Disusun oleh :
Nama : Nindia Putri Prihantini
NIM : 011500420
Prodi : Teknokimia Nuklir
Semester :5
Mata kuliah : Praktikum Teknik Pengukuran
Kelompok :1
Rekan kerja : 1. Friscilla Hermatasia
2. Gregorios Abraham Geotirta
3. Ragil Yuanita
4. Siska Hardiani
Asisten : Suyatno, M. Eng
2
Pada dasarnya, CRO merupakan pengeplot (plotter) yang menampilkan bentuk sinyal
terhadap waktu (untuk single trace) atau terhadap sinyal lain (untuk dual trace). Karena
menampilkan bentuk sinyal terhadap waktu, maka osiloskop umumnya dipakai untuk
mengamati watak dinamis dari sinyal suatu tegangan.
Gambar 1. Osiloskop
3
Tombol/Sakelar Kontrol dan Indikator Osiloskop berdasarkan gambar diatas adalah seperti
berikut ini :
1. TOMBOL POWER ON/OFF : Untuk menghidupkan dan mematikan Osiloskop
2. LAMPU INDIKATOR : Indikasi Osiloskop dalam keadaan ON (lampu Hidup) atau
OFF (Lampu Mati)
3. ROTATION : Untuk mengatur posisi tampilan garis pada layar agar tetap berada pada
posisi horizontal. Untuk mengatur rotation ini, biasanya harus menggunakan obeng untuk
memutarnya.
4. INTENSITY : Untuk mengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah
dilihat.
5. FOCUS : Untuk mengatur penampilan bentuk gelombang sehingga tidak kabur
6. CAL : Untuk kalibrasi tegangan peak to peak (VPP) atau tegangan puncak ke puncak.
7. POSITION : Untuk mengatur posisi Vertikal (masing-masing Saluran/Channel memiliki
pengatur POSITION).
8. INV (INVERT) : Saat tombol INV ditekan, sinyal Input yang bersangkutan akan
dibalikan.
9. SAKELAR VOLT/DIV : Untuk memilih besarnya tegangan per sentimeter (Volt/Div)
pada layar Osiloskop. Umumnya, Osiloskop memiliki dua saluran (dual channel) dengan
dua Sakelar VOLT/DIV. Biasanya tersedia pilihan 0,01V/Div hingga 20V/Div.
10. VARIABLE : Untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) arah vertikal pada saluran atau
Channel yang bersangkutan. Putaran Maksimum Variable adalah CAL yang berfungsi
untuk melakukan kalibrasi Tegangan 1 Volt tepat pada 1cm di Layar Osiloskop.
11. AC DC : Pilihan AC digunakan untuk mengukur sinyal AC, sinyal input yang
mengandung DC akan ditahan/diblokir oleh sebuah Kapasitor. Sedangkan pada pilihan
posisi DC maka Input Terminal akan terhubung langsung dengan Penguat yang ada di
dalam Osiloskop dan seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar Osiloskop.
12. GND : Jika tombol GND diaktifkan, maka Terminal INPUT akan terbuka, Input yang
bersumber dari penguatan Internal Osiloskop akan ditanahkan (Grounded).
13. VERTICAL INPUT CH-1 : Untuk Saluran1 (Channel 1)
14. VERTICAL INPUT CH-2 : Untuk Saluran 2 (Channel 2)
15. SAKELAR MODE : Terdiri dari 4 pilihan yaitu CH1, CH2, DUAL dan ADD.
CH1 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 1 (Channel 1).
CH2 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 2 (Channel 2).
4
DUAL = Untuk menampilkan bentuk gelombang Saluran 1 (CH1) dan Saluran 2 (CH2)
secara bersamaan.
ADD = Untuk menjumlahkan kedua masukan saluran/saluran secara aljabar. Hasil
penjumlahannya akan menjadi satu gambar bentuk gelombang pada layar.
16. x10 MAG : Untuk pembesaran (Magnification) frekuensi hingga 10 kali lipat.
17. POSITION : Untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.
18. XY : Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1 akan menjadi Axis X dan Input
Saluran 2 akan menjadi Axis Y.
19. SAKELAR TIME/DIV : Untuk memilih skala besaran waktu dari suatu periode atau
per satu kotak cm pada layar Osiloskop.
20. TOMBOL CAL (TIME/DIV) : Untuk kalibrasi TIME/DIV
21. VARIABLE : Fungsi Variable pada bagian Horizontal adalah untuk mengatur kepekaan
(sensitivitas) TIME/DIV.
22. GND : GND merupakan Konektor yang dihubungkan ke Ground (Tanah).
23. TOMBOL CHOP DAN ALT :
CHOP adalah menggunakan potongan dari saluran 1 dan saluran 2.
ALT atau Alternate adalah menggunakan saluran 1 dan saluran 2 secara bergantian.
24. HOLD OFF : Untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.
25. LEVEL atau TRIGGER LEVEL : Untuk mengatur gambar yang diperoleh menjadi
diam atau tidak bergerak.
26. TOMBOL NORM dan AUTO
27. TOMBOL LOCK
28. SAKELAR COUPLING : Menunjukan hubungan dengan sinyal searah (DC) atau bolak
balik (AC).
29. SAKELAR SOURCE : Penyesuai pemilihan sinyal.
30. TRIGGER ALT
31. SLOPE
32. EXT : Trigger yang dikendalikan dari rangkaian di luar Osiloskop.
A. Layar Osiloskop
B. Trace, garis yang digambar oleh Osiloskop yang mewakili sinyal
C. Garis Grid Horizontal
D. Garis Grid Vertical
E. Garis Tengah Horizontal dan Vertikal
5
1.3.1.4 Cara Kerja Osiloskop
Bagian utama dari sebuah CRO adalah tabung sinar katoda (CRT = Cathode-Ray Tube),
sehingga disebut sebagai osiloskop sinar katoda. Komponen CRT adalah pistol elektron ( Electron
Gun), pelat pembelok, layar pendar dan tabung kaca pembungkus (lihat gambar 2). Pistol
Elektron akan menembakkan berkas elektron ke arah layar pendar, sehingga nampak di layar
sebagai pendaran sinar ketika elektron menabrak layar. Pada pistol elektron, berkas eletron ini
berasal dari katoda yang dipanasi sehingga elektron dapat melepaskan diri dari atom-atom
material katoda, selanjutnya elektron akan bergerak dipercepat ke arah anoda akibat beda
tegangan yang diberikan antara katoda dan anoda, dari sinilah istilah sinar katoda berasal.
6
gigi gergaji sehingga beda tegangan antar lempeng pembelok horizontal mengalami kenaikan
beda tegangan secara linear, kemudian jatuh ke nilai nol dan kembali naik secara linear.
Bentuk sinyal ini menyebabkan berkas elektron akan menyapu layar dari tepi kiri ke tepi
kanan layar, kemudian kembali terulang secara terus menerus. Besarnya penguatan pada arah
horizontal ini dapat diatur dengan pengguna CRO melalui tombol TIME/DIV.
Apabila snyal masukannya bersifaf periodik, tampilan yang stabil di layar CRT dapat
dimunculkan dengan memulai sapuan horizontal pada titik yang sama di layar. Untuk
melakukan ini, sampel dari sinyal masukan diteruskan ke rangkaian pemicu (trigger circuit)
yang akan memicu pulsa yang digunakan untuk menyalakan generator sapuan yang
selanjutnya akan memulai sapuan arah horizontal dari arah kiri layar.
7
1.2.1.6 Perawatan Osiloskop
Pekerjaan perawatan osiloskop tidak terlepas dari menjaganya agar aman (bagi
pemakai dan alat), terhindar dari kerusakan, tetap akurat dan memiliki usia pemakaian yang
lebih lama, maka hal-hal teknis yang perlu dilakukan adalah :
a. Jangan menggunakannya ketika casing-nya terbuka.
b. Selalu digunakan pada jala-jala listrik yang memiliki 3 kabel (outlet 3 kabel) di mana salah
satunya adalah kabel ground dengan grounding yang mantap.
c. Jangan menghubungkan probe osiloskop dengan bagian yang panas.
d. Jangan menutup lubang ventilasi osiloskop, dan ketika osiloskop digunakan, pastikan
sirkulasi udara ventilasi tersebut lancar.
e. Jangan mengenakan tegangan yang melebihi 400 volt dc atau p-p. 9
f. Hindarkan dari terkena cahaya matahri langsung, kelmbaban dan suhu tinggi, getaran
mekanik, serta medan magnet dan medan listrik kuat (motor, power supply besar,
transformator).
g. Dalam penggunaannya, ground pada probe harus selalu dekat dengan titik yang
diukur/dideteksi (agar terhindar dari efek looping).
h. Selalu memeriksa trace rotation, probe, dan ketepatan kalibrasi dengan cara yang benar.
Keterangan :
Vpp = tegangan peak to peak (volt)
div vertikal = div pada skala vertikal
volt/div = skala volt/div yang digunakan
8
f = 1/T ............(3)
atau
T = 1/f ............(4)
Keterangan :
T = perioda (sekon)
div horizontal = div pada sumbu horizontal
time/div = skala time/div yang digunakan
f = frekuensi (Hz)
Contoh :
1. 200 Hz 4 Vpp
Data : 4 div vertikal (volt/div = 1)
5 div horizontal (time/div = 1 ms)
Secara Teori :
T = 1/f
= 1/200 = 0,005 sekon
= 5 ms
Secara Praktikum :
T = div horizontal x time/div
= 5 kotak x 1 ms = 5 ms
Hasil Teori sama dengan hasil praktikum
Gambar 3. Contoh pengukuran tegangan-frekuensi
9
Amplitudo Modulation (AM) atau Frequency Modulation (FM). Selubung (envelope) AM
dapat diatur dari 0% sampai 100%; FM dapat diatur frekuensi pembawanya hingga 5%.
Function Generator umumnya menghasilkan frekuensi pada kisaran 0,5 Hz sampai 20 Mhz
atau lebih tergantung rancangan pabrik pembuatnya. Frekuensi yang dihasilkan dapat dipilih
dengan memutar-mutar tombol batas ukur frekuensi (frequency range).
Amplitudo sinyal yang dapat diatur berkisar antara 0,1V 20 V pp (Volt peak to peak
atau tegangan puncak ke puncak) kondisi tanpa beban, dan 0,1 V 10V pp (Volt peak to peak
atau tegangan puncak ke puncak) dengan beban sebesar 50.
10
2. Power di indicator : LED digunakan untuk menandai ketika power diterapkan atau
digunakan untuk function generator.
3. Range Switch : Range switch ini terdiri dari 7 pushbuton yang berfungsi sebaai adjustment
frekuensi dari 1 Hz s/d 1 MHz
4. Tombol Function : Tiga tombol yang terhubung menyediakan pilihan bentuk gelombang
yang diinginkan, seperti gelombang pulsa,segitiga, segitiga dan sinusoidal.
5. Pengali (Multiplier) : Adalah potensiometer yang digunakan sebagai faktor pengali dengan
range dangan kalibrasi yang tersedia 0,2 s/d 2,0.
6. Duty Kontrol ( Tugas Pengendali ) : Digunakan untuk mengkalibrasi gelombang output
agar mendapatkan gelombang yang simetris.
7. Pulse Invert : Sebuah push button yang digunakaan untuk membalikkan waktu simetris
yang diset pada duty control. Berikut adalah setting invert switch dan duty control.
11
10. ATT : Ketika tombol ditekan di additor 20 db disediakan oleh pengendali amplitudo,
maksimum dari 40 db dari attenuation di output.
11. Output : Output system ini berupa gelombang persegi, segitiga, sinus, ramp dan
gelombang pulsa lebih dari 20Vpp
12. VCF input : Input voltage controlled frequency (VCF) untuk frekuensi eksternal.
13. Output Pulsa : Output pulsa adalah sinyal output TTL yang pantas mengendalikan IC TTL
logic. Waktu ON dan OFF pulsa output sekitar 10ns. Lebar pengulangan pulsa dapat
diatur sedemikian rupa menggunakan range, multipier dan duty control. Kesimetrisan
pulsa gelombang output dikendalikan dengan cara pengesetan semua table
12
burst mengatur awal (start) pada titik nol (zero point) dengan knob TRIGGER PHASE, dan
menentukan lebar pulsa dengan dial FREQUENCY. Output SYNC dapat <10nsec waktu
waktu pulsa naik dengan mengubah simetri pada generator utama.
Frekuensi yang masuk memasuki penguat pita lebar, didalam pita lebar terdapat
proses yang dibantu oleh osiloskop untuk mengubah gelombang frekwensi seperti gelombang
sinus, segitiga dan kotak.
Agar dalam penggunaan generator fungsi tidak merusak peralatan ada beberapa tips
supaya tetap tahan lama:
- Setelah alat selesai digunakan matikanlah jangan dibiarkan menyala.
- Untuk kabelnya gulunglah dengan rapi.
- Simpanlah Generator fungsi ditempat kering untuk menghindari berkaratnya bagian
dalam generator fungsi , dan Hindarkan dari tempat tempat yang berdebu.
13
1.3 Kalibrasi
1.3.1 Kalibrasi Osiloskop
a. Alat dan Komponen yang digunakan :
1.Osiloskop : 1 buah
2.Probe : 1 buah
b. Langkah Kalibrasi :
1. Pastikan semua tombol osiloskop pada posisi tengah
2. Pastikan tombol probe pada posisi x1, dan hubungkan probe kanal 1 pada CH1
14
7. Atur tombol VOLT/DIV pada posisi 1 Volt
10. Atur amplitudo kurva menggunakan tombol vertikal VAR hingga menjadi 2 div
11. Atur lebar kurva menggunakan tombol horizontal VAR hingga menjadi 1ms
15
b. Langkah Kalibrasi :
1. Siapkan function generator
2. Hubungkan kabel power pada stop kontak
3. Tekan tombol power pada function generator
5. Tekan tombol Frequency Range Selector 1k, dan pilih gelombang sinus
16
1.4.3 Data Pengamatan
a. Mengukur tegangan DC
No. Pengukuran MM ( Volt ) Osciloskop ( volt )
1. 2 2
2. 3 3
3. 5 5
b. Mengukur frekuensi
No. Jenis gelombang Nilai T( ms)
1. Sinus 5
2. Kotak 5,25
3. Segitiga 5
c. Mengukur amplitudo
No. Jenis gelombang Amplitudo
1. Sinus 1,5
2. Kotak 1,5
3. Segitiga 1,5
1.4.4. Perhitungan
Grafik Tegangan DC
b. Mengukur frekuensi
Gelombang sinus
T = 5 ms
T = 1/f
F = 1/5 = 0,2 Hz
Gelombang kotak
T = 5 ms
T = 1/f
F = 1/5,25 = 0,19 Hz
Gelombang segitiga
T = 5 ms
T = 1/f
F = 1/5 = 0,2 Hz
1.5 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa :
- Untuk prosedur menghitung tegangan dan frekuensi yang digunakan adalah osiloskop
dan function generator.
- Function generator digunakan sebagai inputan pada osiloskopnya, dengan mengatur
time/div dan volt/div dan mengamati nilai div pada sumbu x dan sumbu y.
- Sumbu x dan time/div untuk menentukan periode nya.
- Sumbu y dan volt/div untuk menghitung nilai tegangan nya .
19