Anda di halaman 1dari 10

ASKEP HEMOROID

A. Pengertian Hemoroid
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah
anorektal. (Keperawatan delken kuswanto. 1999)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya
vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu
hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut
hemoroid eksternal. ( Suzanne C. Smeltzer, 2006 )
Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah
(trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir yang tetap berada di
anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid
eksterna (wasir luar). (http://www.medicastore.com)

B. Etiologi/Penyebab
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga
terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga
aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal
dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah
kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

C. Patofisiologi
ada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul
bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena
kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :


1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya
serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di
temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi setelah
defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di
dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat di
masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang
kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan -
akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena
muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat
membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan
timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau Skin Tag terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang
berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
D. Manifestasi Klinik
Gejala utama berupa :
Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

E. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel
pada tempat tidur.

1. Insfeksi
o Pada insfeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
o Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
o Bagaiman warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
o Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).
2. Palapasi
Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan melakuakn
rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah ada benjolan tersebut
lembek, lihat apakah ada perdarahan.

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok
dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
b. Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.

c. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap
adanya darah samar.
d. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
e. Laboratorium : - Eritrosit
- Leukosit
- Hb

G. Komplikasi
1. terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya
jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu
perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang
diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga
sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata / terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
2. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.
3. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman kumannya.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Nama Perawat :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Perawatan :
Jam Pengkajian ` :
Tanggal Masuk :

a. Biodata
1) Klien
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Diagnosa Medis :

2) Penanggung Jawab
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
b. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya
ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh
atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan
pembedahan sehingga akan kembali RPD.
d. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping
itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya
sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak
bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
e. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
menempel pada tempat tidur.
1. Inspeksi
- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan
rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut
dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
Informasi penunjang.
Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl
-Lekosit 12-700 N : 4000 11.000
-Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 108 mmol/L
Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy
Analisa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1 DS: Pembesaran Vena Konstipasi
1. Klien mengeluh BAB seminggu yang
Hemoroidalis
lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah
segar bersama dengan feses,bahkan darah
menetes saat BAB.
2. Klien mengeluh BAB terakhir saat
keras,sehingga harus mengedan karena
hemoroid klien kambuh lagi.
3. Klien mengeluh pola BAB memang
tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2
kali /minggu, walupun sering makan
sayur dan buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini hampir
seminggu belum BAB karena takut
meresakan nyeri dan perdarahan seperti
sebelumnya.
DO:
1. Distensi abdomen (+)
2. Teraba massa pada regio bawah
abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan
dibawah kulit kanalis analis yang nyeri,
tegang, berwarna kebirubiruan,
berukuran 1 cm, benjolan harus didorong
dengan tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna: kuning
kecoklatan, konsistensi: lembek
berampas)
2 DS: Adanya hemoroid Nyeri
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada
pada daerah anal
daerah anus.
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk
dan berbaring terutama saat tidur malam
hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang
lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah
srgar bersama dengan feses,bahkan darah
menetes saat BAB.
DO:
1.TTV :
TD = 120/80 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan
dibawah kulit kanalis analis yang nyeri,
tegang, berwarna kebirubiruan,
berukuran 1 cm, benjolan harus didorong
dengan tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. skala nyeri 6
2. klien tampak meringis
3. klien tampak memegangi daerah nyeri.
4. klien tidak dapat tidur.
3 DS : klien mengeluh BAB seminggu Pecahnya Vena Perdarahan
yang lalu karena keluar darah segar
Hemoroidalis V.Hemoroidali
bersama feses bahkan darah menetes saat
BAB
DO :
1. TTV : TD = 120/80 mmHg
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl
Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas
mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu
oleh orang lain

Diagnosa Keperawatan
PRE OPERATIF
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan
perdarahan waktu BAB

Rencana Tindakan Keperawatan

Dx
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Konstipasi Setelah dilakukan 1.Berikan dan 1.Mencegah dehidrasi
tindakan keperawatan anjurkan minum secara oral.
berhubungan
selama 2 x 24 jam kurang lebih 2
dengan diharapkan konstipasi liter/hari.
teratasi. 2.Berikan posisi 2.Meningkatkan usaha
pembesaran
KH: semi fowler pada evakuasi feses.
vena a.Pola BAB normal tempat tidur.
(1-2x/minggu). 3.Anjurkan 3.Makanan tinggi serat
hemoroidalis.
b.Konsistensi feses mengkonsumsi dapar melancarkan
lunak. makana tinggi serat. proses defekasi.
c.Warna feses
kuning. 4.Auskultasi bunyi 4.Bunyi usus secara
d.Klien tidak takut usus. umum meningkat pada
untuk BAB. diare dan menurun
e.Tidak ada nyeri pada konstipasi.
pada saat BAB. 5.Menurnnkan distres
5.Hindari makanan gastrik dan distensi
yang membentuk abdomen.
gas.
6.Makanan ini
6.Kurangi / batasi diketahui sebagai
makana seperti penyebab konstipasi.
produk susu. 7.Membantu
7.Berikan laktasif melancarkan proses
sesuai program defekasi.
dokter.
2. Nyeri Setelah dilakukan 1.Berikan Posisi 1.Minimalkan
tindakan yang nyaman. stimulasi/meningkatka
berhubungan
keperawatan n relaksasi.
dengan adanya selama 3 x 24 jam 2.Berikan bantalan 2.Meminimalkan
diharapkan nyeri dibawah bokong tekanan di bawah
hemoroid pada
teratasi. saat duduk. bokong/meningkatkan
daerah anal. KH: 3.Observasi tanda- relaksasi.
a.Wajah pasien
tanda vital. 3.Untuk menentukan
tampak meringis. 4.Ajarkan teknik intervensi selanjutnya.
b.Skala nyeri
untuk menguranyi 4.Pengalihan perhatian
berkurang 0-3 atau rasa nyeri seperti melalui kegiatan-
hilang. membaca, menarik kegiatan.
c.Klien dapat
nafas panjang,
istirahat tidur. menonton TV, dll.
d.TTV Normal 5.Berikan kompres 5.Meningkatkan
TD: 100/80 mmHg dingin pada daerah relaksasi.
anus 3-4 jam
dilanjutkan dengan
redam duduk hangat 6.Menurunkan
3-4 x/hari. ketidaknyamanan fisik.
6.Berikan
lingkungan yang 7.Mengurangi nyeri
tenang. dan menurunkan
7.Kolaborasi rangsang saraf simpatis
dengan dokter dan untuk mengangkat
untuk pemberian hemoroid.
analgesik, pelunak
feses dan dilakukan
hemoroidectomi.
3. Perdarahan Setelah dilakukan 1.Observasi TTV. 1.Untuk menentukan
tindakan 2.Monitor tindakan selanjutnya.
berhubungan
keperawatan banyaknya 2.Untuk menentukan
dengan selama 3 x 24 jam perdarahan klien. tingkat kehilangan
diharapkan 3.Kaji ulang tingkat cairan.
pecahnya vena
kekurangan nutrisi toleransi aktifiitas 3.Untuk mengetahui
hemoroidalis terpenuhi. klien. tingkat kelemahan
KH: 4.Memandirikan klien.
yang ditandai
a.Konjungtiva klien dalam 4.Mengurangi
dengan klien merah muda. melakukan aktifitas ketergantungan
b.Hb Normal (12- sehari-hari. aktifitas klien dengan
perdarahan
14 g/dl). Kolaborasi: bantuan perawat.
waktu BAB. c.Tidak ada 1.Konsultasikan Kolaborasi:
perdarahan nutrisi untuk klien 1.Untuk menentukan
v.hemoroid. dengan ahli gizi. kebutuhan nutrisi yang
d.Dapat melakukan 2.Berikan vitamin tepat pada klien.
aktivitas mandiri. K dan B12 sesuai 2.Untuk membantu
e.Klien tidak cepat indikasi. proses pembekuan
lelah setelah 3.Konsultasi dengan darah dan Untuk
beraktivitas. ahli gizi. meningkatkan produksi
f.Aktifitas klien 4.Berikan cairan IV. sel darah merah.
sudah tidak dibantu 3.Untuk menentukan
oleh perawat. diet yang tepat bagi
klien.
4.Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan.
No. Dx Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam:
kontipasi pada pasien teratasi

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam :


- Nyeri yang dirasakan pasien berkurang
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam :
perdarahan waktu BAB Pasien berkurang

Anda mungkin juga menyukai