PKN
PKN
Urbanisasi Berlebih
Urbanisasi berlebih merupakan suatu keadaan tidak mempunyai kota-kota yang menyediakan
fasilitas pelayanan pokok dan kesempatan kerja yang memadai untuk penduduk yang bertambah
dengan pesat dan bukanlah suatu konsep yang menyenangkan para ahli ekonomi dan ahli
perencanaan. Salah satu alasannya adalah bahwa urbanisasi berlebih terjadi diluar perkiraan.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara baru merdeka pada waktu itu dan sekarang
dirasakan amat berat sehingga terlalu lamban bila dipecahkan dengan meniru pembangunan
secara evolusioner dan kapitalime modern. Salah satu bagian dari proses industrialisasi yang tak
dapat dihindarkan adalah urbanisasi. Perpindahan penduduk dan sumber daya lain dari desa ke
kota diharapkan dapat memberikan tenaga kerja yang murah dan tabungan yang dipaksakan
(forced savings) untuk mendorong industrialisasi dikota. Kemudian sampai pada titik tertentu
diharapkan bahwa (seperti dengan tingkat pertumbuhan penduduk) tingkat urbanisasi akan
menurun secara berangsur-angsur, disertai berkurangya kepadatan penduduk di desa dan
produktivitas yang lebih tinggi di sektor pertanian. Dengan demikian, diharapkan agar penduduk
desa pada umumnya tidak kalah makmurnya dengan para pekerja di kota industri. Migrasi akan
sangat berkurang karena rangsangan ekonomi untuk berpindah tidak ada lagi. Meskipun ada
beberapa kekecualian, industrialisasi tidak mampu mendorong seluruh masyarakat ke suatu
tingkat yang lebih modern dan adil. Tampaknya, keseimbangan antara sektor pedesaaan dan
sektor perkotaan masih jauh, dan menurut pandangan beberapa ahli ekonomi dan para pemimpin
pemerintahan, keseimbangan itu tidak mungkin tercapai melalui kebijakan yang mengutamakan
pertumbuhan industri modern saja. Tidak ada rumus matematik yang menentukan suatu batas
tertentu sampai dimana kota-kota tidak boleh dikembangkan lagi. Selain itu, ukuran kota yang
optimal ditentukan oleh berbagai faktor ekonomi, sosial, dan geografi yang berbeda-beda antara
suatu negara dengan negara lain. Rupanya, tidak ada batasan tertentu mengenai ukuran atau
besarnya suatu kota sepanjang ia dapat berkembang ke luar dan ke atas (horisontal dan vertikal)
dan pertumbuhan sektor industri dan jasa mampu menyerap sejumlah besar para pekerja baru.
B. Industrialisasi Urban Bias dan Kemiskinan di Desa Terdapat beberapa perbedaan yang
mendasar antara negara-negara yang baru merdeka dan negara maju pada waktu mereka mulai
menjalankan industrialisasi satu abad yang lalu atau lebih. Perbedaan utama adalah mengenai
penduduk. Sistem pelayanan kesehatan dasar yang dikembangkan oleh negara-negara Eropa
dapat menurunkan tingkat kematian secara menyolok di daerah jajahan, tetapi tingkat kelahiran
tetap tinggi seperti keadaan semula.
C. Kebijakan-Kebijakan industrialisasi Ada beberapa teori yang dirumuskan dalam tahun 1950-
an dan awal tahun 1960-an untuk menjelaskan bagaimana caranya negara berkembang dapat
mengadakan modernisasi. Pada waktu itu, semua teori ini mengakui bahwa industrialisasi
merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan. Bahkan kaum
Marxis pun tidak membantah hal ini. Dengan demikian, muncullah beberapa kebijakan yang
memprioritaskan industrialisasi, tanpa memandang orientasi ideologi. Tabungan dalam negeri
harus ditingkatkan dan diarahkan untuk memperoleh modal yang dibutuhkan guna membangun
industri, jalan raya, dan pelabuhan-pelabuhan untuk menghubungkan pabrik-pabrik (kebanyakan
dimiliki orang asing) dalam negeri dengan dunia luar. Sektor pertanian ditekan karena dianggap
sebagai sumber dana pembangunan industri yang masih lemah dan dilindungi oleh pemerintah
terhadap persaingan dari luar negeri. Perlindungan tersbut dalam bentuk mempertahankan nilai
mata uang dalam negeri sehingga lebih murah mendatangkan mesin-mesin dan teknologi yang
dibutuhkan untuk membangun industri, penetapan tarif dan pajak sedemikian rupa sehingga
mencegah para petani mengimpor barang-barang pertanian dan konsumsi yang lebih murah, dan
kebijakan ini memaksa mereka membayar harga relatif tinggi yang ditetapkan oleh indsutri yang
dilindungi pemerintah. Selanjutnya nilai mata uang yang tinggi berarti bahwa ekspor relatif
murah. Jadi, hampir tidak ada insentif bagi para petani untuk meningkatkan produksi ekspor.
Pemerintah mengerahkan segala sumber daya untuk mengadakan investasi yang dapat
menciptakan dan mendukung industri. Hanya sedikit sekali sumber daya digunakan untuk sektor
pertanian. Para ahli perncanaan dan ahli ekonomi menyatakan bahwa sektor industri dan sektor-
sektor ekonomi lainnya akan tumbuh dengan pesat sehingga dapat menyerap para penganggur
dan setengah penganggur. Kemudian diharapkan akan tiba saatnya tingkat upah naik, sehingga
mesin yang mengemat tenaga kerja secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimanapu juga, nampaknya tidak banyak pilihan pada waktu itu. Ada beberapa keuntungan
ekonomi yang dapat dipetik dari usaha mendirikan kota. Yang paling penting bagi negara sedang
berkembang adalah pendapat bahwa pemusatan para importir, pengusaha pabrik, pedangan
eceran, dan sejumlah besar konsumen di dalam satu atau beberapa daerah tertentu, biasanya akan
menghasilkan paling banyak barang dan jasa dengan biaya termurah dalam pasar yang paling
besar. Juga banyaknya tenaga kerja yang mengelompok dalam suatu kota diharapkan memiliki
ketrampilan dan pendidikan bermacam ragam sehingga dapat mengisi atau melatih untuk
mengisi pekerjaan-pekerjaan di sektor industri. Karena jumlah tenaga kerja ini relatif besar, ada
kecenderungan untuk tetap mempertahankan suatu tingkat upah yang memadai, yang akan
menekan atau mengurangi biaya produksi. Pemerintah secara langsung mendorong
perkembangan kota dengan mensubsidi pendirian dan pemeliharaan fasilitas pelayanan ini. Juga
kadang-kadang pajak yang dikenakan pada para pemakai jasa tidak cukup untuk menutup biaya
pembuatan jalan raya yang menghubungkan satu kota dengan kota-kota lain dan dengan
pelabuhan-pelabuhan. Pemerintah membantu pembangunan yang demikian ini sehingga
mengurangi biaya perusahaan dan merupakan insentif untuk mendirikan pabrik-pabrik di kota.
Pemerintah memainkan peranan kunci dalam kehidupan ekonomi di hampir semua negara
sedang berkembang. Pemusatan para pembuat kenijakn dan birokrat di kota-kota besar
kebanyakan di ibu kota, mendorong para produsen barang dan jasa berpusat di kota tersebut.
Khususnya ibu kota atau beberapa kota besar yang mempunyai sistem (atau satu-satunya sistem)
transportasi dan komunikasi terbaik, yang dengan demikian mengurangi biaya produksi dan
distribusi di daerah tersebut. Tentunya, apabila industri berkembang dengan baik di suatu daerah
tertetentu, maka perusahaan-perusahaan baru akan lebih tertarik untuk pindah kedaerah tersebut.
D. Migrasi Desa-Kota Perpindahan penduduk dari desa ke kota (migrasi desa-kota) merupakan
satu faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota-kota di negara sedang
berkembang. Diduga bahwa pada saatnya tingkat pertumbuhan pendapatan di kota akan
berkurang karena kelebihan migran di pasar tenaga kerja. Sementara itu, pertumbuhan sektor
pertanian dan penghasilan yang lebih tinggi oleh karena tenaga kerja relatif tebatasdi desa akan
meningkatkan pendapatan di desa yang kira-kira dapat mengimbangi pendapatan kota. Hal ini
akan mengakhiri keinginan bermigrasi. Jadi daya respons tenaga kerja terhadap perubahan
pendapatan dikota dan penghasilan di desa diharapkan akan mengubah apa yang pada mulanya
dianggap sebagai suatu pertumbuhan tidak seimbang menjadi suatu pertumbuhan yang stabil,
suatu proses mengoreksi diri sendiri. Seperti terbukti sekarang, hal tersebut di atas tidak pernah
terjadi. Sebab-sebab utama kegagalan ini berhubungan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan kebijakan-kebijakan industrialisasi dan urbanisasi yang dikira dapat memacu
pertumbuhan ekonomi di segala sektor. Pertama, kemandekan ekonomi di desa menyebabkan
pertumbuhan penduduk tetap mencapai tingkat yang sangat tinggi. Kedua, pertambahan
penduduk yang tinggi disertai dengan pendapatan yang rendah telah memaksa makin banyak
penduduk desa mencari jalan lain untuk meningkatkan tarf hidupnya. Ketiga, kebijakan yang
melindungi sektor industri di kota telah menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan
kesempatan kerja yang lebih besar di kota.
Beberapa ahli perencanaan kota mengatakan bahwa tak ada urbanisasi berlebih karena kota jauh
lebih efesien daripada desa di dalam menyediakan kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih
tinggi, dan alternatif-alternatif lain, seperti overruralization (penduduk desa berlebih) justru
buruk. Merek selalu optimis. Pertama, inflasi di negara industri telah meningkatkan biaya impor
bahan pangan dan mesin-mesin yang harus dipikul oleh negara sedang berkembang. Kedua,
pertumbuhan ekonomi yang lebih lamban di dunia Barat dan aturan-aturan baru yang membatasi
perdagangan telah mengurangi permintaan akan hasil-hasil industri dari negara sedang
berkembang. Ketiga, melonjaknya harga minyak telah memperlemah kedudukan ekonomi negara
sedang berkembang. Karena faktor ini, masalah keseimbangan neraca pembayaran dan hutang
luar negeri (debt service) semakin parah dan untuk mempertahankan pertumbuhan kesempatan
kerja di kota. Jika urbanisasi berlebi telah menjadi hal yang biasa, yang berkembang sendiri dan
merusak (self perpetuating selfdefeating), maka memaksa orang tinggal di daerah pedesaan
bukanlah jalan keluar. Bagaimanapun juga, migrasi sering merupakan suatu usaha yang nekat
untuk memperoleh standar hidup yang paling minim. Orang menggunakan hak pilih dan
berpindah. Bagi kebanyakan negara sedang berkembang, nampaknya tidak ada alternatif yang
praktis selain strategi pemusatan pembangunan di daerah pedesaan. Migrasi akan menurun dan
pendapatan meningkat di daerah pedesaaan jika sektor pertanian dan indsutri kecil yang
berkaitan dengan sektor pertanian di desa dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan
meningkatkan pendapatan. Suatu pendekatan yang demikian ini secara tidak langsung dan
perlahan-lahan melawan sebab-sebab timbulnya urbanisasi berlebih.
Kesimpulan Adanya Urbanisasi yang berlebih dapat berdampak pada kepadatan penduduk
dimana merupakan suatu istilah yang disebut dilema urbanisasi. Penyebab urbanisasi berlebih
adalah adanya suatu gejala dimana kota-kota telah tumbuh terlalu pesat di negara yang sedang
berkembang. Dengan mengabaikan sektor pertanian sebagai dasar untuk mendapat sumber daya
dalam upaya meningkatkan usaha industrialisasi dan urbanisasi. Sehingga terjadinya urban bias
yang merupakan kecenderungan lebih mengutamakan kota daripada desa yang mengakibatkan
kemiskinan di desa. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan pemerintah daerah dalam otonomi
daerahnya masing-masing dalam upaya mendukung Prinsip-prinsip Strategi Pembangunan
Masyarakat Desa yang Mendasar sehingga dapat menjamin pembangunan di Desa dan
mengurangi pengangguran masyarakat yang ada di kota.
Macet? Sudah menjadi hal yang biasa di kehidupan perkotaan, terutama Jakarta.
Kehidupan Jakarta yang keras membuat beberapa orang ingin mengetahui, apa sebab
perkotaan-perkotaan besar sering terjadi kemacetan yang meresahkan masyarakat.
Menurut saya, ini terjadi karena banyaknya penduduk yang mendiami di wilayah kota-
kota besar, dan ditambahnya pesatnya pertumbuhan penduduk di wilayah Indonesia.
Oleh sebab itu, berikut adalah faktor-faktor, mengapa terjadi kemacetan, ke-penuh
sesakan, dan kejadian-kejadian lain yang meresahkan penduduk di Indonesia,
sehingga terjadi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, alias tindakan kriminal.
1. MIGRASI
Migrasi adalah peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Dalam banyak kasus, organisme bermigrasi untuk mencari sumber-cadangan-
makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan makanan yang mungkin terjadi
karena datangnya musim dingin atau karena kepadatan penduduk. Selain migrasi ada
istilah lain tentang dinamika penduduk yaitu mobilitas. Pengertian Mobilitas ini lebih luas
daripada migrasi sebab mencakup perpindaahan wilayah secara permanen dan
sementara.
Migrasi ini merupakan akitab dari keadaan lingkungan seklitar yang kurang
menguntungkan bagi dirinya. Sebagai akibat dan kedadaan alam yang kurang
menguntungkan menimbulkan terbatasnya sumberdaya yang mendukung penduduk
didaerah tersebut.
Langkah-langkah imigran dalam menentukan keputusannyauntuk pindah ke daerah
laina tau kawasan (aeal) lain terlebih dahulu ingin mengetahui lebih dahulu faktor-faktor
sebagai berikut :
- Persediaan sumber alam
- Lingkungan sosial budaya
- Potensi ekonomi
- Alat masa depan
sumber: http://3rest.wordpress.com/2010/11/06/faktor-pesatnya-pertumbuhan-penduduk/
Orang-orang jaman dulu beranggapan banyak anak banyak rezeki karena mereka
berorientasi pada kuantitas sumber daya manusia / sdm. Tetapi di jaman yang serba
sulit ini menjadi agak bergeser. Semakin banyak anak yang berkualitas maka semakin
baik pula rejekinya. Jadi kuantitas dan kualitas sdm anak semua dikelola dengan baik.
Untuk bisa menerapkan pola banyak anak banyak rejeki memang tidak mudah karena
butuh pengorbanan orang tua dan saudara yang lain untuk mendukungnya. Anak yang
jumlahnya banyak sudah pasti sulit sekali untuk mengurusnya. Perlu modal, waktu,
tenaga, pikiran, perasaan, kepemimpinan, tercurah untuk menjalani hidup dengan
banyak anak-anak.
Tetapi jika berhasil membuat anak yang dewasa dengan kualitas tinggi maka setelah itu
kita akan menuai hasilnya. Dari sisi ekonomi banyak anak yang mapan dan mampu
menunjang kehidupan orangtua. Dari sisi kebanggaan sudah pasti kita bangga kalau
anak kita semua jadi orang yang mandiri, sukses, mapan, dll. Dari sisi agama pun kita
akan tenang di akhirat jika anak-anak kita adalah anak yang soleh/soleha karena
mereka akan mendoakan kita agar mendapat ampunan Tuhan.
Jadi bukan berarti Banyak Anak Tidak Banyak Rejeki, tetapi Jika kita bisa menjalani
dengan baik maka Banyak Anak Banyak Rejeki bukan isapan jempol semata.
sumber: http://organisasi.org/banyak-anak-banyak-rejeki-itu-memang-benar-kalau-kita-bisa-jalani
Tanggung jawab pengendalian jumlah pendidikan bukan hanya tanggung jawab Badan KB dan
Pemberdayaan Manusia (BKBPM) Kota Malang saja, tapi tanggung jawab bersama, termasuk
TNI AD. Karenanya, untuk menyukseskan program KB, Kodim 0833 Kota Malang bersama
BKBPM menggelar bakti sosial KB Kesehatan di Puskesmas Janti, kemarin.
Menurut Komandan Kodim 0833 Kota Malang, Letkol Arh. Wahyu Jiantono, dari data yang ada
setiap tahunnya di Kota Malang tercatat angka kelahiran mencapai 1403 bayi per tahunnya,
dengan angka kematian bayi mencapai 509 jiwa. Agar laju pertumbuhan dapat diatur, program
Dijelaskan, program itu sebagai tindak lanjut dari MoU yang telah ditanda tangani bersama
Panglima TNI dan BKKBN di tingkat pusat dan dilanjutkan sampai tingkat provinsi dan daerah.
Di Kota Malang, melalui program KB bersama TNI ditargetkan mampu menjaring akseptor KB
baru mencapai 7590 akseptor.
Program itu dilaksanakan mulai 1 Mei lalu hingga 31 Oktober mendatang. Sampai dengan
pertengahan Juni, sebanyak 2943 akseptor KB baru sudah terjaring melalui program tersebut.
Dengan alokasi waktu yang cukup panjang, alumnus SMAN 3 Malang itu optimis target jumlah
akseptor baru dapat tercapai.
Tidak mudah untuk mengajak masyarakat untuk mengikuti program KB. Sesuai dengan aturan
yang kami terima, realisasi target akseptor mencapai jumlah 40 persen dianggap berhasil dan
cukup bagus dalam menjaring akseptor baru, ungkapnya.
Kodim mengerahkan Babinsa yang ada di masing-masing wilayah untuk mengajak sekaligus
mensosialisasikan program KB kepada masyarakat secara luas. Tujuan dari program KB itu juga
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya keluarga pra sejahtera I dan keluarga
pra sejahtera.
Sementara itu, Wawali Kota Malang, Bambang Priyo Oetomo berharap kebersamaan antara TNI
dengan Pemkot Malang yang sudah terjalin dengan baik dapat terus dikembangkan. Supaya
tetap bersemangat, program KB akan membantu program kesejahteraan masyarakat, tandasnya.
(aim/udi/malangpos