa pada tahun 1969 hingga 1994 menguji bahwa kehadiran orang tua selama
tahun-tahun awal merupakan investasi yang signifikan dalam perkembangan anak.
Penelitian telah mulai mengklarifikasi peran yang dimainkan orang tua dengan
penekanan khusus pada pentingnya peran mereka kehadiran pada masa bayi.
Misalnya, pekerjaan ibu selama tahun pertama anak memiliki korelasi negatif dalam
nilai tes kognitif berikutnya dan dikaitkan dengan peningkatan masalah perilaku.
Temuan ini nampak mengindikasikan bahwa ada manfaat potensial yang signifikan
untuk hak cuti orang tua setelah melahirkan. Menurut Lero (2007) Cuti melahirkan
yang lebih lama memungkinkan ibu untuk lebih pulih sepenuhnya dari persalinan dan
memberi lebih banyak waktu bagi ibu dan bayinya untuk membangun pola-pola yang
teratur, responsif dan kedekatan yang lebih, masa menyusui yang lebih lama
memungkinkan peningkatan kesehatan bagi anak.
Studi terdahulu di Australia pada tahun 1997 menemukan bahwa hak cuti
orang tua memiliki korelasi yang negatif dan signifikan dalam mengurangi
kemungkinan anak-anak memiliki banyak masalah kesehatan, dengan efek bervariasi
(dari minimal kurang dari 2pp di umur 2-3 sampai maksimal sekitar 5pp pada usia 4-
5), Jika diberlakukan pemberian gaji tambahan pada cuti orangtua efeknya lebih kuat
untuk anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah, yang diukur
dari segi pendidikan dan pendapatan orang tua, yang sekali lagi menyiratkan bahwa
anak-anak yang kurang beruntung memiliki jumlah yang lebih besar perbaikan
kesehatan jika orang tua mereka diberi hak cuti bagi orang tua ( Broadway et al.,
1997)
Skema cuti orang tua merupakan salah satu alat kebijakan publik yang bisa
berdampak langsung pada anak-anak kesehatan untuk berbagai alasan. Pertama, cuti
orang tua bisa meningkatkan jumlah waktu seorang anak menghabiskan dengan orang
tuanya bukan perawat informal atau formal lainnya. Bergantung pada apakah orang
tua memberi perawatan lebih baik daripada perawat lain, jumlah dan kualitas waktu
yang dihabiskan bersama mungkin terjadi memiliki efek positif atau negatif. Kedua,
hak cuti orang tua sering secara khusus bertujuan untuk menurun tingkat stres orang
tua dengan meningkatkan pendapatan dan keamanan kerja untuk mengurangi
kekhawatiran orang tua karir masa depan mereka atau kemampuan mereka untuk
menyediakan keluarga mereka secara finansial. Jika cuti orang tua benar-benar
mengurangi tekanan orang tua, kesehatan orang tua mungkin akan menguntungkan
(Chatterji dan Markowitz, 2005) dan kualitas waktu yang bisa dihabiskan bayi
dengan orang tua mereka juga bisa membaik. Akhirnya, sejak saat itu menyusui
berkorelasi dengan peningkatan hasil kesehatan anak (World Health Organization and
Unicef, 2003), hak cuti orang tua dapat memperbaiki kesehatan anak melalui
menyusui yang berkepanjangan.
Kesehatan anak kecil tergantung pada banyak faktor termasuk: "stock" health
capital, tingkat dari alat teknologi medis, harga dan akses terhadap perawatan
kesehatan, pendapatan rumah tangga, dan Investasi waktu orang tua. Cuti orang tua
kemungkinan besar akan meningkatkan kesehatan anak-anak melalui mekanisme-
mekanisme tertentu. Stok modal kesehatan adalah bersifat stokastik namun juga
bergantung pada investasi dan gaya hidup yang dipilih sebelumnya (Grossman, 1972)
Namun, sebagian besar investasi ini terjadi pada awal kehamilan dan tidak mungkin
hal ini dicapai secara substansial oleh kebijakan yang umumnya menyediakan time off
/ cuti bekerja dalam waktu singkat sebelum kelahiran dan hal ini bahkan dapat
menjadi efek negatif bagi kesehatan anak. Secara khusus, cuti dapat menyebabkan
beberapa wanita bekerja lebih awal pada masa awal kehamilannya untuk memenuhi
persyaratan kerja agar dapat mendapatkan cuti melahirkan yang sesuai pada masa
kelarinnya. Hal ini akan mengurangi waktu tersedia untuk investasi kesehatan (seperti
perawatan pranatal dini) dan dapat menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi
pada waktu melahirkan dan kematian selama bulan-bulan pertama kehidupan.
Pendapatan orangtua yang lebih tinggi dapat meningkatkan kesehatan melalui
peningkatan akses ke perawatan medis, khususnya bila sebagian besar pengeluaran
memiliki nomial yang sangat besar dan juga meningkatkan pembelian barang dan jasa
kesehatan lainnya (misalnya diet, sanitasi, keamanan) (Ruhm,2000). Hak untuk
orangtua mendapatkan cuti cenderung meningkatkan persentase wanita yang bekerja
di pekerjaan yang tidak terlalu menggunakan tenaga banyak, namun hal ini akan
berkurang jika ketika cuti hamil diimbangi dengan pengurangan upah. Biasanya cuti
orangtua diikuti oleh penambahan gaji untuk cuti melahirkan, namun peningkatannya
cukup kecil dan efeknya pada kesehatan anak cenderung kecil.
Cuti orang tua saat melahirkan (parental leave) cenderung mempengaruhi
kesehatan anak karena dapat memberi lebih banyak waktu bagi orang tua. Seperti
yang diakui oleh Becker (1981, Bab 5), membesarkan anak-anak adalah cara atau
aktivitas yang sangat time-intensive. Komitmen dimulai sebelum kelahiran (misalnya
kebutuhan untuk tidur lebih nyenyak dan perawatan sebelum kelahiran/ pranatal yang
memadai) namun cenderung sangat besar selama bulan-bulan pertama kehidupan/
kelahiran seorang anak. Bahkan, beberapa investasi waktu yang dilakukan orangtua
seringkali menjumpai tantangan khusus bagi orang - orang yang bekerja sehingga cuti
melahirkan merupakan langkah yang tepat.
Status perkawinan orangtua dengan kesehatan anak memiliki hubungan
kausalitas dua arah, tidak hanya status perkawinan orangtua yang memiliki pengaruh
terhadap kesehatan anak tapi juga sebaliknya. Dengan menggunakan data national
longitudinal Fragile Families and Child Wellbeing Study Amerika dimana data
longitudinal memungkinkan mereka untuk mengestimasi model individual fixed
effects. Model ini dapat mengontrol seluruh heterogenitas yang tidak terobservasi.
Kesehatan anak yang buruk memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan
pembubaran perkawinan, hal ini akan menempatkan anak-anak kepada situasi yang
tidak sehat dengan "bahaya ganda" baik bagi kesehatan dan hasil ekonomi masa
depan bagi anak tersebut (Seltzer,1994). Penelitian lain menyebutkan bahwa, dalam
waktu yang sangat singkat (12-18 bulan setelah melahirkan), memiliki anak dengan
kesehatan yang buruk menurunkan tingkat komitmen pada hubungan perkawinan
orangtua (Reichman et al.,2003)
Pemberian ASI eksklusif (breast-feeding) adalah contoh salah satu aktivitas
yang dapat dilakukan oleh ibu ketika medapatkan cuti melahirkan tersebut. Konsumsi
susu manusia oleh bayi adalah hal yang terkait dengan kesehatan yang lebih baik
melalui penurunan kasus atau tingkat keparahan banyak penyakit (misalnya
diare,infeksi saluran pernafasan bawah, limfoma, otitis media, dan penyakit
pencernaan kronis), reduksi pada kematian bayi dari berbagai penyebab (termasuk
sindrom kematian bayi mendadak), dan mungkin meningkatkan perkembangan
kognitif. Namun, seringkali lebih sulit untuk wanita yang sedang bekerja dalam
melakukan breast-feeding karena terkendala durasi dan frekuensi (Ryan and
Martinez, 1989; Gielen et al., 1991; Lindberg, 1996; Blau et al., 1996; Roe et al.,
1997).

2.2. Hipotesis
Berdasarkan penelitian acuan yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti
memiliki hipotesis pada masa pensiun. Peneliti menguji hipotesis pada cuti
melahirkan seperti berikut:

H0: Cuti melahirkan memiliki hubungan dan efek positif terhadap kesehatan
anak
H1: Cuti melahirkan memiliki hubungan dan efek negatif terhadap kesehatan
anak

BAB III
DATA DAN METODOLOGI

3.1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesian Family Life
Survey (IFLS). IFLS adalah sebuah survey level mikro jangka panjang yang terus
dilakukan secara periodik di Indonesia. Data sampel yang dimiliki oleh IFLS
mewakili 83% dari keseluruhan penduduk Indonesia dan berisikan 30.000 individu
yang tinggal di 13 provinsi yang ada di Indonesia. Dari enam laporan survey yang
telah dipublikasikan (IFLS1, IFLS2, IFLS2+, IFLS3, IFLS4, IFLS5), penelitian ini
menggunakan IFLS4 dan IFLS5 sebagai sumber data dalam proposal ini. Alasan
pemilihan keduanya, karena lebih relevan dan aktual dengan kejadian sekarang.
Lebih lanjut, penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang digunakan
dalam model, yaitu variabel childhealth, maritalstatus, breastfeeding, parental leave,
wage, dan parentalhealthhistory yang berasal dari kedua sumber data, baik IFLS4
maupun IFLS5. Secara keseluruhan, jumlah observasi yang kami peroleh sebanyak
11.767, dimana berasal dari hasil penggabungan IFLS4 dan IFLS5. Studi ini
mendefinisikan jenis data yang diteliti sebagai Pooling Cross Section. Berikut adalah
model yang diteliti, dengan research question: bagaimana pengaruh Parental Leave
(Cuti melahirkan bagi suami dan istri) terhadap kesehatan anak

3.2. Model dan Metode Penelitian


Berikut adalah model estimasi dalam penelitian ini:
= + +
+ + +
+ + +
+

Prntlleave = Parental leave (Cuti melahirkan)


breastfeeding = variabel dummy, bernilai 1 jika diberikan ASI,
bernilai 0 jika selain itu
marital status = variabel dummy, bernilai 1 jika suami istri masih
tinggal bersama, bernilai 0 jika selain itu
Prntchildhealth = riwayat kesehatan orangtua
Pendapatan = Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam 12 bulan
terakhir
Prntlleavemaritalstatus = variabel interaksi antara prntlleave dan
maritalstatus
T14 = variabel kontrol tahun
Prntlleave14 = variabel interaksi yang menunjukkan prntlleave yang
di survey tahun 2014

Variabel dependen yang diteliti dalam studi adalah kesehatan anak (0 - 4


tahun), yang diukur melalui pertanyaan dalam IFLS buku 5. Pertanyaan tersebut
berkaitan dengan pemeliharaan/ perawatan kesehatan anak oleh orang tua yang
dijawab dengan empat tingkat kesehatan, very healthy (sehat sekali), somewhat
healthy (cukup sehat), somewhat unhealthy (kurang sehat), dan unhealthy (tidak
sehat). Penelitian ini menyederhanakan jawaban responden menjadi dua, yaitu sehat
dan tidak sehat.
Variabel independen yang menjadi treatment adalah 1) prntlleave (Parental
leave) cuti parental adalah variabel yang menjelaskan lama waktu cuti yang diberikan
kepada suami & istri yang sedang bekerja ketika anaknya melahirkan
Variabel independen yang dikontrol adalah: 1) prnthealthistory (Parents
health history) riwayat kesehatan orangtua adalah variabel yang menjelaskan apakah
orangtua pernah didiagnosa mengenai penyakit kronis 2) Breastfeeding merupakan
variabel dummy yang bernilai 1 jika diberikan ASI, dan bernilai 0 jika selain itu; 3)
marital status merupakan variabel dummy, bernilai 1 jika suami istri masih tinggal
bersama, bernilai 0 jika selain itu. Data didapat dari IFLS pada buku 4; 4) Pendapatan
adalah variabel yang menjelaskan pendapatan suami dan istri pada 12 bulan terakhir.
Data didapatkan dari data IFLS pada buku K; 5) Prntlleavemaritalstatus merupakan
variabel interaksi antara prntlleave dan maritalstatus. Variabel ini menjelaskan
pengaruh cuti melahirkan terhadap status pernikahan orangtua 6) t14 adalah variabel
waktu dan; 7) prntlleave14 adalah variabel tahun dalam dummy untuk menjelaskan
perbedaan pengaruh prntlleave pada tahun 2014 dan tahun 2007
Penelitian ini menggunakan analisis probit untuk mengetahui apakah lama
cuti melahirkan mempengaruhi kesehatan anak (0 - 4 tahun) dalam level rumah
tangga. Analisis probit dirasa tepat karena variabel bahagia merupakan variabel
diskrit yaitu bernilai 1 apabila sehat dan bernilai 0 apabila tidak sehat.

Daftar Pustaka
American Academy of Pediatrics Work Group on Breast-feeding, 1997. Breast-
feeding and the use of human milk. Pediatrics 100, 10351039.

Broadway, Barbara. 2015. The effect of paid parental leave on child health in
Australia. IZA Discussion Paper no. 8978

Blau, D.M., Guilkey, D.K., Popkin, B.M., 1996. Infant health and the labor supply of
mothers. Journal of Human Resources 31, 90139.

Cunha, F. and J. Heckman (2007). The technology of skill formation. American


Economic Review 97(2), 3147.

Currie, J. (2009). Healthy, wealthy, and wise: Socioeconomic status, poor health in
childhood, and human capital development. Journal of Economic Literature
47(1), 87122.

Currie, J., M. Stabile, P. Manivong, and L. L. Roos (2010). Child health and young
outcomes. Journal of Human Resources 45(3), 517548

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/11/25/meski-menurun-angka-
kematian-bayi-di-indonesia-masih-tinggi

Gielen, A.C., Fadden, R.R., OCampo, P., Brown, H., Paige, D.M., 1991. Maternal
employment during the early postpartum period: effects of initiation and
continuation of breast-feeding. Pediatrics 87, 298305

Grossman, M., 1972. On the concept of health capital and the demand for health.
Journal of Political Economy 80, 223255.

Muhidin, Syarif. 1981. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Penerbit STKS.

Ruhm, C. J. (2000). Parental leave and child health. Journal of Health Economics
19(6), 93196
Seltzer, J. A. (1994). "Consequences of Marital Dissolution for Children." Annual
Review of Sociology 20: 235-266.

World Health Organization, Health for All Data Base: European Region, 1997,
downloaded from http:/www.who.dk/country.htm.
LAMPIRAN

Variabel Keterangan
Buku Sesi Kode Pertanyaan Formulasi
Dependent
Childhealth 5 MAA B5_ MAA0a Secara umum bagaimana keadaan
kesehatan [NAMA ANAK] saat ini?
1: Sehat sekali, 2: Cukup sehat, 3:
Kurang sehat, 4: Tidak sehat

Treatment
Waktu luang 4 CH B4_CH20h Selama 40 hari pertama setelah anak
orangtua Ibu/Sdr lahir,apakah Ibu ditemani
melalui cuti anggota keluarga yang membantu
melahirkan kelahiran (suami)?
1: Ya, 3: Tidak
Control
Riwayat 3B CD B3B_CD01 ApakahDokter/Paramedis/Perawat/Bidan
kesehatan pernah mengatakan/memberikan
orangtua diagnosa bahwa Ibu/Bapak/Sdr
memiliki/menderita []?
A. Cacat anggota badan 3: Ya, 1: Tidak
B. Kerusakan otak 3: Ya, 1: Tidak
C. Penglihatan tidak sempurna 3: Ya, 1:
Tidak
D. Pendengaran tidak sempurna 3: Ya,
1: Tidak
E. Bicara tidak sempurna 3: Ya, 1: Tidak
F. Keterbelakangan Mental 3: Ya, 1:
Tidak
G. Masalah Jantung 3: Ya, 1: Tidak
H. Masalah Psikis 3: Ya, 1: Tidak
I. Autis 3: Ya, 1: Tidak
Pendapatan K AR BK_AR15b Berapa jumlah pendapatan yang
diperoleh
dari bekerja selama 12 bulan terakhir
Pemberian 4 BF B4_ BF04 Apakah Ibu/Sdr pernah menyusui []
ASI meskipun hanya sebentar?1: Ya, 3:
Tidak
Status 3A Cov B3A_COV Status Pernikahan?
pernikahan 1: Tidak menikah; 2: Menikah; 3:
Berpisah; 4: Cerai; 5: Duda/Janda;
6: Cohabitate

Anda mungkin juga menyukai