Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. GINGIVITIS

Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan

periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh

mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk

plak gigi yang melekat pada tepi gingival.1

Gingivitis adalah peradangan gingiva. Pada kondisi ini tidak

terjadi kehilangan perlekatan. Pada pemeriksaan klinis terdapat

gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan

tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan

ringan dan perubahan bentuk gingiva. Peradangan gingiva tidak

disertai rasa sakit. 14

Peradangan gingiva disebabkan oleh faktor plak maupun

non-plak.14

Namun peradangan gingiva tidak selalu disebabkan oleh

akumulasi plak pada permukaan gigi, dan peradangan gingiva yang

tidak disebabkan oleh plak sering memperlihatkan gambaran klinis

yang khas. Keadaan ini dapat disebabkan beberapa penyebab,

seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus atau jamur yang tidak
berhubungan dengan peradangan gingiva yang berhubungan dengan

plak dan peradangan gingiva karena faktor genetik.

Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat

pada Hereditary gingival fibromatosis, dan beberapa kelainan

mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan gingiva.

Contoh lesi adalah lichen planus, pemphigoid, pemphigus vulgaris

dan erythema multiforme.

Alergi dan trauma merupakan contoh lain dari peradangan

gingiva yang tidak disebabkan oleh faktor non-plak. Peradangan

gingiva yang tidak disebabkan oleh faktor non-plak sangat relevan,

penyebab lesi secara umum merupakan sample penting untuk

memahami variasi dari reaksi jaringan yang terdapat pada

periodontium.3

Selain faktor plak dan non-plak peradangan gingiva juga

disebabkan oleh karena gangguan sistemik dengan perdarahan

spontan atau setelah teriritasi. Perdarahannya eksesif dan sulit

dikontrol. Adapula karena penggunaan obat tertentu, alergi, terapi

radiasi, siklus menstruasi, dan genetik. 15

Keparahan peradangan gingiva akan terus berlanjut akibat

penumpukan plak, apabila kebersihan rongga mulut tidak

dipelihara.16
Pada gingiva yang mengalami perdarahan, persentase

jaringan ikat yang terkena radang adalah lebih besar, tetapi epitelnya

lebih sedikit dan lebih tipis bila dibandingkan dengan gingiva yang

tidak mengalami perdarahan. Ini berarti terjadinya perdarahan pada

gingiva adalah sejalan dengan perubahan histopatologis yang terjadi

pada jaringan ikat periodonsium. 17

2.2. MACAM - MACAM GINGIVITIS

2.2.1. Gingivitis marginalis kronis

Merupakan suatu peradangan gingiva pada

daerah margin yang banyak dijumpai pada anak,

ditandai dengan perubahan warna, ukuran

konsistensi, dan bentuk permukaan gingiva.

Penyebab peradangan yang paling umum yaitu

disebabkan oleh penimbunan bakteri plak. Perubahan

warna dan pembengkakan gingiva merupakan

gambaran klinis terjadinya gingivitis marginalis

kronis.

2.2.2. Eruption gingivitis

Merupakan peradangan yang terjadi di sekitar

gigi yang sedang erupsi dan berkurang setelah gigi

tumbuh sempurna dalam rongga mulut, sering terjadi


pada anak usia 6-7 tahun ketika gigi permanen mulai

erupsi. Eruption gingivitis berkaitan dengan

akumulasi plak.

2.2.3. Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth

(eksfoliasi parsial)

Pada pinggiran margin yang tererosi akan

terdapat akumulasi plak, sehingga dapat terjadi

edema sampai dengan abses.

2.2.4. Gingivitis pada maloklusi dan malposisi

Peradangan disertai dengan perubahan warna

gingiva menjadi merah kebiruan, pembesaran

gingiva, ulserasi, dan bentuk poket dalam yang

menyebabkan terjadinya pus, meningkat pada anak-

anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar,

kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to

edge, dan protrusif.

2.2.5. Gingivitis pada mucogingival problems

Mucogingival problems merupakan salah

satu kerusakan atau penyimpangan morfologi,

keadaan, dan kuantitas dari gingiva di sekitar gigi

antara margin gingiva dan mucogingival junction

yang ditandai oleh mukosa alveolar yang tampak


tipis dan mudah pecah, susunan jaringan ikatnya

yang lepas serta banyaknya serat elastis.

2.2.6. Gingivitis karena resesi gusi lokalisata

Terjadi karena trauma sikat gigi, alat

ortodontik, frenulum labialis yang tinggi, dan

kebersihan mulut yang buruk.

2.2.7. Gingivitis karena alergi

Mc Donald dan Avery, 2004 menyatakan

bahwa adanya peradangan pada gingiva yang bersifat

sementara terutama berhubungan dengan perubahan

cuaca.5

2.2.8. Gingivitis Artefacta

Peradangan karena perilaku yang sengaja

melakukan cedera fisik dan menyakiti diri sendiri.

Salah satu penyakit periodontal yang disebabkan

oleh adanya cedera fisik pada jaringan gingiva

disebut sebagai gingivitis artefakta yang memiliki

varian mayor dan minor.

Gingivitis artefakta minor merupakan bentuk

yang kurang parah dan dipicu oleh iritasi karena

kebiasaan menyikat gigi yang terlalu berlebihan.

Kondisi ini juga dapat terjadi akibat menusuk gingiva


dengan menggunakan jari kuku atau benda asing

lainnya.

Gingivitis artefakta mayor merupakan bentuk

yang lebih parah, karena melibatkan jaringan

periodontal. Perilaku ini berhubungan dengan

gangguan emosional. Peradangan gingiva oleh

karena perilaku mencederai diri sendiri terjadi pada

anak-anak dibandingkan pada orang dewasa dan

prevalensinya lebih banyak terjadi pada

perempuan.18

2.3. PENYEBAB UTAMA GINGIVITIS

Penyakit periodontal didefinisikan sebagai proses patologis

yang mengenai jaringan periodontal. Sebagian besar penyakit

periodontal disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Walaupun

faktor-faktor lain dapat memengaruhi jaringan periodontal,

penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang

berkolonisasi di permukaan gigi.14

2.3.1. Acquired Pelicle

Acquired Pelicle merupakan lapisan tipis,

licin, tidak berwarna, translusen, aseluler, dan bebas

bakteri. Lokasinya tersebar merata pada permukaan


gigi dan lebih banyak terdapat pada daerah yang

berdekatan dengan gingiva. Jika diwarnai dengan

larutan disclosing solution akan terlihat suatu

permukaan yang tipis dan pucat bila dibandingkan

dengan plak yang lebih kontras warnanya.12

2.3.2. Materi Alba

Materi alba adalah suatu deposit lunak,

berwarna kuning atau putih keabu-abuan yang

melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus,

dan gingiva. Tidak mempunyai struktur yang spesifik

serta mudah disingkirkan dengan semprotan air, akan

tetapi untuk penyingkiran yang sempurna diperlukan

pembersihan secara mekanis.

Materi alba dapat menyebabkan iritasi lokal

pada gingiva sehingga dapat merupakan penyebab

umum terjadinya peradangan pada gingiva. Efek

iritasi oleh materi alba ini disebabkan oleh bakteri

serta produk produknya. Deposit ini perlekatannya

kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi.

Deposit dapat terlihat jelas tanpa menggunakan

larutan disklosing dan cenderung menumpuk pada


sepertiga gingival mahkota gigi dan pada gigi yang

malposisi.

Deposit ini dapat terbentuk pada permukaan

gigi yang baru dibersihkan dalam beberapa jam dan

pada waktu tidak digunakan untuk pengunyahan. 12

2.3.3. Food Debris

Kebanyakan debris akan segera mengalami

liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5 30 menit

setelah makan, tetapi sebagian masih tertinggal pada

permukaan gigi dan membran mukosa. Aliran saliva,

aksi mekanis dari lidah, pipi, dan bibir serta bentuk

dan susunan gigi dan rahang akan memengaruhi

kecepatan pembersihan sisa makanan. Pembersihan

ini dipercepat oleh proses pengunyahan dan

viskositas ludah yang rendah. Walaupun debris

makanan mengandung bakteri, tetapi berbeda dari

plak dan materi alba, debris ini lebih mudah

dibersihkan. 12

2.3.4. Plak gigi

Plak gigi merupakan mikroorganisme pada

permukaan gigi yang melekat pada matriks polimer

saliva yang berasal dari bakteri. Plak gigi mengalami


perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk

bagian pertahanan pejamu di dalam rongga mulut.

Sebagai contoh, penggunaan antibiotik yang

berspektrum luas secara berkepanjangan. Pada

kondisi tersebut, pertumbuhan mikroorganisme

secara berlebihan khususnya jamur dan bakteri.2

Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya

dengan berkumur ataupun semprotan air dan hanya

dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara

mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat

terlihat, kecuali diberi dengan larutan disklosing atau

sudah mengalami diskolorisasi oleh pigmen

pigmen yang berada dalam rongga mulut. Jika

menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu abu,

abu abu kekuningan, dan kuning.12

Komposisi Mikroba Plak Gigi Pada Gingivitis

Pada peradangan gingiva lapisan plak

memiliki ketebalan 400 m, bahkan lebih tebal.

Peningkatan plak secara kuantitatif merupakan

peranan penting pada perkembangan peradangan

gingiva.19
Peradangan gingiva berhubungan dengan

akumulasi plak di sekitar margin gingiva. Kondisi ini

menyebabkan perubahan komposisi plak dari

mikroflora streptococci menjadi Actinomyces spp.

Mikroflora mengalami peningkatan pada jumlah

spesies selama perkembangan gingivitis. Beberapa

penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan

mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia,

Capnocytophaga spp., Eubacterium spp., dan

spirochete pada gingiva yang mengalami

peradangan.19

2.3.5. Stain gigi

Pewarnaan pada gigi terjadi melalui 3 cara :

(1) stain melekat langsung pada permukaan gigi

melalui Acquired Pelicle, (2) stain mengendap pada

kalkulus dan deposit lunaak, dan (3) stain bersatu

dengan struktur gigi dan bahan tambal. Stain yang

melekat langsung pada permukaan gigi dan stain

yang mengendap pada kalkulus dapat dihilangkan

dengan cara di skeling dan dipoles.

Stain gigi yang menebal membuat permukaan

gigi kasar dan selanjutnya menyebabkan


penumpukan plak sehingga mengiritasi gingiva di

sekitarnya.12

2.3.6. Kalkulus

Kalkulus merupakan massa yang mengalami

kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi, serta objek lainnya di dalam mulut,

seperti restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus

jarang ditemukan pada gigi susu dan sering

ditemukan pada gigi permanen anak usia muda.

Meskipun demikian, pada anak usia 9 tahun, kalkulus

sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga

mulut, dan pada hampir seluruh rongga mulut

individu dewasa.

Kalkulus dikelompokkan menjadi

supragingival dan subgingival. Kalkulus

supragingival adalah kalkulus yang melekat pada

permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival

margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih

kekuning-kuningan, konsistensinya keras seperti

batu tanah liat dan mudah dilepaskannya dari

permukaan gigi dengan skeler.


Sedangkan kalkulus subgingival adalah

kalkulus yang berada dibawah batas gingiva margin,

biasanya pada daerah gingiva dan tidak dapat terlihat

pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi

dan perluasannya harus dilakukan probing, biasanya

padat dan keras, berwarna cokelat tua atau hijau

kehitam hitaman, konsistensinya seperti kepala

korek api, dan melekat erat ke permukaan gigi. 12

F Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor lokal

Peradangan gingiva oleh karena faktor lokal adalah termasuk jenis

anatomi dan perkembangan gigi, karies, faktor iatrogenik, gigi malposisi,

bernapas melalui mulut, overhanging, gigitiruan sebagian, kurangnya

attached gingiva, dan resesi.

Peradangan yang tergolong kronis ataupun rekuren dipicu oleh

trauma mekanis seperti dari penyikatan gigi, menusuk gigi dan menggigit

makanan keras, seperti apel.

Keparahan perdarahan bergantung pada intensitas peradangan.

Dinding pembuluh darah berkontraksi, aliran darah berkurang, trombosit

darah melekat pada tepi jaringan, dan fibrous terbentuk mengalami

kontraksi dan menyebabkan tepi gingiva mengalami peradangan.

Perdarahan pada gingiva disebabkan oleh peradangan dan dapat terjadi


secara spontan pada gingiva. Laserasi gingiva oleh karena bulu sikat gigi

selama penyikatan gigi secara agresif dapat menyebabkan perdarahan

gingiva bahkan pada kondisi tanpa adanya penyakit gingiva. Sensasi

terbakar pada gingiva dari makanan panas atau kimia juga dapat

meningkatkan perdarahan pada gingiva.4

F Peradangan gingiva yang disebabkan oleh perubahan sistemik.

Pada beberapa gangguan sistemik, perdarahan gingiva terjadi secara

spontan setelah iritasi. Kondisi tersebut akibat perdarahan abnormal pada

kulit, organ internal, dan jaringan lain, termasuk mukosa rongga mulut.

Pengaruh terapi, kontrasepsi oral, kehamilan, dan siklus menstruasi

juga dilaporkan sebagai faktor yang mempengaruhi perdarahan pada

gingiva.

Beberapa medikasi juga telah ditemukan memiliki pengaruh negatif

pada gingiva. Sebagai contoh, antikonvulsan, antihipertensi berupa calcium

channel blocker, dan obat imunosupresan diketahui menyebabkan

pembesaran gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan gingiva

sekunder.4

F Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor hormon

Perubahan hormon seksual berlangsung semasa pubertas dan

kehamilan, keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva

yang merubah respons terhadap produk-produk plak.


Pada masa pubertas insidensi peradangan gingiva mencapai

puncaknya dan perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol plak tetap tidak

berubah.

Plak dapat menyebabkan peradangan yang hebat pada masa pubertas

yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan. Bila masa

pubertas sudah lewat, peradangan cenderung reda dengan sendirinya tetapi

tidak dapat hilang kecuali bila dilakukan pengkontrolan plak yang adekut.15

F Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor nutrisi

Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva tampak

bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan

vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan kemampuan

inang melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal

oksigen.15

F Gingivitis yang disebabkan oleh faktor non-plak

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Bakteri Spesifik

Peradangan gingiva dapat terjadi ketika faktor patogen yang

berhubungan dengan non-plak melebihi peranan dari respon daya tahan

host. Lesi dapat disebabkan oleh bakteri dan mungkin tidak disertai oleh lesi

ditempat lain pada tubuh. Contoh umum dari lesi tersebut yang berkaitan

dengan infeksi melalui Neisseria gonorrhea, Treponema pallidum,

Sttreptococci, Mycobacterium chelonae atau organisme lain. Manifestasi

dari lesi gingiva nampak ulserasi berwarna merah terang yang edematous
dan sangat sakit, asimptomatik atau mucous patches, atau gingivitis atypical

non ulserasi, peradangan gingiva yang parah. Biopsy dilakukan melalui

pemeriksaan mikrobiologi untuk menunjukkan riwayat lesi.20

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Virus

Infeksi Virus Herpes

Infeksi virus dikenal sebagai penyebab peradangan gingiva yang

utama adalah virus herpes : virus herpes simplex type 1 dan 2 serta virus

varicella-zooster. Virus ini biasanya menyerang tubuh manusia sejak kanak-

kanak dan dapat berkembang menjadi penyakit mukosa rongga mulut yang

diikuti dengan periode laten dan kadang kadang terjadi reaktivasi. Virus

herpes simplex type 1 (HSV-!) biasanya menyebabkan manifestasi rongga

mulut, sementara virus herpes simplex type 2 (HSV-2) terutama melibatkan

infeksi anogenital dan melibatkan infeksi oral.20

Gingivostomatitis Herpetika Primer

Infeksi herpes simplex adalah infeksi virus yang paling umum.

Herpes simplex adalah virus DNA dengan derajat infeksi rendah, dimana

setelah memasuki epitel mukosa oral, menembus ujung saraf dan dengan

transportasi retrograde melalui reticulum endoplasmatik menuju ke

ganglion trigeminal dimana virus tersebut dapat menetap selama bertahun-

tahun. Virus ini juga telah diisolasi pada lokasi diluar saraf seperti gingival.

Virus herpes simplex dapat berperan pada erythema multiforme. Telah


ditemukan virus herpes simplex pada gingivitis, acute necrotizing gingivitis,

dan periodontitis.20

Herpes Zooster

Virus varicella zoster menyebabkan varicella sebagai infeksi primer

yang sembuh dengan sendirinya. Terutama terjadi pada anak- anak dan

reaktivasi dari virus pada usia dewasa menyebabkan herpes zoster.

Manifestasi keduanya dapat melibatkan gingiva. Chicken pox disertai

dengan demam, malaise dan skin rash. Lesi intraoral adalah ulser kecil

biasanya pada lidah, palatum dan gingiva. Virus tetap berada dalam

ganglion akar dorsal dimana virus dapat direaktivasi bertahun-tahun setelah

infeksi primer. Reaktivasi selanjutnya mengakibatkan herpes zoster, dengan

lesi unilateral setelah saraf terinfeksi. Secara normal reaktivasi

mempengaruhi ganglia thoracic pada orang tua atau pasien

immunocompromised. Reaktivasi virus yang berasal dari ganglion

trigeminal terjadi sekitar 20%. Jika percabangan kedua atau ketiga dari saraf

trigeminal terlibat, peradangan kulit juga dapat muncul bersama dengan

peradangan intraoral, atau hanya terjadi peradangan intraoral, sebagai

contohnya adalah peradangan yang timbul pada palatum gingiva.20

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Jamur

Infeksi jamur pada mukosa oral mencakup penyakit seperti infeksi

aspergillosis, blastomycosis, candidosis, coccidioidomycocis,

cryptococcosis, histoplasmosis, mucormycosis dan


paracoccidioidomycosis, tetapi beberapa infeksi sangat jarang dan tidak

semua infeksi tersebut bermanifestasi sebagai peradangan gingiva.20

Candidosis

Variasi spesies candida ditemukan berasal dari mulut manusia

termasuk C. Albicans, C. Glabrata, C. Krusei, C. Tropicalis, C.

Parapsilosis, dan C. Guillermondii. Jamur ini hidup normal dalam kavitas

oral tetapi juga suatu patogen opportunistik. Prevalensi oral carriage dari

C. Albicans pada orang dewasa sehat sekitar 3%-48%, variasi yang besar

terjadi karena perbedaan pada sampel populasi dan prosedur yang

digunakan. Proporsi C. Albicans pada populasi jamur dalam rongga mulut

dapat mencapai sekitar 50-80%, dan sejauh ini infeksi jamur pada mukosa

oral yang paling sering adalah candidosis yang disebabkan oleh organisme

C. Albicans. Infeksi oleh C. Albicans biasanya terjadi sebagai konsekuensi

dari berkurangnya sistem pertahanan tubuh termasuk immunodefisiensi,

berkurangnya sekresi saliva merokok dan perawatan dengan kortikosteroid.

Gangguan flora mikroba oral, seperti setelah terapi dengan antibiotik

berspektrum luas, yang dapat menyebabkan oral candidosis.20

Linear Gingival Erythema

Linear Gingival Erythema (LGE) dianggap suatu manifestasi

gingival dari immunosupression yang ditandai dengan linear

erythematousband yang terdapat pada free gingiva.


LGE ditandai oleh ketidakseimbangan intensitas peradangan

terhadap jumlah plak yang ada. Tidak ditemukan adanya poket atau

hilangnya attachment. Karakteristik dari tipe peradangan ini adalah

peradangan tidak merespon secara baik pada peningkatan oral higiene atau

skeling. Perluasan gingival banding yang diukur berdasarkan jumlah daerah

yang terlibat yang telah terbukti bergantung pada penggunaan tembakau.

Sementara 15% dari daerah yang terlibat mengalami perdarahan saat

probing dan 11% nampak perdarahan spontan, tanda khas dari LGE

dianggap sebagai berkurangnya perdarahan saat probing.20

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Faktor Genetik

Hereditary Gingival Fibromatosis

Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival

fibromatosis), dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti

phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines.

Peradangan tergantung pada perluasan plak. Hyperplasia gingiva dapat

berasal dari faktor genetik. Peradangan tersebut dikenal sebagai hereditary

gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang

ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang- kadang menutupi

sebagian besar permukaan, atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa

tergantung dari pengangkatan plak secara efektif.20

2.4. GAMBARAN KLINIS GINGIVITIS


Secara umum, gambaran klinis gingivitis adalah adanya

tanda klinis berikut: kemerahan, perdarahan akibat stimulasi,

perubahan kontur, adanya plak atau kalkulus dan secara radiografi

tidak ditemukan kehilangan tulang alveolar. Pemeriksaan histologi

jaringan gingiva yang mengalami peradangan menunjukkan ulserasi

epitel. Keberadaan radang memberikan pengaruh negatif terhadap

fungsi epitel sebagai pelindung. Perbaikan ulserasi epitelium ini

bergantung pada aktivitas proliferative atau regenerative sel epitel.4

Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema,

edema, dan pembesaran hiperplastik. Daerah anterior menunjukkan

kondisi yang lebih parah dengan adanya gigi yang berjejal ringan,

dan bernapas melalui mulut. Pada saat probing tidak terdapat

kehilangan perlekatan, dan poket tidak terdapat di daerah

cementoenamel junction.4

2.5. KARAKTERISTIK GINGIVITIS

2.5.1. Perubahan Warna Gingiva

Warna gingiva ditentukan oleh beberapa

faktor, termasuk jumlah dan ukuran pembuluh darah,

ketebalan epitel, keratinisasi, dan pigmen di dalam

epitel.
Perubahan warna merupakan tanda klinis dari

penyakit pada gingiva. Warna gingiva normal adalah

merah muda coral dan dihasilkan oleh vaskularitas

jaringan dan lapisan epitel. Gingiva menjadi

memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat

keratinisasi epitel mengalami reduksi atau

menghilang. Warna menjadi pucat ketika keratinisasi

mengalami reduksi.

Peradangan kronis menyebabkan warna

merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan

keratinisasi. Vena akan memberikan kontribusi

menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva

akan memberikan kontribusi pada proses

peradangan. Perubahan terjadi pada papilla

interdental dan margin gingiva, dan menyebar pada

attached gingiva.4

2.5.2. Perubahan Konsistensi

Baik kondisi kronis maupun akut dapat

menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva

normal yang kaku dan tegas. Seperti yang dinyatakan

bahwa pada gingivitis kronis, perubahan destruktif

atau edema dan reparative atau fibrous terjadi secara


bersamaan, dan konsistensi gingiva ditentukan

berdasarkan kondisi yang dominan.4

2.5.3. Perubahan Klinis dan Histopatologis

Pada peradangan gingiva, perubahan

histopatologi menyebabkan perdarahan gingiva

akibat dilatasi, pembengkakan kapiler, dan penipisan

atau ulserasi epitel. Karena kapiler membengkak dan

menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis,

epitelium kurang protektif, dan stimuli yang secara

normal tidak melukai dapat menyebabkan rupture

pada kapiler dan perdarahan gingiva.4

2.5.3.1. Perubahan Klinis dan Histopatologis Konsistensi Gingiva

Perubahan Klinis Gambaran Mikroskopis


Gingivitis Kronis

1. Pembengkakan lunak yang


1. Infiltrasi cairan dan
dapat membentuk lubang
eksudat pada
sewaktu ditekan.
peradangan.

2. Gingiva lunak pada saat


probing dan area 2. Degenerasi jaringan
permukaan pinpoint konektif dan epitel yang
tampak kemerahan.
memicu peradangan dan;
Perubahan pada jaringan
konektif - epitel dengan
Perubahan Klinis Gambaran Mikroskopis

Gingivitis Akut

1. Pembengkakan dan 1. Edema yang berasal dari


gingiva yang lunak. peradangan akut.

2. Debris berwarna keabu- 2. Nekrosis dengan pembentukan


abuan. membran yang terdiri dari
bakteri, leukosit
polimorfonuklear, dan
degenerasi epitel fibrous.

3. Pembentukan vesikel. 3. Edema interseluler dan


intraseluler dengan degenerasi
nukleus dan sitoplasma, dan
rupture dinding sel.
2.5.4. Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva

Permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk

yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling

terbatas pada attached gingiva dan secara dominan

terdapat pada daerah subpapila, tetapi meluas sampai

ke papilla interdental. Secara biologis stippling pada

gingiva tidak diketahui, beberapa peneliti

menyimpulkan bahwa kehilangan stippling

merupakan tanda awal dari terjadinya gingivitis.

Pada peradangan kronis, permukaan gingiva halus

dan mengkilap atau kaku, tergantung pada perubahan

eksudatif atau fibrotik. Tekstur permukaan yang

halus juga dihasilkan oleh atropi epitel pada

gingivitis, dan permukaan yang rupture terjadi pada

gingivitis kronis. Hiperkeratosis dengan tekstur

kasar, dan pertumbuhan gingiva secara berlebih


akibat obat akan menghasilkan permukaan yang

berbentuk nodular pada gingiva.4

2.5.5. Perubahan Posisi Gingiva

Salah satu gambaran pada penyakit gingiva

adalah adanya lesi pada gingiva. Lesi traumatik

seperti lesi akibat kimia, fisik atau termal merupakan

lesi yang paling umum pada rongga mulut. Lesi

akibat kimia termasuk karena aspirin, hidrogen

peroksida, perak nitrat, fenol, dan bahan endodontik.

Lesi karena fisik termasuk bibir, rongga mulut, dan

tindik pada lidah yang dapat menyebabkan resesi

gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari

makanan dan minuman yang panas. Pada kasus akut,

epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi, dan

eritema merupakan gambaran umum. Sedangkan

pada kasus kronis, terjadi dalam bentuk resesi

gingiva.4

2.5.6. Perubahan Kontur gingiva

Perubahan pada kontur gingiva berhubungan

dengan pembesaran gingiva, tetapi perubahan

tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain.


Ketika resesi ke apikal, celah menjadi lebih

lebar, dan meluas ke permukaan akar. Ketika lesi

mencapai mucogingival junction, mukosa rongga

mulut mengalami peradangan karena kesulitan untuk

mempertahankan kontrol plak yang adekuat pada

daerah ini. Istilah McCall festoon telah digunakan

untuk menggambarkan penebalan pada gingiva yang

diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah

mencapai mucogingival junction.4

2.6. MEKANISME TERJADINYA GINGIVITIS

Patogenesis gingivitis terdapat empat tipe lesi yang berbeda.

Keempatnya adalah lesi awal, lesi dini, lesi mapan, dan lesi lanjut.

Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk waktu yang lama.

Selain itu, dapat terjadi pemulihan secara spontan atau disebabkan

oleh karena perawatan.21

2.6.1. Lesi inisial atau lesi awal

Pada tahap ini plak mulai berakumulasi ketika

kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Untuk

beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri

cocci dan batang gram positif, lalu hari berikutnya


organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau

bakteri gram negatif. Dalam beberapa hari, gingivitis

ringan mulai terjadi pada tahap ini.19

2.6.2. Lesi dini atau early lesion

Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis

eritema. Eritema terjadi karena proliferasi kapiler

dan meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel

sulkus menipis atau terbentuk ulserasi. Pada tahap ini

mulai terjadi perdarahan pada probing. Ditemukan

70% jaringan kolagen sudah rusak terutama di sekitar

sel sel infiltrat. Neutrofil keluar dari pembuluh

darah sebagai respons terhadap stimulus kemotaktik

dari komponen plak, menembus lamina dasar ke arah

epitelium dan masuk ke sulkus. Dalam tahap ini

fibroblast jelas terlihat menunjukkan perubahan

sitotoksik sehingga kapasitas produksi kolagen

menurun.22

2.6.3. Lesi mapan atau established lesion

Pada tahap ini disebut sebagai gingivitis kronis

karena seluruh pembuluh darah membengkak dan

padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau

rusak sehingga aliran darah menjadi lambat. Terlihat


perubahan warna kebiruan pada gingiva. Sel sel

darah merah keluar ke jaringan ikat, sebagian pecah

sehingga hemoglobin menyebabkan warna daerah

peradangan menjadi gelap. Lesi ini dapat disebut

sebagai peradangan gingiva moderat hingga berat.

Aktivitas kolagenolitik sangat meningkat karena

kolagenase banyak terdapat di jaringan gingiva yang

diproduksi oleh sejumlah bakteri oral maupun

neutrofil. 22

2.6.4. Lesi lanjut atau lesi advanced

Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar menunjukkan

karakteristik tahap keempat yang disebut sebagai lesi

advanced atau fase kerusakan periodontal. Secara

mikroskopis, terdapat fibrosis pada gingiva dan

kerusakan jaringan akibat peradangan dan

imunopatologis. Secara umum pada tahap advanced,

sel plasma berlanjut pada jaringan konektif, dan

neutrofil pada epitel junctional dan gingiva. Dan

pada tahap ini gingivitis akan berlanjut pada pada

individu yang rentan.4

2.7. BAKTERI YANG BERPERAN PADA GINGIVITIS


Mayoritas penyakit periodontal disebabkan oleh

mikroorganisme yang berada pada atau dibawah margin gingiva. 4

Pada gingiva sehat bakteri terdiri atas gram positif.

Terbanyak adalah dari Actinomyces dan Streptococcus.15

Jika keseimbangan bakteri normal terganggu, akan terjadi

pergeseran komposisi plak sehingga jumlah bakteri anaerob gram

negatif meningkat. Pada gingivitis tidak terjadi kerusakan pada

perlekatan jaringan, namun secara histologis sudah terjadi

kehilangan kolagen pada jaringan ikat. Pada keadaan seperti ini

bakteri Prevotella intermedia (Pi) dan Prevotella nigrescens

subgingival meningkat. Hal ini jelas pada keadaan pregnan karena

estrogen dan progesteron yang banyak dalam jaringan ikat gingiva

digunakan oleh Pi untuk tumbuh sebagai pengganti vitamin K yang

merupakan faktor penumbuh penting bagi bakteri.15

2.8. MEKANISME AKSI BAKTERI PADA GINGIVITIS

Invasi

Terjadinya gingivitis tidak selalu didahului oleh invasi bakteri.

Syarat utama adalah adanya bakteri patogen spesifik yang melekat ke

permukaan gigi disekitar gingiva. Tidak ada organisme spesifik atau

kelompok organisme tertentu yang secara positif atau khusus diidentifikasi

sebagai penyebab kerusakan jaringan periodontal, tetapi ada beberapa


mikroorganisme yang ditemukan pada kondisi penyakit periodontal

tertentu. Telah dibuktikan bahwa pada keadaan ini terjadi invasi bakteri ke

jaringan ikat.

Agen sitotoksik

Endotoksin yaitu substansi lipopolisakarida yang terdapat dalam

dinding sel bakteri gram negatif, yang dapat menjadi penyebab langsung

nekrosis jaringan, selain sebagai pencetus terjadinya proses peradangan

dengan memicu respons imunologik. Pada penelitian kultur jaringan,

endotoksin yang terdapat pada mikroorganisme tertentu di dalam mulut

merangsang terjadinya resorpsi tulang.

Enzim

Enzim kolagenase menguraikan fibril dan serabut kolagen, elemen

utama pembentuk gingiva dan ligamen periodonsium. Leukosit

memproduksi kolagenase dan terdapat dalam jumlah besar pada peradangan

gingiva tahap awal.

Mekanisme imunopatologi

Penelitian membuktikan bahwa sejumlah antigen plak menginduksi

peradangan dengan merangsang respons imunologik pada binatang

percobaan. Baik respons imun humoral maupun selular dapat ditemukan

pada penderita periodontitis.

Aksi gabungan
Terdapat lebih dari satu mekanisme yang terlibat dalam inisiasi dan

perkembangan penyakit periodontal. Sebagai contoh, bahwa enzim dan

substansi sitotoksik bakteri menimbulkan efek langsung terhadap jaringan

sulkular dan subsulkular dengan cara mencetuskan respons imunopatologi

secara tidak langsung.14

2.9. PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GINGIVITIS

Merokok

Plak gigi sebagai pemicu terjadinya gingivitis merupakan kondisi

yang terjadi pada anak- anak dan orang dewasa. Menurut penelitian muller

dkk tahun 2002 setelah diamati selama enam bulan pada kelompok perokok

ditemukan lebih banyak plak supragingiva dibandingkan yang bukan

perokok. Sedangkan menurut penelitian dari calsina dkk tahun 2002 resesi

gingiva yang lebih parah terjadi pada kelompok perokok dibandingkan

kelompok yang berhenti merokok dan bukan perokok, bahkan pada perokok

berat terdapat peningkatan terjadinya resesi gingiva sebanyak 2,3%. Resesi

pada perokok disebabkan karena adanya vasokonstriksi dan berkurangnya

respon peradangan yang disebabkan oleh nikotin dari rokok yang masuk ke

dalam aliran darah. Hal ini juga menyebabkan pada kelompok perokok

ditemukan perdarahan pada saat probing dibandingkan kelompok yang

bukan perokok atau yang berhenti merokok.23


Waktu penyikatan gigi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prijantojo tahun 1996

menyatakan bahwa indeks rata rata kalkulus dari kelompok yang menyikat

gigi 3x sehari tampak lebih baik dibandingkan kelompok yang menyikat

gigi 2x sehari. Namun, indeks perdarahan gingiva rata rata pada kelompok

yang menyikat gigi 3x sehari lebih besar dibanding dengan indeks

perdarahan rata rata dari kelompok yang menyikat gigi 2x sehari pada

semua permukaan dari gigi. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang

positif antara akumulasi plak dan peradangan gingiva.24

Jenis sikat gigi yang digunakan

Sikat gigi merupakan salah satu fisioterapi oral yang digunakan

untuk membersihkan gigi dan mulut. Dapat ditemukan beberapa macam

jenis sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan

bentuk. Bulu sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, panjang, dan

kepadatan. Walaupun banyak jenis sikat gigi tetapi harus diperhatikan

keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut seperti

kenyamanan bagi setiap individu meliputi ukuran, tekstur, dan bulu sikat,

mudah digunakan, mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak

lembab, awet dan tidak mahal, bulu sikat lembut tetapi cukup kuat dan

tangkainya ringan, dan ujung bulu sikat membulat.12

Frekuensi penyikatan gigi


Frekuensi pembersihan gigi banyak dihubungkan dengan efektifitas

terjadinya pembentukan plak dan kesehatan gingiva. Pembentukan plak

lebih banyak terjadi pada kelompok yang jarang melakukan pembersihan

gigi daripada kelompok yang sering melakukan pembersihan gigi.

Demikian juga pembentukan kalkulus lebih rendah pada kelompok yang

sering melakukan pembersihan gigi.24

Teknik menyikat gigi

Teknik menyikat gigi adalah cara yang paling umum dianjurkan

untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan dan gingiva

dan merupakan tindakan preventif dalam keberhasilan dan kesehatan

rongga mulut yang optimal. Oleh karena itu, teknik menyikat gigi harus

dilaksanakan secara aktif dan teratur.12

Kebanyakan teknik menyikat gigi telah ditetapkan sebagai metode

yang efisien dan efektif untuk membersihkan gigi. Teknik menggosok

menjadi metode paling mudah dan paling sering dalam menyikat gigi.

Pasien dengan penyakit periodontal diajarkan untuk menggunakan teknik

penyikatan sirkular dengan menggunakan gerakan vibrasi untuk

meningkatkan akses pada daerah gingiva.

Metode yang dianjurkan adalah Teknik Bass karena teknik ini

menekankan penempatan bulu sikat secara sulkular. Ujung bulu sikat pada

margin gingiva untuk mencapai plak supragingiva dengan menggunakan

gerakan yang terkontrol untuk mencegah trauma.4


Kebiasaan menusuk gigi

Kebiasaan menusuk gigi untuk membersihkan gigi dapat

mengakibatkan terjadinya keradangan gingiva. Dari peradangan inilah yang

akan menyebabkan terjadinya gingivitis.24

Obat-obatan atau medikasi

Beberapa medikasi dapat berpengaruh buruk terhadap gingiva.

Sebagai contoh, obat-obatan antikonvulsan seperti fenitoin, antihipertensi ,

dan obat imunosupresan seperti siklosporin yang menyebabkan pembesaran

gingiva sehingga berakibat gingiva mudah berdarah. Dikatakan bahwa

gingivitis terjadi sebagai respons terhadap akumulasi plak yang tidak

terkontrol.5

2.10. AKIBAT YANG DITIMBULKAN OLEH GINGIVITIS

Peradangan gingiva kronis dapat menyebabkan pembesaran

gingiva. Pertumbuhan gingiva bertambah parah pada pasien dengan

faktor genetik atau faktor sistemik yang berhubungan dengan obat,

sebagai contoh; obat anti-konvulsan, dan siklosporin. Pada individu

yang mengkonsumsi fenitoin, pertumbuhan gingiva secara berlebih

dapat dihilangkan dengan kebersihan rongga mulut individu secara

tepat. Pertumbuhan gingiva berlebih terkadang tidak dapat

mengembalikan jaringan periodonsium kembali menjadi normal.

Pertumbuhan gingiva yang berlebihan dapat menyebabkan


gangguan pada kemampuan pasien untuk membersihkan gigi secara

adekuat, dan menyebabkan terjadinya masalah estetik dan

fungsional.

Pada pasien dengan pertumbuhan gingiva berlebihan,

pembedahan untuk rekonturisasi dapat dilakukan untuk

mempertahankan lingkungan pada rongga mulut. Penanganan post-

operatif setelah reseksi jaringan penting untuk dilakukan.

Rekurensi terjadi pada kebanyakan pasien dengan

pertumbuhan gingiva berlebihan akibat obat. Pada pasien tersebut,

konsultasi dengan dokter umum dapat disarankan untuk menentukan

apakah memungkinkan untuk menggunakan terapi obat alternatif

yang tidak menyebabkan pertumbuhan gingiva secara berlebihan.

Jika tidak, pembedahan atau non-bedah dibutuhkan.25

2.11. PERAWATAN PADA GINGIVITIS

Peradangan baik ringan maupun berat merupakan sumber

infeksi penyakit penyakit pada tubuh. Sebagaimana umumnya

dalam bidang kedokteran gigi, perawatan untuk peradangan gingiva

harus menekankan penjagaan oral higiene. Pembuangan plak dan

semua faktor retensinya harus diutamakan dan dituntaskan segera.15


Berikut perawatan yang dapat dilakukan pada peradangan

gingiva yaitu :

1. Skeling dan Root Planing

Skeling adalah suatu proses membuang plak dan

kalkulus dari permukaan gigi, baik supragingiva maupun

subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses

membuang sisa sisa kalkulus yang terpendam dan

jaringan nekrotik pada sementum untuk menghasilkan

permukaan akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama

skeling dan root planing adalah untuk mengembalikan

kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen

yang menyebabkan radang gusi baik plak maupun

kalkulus dari permukaan gigi.12

Prosedur skeling dan root planing perlu dilakukan

dan banyak menggunakan waktu. Penelitian

menunjukkan pada kondisi yang klinis terjadi

peningkatan secara umum setelah root planing. Namun

demikian, terdapat beberapa daerah yang tidak

memberikan respon terhadap terapi ini. Faktor berikut

dapat membatasi keberhasilan perawatan root planing

yaitu : anatomi akar gigi, furkasi, dan kedalaman

probing.25 Beberapa minggu setelah root planing,


evaluasi ulang harus dilakukan untuk melihat respon

perawatan.25

Instrumen skeling, root planning, dan kuretase

digunakan untuk pembersihan plak dan deposit yang

terkalsifikasi pada mahkota dan akar gigi, dan

pembersihan jaringan lunak yang membentuk poket.

Instrument skeling dan kuretase diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Skeler sickle merupakan instrumen berat

yang digunakan untuk membersihkan

kalkulus supragingiva.

b. Kuret merupakan instrumen yang digunakan

untuk skeling subgingiva, root planning, dan

pengangkatan jaringan lunak yang

membentuk poket.

c. Skeler hoe, chisel, dan file digunakan untuk

membersihkan kalkulus subgingiva yang

keras, dan sementum yang mengalami

perubahan. Instrumen ultrasonik dan sonik

digunakan untuk skeling dan pembersihan

permukaan gigi, dan kuretase dinding

jaringan lunak pada poket periodontal.4


2. Penyikatan gigi

Dalam suatu penelitian mengenai kebiasaan

menyikat gigi di Amerika menunjukkan hanya 60%

masyarakat melakukannya dengan ketat. Hasil ini

menunjukkan pentingnya motivasi dan penyuluhan

tentang penjagaan kebersihan mulut. Selain itu

kesempurnaan hasil penyikatan lebih penting daripada

teknik penyikatannya.22

3. Flossing

Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa

hanya 25% masyarakat terbiasa melakukannya. Flossing

bermanfaat untuk membuang plak dari daerah proksimal

yang tidak dapat dicapai oleh penyikatan gigi. Telah

terbukti bahwa flossing daerah proksimal dapat

mengurangi terjadinya peradangan dan perdarahan

gingiva pada orang dewasa.22

Flossing sebagai alat yang berguna untuk

menentukan status peradangan gingiva interproksimal

pada anak, khususnya pada kondisi kesehatan gingiva.26

4. Berkumur dengan obat

Berbagai obat kumur hanya sedikit yang berisi bahan

kimia yang mampu mematikan bakteri plak, sehingga


hanya obat kumur tertentu yang mendapatkan pengakuan

dari American Dental Assosiation. Keunggulan obat

kumur adalah dapat menyerap ke daerah subgingiva

walaupun hanya beberapa milimeter saja. Jadi obat

kumur tetap paling efektif terhadap plak supragingiva.22

5. Irigasi gingiva

Air yang digunakan sebagai irigator selain berhasil

membuang partikel makanan, juga dapat membuang

produk bakteri sehingga lebih efektif daripada berkumur.

Irigasi ini bermanfaat karena dapat dilakukan ke dalam

sulkus maupun poket sehingga ditemukan jumlah spesies

Actinomyces maupun Bacteroides dapat berkurang.22

Selain itu Peradangan gingiva juga dapat dihilangkan

dengan penggunaan irigasi subgingiva tunggal selama

empat minggu berupa klorheksidin atau larutan saline.27

6. Pengurutan gingiva

Mengurut gingiva dengan sikat gigi menyebabkan

penebalan epitel, peningkatan keratinisasi dan aktivitas

mitotik dalam epitel dan jaringan ikat, serta terbuangnya

plak. Semua keadaan ini meningkatkan kesehatan

gingiva sehingga dapat dianjurkan untuk melakukan

terapi pada gingiva yang mudah berdarah.22


2.12. INDEKS YANG DIGUNAKAN PADA GINGIVITIS

Banyak index yang dapat digunakan untuk menilai gingivitis

oleh King tahun 1945, master dan Schour tahun 1949, dan

Muhlemen dan Mazor tahun 1958.

Yang termasuk index yang dapat digunakan :

Sulcus bleeding index oleh Muhlemen & Son tahun 1971

SBI merupakan perdarahan pada sulkus setelah probing

seperti terjadi eritema, pembengkakan dan edema. Hal ini

umumnya menunjukkan secara terpisah antara papilla (P) dan

gingival margin (M). SBI telah digunakan pada berbagai studi

tetapi berlaku juga untuk pasien dalam praktik.19

Gingival index oleh Loe dan Silness tahun 1963

Indeks gingiva oleh Loe H dan Silness J tahun 1963

digunakan untuk memeriksa keparahan gingivitis pada gigi indeks

16, 12, 24, 36, 32, 44. Jaringan sekitar tiap gigi dibagi ke dalam

empat unit penilaian gingiva, papilla distal-fasial, margin fasial,

papilla mesial-fasial, dan margin gingiva lingual keseluruhan.

Probe poket periodontal dapat digunakan untuk memeriksa

perdarahan pada jaringan.28

Gingival indeks adalah indeks kesehatan gigi. Indeks

gingival diusulkan pada tahun 1963 sebagai metode untuk menilai


keparahan dan kuantitas peradangan gingiva pada pasien. Hanya

gingiva yang dapat dinilai dengan Gingival Indeks. Menurut

metode ini, bagian dari facial, mesial, distal dan lingual dinilai

untuk peradangan dan diberi skor 0 sampai 3. Untuk menilai

tingkat keparahan peradangan gingiva dapat dilakukan dengan

menjalankan probe periodontal sepanjang dinding jaringan lunak

dari celah gingival.4

Keparahan kondisi ini dinyatakan dalam skala 0 sampai 3 :

0. Gingiva normal; tidak ada keradangan, tidak ada perubahan

warna, dan tidak ada perdarahan.

1. Inflamasi ringan; sedikit perubahan warna, sedikit edema.

Tidak ada perdarahan waktu penyondean.

2. Inflamasi sedang; kemerahan, edema, dan mengkilat.

Perdarahan pada waktu penyondean.

3. Inflamasi parah; kemerahan yang nyata dan edema, ulserasi.

Kecenderungan perdarahan spontan.12

Penilaian total skor untuk Gingival Indeks sebagai

berikut : 28

1. Gingivitis ringan = 0,1 1,0

2. Gingivitis moderat = 1,1 2,0

3. Gingivitis parah = 2,1 -3,0

Papilla Bleeding Index oleh Muhlemann tahun 1975.


PBI merupakan indikator peradangan gingiva pada pasien

dan telah terbukti berguna untuk mengukur keberhasilan atau

kegagalan selama terapi periodontal. PBI juga dapat berfungsi

sangat baik untuk memotivasi pasien terhadap OH yang baik.

Perdarahan pada saat probing menunjukkan bahwa probe

menembus poket dan mencapai vaskularisasi dibawah jaringan

epitel.19

Papillary Bleeding Score (PBS)

Penilaian ini dilakukan oleh Stim-U-dent Loesche tahun

1979. PBS dibagi berdasarkan Indeks Gingiva menurut Le dan

Silness tahun 1963 menjadi :

Kriterianya adalah :

0 = Gingiva sehat, tidak terjadi perdarahan pada interproksimal.

1 =Edema, gingiva memerah, tidak terjadi perdarahan pada bagian

interproksimal.

2 = Perdarahan pada daerah interproksimal.

3 = Perdarahan sepanjang margin gingiva.

4 = Perdarahan berkelanjutan pada bagian interproksimal.


5 = Peradangan parah, kemerahan, edema, dan cenderung terjadi

perdarahan yang spontan.29

Anda mungkin juga menyukai