Anda di halaman 1dari 16

OS 167

ABSCESS
•0 Infeksi—proliferasi mikroba yang
menyebabkan munculnya
mekanisme pertahanan, proses
yang ditunjukkan sebagai inflamasi.
•1 Inflamasi adalah reaksi lokal dari
jaringan vaskular dan jaringan ikat
tubuh terhadap iritan,
menyebabkan perkembangan
eksudat yang kaya akan protein dan
sel.
•2 untuk menghambat atau
mengeliminasi iritan dengan berbagai
prosedur dan juga memunculkan
perbaikan jaringan.

•3 Akut
•4 Rapid progression
•5 Subakut
•6 Fase transisi dari inflamasi akut dan
kronis
•7 Kronis
•8 Jangka waktu yang lama
Gejala Klinis
Inflamasi
Perkembangan
Inflamasi
Infeksi Orofasial

•9 Odontogenik (90-95%)
•10 70%: Abses periapikal
•11 Abses periodontal

Etiologi
Abses Periodontal
•12 Inflamasi purulen akut ataupun
kronis yang berkembang pada poket
periodontal
•13 Gejala klinis
•14 Edema pada daerah pertengahan
antar gigi, nyeri dan kemerahan pada
gingiva

•15 Penatalaksanaan
•16 Insisi melalui sulkus gingiva
dengan probe/scalpel pada poket
periodontal yang obstruksi
•17 Insisi pada gingiva
Abses
Dentoalveolar Akut
Inflamasi purulen akut jaringan
periapikal pada gigi nonvital

Gejala Lokal
Gejala Sistemik
Komplikasi
Diagnosis
Penyebaran pus
Abses
Dentoalveolar Akut

Prinsip Dasar
Penatalaksanaan
Infeksi
•18 Mendapatkan riwayat medis
yang lengkap dari pasien
•19 Drainase pus melalui (1) jalur
saluran akar (2) dengan insisi
intraoral (3) dengan insisi ekstraoral
(4) melalui bagian alveous ekstraksi
•20 Drilling gigi penyebab selama
fase inisial inflamasi, untuk
mengeluarkan eksudat melalui
saluran akar, bersamaan dengan
terapi panas. Melalui cara ini
penyebaran inflamasi dihindari dan
rasa nyeri berkurang. Drainase
dengan trephinasi tulang bukal,
ketika saluran akar tidak terakses

•21 Antisepsis dengan larutan


antispetik sebelum insisi
•22 Anestesi daerah yang akan
diinsisi dan drainase , dengan teknik
blok dan infiltrasi periferal pada
jarak tertentu dari daerah
terinflamasi, dengan tujuan untuk
menghindari resiko mikroba yang
meluas ke jaringan yang lebih dalam
•23 Rencana penempatan insisi
•24 Menghindari luka duktus
(Wharton, Stensen) dan pembuluh
darah yang besar dan jaringan saraf
•25 Mendapatkan drainase yang
cukup. Insisi dilakukan superfisial pada
titik terendah akumulasi, untuk
menghindari nyeri dan memfasilitasi
evakuasi pus di bawah gravitasi
•26 Insisi tidak dilakukan di daerah
yang terlihat untuk alasan estetik, jika
memungkinkan dilakukan secara
intraoral
•27 Insisi dan drainase abses
sebaiknya dilakukan pada waktu
yang tepat, yaitu saat pus
terakumulasi dalam jaringan ikat
dan adanya fluktuasi saat palpasi,
saat penekanan dengan ibu jari dan
jari tengah terdapat gerakan cairan
seperti ombak dalam abses. Jika
insisi prematur, biasanya terdapat
sedikit perdarahan, tidak ada
perbaikan rasa sakit pada pasien
dan edema berkurang
•28 Indikasi daerah dilakukannya
insisi seperti titik terlunak dari
pembengkakan saat palpasi,
kemerahan pada kulit atau mukosa,
dan titik tersakit saat ditekan. Jika
tidak ada indikasi adanya akumulasi
pus, kumur dengan chamomile
hangat direkomendasikan untuk
mempercepat perkembangan abses
dan untuk memastikan kematangan
abses.

•29 Hindari aplikasi kompres


hangat ekstraoral, karena dapat
menyebabkan resiko peningkatan
evakuasi pus ke kulit (drainase
spontan)
•30 Drainase abses awalnya
dilakukan dengan hemostat,
dimasukkan ke kavitas abses dengan
closed beak, eksplorasi kavitas
dengan ringan dengan open beak
dan ditarik kembali dengan open
beak. Pada saat yang sama dengan
dilakukannya diseksi tumpul, daerah
jaringan ikat tersebut dipijat dengan
ringan, untuk memfasilitasi evakuasi
pus
•31 Tempatkan rubber drain di
dalam kavitas dan stabilisasi dengan
penjahitan pada satu bibir insisi,
bertujuan untuk mempertahankan
insisi terbuka untuk melanjutkan
drainase pus yang terakumulasi
•32 Pembuangan gigi penyebab
secepat mungkin, untuk
memastikan drainase segera
material inflamasi dan eliminasi
daerah infeksi. Ekstraksi dihindari
jika gigi dapat dipertahankan atau
jika ada peningkatan resiko
komplikasi serius pada kasus
pembuangan gigi yang sulit
•33 Administrasi antibiotik, ketika
pembengkakan meluas dan difus,
dan khususnya jika terdapat
demam, dan infeksi yang meluas ke
spasia fasial, baik ada atau tidaknya
pus.
•34 Terapi antibiotik biasanya
empiris, hingga didapatkan hasil
dari sampel kultur. Karena
mikroorganisme yang diisolasi dari
infeksi odontogenik kebanyakan
Streptococci (aerob dan anaerob),
penicillin menjadi antibiotik pilihan
dalam perawatan
Intraalveolar Abscess
Subperiosteal Abscess
Submucosal Abscess
Subcutaneous Abscess
Abscess of Base of
Upper Lip
Canine Fossa Abscess
Buccal Space Abscess
Infratemporal Abscess
Mental Abscess
Submental Abscess
Sublingual Abscess
Submandibular
Abscess
Submasseteric Abscess
Pterygomandibular
Abscess
Lateral Pharyngeal
Abscess
Parotid Space
Abscess
Selullitis (Pleghmon)
Ludwig Angina
Chronic Dentoalveolar
Abscess
TERIMAKASIH…..

Anda mungkin juga menyukai