PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai
masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini sudah semakin banyak orang
mengetahui nilai gizi jamur merang dan manfaatnya bagi kesehatan manusia,
sehingga permintaan jamur merang terus meningkat, dilain pihak produksi jamur
merang di Indonesia masih sangat terbatas sehingga nilai ekonomi jamur merang
semakin meningkat (Sinaga, 2009). Parjimo dan Andoko (2008) menambahkan
bahwa jamur merang juga berkhasiat sebagai anti racun, mencegah kurang darah
(anemia), kangker, dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Jamur merang memiliki kandungan gizi yang lebih baik, dalam setiap 100
gram jamur merang menghasilkan kandungan nutrisi: protein 1,8%, lemak 0,3%,
karbohidrat 1248% dari berat kering, kalsium 30 mg, zat besi 0,9 mg, tiamin
(vitamin B) 0,03 mg, riboflavin 0,01 mg, niacin 1,7 mg, vitamin C 1,7 mg, kalori
24 mg, serta kandungan air 93,3 %.
Hal yang menarik dari usaha budidaya jamur merang adalah dari aspek
ekonominya yang cerah karena tidak membutuhkan lahan yang luas, media tanam
berupa limbah pertanian yang mudah didapat dengan harga murah, serta siklus
produksinya relatif cepat (1 bulan). Hasil produksi jamur merang cukup bersaing
dengan jenis makanan lainya, baik dalam bentuk segar atau olahan sebagai wujud
permintaan pasar domestik maupun luar negeri (Pasaribu, Permana dan Alda,
2002).
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya jamur merang.
2. Mahasiswa mampu dan terampil dalam mempraktekkan berbudidaya jamur
merang.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Jamur
Jamur atau cendawan adalah suatu organisme yang tidak mempunyai
klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.
Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk
anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang
dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik
dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya.
Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen,
maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnyaSemua zat itu diperoleh dari
lingkungannya.Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat,
parasit fakultatif, atau saprofit. (Wiki,2011).
Budidaya jamur yang dapat dimakan (edible mushroom) merupakan salah
satu cara mengatasi kekurangan pangan dan gizi serta menganekaragamkan pola
komsumsi pangan rakyat. Dari analisa menunjukkan bahwa kandungan mineral
jamur lebih tinggi daripada gading sapi dan domba, bahkan hampir dua kali lipat
jumlah garam mineral dalam sayuran. Jumlah proteinnya dua kali lipat protein
asparagus, kol, kentang dan empat kali lipat daripada tomat dan wortel serta enam
kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur juga mengandung zat besi, tembaga, kalium
dan kapur, kaya vitamin B dan D, sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat
penting pada proses pencernaan, kalor dan kolesterolnya rendah. (Widiastuti,2007)
B. Jamur Merang
Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang mengandung sumber
selulosa, misalnya pada tumpukan merang, limbah penggilingan padi, limbah
pabrik kertas, ampas sagu, ampas tebu, sisa kapas, kulit buah pala, dan sebagainya.
Selain pada kompos merang, jamur dapat tumbuh pada media lain yang merupakan
limbah pertanian sehingga limbah tidak terbung sia-sia karena memberi nilai
tambah Namun demikian walaupun tidak tumbuh pada media merang nama
Volvariella volvaceae selalu diartikan jamur merang (Sinaga Meity, 2000).
2
Klasifikasi Jamur Merang
Kingdom : Myceteae
Subkingdom : Eukaryota
Divisi : Amastigomycota
Sub Divisi : Basidiomycotae
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Volvariella
Spesies : Volvariella volvacea
Jamur mendapat makanan dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin, protein
dan senyawa pati. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari jerami yang merupakan
media utama dan juga media yang umum digunakan dalam budidaya jamur merang
(Sinaga, 2009). Penyerapan nutrisi jamur merang akan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan syarat tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Salah satu
hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur merang ialah ketebalan
media tanam. Pada ketebalan media tanam yang berbeda akan dihasilkan kondisi
suhu yang berbeda pada media tanam jamur merang.
Sesuai dengan nama ilmiahnya, Volvariella volvacea, jamur ini memiliki
volva atau cawan berwarna cokelat muda yang awalnya merupakan selubung
pembungkus tubuh buah saat masih stadia telur. Dalam perkembangannya, tangkai
dan tudung buah membesar sehingga selubung tersebut tercabik dan terangkat ke
atas dan sisanya yang tertinggal di bawah akan menjadi cawan. Jika cawan ini telah
terbuka akan terbentuk bilah yang saat matang memproduksi basidia dan
basidiospora berwarna merah atau merah muda. Selanjutnya basidiospora akan
berkecambah dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk
gumpalan kecil (pin head) atau primordial yang akan membesar membentuk tubuh
buah stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi stadia kancing
(button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi daya
jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen (Suriawiria,2006).
Jamur merupakan salah satu komoditi yang mempunyai harapan di masa
depan,mengingat permintaan pasar cukup tinggi sedangkan produksi
3
rendah.Singapura misalnya, membutuhkan 100 ton jamur merang setiap bulan dan
Malaysia membutuhkan jamur merang sekitar 15 ton tiap minggunya.Kebutuhan
jamur merang di pasaran dalam negeri juga mempunyai prospek yang sangat cerah.
Kebutuhan jamur merang untuk: Jakarta, Bogor, Sukabumi, Bandung, dan
sekitarnya rata-rata 15 ton setiap harinya (Mayun,2007) .
Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai
masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini sudah semakin banyak orang
mengetahui nilai gizi jamur merang dan manfaatnya bagi kesehatan manusia,
sehingga permintaan jamur merang terus meningkat, dilain pihak produksi jamur
merang di Indonesia masih sangat terbatas sehingga nilai ekonomi jamur merang
semakin meningkat (Sinaga, 2009). Parjimo dan Andoko (2008) menambahkan
bahwa jamur merang juga berkhasiat sebagai anti racun, mencegah kurang darah
(anemia), kanker, dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Jamur mempunyai nilai gizi (terutama protein) yang cukup tinggi namun
berkolesterol rendah juga berkhasiat obat (Anonim, 1999). Jamur merang kaya akan
protein kasar dan karbohidrat bebas Nitrogen (N - face carbohydrate). Tingkat
kandungan serat kasar dan abunya moderat atau sedang, sedangkan kandungan
lemaknya rendah. Namun jamur merupakan sumber protein dan mineral yang baik
dengan kandungan Kalium (K), dan fosfor (P) tinggi. Jamur merang juga
mengandung kalsium, magnesium, tembaga, seng, besi. Sementara logam berat
beracun seperti Pb dan Cd tidak terkandung dalam jamur merang. Jamur juga
mengandung bermacam-macam vitamin. Walaupun tidak mengandung vitamin A,
tapi kandungan riboflavin, tiamin, cukup tinggi (Sinaga, 2000).
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Pengomposan
Bahan baku utama dibasahkan terlebih dahulu lalu campur
bahan utama dengan bahan baku penolong yangtelah dicampur terlebih
dahulu. Setelah tercampur merata, tumpuk dengan ukuran tinggi 1,2 m
5
dan lebar 1,5 m lalu tutup dengan plastik kemudian didiamkan 2-3 hari.
Setelah didiamkan, balik dan tambahkan air bila ada jerami yang masih
kering di dalam tumpukan tadi lalu disusun kembali dan diamkan lagi
2-3 hari, begitu seterusnya samapai menjadi kompos yang baik. Untuk
mendapatkan kompos yang baik memerlukan waktu 10 hari. Kualitas
kompos yang baik adalah lunak, warna coklat kehitaman, kadar air
kompos 73-75% dan Ph kompos 8-8.5
Pemasukan
Standar pemasukan:
a. ketebalan kompos 23-25 cm atau 60-70 kg/m2
b. rata tidak menggumpal
c. kebersihan setelah pemasukan
d. lakukan pengabutan pada pinggir kompos yang kering
e. tutup rapat kumbung dan periksa kebocoran kumbung
Pasteurisasi
Setelah pemasukan, uap dimasukkan selama 5 jam temperatur udara
dinaikkan secara bertahap hingga mencapai 57-58 C. Temperatur udara
diturunkan hingga 48-50 C dan dipertahankan selama 8 jam, selanjutnya
saluran uap ditutup atau dimatikan.
Penerbaran bibit
Bersihkan lingkungan sekitar kumbung sebelum penebaran bibit.
Setelah pateurisasi biarkan suhu kompos turun secara perlahan sampai suhu
penebaran bibit antara 36-38 C. Satu kantong bibit dapat dipergunakan
untuk 1 m2. Setelah selesai menebarkan bibit bersihkan kembali ruang
dalam kumbung. Kemudian tutup kembali pintu dan ventilasi dalam
keadaan rapat.
6
Inkubasi
Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan miselium merata
di permukaan dan dalam media tanam.
Caranya adalah denganmenjaga ruangan tidak kering (pengabutan),
kelembapan tetap tinggi (95%). Menjaga lantai dan dinding tetap basah.
Suhu kompos dijaga kurang lebih 37 C dan udara kurang lebih 34 C.
Ventilasi dan pintu dalam keadaan tertutup rapat. Pertumbuhan miselium
membutuhkan waktu kurang lebih 5 hati/ selama 5 hari tidak perlu
peniraman kompos, tetapi kelembaban tetap dijaga agar lantai dan dinding
tetap basah.
Pemetikan/Pemanenan
Tujuannya adalah untuk menghindari jamur menjadi mekar, layu,
salah petik dan menjaga agar memetik jamur tepat pada waktunya
Caranya dengan memperhatikan apakah cup jamur belum terbuka.
Pemetikan dari rak yang paling atas ke bawah. Hindari pemetikan ditarik
tapi harus diputar. Jangan tergesa-gesa ketika memtiknya. Jaga ruangan dan
kompos agar tidak kering, kelembapan tetap tinggi dan bersihkan sisa
batang dan jamur yang membusuk.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1 30
2 43
3 27
4 36
5 25
8
B. PEMBAHASAN
Pemanen jamur merang bisa dimulai pada saat umur 15 -25 hari setelah
bibit disebar dimedia tumbuh. Jamur harus segera dipanen sebelum dia
mencapai ukuran maksimum agar tidak cepat membusuk. Cara pemanen harus
diangkat dan di pelintir/diputar dengan hati-hati agar jamur sekitarnya tidak
rusak. Proses panen jamur bisa lakukan interval 20-30 hari dengan interval 2
hari.
9
diakibatkan penguapan maupun tercuci pada saat proses pembalikan kompos
dan pemberian tambahan air.
10
BAB V
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Budhi Widiastuti. 2007. Budidaya jamur kompos, jamur merang dan jamur
kancing, Penebar Swadaya.
Parjimo dan Agus Andoko.2007. Budidaya jamur, jamur kuping, jamur tiram, dan
jamur merang, Agro Media Pustaka.
Sinaga, Meity Suradji. 2000. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sinaga, M.S. 2007. Jamur Merang dan Budidayanya (Edisi Revisi). Penebar
Swadaya. Jakarta. 84 hlm
Sugito Tassan, (2014), Usaha Budidaya Jamur Merang, diakses 19 mei 2017,
http://medanbisnisdaily.com/news
12