PERPAJAKAN
PPn & PPnBM
OLEH:
YOBELIA HABEL
(A31114035)
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
PPN & PPnBM
Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai (BKP Tertentu)
1. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat udara di udara,
kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan khusus lainnya, dan komponen atau bahan yang
diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi oleh PT. PINDAD, untuk keperluan TNI
dan POLRI
2. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
3. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
4. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan,
kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkapan ikan, kapal tongkang dan suku cadang serta alat
keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang digunakan untuk kegiatan usaha
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional
5. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang digunakan untuk kegiatan usaha
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional
6. Kereta api dan suku cadang serta serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana yang digunakan untuk kegiatan usaha PT Kereta Api Indonesia;
7. Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Republik
Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mendukung
pertahanan nasional
8. Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama
mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya yang batasannya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah
Penyerahan Jasa Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
(JKP Tertentu)
1) Jasa yang menerima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan
ikan nasional yang meliputi :
a) Jasa persewaan kapal
b) Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh.
c) Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal
2) Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi :
a) Jasa persewaan pesawat udara.
b) Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara
3) Jasa perawatan atau reparasi kerata api yang diterima oleh PT Kereta Api Indonesia
4) Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 huruf h dan pembangunan tempat yang semanta-mata untuk keperluan ibadah
5) Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat sederhana
6) Jasa yang diserahkan oleh Tentara Nasional Indonesia dalam rangka tersedianya data batas
dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia.
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan sesuai pasal 9 ayat 8 UU PPN adalah atas
pengeluaran sebagai berikut :
1. Perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP. Ketentuan ini memberikan
kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan. Contoh : Pengusaha A melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010.
Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku
surut sejak tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan yang diperoleh sebelum tanggal 19 April
2010 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.
2. Perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha. Yang
dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha adalah
pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan ini
berlaku untuk semua bidang usaha, oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran telah
memenuhi syarat adanya hubungan langsung dengan kegiatan usaha, masih dimungkinkan
Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak
ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.
3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali
merupakan barang dagangan atau disewakan.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Ketentuan ini
memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan. Contoh : Pengusaha A
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April
2010. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan
berlaku surut sejak tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan atas pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang diperoleh sebelum
tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.
5. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak
mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak.
6. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (6).
7. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan
penerbitan ketetapan pajak. Dalam hal tertentu dapat terjadi Pengusaha Kena Pajak baru
membayar Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas perolehan atau pemanfaatan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak setelah diterbitkan ketetapan pajak. Pajak Pertambahan
Nilai yang dibayar atas ketetapan pajak tersebut tidak merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan.
8. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu
dilakukan pemeriksaan. Namun apabila pada saat pemeriksaan diketahui adanya perolehan
BKP/JKP yang telah dibukukan atau dicatat dalam pembukuan PKP, namun Faktur Pajaknya
belum atau terlambat diterima sehingga belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN untuk Masa
ybs., maka PM dalam Faktur Pajak tersebut dapat dikreditkan pada Masa Pajak
berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa Pajak ybs. Contoh : Pemeriksaan
SPT Masa Januari 2010 dilakukan tanggal 24 Maret 2010, dan ditemukan FP tanggal 12
Januari 2010 yang baru diterima pada tanggal 22 Maret 2010, dan belum dilaporkan dalam
SPT Masa PPN Januari atau Februari 2010, namun perolehannya sudah dicatat dalam
pembukuan, maka Faktur Pajak tertanggal 12 Januari 2010 tersebut tetap dapat dikreditkan
dalam Masa PPN Masa Maret atau April 2010.
9. Perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha
Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a).
10. Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang tidak terutang PPN atau mendapat
fasilitas PPN dibebaskan sebagaimana dimaksud dalam Ps 9 ayat (5) dan Ps 16B ayat (3).
Yang dimaksud dengan penyerahan yang tidak terutang pajak adalah penyerahan barang
dan jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A
dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16B. Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan penyerahan yang
terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak hanya dapat mengkreditkan Pajak
Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. Bagian penyerahan yang
terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena
Pajak.
1) Impor atau penyerahan kendaraan bermotor di dalam Daerah Pabean yang digunakan
untuk kendaraan ambulans, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran,
kendaraan tahanan, kendaraan angkutan umum.
2) Impor atau penyerahan kendaraan bermotor di dalam Daerah Pabean yang digunakan
untuk tujuan Protokoler Kenegaraan.
3) Impor atau penyerahan di dalam Daerah Pabean kendaraan bermotor untuk pengangkutan
10 (sepuluh) orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk kemudi, yang
digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI.
4) Impor atau penyerahan semua jenis kendaraan bermotor di dalam Daerah Pabean, yang
digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.
5) Pembebasan ini diperoleh dengan terlebih dahulu pembeli yang berkepentingan
mengajukan Surat Keterangan Bebas PPnBM ke Kantor Pelayanan Pajak setempat.
Dalam hal sebelum diperoleh surat keterangan ini sudah terlanjur membeli kendaraan
bermotor yang diperlukan dan memenuhi kriteria yang seharusnya dibebaskan dari
PPnBM, maka pihak pembeli dapat mengajukan permohonan pengembalian (restitusi)
PPnBM yang sudah dibayar.
Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai berikut :
1. Untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak (BPK) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP)
adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
2. Untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor;
3. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-
rata;
4. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
5. Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;
6. Untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasar wajar;
7. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan;
8. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
9. Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah yang
ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
10. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh
persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
30 kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel/semi diesel), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc;
kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau
nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan
kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.
60 kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai
dengan 500 cc; dan
kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan
kendaraan semacam itu.
75 kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain
sedanatau station wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan
sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc;
kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc;
10 kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima
siaran televisi;
kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio;
20 kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang dikenakan
tariff 10%;
kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan
sejenisnya;
kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain yang
dikenakan tariff 10%;
kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering;
30 kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan
negara atau angkutan umum;
kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang dikenakan tariff 10%;
kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, rias,
kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu;
kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari
logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;
kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang dikenakan tarif
30%, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;
kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya
tanpa tenaga penggerak;
kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara;
kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau keramik;
Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain batu jalan
atau batu tepi jalan;
kelompok pesawat udara selain yang dikenakan tarif 40%, kecuali untuk keperluan negara
atau angkutan udara niaga;
kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang dikenakan tarif 10% dan tarif
30%;
kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.
75 kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang dikenakan tariff 40%;
kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan/atau
mutiara atau campuran daripadanya;
kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum."
Pembelian Rp 2.000.000
15/3/2011 Dijual barang dagang secara tunai sejumlah Rp 15.000.000 dan dikenakan PPn 10%
Kas Rp 16.500.000
Penjualan Rp 15.000.000
PPn Keluaran Rp 1.500.000
31/3/2011 Apabila perusahaan hanya memiliki transaksi pembelian dan penjualan di atas, maka
pada akhir bulan dibuat jurnal untuk menentukan jumlah PPn terutang bulan Marett 2011. PPn
tertutang bulan Maret adalah Rp 1.300.000 (PPn Keluaran Rp 1.500.000 dikurangi PPn Masukan
Rp 200.000).
Kas Rp 1.300.000
15/4/2011 Dijual barang dagang secara tunai sejumlah Rp 15.000.000 dan dikenakan PPn 10%
Kas Rp 16.500.000
Penjualan Rp 15.000.000
31/4/2011 Apabila perusahaan hanya memiliki transaksi pembelian dan penjualan di atas, maka
pada akhir bulan dibuat jurnal untuk menentukan jumlah PPn terutang bulan April 2011. PPn
terutang (lebih bayar) bulan April adalah Rp 500.000 (PPn Masukan Rp 2.000.000 dikurangi
PPn Keluaran Rp 1.500.000).
H. Akuntansi PPnBM
Contoh Soal :
PT. Karmonoharjo adalah perusahaan dagang yang memperjualbelikan peralatan elektronik,
selama bulan Agustus 2013 melakukan transaksi-transaksi berikut ini:
1. Mengimpor BKP dari Etoo Electronic Corp. di Kamerun secara kredit. Harga barang US$
101,000, biaya asuransi yang dibayar sebesar US$ 5,000, biaya pengapalan US$ 65,000, Bea
Masuk 10% CIF, Kurs tengah BI Rp 9,000/US$ 1. PT. Karmonoharjo menggunakan Angka
Pengenal Impor (API).
Keterangan :
CIF = (US$ 171,000 X Rp 9.000,00) = 1.539.000.000
Bea Masuk = 10% x Rp 1.539.000.000 = 153.900.000
= 1.692.900.000
PPN Impor = 10% x Rp 1.692.900.000 = 169.290.000
PPh 22 Impor = 2.5% x Rp 1.692.900 = 42.322.500
Jurnal :
Pembelian 1.692.900.000
UM PPh Pasal 22 42.322.500
PPN-PM 169.290.000
Utang Dagang 1.539.000.000
Kas 365.512.500
Menyerahkan 3 buah laptop kepada Pemkab Wonogiri dengan total harga Rp 28,000,000.
Pembayaran diambil dari dana APBD secara tunai.
Jurnal :
Kas 27.580.000
UM PPh Pasal 22 420.000
Penjualan 28.000.000
Membeli seperangkat rak TV dari PT. Jati Jepara (PKP) seharga Rp 2.500.000,00 secara tunai.
Jurnal :
Pembelian 2.500.000
PPN-PM 250.000
Kas 2.750.000
Membayar sewa generator listrik kepada PT. Nyala Nyata (PKP) sebesar Rp 1.500.000,00.
Jurnal :
Beban Sewa 1.500.000
PPN-PM 150.000
Utang PPh 23 30.000
Kas 1.620.000
Menjual AC Split kepada PT. Gajah Mungkur (PKP) seharaga Rp 3.000.000,00 secara kredit.
Jurnal :
Piutang Dagang 3.000.000
Penjualan 3.000.000
Keterangan :
PPN di akhir masa Agustus 2013
Total PPN-PK = 300.000 + 70.000 = 370.000
Total PPN-PM = 169.290.000 + 250.000 + 150.000 =169.690.000
PM > PK maka lebih bayar = 169.320.000
Jurnal :
Apabila Restitusi
PPN-PK 370.000
Piutang Restitusi Pajak 169.320.000
PPN-PM 169.690.000
Apabila Kompensasi ke masa berikutnya
PPN-PK 370.000
PPN-PM 370.000
Batas Waktu
No Jenis Pajak
Penyetoran / Pembayaran Pelaporan
1 PPN atau PPN dan PPnBM yang akhir bulan berikutnya setelah akhir bulan berikutnya setelah
terutang dalam satu Masa Pajak Masa Pajak berakhir dan sebelum Masa Pajak berakhir
Surat Pemberitahuan Masa PPN
disampaikan
2 PPN yang terutang atas kegiatan tanggal 15 (lima belas) bulan ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayahnya
membangun sendiri oleh orang berikutnya
meliputi tempat bangunan
pribadi atau badan tersebut akhir bulan berikutnya
3 PPN yang terutang atas pemanfaatan 15 (lima belas) bulan berikutnya akhir bulan berikutnya
Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean oleh orang pribadi
atau badan
4 PPN atau PPN dan PPnBM yang tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya akhir bulan berikutnya setelah
pemungutannya dilakukan oleh Masa Pajak berakhir
B\endahara Pengeluaran sebagai
Pemungut PPN
5 PPN atau PPN dan PPnBM yang pada hari yang sama dengan akhir bulan berikutnya setelah
pemungutannya dilakukan oleh pelaksanaan pembayaran kepada Masa Pajak berakhir
Pejabat Penandatangan Surat Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Perintah Membayar sebagai Pemerintah melalui Kantor
Pemungut PPN Pelayanan Perbendaharaan
Negara
6 PPN atau PPN dan PPnBM yang tanggal 15 (lima belas) bulan akhir bulan berikutnya setelah
pemungutannya dilakukan oleh berikutnya Masa Pajak berakhir
Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah yang ditunjuk