SOP Laborat
SOP Laborat
PENERIMAAN PASIEN
Judul SOP : Penerimaan Pasien
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Menerima pasien yang baru masuk Puskesmas untuk dirawat sesuai
yang berlaku.
Tujuan Sebagai acuan untuk penerimaan pasien baru
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedik terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
2. Warna Urin
Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus.
Ada beberapa macam hasil yaitu: tak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur
kuning, coklat, kuning bercampur hijau, putih susu dll. Perubahan
warna urin disebabkan oleh: obat-obatan, darah, mikroorganisme,
zat warna normal maupun abnormal, pus, protein dll.
3. Kejernihan Urin
Kejernihan dapat diperiksa dengan cara yang sama dengan
pemeriksaan warna urin. Ada beberapa macam hasil yaitu: jernih
(normal), agak keruh, keruh dan sangat keruh. Kekeruhan urin
disebabkan oleh bakteri, sedimen, lemak, dll
4. Berat Jenis Urin
Berat jenis urin diukur dengan bantuan alat urinometer. Jika
volume urin kecil, maka dapat digunakan refraknometer. Berat
jenis urin normal adalah 1016-1022. Berat jenis berhubungan
dengan diuresis. Semakin besar diuresis, makin rendah berat
jenisnya. Berat jenis berkaitan dengan paketnya urin (faal pemekat
ginjal). Glukosuria akan meningkatkan berat jenis urin
5. Bau Urin
Bau urin dari semula (bukan bau akibat dibiarkan tanpa pengawet)
memiliki makna. Bau normal disebabkan oleh asam-asam organic
yang mudah menguap. Bau abnormal dapat disebabkan oleh:
a. Makanan mengandung atsiri (jengkol, petai, durian, dll0
b. Obat-obatan (mentol, terpentil)
c. Amoniak (perombakan ureum menjadi amoniak oleh bakteri0
d. Ketonia (bau aseton)
e. Bau busuk (peromabakan)
7. Protein
Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria
ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalsilat,
pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitive
terhadap albumin)
Penetapan jumlah protein urin ditentukan dengan urin 24 jam atau
12 jam, dengan cara Esbach.
Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan adanya protein
dengan cara pemanasan dengan asam asetat:
a. Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh
b. Pegang ujung bawah tabung, panasi lapisan atas urin sampai
mendidih selama 30 detik
c. Bandingkan kekeruhan lapisan atas dengan lapisan bawah urin.
Jika keruh mungkin disebabkan oleh protein
d. Tetesi urin dengan asam asetat 6% (3-5 tetes). Jika tetap keruh
maka tes protein positif. Jika kekeruhan hilang, penyebab
kekeruhan pertama adalah kalsium fosfat atau kalsium karbonat
e. Panasi sekali lagi sampai mendidih, lalu tentukan hasilnya:
Tak ada kekeruhan -
Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir + (0,01-0.05%)
Kekeruhan mudah terlihat dengan butir ++ (0,05-0,2%)
Kekeruhan jelas dan berkeping-keping +++ (0,2-0,5%)
Sangat Keruh, Berkeping atau bergumpal ++++ (>0,5%)
8. Glukosa
Glukosuria ditentukan dengan reaksi mengunakan dengan reagen
Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah
menggunakan carik celup
Langkah-langkah pemeriksaan reduksi dengan menggunakan
reagen Benedict adalah:
a. Masukkan 5 cc Reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
b. Masukkan 5-8 tetes urin ke dalam tabung
c. Masukkan tabung ke dalam air mendidih selama 5 menit
d. Angkat tabung, kocok, lalu baca hasilnya sesuai berikut:
- Biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
+ Hijau kekuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
++ Keruh kuning (1-1,5% glukosa)
+++ Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
++++ Merah keruh (> 3,5% glukosa)
9. Benda Keton
Benda-benda keton (aseton, aseto asetat dan beta hidroksi butirat)
di dalam urin diperiksa dengan menggunakan urin segar karena
aseton mudah menguap. Cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cara Rothera, cara Gerhardt atau menggunakan carik celup. Cara
pemeriksaan menurut Gerhardt melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Masukkan 5 cc urin ke dalam tabung reaksi, lalu tetesi dengan
feriklorida 10% sambil dikocok
b. Jika terbentuknya presipitat putih ferifosfat berhenti, seringlah
cairan tersebut
c. Berikan beberapa tetes feriklorida lagi, perhatikan warna merah
coklat (benda keton +)
10. Bilirubin
Dalam kondisi patologis terdapat bilirubin di dalam urin. Jika urin
dibiarkan sebagian kecil bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin.
Tes untuk bilirubin menggunakan cara percobaan busa, Harrison
serta dengan carik celup. Cara Harrison melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Masukkan 5 cc urin yang telah dikocok ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 cc Barium Klorida 10%, lalu campur dan
saringlah
c. Kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka
lipatannya dan ditaruh mendatar di atas corong. Biarkan sampai
agak kering
d. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat di atas
kertas saring
e. Warna hijau menandakan adanya bilirubin
2. Darah Vena
Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena
dalam fossa kubiti. Untuk bayi, darah vena dapat diambil vena
jugularis atau sinus sagitalis superior.
Cara mengambil darah vena adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan alcohol 70% dan biarkan sampai
mongering
b. Pasang torniket, sarankan mengepal dan membuka dengan
berkali-kali supaya vena tak bergerak
c. Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan
supaya supaya tak bergerak
d. Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena
e. Longgarkan torniket secara perlahan, lalu hisap darah sesuai
dengan kebutuhan
f. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering
g. Pasang kapas alcohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan
cepat
h. Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit
(boleh dilakukan oleh pasien)
i. Cabut jarum dari semprit lalu alirkan darah ke botol secara
perlahan melalui dinding botol supaya tidak terjadi lisis sel-sel
darah.
Membilas
Bilas perlatan satu persatu. Bilas masing-masing alat dengan
seksama dibawah keran, kemudian rendam semua peralatan dalam
mangkuk berisi air biasa selama 2-3 jam.
Bilas setiap alat dengan air bersih yang mengalir (Jangan lupa
bahwa sisa detergen pada peralatan dapat memberikan hasil
pemeriksaan positif palsu).
Mengeringkan
Tempatkan berbagai wadah gelas (gelas piala, labu, gelas ukur) di
rak pengering. Taruh tabung reaksi dalam posisi terbaik di suatu
keranjang kawat
Memanaskan/Menjemur
Taruh peralatan gelas di keranjang kawat dan panaskan dengan
oven udara-panas pada suhu 60C. Alternatifnya, peralatan gelas
(ditutup kain tipis) berikut keranjang kawatnya dijemur
Menutup
Peralatan gelas yang sudah bersih dan kering harus disimpan di
dalam lemari agar bebas-debu. Dianjurkan untuk menyumbat wadah
gelas dengan kapas yang tidak menyerap cairan atau mulut gelas
ditutup dengan gumpalan kertas Koran atau lebih baik lagi dengan
lembaran paraffin tipis atau plastic perekat (kalau ada)
Pipet
Pembilasan segera
Sehabis dipakai, bilas pipet segera dengan air dingin yang mengalir
untuk meinbersihkan darah, urine, serum, reagen,
Mengeringkan
Keringkan pipet gelas tahan-panas dengan oven pada suhu 60 C,
sedangkan pipet biasa dikeringkan dengan inkubator
pada suhu 31' C. Alternatifnya, biarkan pipet mengering sendiri.
Kaca Objek
Kaca Objek Baru
Merendam dalam Larutan Detergen
Siapkan mangkuk be.isi larutan detergen. Gunakan dalam jumlah yang
sesuai petunjuk pemakaiannya. Taruh kaca objek dalam mangkuk satu
per satu dan rendam semalaman.
Membungkus
Kumpulkan tiap 10 atau 20 kaca objek dalam suatu tumpukan dan
bungkus tiap tumpukan tersebut dengan secarik kertas kecil.
Menomori
Di beberapa laboratorium, tiap lima paket tumpukan kaca objek
dinomori berurutan menggunakan pensil intan. (Sebagai contoh, untuk
kelima paket yang masing-masing berisi 20 kaca objek, setiap kaca
objek diberi nomor 1-20, 21-40, 41-60, 61-80, dan 81-100).
Kaca objek yang habis dipakai untuk spesimen infeksius (mis., urine,
feses) harus dicelupkan ke dalam larutan disinfektan
terlebih dahulu sebelum dibersihkan.
Membersihkan
Setelah kaca objek direndam selama 24 jam, siapkan mangkuk lain
berisi larutan detergen lemah (15 ml detergen biasa perliter air).
Angkat kaca objek satu per satu dari larutan detergen pekat.
Seka setiap kaca objek dengan kapas yang sebelumnya dieelupkan
dalam larutan detergen kuat, kemudian rendam dalam larutan detergen
lemah selama 1-2 jam.
Membilas
Cara terbaik
Angkat kaea objek satu per satu dari larutan detergen lemah
menggunakan pinset. Bila Anda harus menggunakan tangan
untuk mengambil kaea objek, pegang bagian tepi sudut kaca objek
tersebut. Bilas kaca objek satu per satu di bawah keran,
kemudian rend am dalam mangkuk berisi airselama 30 menit.
Cara cepat
Buang larutan detergen lemah dari mangkuk kemudian isi mangkuk
dengan air bersih. Ganti air sebanyak tiga kali, koeok
mangkuk tiap kali air diganti.
Menyeka, mengeringkan, don membungkus
Ikuti petunjuk yang telah diuraikan (untuk kaea objek baru) di atas.
Sterilisasi
Sterilisasi didefinisikan sebagai pemusnahan semua mikroorganisme
dari suatu objek. Di laboratorium medis, sterilisasi
dilakukan menggunakan uap panas (dengan autoklaf, pendidihan)
ataupun dengan pemanasan kering (oven udara-panas,
pembakaran). Peralatan dalam laboratorium medis di-sterilisasi untuk
tiga tujuan:
sebagai persiapan pengambilan spesimen (bevel, spujt, tabung, dU.
hams steril);
untuk men-disinfeksi peralatan terkontaminasi;
untuk menyiapkan peralatan yang akan d!igunakan untuk kultur
bakteriologis (cawari Petri, pipet Pasteur, tabung,
dU.).
Sterilisasi dengan Uap
Penggunaan Autoklaf
Berbagai sampel klinis dan bekas peralatan lain yang terkontaminasi
dimasukkan ke dalam kantung khusus-autoklaf atau
wadah logam/plastik untuk pengautoklafan. Gunakan indikator
sterilisasi autoklaf untuk mengontrol siklus sterilisasi.
Prinsip
Air dipanaskan dalam wadah tertutup. Pemanasan ini menghasilkan uap
jenuh bertekanan, dengan temperatur di atas
100oC. Sebagian besar mikroorganisme, termasuk semua jenis bakteri
(tetapi tidak semua jenis virus), terbunuh di dalam
autoklafpada pemanasan selama 20 menit, suhu 120C, dan tekanan
tertentu.
Komponen autoklaf (Gbr. 3.63)
1. Ketel ("boiler")
Berupa silinder besar temp at untuk wadah peralatan yang akan
disterilkan.
2. Keranjang
Berupa keranjang kawat besar sebagai wadah peralatan yang akan
disterilkan.
3. Penyangga keranjang
Berupa penyangga (di dasar autoklaf) yang menahan keranjang di atas
permukaan air.
4. Keran penyalir
Berupa keran yang terpasang di dasar ketel untuk menyalirkan
kelebihan air.
5. Penutup
Penutup ini menutup dan menyekat ketel serta dilengkapi dengan
sebuah 'cincin karet.
6. Sekrup-pengunci penutup
Sekrup-pengunci ini, bersama-sama dengan cincin karet, menyekat
penutup dan mencegah keluarnya uap.
7. Katup pengeluaran udara
Berupa katup, di bagian atas ketel atau di atas penutup, yang digunakan
sebagai tempat keluarnya udara sewaktu air
pertama kali dipanaskan.
8. Katup pengaman
Berupa katup, di bagian atas ketel atau di atas penutup,
untukmengeluarkan kelebihan uap bila tekanan terla]u tinggi
sehingga dapat mencegah terjadinya ledakan.
9. Pengukur suhu dan tekanan
Alatpengukur ini menunjukkan besarnya suhu dalam derajat Celsius
(QC); beberapa alatjuga memiliki perangkat parameter
kedua yang menunjukkan besamya tekanan.
Sterilisasi dengan pendidihan
Cara ini merupakan pilihan terakhir ketika tidak ada eara lain yang
dapat dilakukan. Gunakan panei pendidih khusus atau
kalau tidak ada, gunakan panei bergagang (saucepan). Isi panci dengan
air Oebih baik air demineralisasi) dan panaskan di
atas tungku. Peralatan gelas (spuit yang dapat dipakai ulang) harus
dimasukkan ke dalam panei sewaktu air masih dingin.
Peralatan logam (bevel yang dapat dipakai ulang, pinset) harus
dimasukkan sewaktu air mendidih. Rendam peralatan
tersebut selama 30 menit.
Sterilisasi dengan pemanasan kering
Menggunakan oven udara-panas
Metode ini sebaiknya hanya digunakan untuk peralatan gelas atau logam
(spuit dan bevel yang dapat dipakai ulang, pipet,
dU.) ketika tidak tersedia autoklaf. Metode ini tidak boleh dipakai untuk
media kultur yang digunakan dalam mikrobiologi.
Media kultur tersebut seharusnya di-autoklaf Oihat halaman 83).
1. Siapkan objek yang akan disterilkan dengan eara yang sama seperti
pada autoklaf. Sumbat kapas tidak perlu terlalu
tebal. Kalau tidak, udara panas tidak dapat menembusnya. Angkat
sedikit penutup wadah-logam dan atur sedemikian
rupa sehingga wadah tersebut menghadap bagian belakang oven.
2.Atur termostat pada suhu 175C dan hidupkan oven. Bila oven
dilengkapi dengan kip as, periksa apakah kipas tersebut
berfungsi atau tidak.
3. Perhatikan termometer. Ketika ~uhu mencapai 17SoC, lanjutkan
pemanasan pada suhu tersebut selama 60 menit. Bila
objek yang disterilkan berat atau cukup besar atau mengandung serbuk,
minyak, atau jelly petroleum, panaskan pada
suhu 17SoC selama 2 jam.
4. Matikan pemanas. Tunggu sampai suhu turun menjadi 40C. Buka
oven. Tutup wadah logam. Angkat objek yang telah
disterilkan.
Unit Terkait Laborat
SOP
PEMBUANGAN LIMBAH
Judul SOP : Pembuangan Limbah
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian
Tujuan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
SOP
PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM RUJUKAN
Judul SOP : Pengiriman Spesimen Ke Laboratorium
No Rujukan
Dokumen : /PK.UGD/PKM/
No. Revisi : Tahun 2014
Tanggal mulai berlaku :
:
Pengertian
Tujuan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
SOP
KESELAMATAN KERJA DALAM LABORATORIUM
Judul SOP : Keselamatan Kerja dalam Laboratorium
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian
Tujuan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan