Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kepribadian seorang anak bisa dibentuk dari beberapa faktor, salah satunya
adalah keluarga. Keluarga merupakan pendidikan pertama dalam kehidupan anak,
karena dari merekalah anak mendapat pendidikan pertama serta dasar pembentukan
kepribadian mereka dimasa depan. Keluarga memberikan dampak besar untuk
perkembangan watak, moral dan pendidikan anak. Menurut Brown (dalam Yusuf,
2004), keluarga memiliki dua arti. Dalam arti luas, keluarga merupakan orang-
orang yang memiliki hubungan darah atau keturunan sehingga bisa dihubungkan
dengan marga. Dalam arti sempit, keluarga terdiri dari orang tua dan anak.
Sementara itu, Sigelman dan Shaffer (dalam Yusuf, 2004) menyatakan bahwa
keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat umum atau universal.
Keluarga terdapat dalam setiap masyarakat di dunia. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keluarga merupakan bagian sosial terkecil dari seseorang yang
terdiri dari orang-orang yang saling memiliki ikatan darah. Sebagai komponen
sosial terkecil dalam lingkungan sosial anak, keluarga memiliki peranan penting
dalam perkembangan kepribadian anak. Salah satu peran keluarga yang
memengaruhi kepribadian anak adalah pola asuh orang tua. Kepribadian anak yang
terbentuk tergantung dari bagaimana orang tua mengasuh anaknya. Untuk bisa
mendapatkan kepribadian anak yang diharapkan, orang tua harus bisa
menggunakan pola asuh yang tepat.
Anak sebagai generasi muda memiliki peran penting dalam pembangunan
bangsa di masa yang akan datang. Generasi muda menentukan tingkat kemajuan
bangsa Indonesia untuk bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain sehingga
diperlukan generasi muda yang berkepribadian baik. Masalah dalam perekonomian
keluarga pun sangat mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap pembentukan
kepribadian anak. Pembentukan kepribadian anak akan tertanggu apabila
keluarganya mengalami masalah ekonomi yang cukup berat dan disini diperlukan
pola asuh orang tua yang benar supaya anak bisa membentuk kepribadiannya
dengan baik.

1
Oleh karena itu, makalah ini ini akan membahas lebih lanjut tentang
pengaruh pola asuh dengan tingkat ekonomi menengah keatas dan menengah
kebawah terhadap pembentukan kepribadian anak.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pola asuh?
2. Apa saja jenis-jenis pola asuh?
3. Apa yang dimaksud kepribadian?
4. Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua dengan tingkat ekonomi
menengah keatas dan menengah kebawah terhadap pembentukan
kepribadian anak?
5. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pengaruh pola asuh orang tua
dengan tingkat ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah
terhadap pembentukan kepribadian anak?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari poa asuh.
2. Mengetahui jenis-jenis pola asuh
3. Mengetahui pengertian kepribadian.
4. Mengetahui pengaruh pola asuh orang tua dengan tingkat ekonomi
menengah keatas dan menengah kebawah terhadap pembentukan
kepribadian anak.
5. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pengaruh pola asuh orang tua
dengan tingkat ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah
terhadap pembentukan kepribadian anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pola Asuh


Menurut Hurlock (dalam Clarissa & Darmalim, 2014) menyatakan bahwa
pola asuh orang tua merupakan sebuah interaksi mengenai aturan, nilai, dan norma-
norma di masyarakat dalam mendidik, merawat, dan membesarkan anak-anaknya.
Sementara itu, Maccoby (dalam Jannah, 2012) mengungkapkan bahwa pola asuh
merupakan interaksi antara orang tua dan anak-anaknya yang meliputi
pengekspresian perilaku, sikap, minat, bakat, dan harapan-harapan orang tua dalam
mengasuh, membesarkan, dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pola asuh
berarti interaksi orang tua dengan anak. Dalam interaksi tersebut terdapat
penanaman nilai, norma, dan aturan yang berlaku di masyarakat, serta
pengembangan minat dan bakat yang dimiliki anak. Pola asuh juga berarti kegiatan
orang tua untuk mendidik, merawat, membesarkan, dan memenuhi kebutuhan anak-
anaknya.
2.2 Jenis-Jenis Pola Asuh
Menurut Baumrind (dalam King, 2014) terdapat empat macam pola asuh
yang diberikan orang tua kepada anak. Pola asuh tersebut diantaranya (a) pola asuh
otoriter, (b) pola asuh otoritatif (demokratis), (c) pola asuh penelantar, dan (d) pola
asuh permisif. Berikut ini adalah jenis-jenis pola asuh yaitu :
1. Pola Asuh Otoriter
Dalam pola asuh ini, semua tingkah laku, pengambilan keputusan, dan cara
berpikir anak diatur oleh orang tua. Orang tua memiliki kendali penuh terhadap
segala aspek kehidupan anaknya. Dalam menyampaikan keinginannya, orang tua
cenderung memaksa, memerintah, memberi ancaman, dan menghukum. Dalam
pola asuh ini sedikit sekali komunikasi secara verbal. Komunikasi yang terjadi
hanya bersifat satu arah. Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang
mendidik anak dengan menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri-ciri
sebagai berikut: orang tua menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan
yang dibuat oleh orang tua, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), dan

3
orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. Orang tua tidak lagi memberi
pertimbangan terhadap pendapat anaknya. Menurut Baumrind (dalam King, 2014)
menyatakan bahwa dampak pola asuh otoriter terhadap kepribadian anak pola asuh
ini akan membentuk anak yang pendiam, tertutup, sulit berinteraksi sosial, dan
cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Selain itu, anak juga akan menjadi
penakut, mudah tersinggung, pemurung, dan mudah stress. Dalam berinteraksi
sosial anak akan terlihat kurang memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu dan
mudah dipengaruhi (tidak memiliki pendirian yang kuat). Anak juga bisa memiliki
sikap yang suka menentang, memberontak, dan tidak mau mematuhi peraturan.
2. Pola Asuh Otoritatif (Demokratis)
Dalam pola asuh ini orang tua mendorong anak untuk bersikap mandiri,
tetapi orang tua masih memberikan kontrol terhadap perilaku anak. Anak
diperbolehkan untuk mengemukakan pendapatnya. Orang tua menanamkan nilai-
nilai yang berlaku dengan cara yang lebih hangat. Dalam menanamkan nilai, orang
tua akan menjelaskan dampak-dampak secara rasional dari suatu perbuatan yang
dilakukan oleh anak. Komunikasi antara orang tua dan anak bersifata dua arah.
Kepentingan anak menjadi prioritas utama orang tua, tetapi masih dikontrol dalam
pemberian kebebasan anaknya. Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua
yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya
kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan sebelum
hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan memberi
pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.
Dampak pola asuh otoritatif terhadap kepribadian anak. Dengan
pengasuhan yang hangat, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang bersahabat.
Selain itu, motivasi dan komunikasi yang dilakukan oleh orang tua akan mendorong
anak untuk bersikap percaya diri, bertanggung jawab, kooperatif, dan mampu
mengontrol diri. Anak juga akan cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
dan memiliki orientasi terhadap prestasi.
3. Pola Asuh Penelantar
Orang tua yang mengasuh anaknya dengan tipe ini akan cenderung tidak
terlibat dalam kehidupan anaknya. Orang tua tidak peduli dengan apa yang
dilakukan oleh anaknya. Dalam membesarkan anaknya, orang tua tidak

4
memberikan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup. Dampak
pola asuh penelantar terhadap kepribadian anak. Oleh karena tidak merasa
dipedulikan atau diurus, anak akan beranggapan bahwa orang tua memiliki hal lain
yang lebih penting daripada dirinya. Selain itu, anak akan merasa kekurangan kasih
sayang. Hal tersebut akan membuat anak cenderung memiliki sikap yang kurang
mandiri dan kurang bisa mengontrol dirinya. Anak cenderung memiliki tempramen
yang lemah, agresif, kurang bertanggung jawab, memiliki self esteem yang rendah,
dan sering bermasalah dalam melakukan interaksi sosial.
4. Pola Asuh Permisif
Orang tua memberikan kebebasan yang besar kepada anaknya (anak bebas
melakukan apa yang diinginkannya). Kebebasan diberikan dengan batasan-batasan
yang sangat sedikit. Dengan kata lain, kontrol orang tua terhadap perilaku anak
sangat sedikit. Akan tetapi, orang tua masih terlibat dalam aspek-aspek kehidupan
anaknya. Orang tua cenderung tidak menegur anaknya jika anaknya melakukan
perbuatan yang salah. Dampak pola asuh permisif terhadap kepribadian anak.
Menurut Baumrind (dalam King, 2014), anak yang diberikan kebebasan yang
berlebihan oleh orang tuanya cenderung tumbuh dengan kepribadian yang kurang
bisa menghargai orang lain. Selain itu, anak juga menjadi manja, tidak patuh,
agresif, dan mau menang sendiri. Anak kurang memiliki rasa percaya diri dan
pengendalian diri yang cukup. Anak juga kurang matang secara sosial. Prestasi pun
tidak mendapat perhatian yang cukup dari anak dengan orang tua yang permisif.
Anak juga cenderung memiliki tingkat inisiatif yang tinggi tetapi anak menuntut
agar semua permohonannya dikabulkan.
2.3 Pengertian Kepribadian
Menurut Atkison dkk (1996), kepribadian adalah pola perilaku dan cara
berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap
lingkungannya. Definisi tersebut menunjukkan adanya konsistensi perilaku, bahwa
orang cenderung untuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai
situasi. Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris
personality. Secara etimologis, kata personality berasal dari bahasa latin
persona yang berarti topeng. Menurut Gordon W All Port Personality is the

5
dynamic organization whitin the individual of those psychophysical system, that
determines his unique adjustment to his environment.
Menurut bangsa Roma, persona berarti bagaimana seseorang tampak pada
orang lain, bukan dari sebenarnya. Aktor menciptakan dalam pikiran penonton,
suatu impresi dari tokoh yang diperankan diatas pentas, bukan impresi dari tokoh
itu sendiri. Dari konotasi kata persona inilah, gagasan umum mengenai kepribadian
sebagai kesan yang diberikan seseorang pada orang lain diperoleh. Apa yang
dipikir, dirasakan dan siapa dia sesungguhnya termasuk dalam keseluruhan make
up psikologis seseorang dan sebagian besar terungkapkan melalui perilaku, karena
itu kepribadian bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan
merupakan kualitas perilaku total seseorang.

2.4 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Ekonomi Menengah
Keatas Dan Menengah Kebawah Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Pengasuhan anak dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan pola asuh
tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai
perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku social pada anak. Pola asuh yang
diberikan orang tua pada anak berbeda-beda hal ini sangat dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu factor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal, misalnya
latar belakang keluarga orang tuanya, usia orang tua dan anak, pendidikan dan
wawasan orang tua, jenis kelamin orng tua dana anak, karakter anak dan konsep
peranan orang tua dalam keluarga. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal,
misalnya adalah tradisi yang berlaku dalam lingkungannya, sosial ekonomi dalam
lingkungannya, dan semua hal yang berasal dari luar lingkungan keluarga yang
dapat mempengaruhi pola asuh keluarganya.
Permasalahan ekonomi di Indonesia memang sangat memprihatinkan,
begitu pula dengan permasalahan ekonomi dalam keluarga yang merupakan
masalah yang paling sering dihadapi. Tanpa disadari permasalahan ekonomi dalam
keluarga sangat mempengaruhi atau akan berdampak pada pola asuh orang tua yang
diberikan pada anak. Orang tua terkadang melampiaskan kekesalan yang dihadapi
pada anaknya, padahal untuk anak yang usia prasekolah atau masih usia balita
masih belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga yang hanya

6
akan memperburuk keadaan psikologi anak dan anak hanya menjadi korban dari
orang taunya. Pola asuh orang tua yang perekonomiannya menengah ke atas dengan
orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah ke bawahakan akan berbeda
dalam perwujudannya. Orang tua yang tingkat ekonominya menengah ke atas
dalam pengasuhannya biasanya orang tua akan memanjakan anaknya apapun yang
diingkan olehnya akan dipenuhi oleh orang tuanya. Dengan tingkat perekonomian
menengah ke atas segala kebutuhan dan keinginan anaknya selalu terpenuhi dan
orang tua selalu memberikan fasilitas yang berlebih pada anaknya yang terkadang
tidak melihat dari dasar perkembangan anaknya. Pola asuh ynag diberikan oleh
orang tua terhadap anaknya hanya sebatas dengan materi yang dimiliki orang tua,
perhatian dan kasih sayang dari orang tua terkadang terlupakan akibat orang tua
hanya sibuk dengan urusan materinya dan dalam perwujudan pola asuhnya hanya
diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anaknya.
Anak yang terbiasa dari kecil dididik oleh orang tuanya dengan pola asuh
yang demikian, akan berdampak buruk pada pembentukan kepribadian anak.
Kepribadian anak akan menjadi manja, serba menilai sesuatu dengan materi, dan
tidak menutup kemungkinan anak akan menjadi sombong dengan kekayaan yang
dimiliki oleh orang tuanya serta kurang menghormati dan menghargai orang yang
ekonominya lebih rendah darinya. Sedangkan pola asuh orang tua yang tingkat
ekonominya menengah kebawah, dalam pengasuhannya memang sangat terbatas
dengan tingkat ekonomi yang kurang. Biasanya dalam pola pengasuhannya tidak
memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi tetapi lebih menekankan pada kasih
sayang dan perhatian serta bimbingan untuk membentuk kepribadian yang baik
bagi anaknya. Pemenuhan kebutuhan pun hanya bersifat yang sangat penting bagi
anaknya yang akan dipenuhinya, oleh karena itu anak yang hidup dalam
perekonomian menengah ke bawah akan terbiasa hidup dengan segala kekurangan
yang dialami dalam keluarganya sehingga akan terbentuk kepribadian yang
mandiri, tidak manja, mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, dan
akan lebih menghormati dan menghargai orang lain. Tetapi dalam kenyataannya
terdapat juga anak yang tingkat ekonomi keluarganya menengah ke atas berprilaku
baik dan menghargai serta menghormati orang lain juga suka membantu teman-
temannya yang tingkat ekonomi orang tuanya menengah ke bawah. Dan terdapat

7
pula anak yang tingkat ekonominya menengah ke bawah terkadang minder atau
malu dengan keadaan ekonomi orang tuanya, sehingga menyebabkan kepribadian
anak yang kurang menghormati orang tuanya dan suka berprilaku kurang sopan
pada orang tuanya. Oleh karena itu peran orang tua dalam penerapan pola asuh pada
anaknya sangat penting dan harus menyeimbangkan dengan pendidikan agama
pada anak sedari dini mungkin supaya membentuk kepribadian anak yang yang baik
dan membanggakan orang tuanya serta selalu mensyukuri segala yang telah
diberikan oleh sang pencipta.

2.5 Dampak Yang Ditimbulkan Dari Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dengan
Tingkat Ekonomi Menengah Ke Atas Dan Menengah Ke Bawah Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak
Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh orang tua yang salah akan
membentuk kepribadian anak yang salah pula, begitu pula sebaliknya apabila pola
asuh orang tua benar maka pembentukan kepribadian abakpun akan benar. Menurut
psikolog anak dari Universitas Indonesia, Prasetyawati (Tempo, 2009) mengatakan
tangguh tidaknya kepribadian seorang anak bergantung pada pola asuh yang
diterapkan oleh orang tuanya. Sebagaimana pola asuh yang diterapkan oleh
keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke atas, biasanya dikenal dengan pola
asuh permisif yaitu orang tua cenderung menggantungkan diri pada penalaran dan
manipulasi, tidak menggunakan kekeuasaan terbuka, sehingga anak lebih bebas
melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Orang tua dianggap berkuasa dan tidak
membimbing anak untuk patuh pada semua perintah orang tuanya. Kebebasan yang
berlebihan seperti ini tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang dapat
menyebabkan anak menjadi imfulsif dan agresif. Sedangkan pada pola asuh orang
tua dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah menerapkan pola asuh yang
dikenal sebagai model demokratis, ditandai dengan dukungan emosional yang
tinggi, komunikasi yang terbuka, standar yang tinggi, dan jaminan kemandirian
sehubungan dengan kompetensi anak. Anak yang diasuh dengan menggunakan
model pola asuh demokratis dapat memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya,
dan dapat mengembangkan keterampilannya.

8
Bermacam-macam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua ini sangat
mempengaruhi bagaimana anak melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungannya sosialnya, seperti pengaruh-pengaruh dari pola asuh seperti ini :
1. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
2. Pola asuh otoritatif (demokratis) akan menghasilkan karakteristik anak anak
yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru,
dan koperatif terhadap orang-orang lain.
3. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah,
Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan
teman.
4. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri,
kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Agar dampak yang ditimbulkan dari pola asuh orang tua yang salah tidak terjadi,
maka sebaiknya orang tua menerapkan pola asuhnya disertai dengan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Usahakan untuk selalu menanamkan ajaran agama pada anak-anak sejak
dini. Pola asuh keluarga berbasis agama yang dinilai sebagai pendidikan
paling baik saat ini.
2. Anak akan meniru orang tua, jadi sebaiknya orang tua pun harus menjadi
teladan yang baik. Jika ingin memiliki anak yang berperilaku positif, orang
tua pun harus menjauhi segala hal yang negatif.
3. Menjalin komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang sangat
penting, hal ini agar terjadi saling pengertian dan tidak menimbulkan salah
paham.
4. Orang tua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar anak tidak terlalu
dibebaskan, namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan

9
kemampuan atau kebutuhana anak, sehingga anak pun tidak merasa berat
dan terbebani.
5. Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan agar si anak menjadi
jera. Tapi hukuman yang dimaksud bukanlah kemarahan yang menjadi-jadi
atau kekerasan fisik yang membuat anak kesakitan. Anak yang masih labil,
bisa salah paham dan berpikiran buruk pada orang tua yang suka
memberikan hukuman fisik. Hukuman orang tua pada anak adalah bentuk
kasih sayang, jadi sebagai orang tua harus pintar-pintar memberikan
hukuman yang cocok bagi anak.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Jenis-jenis pola asuh yaitu pola asuh otoriter, pola asuk otoritatif (demokratis),
pola asuh penelantar dan pola asuh permisif. Pengaruh pola asuh orang tua dengan
tingkat ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah memiliki pengaruh
yang berbeda pada perkembangan kepribadian anak. Anak yang berada pada
keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke atas biasanya memiliki sifat yang
kurang baik, kurang menghormati dan menghargai orang lain, memandang orang
lain dari sisi materinya saja, dan bersikap sombong sedangkan pada anak yang
berada pada lingkungan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah
biasanya memili sifat yang mampu berdiri sendiri, membentuk kepribadian yang
kuat dan tangguh, lebih menghormati dan menghargai orang lain,selalu bersyukur
atas apa yang dimilikinya dan bersikap baik. Perilaku yang seperti lahir atas pola
asuh orang tua yang benar, pola asuh pada kasus ini biasanya menggunakan model
pola asuh demokratis dimana komunikasi dan interaksi antara anak dan orang tua
berjalan baik, perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang selalu hangat di
berikan setiap saat, dan pendidikan formal serta pendidikan agama yang baik yang
diajarkan sedari dini. Dampak yang terjadi akibat penerapan pola asuh yang salah
pada keluaraga akan menyebabkan pembentukan kepribadian yang salah pada anak.
Diharapakan setiap orang tua harus mampu dan teliti untuk memilih jenis pola asuh
yang baik yang akan diterapkan dalam proses pengasuhan orang tua pada anaknya.
3.2 Saran
Dalam membentuk kepribadian anak yang baik, orang tua harus mengasuh
anaknya dengan cara yang tepat dengan cara orang tua harus menggunakan pola
asuh yang paling tepat karena dengan pola asuh yang tepat akan membentuk
kepribadian anak yang baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Clarissa, S., & Darmalim V. 2014. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak kelas
XI IPA di SMA Kristen Petra 3 tahun ajaran 2013/2014. Diunduh dari
http://www.slideshare.net/ViviLim11/2-33967784
Hurlock, E. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Jannah, H. 2012. Bentuk Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Perilaku Moral
Pada Anak Usia Di Kecamatan Ampek Angkek. Jurnal Pesona Paud, 1(2).
King, L. A. 2014. The science of psychology: An appreciative view (3rd ed.). New York,
NY: McGraw Hill Education.
Yusuf, S. 2004. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai