Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nefrotik syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai
hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum
jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder, idiopatik
dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun.
Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak
perempuan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada
pasien nefrotik syndrome sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah
yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan,
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau
belum atau perlu modifikasi.
Menurut kepustakaan sindrom nefrotik paling banyak terdapat pada anak umur 3-4
tahun dengan perbandingan pasien wanita dan pria 1:2. Tetapi atas dasar penelitian di
RSCM Jakarta (I.G.N. Wila Wirya 1970-1979 dikemukakan pada tahun 1992 dalam
desertasi gelar DR) pada umumnya mengenai anak umur 6-7 tahun (puncaknya umur 7
tahun) dan perbandingan antara wanita dan pria 1:1,6. Penyakit sindrom nefrotik
dijumpai pada anak mulai umur kurang dari 1 tahun (3 bulan )sampai umur 14 tahun.
Menurut penelitian terdapat perbedaan bentuk SN di Indonesia (Negara tropis) dan
Negara maju. Dinegara maju umumnya sindrom nefrotik jenis kelainan minimal (KM);
psa SN ini kelainan terletak pada tubulus dan glomelurus tidak mengalami gangguan
fungsi. Di Indonesia (RSCM) pada umumnya jenis SN bukan kelainan minimal (BKM)
yang mnurut dugaan peneliti disebabkan karena berbagai infeksi yang pernah diderita
oleh pasien atau gangguan gizi (malnutrisi) pada waktu lampau. Kekurangan gizi
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga pasien mudah mendapat infeksi
yang merupakan salah satu pencetus dari SN BKM tersebut.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Nefrotik Syndrome (NS) ?
2. Apa Etiologi dari Nefrotik Syndrome ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Nefrotik Syndrome ?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Nefrotik Syndrome ?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Nefrotik Syndrome ?
6. Apa saja Komplikasi dari Nefrotik Syndrome ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Nefrotik Syndrome ?
8. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotik Syndrome ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari Nefrotik Syndrome ?
2. Mengetahui Etiologi dari Nefrotik Syndrome ?
3. Mengetahui Manifestasi Klinis dari Nefrotik Syndrome ?
4. Mengetahui Patofisiologi dari Nefrotik Syndrome ?
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Nefrotik Syndrome ?
6. Mengetahui Komplikasi dari Nefrotik Syndrome ?
7. Mengetahui Penatalaksanaan dari Nefrotik Syndrome ?
8. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotik Syndrome ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Sindrom nefrotik adalah merupakan manifestasi klinik dari gromerulonefritis (GN)
ditandai dengan gejala edema, proteinuria massif 3,5 g/hari, hipoalbuminemia < 3,5
g/dl, lipiduria, dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi
dan penurunan fungsi ginjal.(Sudoyo Aru)
Sindrom nefrotik paling banyak terjadi pada anak umur 3-4 tahun dengan
perbandingan pasien wanita dan pria 1:2.
NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan
hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).

B. ETIOLOGI
Menurut Patrick Davey penyakit penyebab sindrom nefrotik seperti diabetes (yang
telah berlangsung lama), gromerulonefritis (lesi minimal, membranosa, fokal segmental),
amiloid ginjal (primer, mealoma), penyakit autoimun, misalnya SLE, obat-obatan
misalnya preparat emas, penisilamin.
Menurut wiguno penyebab SN dan klasifikasinya dibagi menjadi:
Penyebab Kriteria
Gromerulonefritis primer - GN lesi minimal (GNLM)
- Gromerulonefritis fokal (GSF)
- GN membranosa (GNMP)
- GN proliferative lain
Gromerulonefritis sekunder Infeksi:
akibat : - HIV, hepatitis virus B dan C
- Sifilis, malaria, skistosoma
- Tuberkulosis, lepra
Keganasan
- Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma
Hodgkin, mieloma multiple, dan karsinoma ginjal
Penyakit jaringan penghubung
- Lupus eritematosus sistemik, arthritis rheumatoid,
MCTD (mixed connective tissue disease)
Efek obat dan toksin
- Obat antiinflamasi non-steriod, preparat emas,
penisilinamin, probenesid, air raksa, kaptopril,
heroin

3
Lain-lain
- Diabetes mellitus, amiloidosis, pre-eklamsia, rejeksi
alograf kronik, refluks vesikoureter, atau sengatan
leba
Sumber: Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo Aru

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Edema
2. OliguriaTekanan darah normal
3. Proteinuria sedang sampai berat
4. Hipoproteinuria denga rasio albumin: globulin terbaik
5. Hiperkolesterolemia
6. Ureum/kreatinin darah normal atau meninggi
7. Beta 1C globulin (C3) normal

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan elektrolit, kreatinin, bersihan kreatinin, tes dipstik urine.
2. USG saluran ginjal.
3. Imunoglobulin (elektroforesis protein), glukosa, ANF, ANCA.
4. Biopsy ginjal (untuk mengetahui penyebab proteinuria).

E. KOMPLIKASI
Infeksi sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabkan oleh streptococcus,
staphylococcus,bronco pneumonia dan tuberculosis. Hipertensi (ensefalopati, kejang,
perdarahan serebral), gagal ventrikel kiri, gagal ginjal, dan perburukan ke arah penyakit
ginjal kronik.

F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan terhadap penyakit
dasar dan pengobatan non- spesifik untuk mengurangi proteinuria, Mengontrol edema
dan mengobati komplikasi. Etiologi sekunder dari sindrom nefrotik harus dicari dan
diberi terapi, Obat-obatan yang menjadi penyebab disingkirkan.
1. Diuretik: Diuretik kuat (loop diuretic) misalnya furosemid (dosis awal 20-40
mg/hari) atau golongan tiazid dengan atau tanpa kombinasi dengan potassium

4
sparing diuretic (spironolakton) digunakan untuk mengobati edema dan hipertensi.
Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 0,5 kg/hari.
2. Diet: Diet untuk pasien NS adalah 35 kal/kgBB./hari, sebagian besar terdiri dari
karbohidrat. Diet rendah garam (2-3 gr/hari), rendah lemak harus diberikan.
Pembatasan asupan protein 0,8-1,0 gr/kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria.
Tambahan vitamin D dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin
ini.
3. Terapi antikoagulan: Bila didiagnosis adanya peristiwa tromboembolisme, terapi
antikoagulan dengan heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk
mencapai waktu tromboplastin parsial (PTT) terapeutik mungkin meningkat karena
adanya penunurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi heparin intravena,
antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai sindrom nefrotik dapat diatasi.
4. Terapi obat: Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pemberian kostikosteroid
yaitu prednisone 1-1,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama 4-6 minggu.
Kemudian dikurangi 5 mg/minggu sampai tercapai dosis maintenance (5-10 mg)
kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada
saat tapering off, keadaan penderita memburuk kembali (timbul edema, proteinuria),
diberikan kembali full dosis selama 4 minggu kemudian tapering off kembali.
Obat anti radang nonsteroid (NSAID) telah digunakan pada pasien nefropati
membranosa dan gromerulosklerosis fokal untuk mengurangi sintesis prostaglandin
yang menyebabkan dilatasi. Ini menyebabkan vasokontriksi ginjal, pengurangan
tekanan intragromerulus, dan dalam banyak kasus penurunan proteinuria sampai 75.
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak ada respon,
kambuh yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat
diberikan siklofosfamid 1,5 mg/kgBB/hari.
Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastatin, pravastatin dan
lovastatin dapat menurunkan kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan
kolesterol LDL.
Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (captopril 12,5 mg), kalsium
antagonis (herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat enzim konversi
angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor
angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya
mempunyai efek editif dalam menurunkan proteinuria.

5
1. Penatalaksanaan medis
a. Istrahat sampai edema tinggal sedikit
b. Diet protein tinggi sebanak 2-3g/kg/BB dengan garam minimal bila edema
masih berat. Bila edema berkurang dapat diberi garam sedikit.
c. Mecegah infeksi. Harus diperiksa kemungkinan anak juga menderita
tuberculosis.
d. Diuretic
e. Kortikosteroid. International cooperative study of kidney disease in children
(ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai beriut:
1) Selama 2 hari prednisone diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari/ luas
permukaan badan (lpb) dengan maksimum 8mg/hari.
2) Kemudian dilanjutkan dengan prednisone per oral selama 28 hari dengan
dosis 60 mg/hari/lpb, setiap 3 hari daam satu minggu dengan dosis
maksimum 60 mg/hari.bila terdapat respon selama b, maka pengobatan ini
dianjutkan secara intermiten selama 4 minggu. Sekarang pengobatan
dengan kortikostiroid tidak selalu seperti uraian pada a+b tetapi melihat
respons dari pasien apakah terjadi remisi atau tidak dalam 4 minggu.
f. Antibiotik diberikan bila ada infeksi
g. Lain-lain. Pungsi asites, pungsi hidrotoraks dilakuan bila ada indikasi vital. Jika
ada gagal jantung diberikan digitalis.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Pasien sindrom nefrotik Perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengawasan dan pengobatan yang kusus. Masalah pasien ang perlu diperhatikan
adalah edema yang berat (anasarka) diet, resiko terjadi komplikasi pengawasan
mengenai pengobatan/gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan
orang tua mengenai penakit pasien/umum.
Edema yang berat. Pasien sindrom nefrotik dengan anasarka perlu istirahat
ditempat tidur karena keadaan edema ang berat menebabkan pasien kehilangan
kemampuan untuk bergerak. Selama edema masih berat semua keperuan harus
ditolong diatas tempat tidur.
a. Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya cairan didalam rongga toraks
akan menyebabkan pasien sesak nafas.

6
b. Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (banta diletakan
memanjang karena jika bantal melintang bagian ujung kaki akan lebih rendah
dan menebabkan edema lebih berat).
c. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
mencegah pembengkakan skrotu karena tergantung (pernah terjadi keadaan
skrotum begitu besar sehingga skrotum akhirna pecah dan menjadi penebab
kematian pasien).
Bila edema telah berkurang pasien diperbolehkan melakukan kegiatan sesuai
dengan kemampuannya. Pasien diperbolehkan jalan-jalan diruangan dan bila ia ingin
ke WC perlu di bantu. Bila edea pasien berkurang pasien diperbolehkan mandi di
kamar mandi tetapi masih perlu dibantu.untuk mengetahui berkurangnya edema,
berat badan pasien perlu ditimbang setiap hari dan dicatat pada catatan khusus. Pada
saat edema msih berat timbangan dibawa ke dekat tempat tidur pasien. Yang perlu
juga dilakukan dalam perawatan pasien sindrom nefrotik ialah pencatatan masukan
dan pengeluaran cairan selama 24 jam. Pasien juga disediakan minum air putih dan
anak dianjurkan meminum ad libitum. Kecuali jika jumlah urin kurang dari 400 cc
minum dibatasi. Urin juga dikupul dan di ukur selama 24 jam karena urin lekas
kotor dengan endapan albumin. Untuk membersihkannya dapat dibantu dengan asam
cuka. Jika diperlukan urine untuk Esbach supaya di aduk-aduk dahulu sebelum
mengambil urine agar jumlah albumin adalah yang sebenarnya.
Diet. Pasien sindrom nefrotik yang semula diberikan diet protein tingkat tinggi
ialah 3-4 g/kg BB/ hari, sekarang dinyatakan tidak sesuai lagi Karena menurut
penelitian kemudian (kaysen dkk. 1986) pemberian protein tinggi per oral akan
memperberat beban kerja hati yang biasanya sudah terjadi gangguan dan dapat
merusak hemodinamik ginjal. Dien dianjurkan ialah protein 1,2-2,0 g/kg BB/hari
dan cukup kalori yaitu 35 kcal/kg/hari serta rendah garam (1 g/hari).
Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien, dapat makan biasa atau
lunak. Jangan diberikan makanan yang keras karena karena psien malas makan.
Orang tua ang menunggu perlu diberikan penjelasan bahwa makanan anaknya di
atur (diet) maka tidak dibenarkan memberikan makanan dari rumah. Bila anaknya
disuruh makan hendaknya membantu mebujukknya. ( berikan penjelasan jika anak
tidak memenuhi diet yang telah ditentukan dapat berakibat penyakit
berkepanjangan).

7
Resiko terjadi komplikasi. Karena daya tahan tubuh pasien sindrom nefrotik
sangat rendah maka akan mudah mendapat infeksi. Komplikasi pada kulit akibat
infeksi strepcoccus atau staphylococcus dapat terjadi. Untuk mencegah infeksi
tersebut keberhasilan kulit perlu diperhatikan dan alat-alat tenun/pakaian pasien
harus selalu bersih dan kering. Karena adana anasarka sehingga sehingga pasien
sukar bergerak dan tdak dapat miring-miring sendiri maka memungkinkan terjadi
dekubitus . oleh karena itu, posisi pasien perlu di ubah secara teratur misalnya setiap
3 jam dan bagian tubah yang bekas tertekan di lap dengan air hangat setelah di lap
kering di bedak. Hati- hati jika terpaksa memasang plester pada waktu membuka
atau mengangkatnya jangan sampai menimbulkan lecet. Pakaian wasbenzin atau
minyak kelapa secara pelan-pelan bila mengangkat plester tersebut. Bila terpaksa
memasang balutan usahakan agar tidak terlalu kencang (akan menimbulkan tekanan
pada bagian yang dibalut).
Komplikasi lain ialah bronkopneumonia, perhatikan jika pasien terlihat
bertambah sesak nafas sehingga sianosis sekitar hidung dan mulut, berikan O2 dan
hubungi dokter. Mengingat daa tahan tubuh pasien SN ini rendah dan mudah
mendapat infeksi sebaiknya ruangan untuk pasien penyakit ginjal / SN tidak dekat
dengan ruangan pasien yang menderita infeksi dan mudah menular. Perawat harus
mempertahankan cara bekerja aseptic. Untuk mencuci tangan agar disediakan
desinfektan dan sabun air bersih dan lap ang selalu bersih dan kering. Ruangan
cukup ventilasi tetapi tidak menyebabkan pasien kedinginan karena pasien SN juga
menderita anemia dan mudah kedinginan.
Pengawasan pemberian pengobatan/gangguan rasa aman dan nyaman.
Pasien SN mendapat pengobatan antibiotic jika ada infeksi. Jika obat diberikan
melalui suntikan usahakan agar pemberiannya pada waktu yang sama misalnya
setiap pagi. Jika pasien mendapatkan pengobatan dengan koetikosteroid lebih dari 2
minggu (apalai sepert yyang dikemukakan pada bab pengobatan) pengawasan efek
samping obat perlu diperhatikan. Bila obat akan dihentikan perhatikan petunjuk
dalam status karena biasanya cara menghentikannya bertahan atau berselang 1- 2
hari. Obat ini tidak boleh dihentikan secara mendadak atau dimakan tidak teratur
karena dapat mengakitkan terjadinya rebound phenomenom yang menyebabkan
pasien sukar sembuh. Itu berarti memperpanjang penderitaan pasien dan keluarganya.
Selain hal tersebut ada kemungkinan timbul efek samping sebagai akibat
pemberian obat yang sama seperti terjadinya gangguan pertumbuhan, hipertensi,

8
katarak, osteoporosis muka bulat (moon face) obesitas. Oleh karena itu, selama
dalam pengobatan / perawatan pasien perlu pengawasan yang benar dalam
perkembangannya sehari-hari. Jika terlihat gejala-gejala seperti yang telah
disebutkan agar segera menghubungi dokter. Jika pasien telah dipulangkan, orang
tuanya perlu juga dipesan bila terlihat kelainan pada anaknya agar segera dibawa
control walupun belum waktunya. Selain pada orang tua, pada pasien yang sudah
mengerti perlu juga dijelaskan bahwa pengobatan dengan kortikosteroid tidak boleh
dihentikan sendiri atau diminum tidak teratur karena akibatnya dapat merugukan
kesehatannya. Perlu dijelaskan pula bahwa pengobatan ini selain dapat
menimbulakan efek samping seperti perubahan adanya adana muka bulat (moon
face) ini selalu timbul, dapat tumbuh bulu-bulu badan lebih lebat, dapat juga nafsu
makan bertambah, perut membesar, pertumbuhan suara dan perubahan kelamin
(pernah terjadi seorang pasien laki-laki umur 8 tahun. Ketika mandi bersama
temannya kemudian ia mengadu kepada perawat yang selalu ada diruangan tersebut,
mengatakan bahwa penisnya kok besar sekali. Ternyata bahwa penis anak tersebut
sudah seperti milik orang dewasa. Oleh karena itu, pemberian kartikosteroid harus
selalu diperhatikan adanya kemungkinan efek samping.
Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit. Jika pasien telah pulang
orang tua pasien perlu diberikan penjelasan bagaimana merawat anak yang
menderita penyakit SN. Pasien sendiri perlu juga diterangkan aktivitas apa yang
boleh dilakukan dan kepatuhan tentang dietnya masih perlu diteruskan sampai pada
saatnya dokter mengizinkan bebas diet. Perlu dijelaskan bahwa penyakit ini sering
kambuh atau berubah menjadi lebih berat jika tidak terkontrol secara teratur. Oleh
karena itu, orang tua maupun pasien sendiri ditekankan agar dating control sesuai
waktu yang dianjurkan. Bagian nefrologi atau dokter yang menanganinya. (biasanya
1 bulan sekali).
Pada pasien sendiri mungkin ada gangguan psiko sosial karena mukana yang
tembem akibat pengobatan kortikosteroid menimbulkan rasa malu atau rendah diri
sehingga menarik diri dari teman-temannya. Memang kemampuan gerak anak masih
terbatas karena kelemahan tubhna tetapi pada anak hendakna diberikan dorongan
agar bergaulbiasa dengan tman-teman dan melakukan kegiatan sesuai dengan
kemampuanya (keadaan moon face akan masih berlangsung agak lama walaupun
obatnya sendiri telah dihentikan) , anak tidak usah menarik diri. Selain hal itu perlu
juga diterangkan agar anak menghindari kontak yang sedang sakit batuk filek atau

9
infeksi lain yang menular karena daya tahan tubuhnya sangat rendah sehingga ia
mudah ketularan. Kebersihan lingkungan perlu di anjukan dan orang tua agar selalu
menjaga kesehatan anaknya sesuai petunjuk dokter / bagian nefrologi. Orang tua
harus sabar dan menerima keadaan anaknya karena penembuhan penyakit ini
membutuhkan waktu yang lama selain hal tersebut penampilan anak agar
diperhatikan supaya tidak menambah rasa rendah diri minsalnya rambut tidak
gondrong, dan pakaiannya yang pas (rapi).

G. DISCHARGE PLANNING
Berikan pada anak dan orang tua instruksi lisan dan tulisan yang sesuai dengan
perkrmbangan mengenai penatalaksanaan di rumah tentang hal-hal berikut ini :
1. Proses penyakit (termasuk perkiraan perkembangan gejala kekambuhan)
2. Pengobatan (dosis, rute, jadwal, efek samping dan komplikasi)
3. Perawatan kulit dan pemberian nutrisi
4. Pencegahan infeksi dan penatalaksanaan nyeri
5. Pembatasan aktifitas
6. Pemeriksaan lebih lanjut
7. Diet rendah garam dan tirah baring dapat membantu mengontrol edema.
8. Pembatasan asupan protein 0,81,0 gr/kg/BB/hari, dapat mengurangi proteinuria.
9. Kontrol hipertensi untuk mencegah kerusakan ginjal terutama pada penderita
diabetes.

10
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN NEFROTIK SYNDROME
A. PENGKAJIAN
1. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000
anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 :
1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi nefrotik syndrome.
2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
b. Riwayat penyakit dahulu.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi,
diare, urine menurun.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan
terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah
kelahiran.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Tidak ada hubungan.
5. Riwayat kesehatan lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
6. Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
7. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
8. Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri
meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang
bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki
lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan
ayah.

11
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa
bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika
usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-
alat sederhana.
Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan
kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut
hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan
besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan,
keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua,
teman.
9. Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status
gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %,
dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi
baik).
10. Pengkajian persistem.
a) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena
distensi abdomen
b) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70110 X/mnt, tekanan darah 95/65100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa
dijumpai.
c) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d) Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e) Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut,
malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.Sistem muskuloskeletal.
f) Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.

12
g) Sistem endokrin
Dalam batas normal
h) Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
11. Persepsi orang tua
12. Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru tidak maksimal
ditandai dengan asites, dyspnea
2. Ketidakefektifan jalan nafas
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai oksigen ,
hipertensi
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload, kontraktilitas
dan frekuensi jantung
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan didalam jaringan,
gangguan mekanisme regulasi (retensio sodium, natriumdan air)
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan asupan oral, mual, vomit
7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
imunosupresi, prosedur invasive

C. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakefektifan pola NOC NIC
nafas Respiratory Airway management
Definisi: inspirasi dan/ atau status:ventilation Buka jalan nafas,gunakan
ekspirasi yang tidak Respiratory status: tekhnik chin lift atau jaw
memberi pentilasi. airway patency thrust bila perlu
Batasan karakteristik: Vital sign status Posisikan pasien untuk
Perubahan kedalaman memaksimalkan fentilasi
pernafasan Kriteria hasil : Identifikasi pasien
Perubahan ekskursi Mendemonstrasikan perlunya pemasangan
dada batuk efektif dan suara alat jalan nafas buatan
Mengambil posisi 3 nafas yang bersih, tidak Pasang mayo bila perlu
titik ada sianosis dan Lakukan pisioterapi dada
Bradipneu dipsneu (mampu bila perlu
Penurunan tekanan mengeluarkan Keluarkan secret dengan

13
ekspirasi sputum,mampu batuk
Penurunan pentilasi bernafas dengan Auskultasi suara nafas,
semenit mudah,tidak ada pursed catat adanya suara
Penurunan kapasitas lips) tambahan
vital Menunjukan jalan nafas Lakukan suction pada
Dispneu yang paten (klien tidak mayo
Peningkatan diameter merasa tercekik,irama Berikan bronkodilator
anterior posterior nafas,frekuensi bila perlu
Pernafasan kuping pernafasan dalam Berikan pelembab udara
hidung rentang normal,tidak kasa basah Nacl lembab
Ortopneu ada suara nafas Atur inteks untuk cairan
Fase ekspirasi abnormal) mengoptimalkan
memenjang Tanta-tanda vital dalam keseimbangan
Pernafasan bibir renta normal (tekanan Memonitor respirasi dan
darah, nadi, pernafasan)
Takipneu status O2 oxygen terapi
Penggunaan otot Bersihkan mulut, hidung
aksesorius untuk dan secret trakea
bernafas Pertahankan jalan nafas
yang paten
Faktor yang Atur peralatan oksigenasi
berhubungan: Monitor aliran oksigen
Ansietas Pertahankan posisi
Posisi tubuh pasien
Defornitas tulang Observasi adanya tanda-
Defornitas dinding dada tanda hipoventilasi
Keletihan Monitor adanya
Hiperventilasi kecemasan pasien
Sindrom hipoventilasi terhadap oksigenasi vital
Gangguan sign monitoring
musculoskeletal Monitor TD, nadi, suhu
Kerusakan neurologis dan RR
Imaturitas neurologis Catat adanya fluktuasi
Disfungsi tekanan darah
neuromuscular Monitor Vs saat pasien
Obesitas berbaring, duduk atau
berdiri
Nyeri
Auskultasi TD pada
Keletihan otot
kedua lengan dan
pernafasan cedera
bandingkan
medulla spinalis
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan
abnormal

14
Monitor suhu warna dan
kelembaban kulit
Monitor kinosis ferifer
monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign.
Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas Respiratory status : Airway suction
Definisi : ketidakmampuan ventilation Pastikan kebutuhan oral
untuk memberikan sekresi Respiratory atau tracheal suctioning
atau obstruksi dari saluran status:airway patency Auskultasi suara nafas
pernafasan untuk sebelum dan sesudah
mempertahankan kebersihan Kriteria hasil : suctioning
jalan nafas Mendemonstrasikan Informasikan pada klien
Batasan karakteristik : batuk efektif dan suara dan keluarga tentang
Tidak ada batuk nafas yang bersih, tidak suctioning
Suara nafas tambahan ada sianosis dan Minta klien nafas dalam
Perubahan frekuensi dispneu (mampu sebelum suction
nafas mengeluarkan dilakukan
Perubahan irama nafas sputum,mampu Berikan O2 dengan
Kesulitan berbicara atau bernafas dengan menggunakan nasal
mengeluarkan suara mudah, tidak ada untuk memfasilitasi
Penurunan bunyi nafas pursed lips). suksion nasotrakeal
Dipsneu Menunjukan jalan nafas Gunakan alat yang steril
Sputum dalam jumlah yang paten (klien tidak setiap melakukan
yang berlebihan merasa tercekik, irama tindakan
Batuk yang tidak efektif nafas , frekuensi Anjurkan pasien untuk
Orthopneu pernafasan dalam istirahat dan nafas dalam
rentang normal, tidak
Gelisah setelah kateter
ada suara nafas dikeluarkan dari
Mata terbuka lebar
abnormal) nasotrakeal
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Mampu Monitor status oksigen
mengidentifikasikan dan pasien
Lingkungan :
mencegah factor yang Ajarkan keluarga
- Perokok pasif dapat menghambat jalan bagaimana cara
- Menghisap asap nafas
- Merokok melakukan suction
Obstuksi jalan nafas Hentikan suction dan
- Spasme jalan nafas berikan oksigen apabila
- Mokus dalam pasien menunjukan
jumlah yang bradikardi, peningkatan
berlebihan saturasi O2 dll.
- Eksudat dalam
jalan alveoli Airway management
- Materi asing dalam Buka jalan nafas,
jalan nafas menggunakan tekhnik
- Adanya jalan nafas chin lift jaw trust bila

15
buatan perlu
- Sekresi bertahan Posisikan pasien untuk
atau sisa sekresi memaksimalkan fentilasi
- Sekresi dalam Identifikasi pasien
bronki perlunya pemasangan
Fisiologis : alat jalan nafas buatan
- Jalan nafas alergik Pasang mayo bila perlu
- Asma Lakukan fisioterapi dada
- Penyakit paru bila perlu
obstruktif kronik Keluarkan secret dengan
- Hiperplasi dinding batuk atau suction
bronkia Auskultasi suara nafas,
- Infeksi catat adanya suara
- Disfungsi tambahan
neuromuscular Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab udara
kasa basah Nacl lembab
Atur inteks untuk cairan
Mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor resfirasi dan
status O2.
Ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan perifer Circulation status Peripheral sensation
Definisi : penurunan Tissue perfusion : management ( managemen
sirkulasi darah ke perifer cerebral sensasi perifer )
yang dapat mengganggu Monitor adanya daerah
kesehatan Kriteria Hasil : tertentu yang hanya peka
Batasan karakteristik : Mendemonstrasikan terhadap
Tidak ada nadi status sirkulasi yang panas,dingin,tajam,tump
Perubahan fungsi ditandai dengan: ul
motorik Tekanan systole dan Monitor adanya paretese
Perubahan karakteristik diastole dalam rentang Insruksikan keluarga
kulit (warna, elastisitas, yang diharapkan untuk mengobservasi
rambut, kelembapan, Tidak ada ortostatik kulit jika ada lesi atau
kuku, sensasi, suhu) hipertensi leserasi
Indek ankle-brakhial Tidak ada tanda-tanda Gunakan sarung tangan
<0,90 peningkatan tekanan untuk proteksi
Perubahan tekanan intracranial (tidak lebih Batasi gerakan pada
darah diekstremitas dari 15 mmHg) kepala, leher, dan
Waktu pingisian kapiler Mendemonstrasikan punggung
>3 detik klaudikasi kemampuan kognitif yang Monitor kemampuan
Warna tidak kembali ditandai dengan : BAB
ketungkai saat tungkai Berkomunikasi dengan Kolaborasi pemberian
diturunkan jelas dan sesuai dengan analgetik
Kelambatan kemampuan Monitor adanya

16
penyembuhan luka Menunjukan perhatia, tromboplebitis
perifer konsentrasi dan Diskusikan mengenai
Penurunan nadi orientasi penyebab perubahan
Edema Memproses informasi sensasi.
Nyeri ekstremitas Membuat keputusan
Bruit femoral dengan benar
Pemendekan jarak total Menunjukan fungsi
yang ditempuh dalam sensori motori krania
uji berjalan enam menit yang utuh : tingkat
Pendekatan jarak bebas kesadaran membaik, tidak
nyeri yang ditempuh ada gerakan-gerakan
dalam uji berjalan enam infolunter.
menit
Perestesia
Warna kulit pucat saat
elevasi

Factor yang
berhubungan :
Kurang pengetahuan
tentang factor pemberat
(misalnya merokok,
gaya hidup, menonton,
trauma, obesitas,
asupan garam,
imobilitas)
Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
(misalnya diabetes,
hiperlipidemia)
Diabetes militus
Hipertensi
Gaya hidup menonton
Merokok
Penurunan curah jantung NOC NIC
Definisi: ketidakadekuatan Cardiac pump Cardiac care
darah yang dipompa oleh affectiveness Evaluasi adanya nyeri
jantung untuk memenuhi Circulation status dada(intensitas,lokasi,dur
kebutuhan metabolikme Vital sign status asi)
tubuh. Catat adanya diskripnia
Batasan karakteristik: Kriteria hasil : jantung
Perubahan Tanda vital dalam Catat adanya tanda dan
frekuensi/irama jantung rentang normal (TD, N, gejala penurunan cardiac
- Aritmia RR) putput
- Bradikardi, Dapat mentoleransi Monitor status
takikardi aktivitas, tidak ada kardiofaskuler
- Perubahan EKG kelelahan Monitor status
- Palpitasi Tidak ada edema paru, pernafasan yang
Perubahan preload perifer, dan tidak ada menandakan gagal

17
- Penurunan tekanan asites jantung
vena central(central Tidak ada penurunan Monitor abdoemn
venous pressure, kesadaran sebagai indikator
CVP) penurunan perpusi
- Penurunan tekanan Monitor balance cairan
arteri paru Monitor adanya
(pulmonary artery perubahan tekanan darah
wedgepressure,PA Monitor respon pasien
WP) terhadap efek pengobatan
- Edema, Keletihan antiaritmia
- Peningkatan CVP Atur periode latihan dan
- Peningkatan istirahat untuk
PAWP menghindari kelelahan
- Distensi vena Monitor toleransi
jugular aktivitas pasien
- Murmur Monitor adanya dispneu
- Peningkatan berat patigue, tekipneu dan
badan ortopneu
Peningkatan afterload Anjurkan untuk
- Kulit lembab menurunkan stres
- Penurunan nadi
perifer Vital sign monitoring
- Penurunan Monitor TD,N,S,RR
resistansi vascular Catat adanya fruktusi
paru(pulmunary tekanan darah
vascular resistence,
Monitor VS saat pasien
PVR)
berbaring, duduk, atau
- Penurunan berdiri
resistansivaskular
Auskultasi TD pada
sistemik(sistemik
kedua lengan dan
vascular resistence,
bandingkan
SVR)
Monitor TD,N,RR
- Dipsnea
sebelum selama dan
- Peningkatan PVR
setelah aktivitas
- Peningkatan SVR
Monitor kualitas dari
- Oliguria
nadi
- Pengisian kapiler
memanjang Monitor adanya pulsus
- Perubahan warna paradoksus
kulit Monitor adanya alterans
- Variasi pada Monitor jumlah dan
pembacaan tekanan irama jantung
darah Monitor bunyi jantung
Perubahan kontraktilitas Monitor frekuensi dan
- Batuk, Crackle irama pernafasan
- Penurunan indeks Monitor paru
jantung Monitor pola pernafasan
- Penurunan fraksi abnormal
ejeksi Monitor suhu warna dan
- Ortopnea kelembapan kulit

18
- Dispnea Monitor sianosis perifer
paroksismal Monitor adanya cushing
nokturnal triad (tekanan nadi yang
- Penurunan LVSWI melebar bradikardi,
(left peningkatan sistolik)
ventricularstroke Iidentifikasi penyebab
work index) dari perubahan vital sign.
- [enurunan stroke
volume index
(SVI)
- Bunyi S3 bunyi S4
Perilaku/emosi
- Ansietas, gelisah

faktor yang
berhubungan :
Perubahan afterload
Perubahan
kontraktilitas
Perubahan frekuensi
jantung
Perubahan preload
Perubahan irama
Perubahan volume
sekuncup
Kelebihan volume cairan NOC NIC
Definisi : peningkatan Electrolit and acid base Fluid manegament
retensi cairan isotonik balance Timbang popok atau
Batasan karakteristik Fluid balance pembalut jika diperlukan
Bunyi nafas adventisius Hydration Pertahankan catatan
Gangguan elektrolit intake dan output yang
Anasarka Kriteria hasil : akturat
Ansietas Terbebas dari edema, Pasang urin kateter jika
Azotemia efusi, anaskara diperlukan
Perubahan tekanan Bunyi nafas bersih, Monitor hasil HB yang
darah tidak ada dispneu atau sesuai dengan retensi
Perubahan status mental ortopneu cairan (BUN, Hmt,
Perubahan pola Terbebas dari distensi osmolalitas urine)
pernafasan vena jugularis, reflek Monitor status
Penurunan hematrokrit hepatojugular (+) hemodinamik termasuk
Penurunan hemoglobin Memelihara tekanan CVP, MAP, PAP, dan
Dispnea vena sentral, tekanan PCWP.
Edema kapiler paru, output Monitor vital sign
Peningkatan tekanan jantung dan vital sign Monitor indikasi retensi
vena sentral dalam batas normal atau kelebihan cairan
Asupan melebihi Terbebas dari (cracles CVP, edema,
kelelahan, kecemasan distensi vena leher,
haluaran
atau kebingungan asites)
Distensi vena jugularis
Menjelaskan indikator Kaji lokasi dan luas

19
Oliguria kelebihan cairan edema.
Ortopnea Monitor masukan
Efusi pluera makanan atau cairan dan
Refleksi hitung intake kalori
hepatojugularis positif Monitor status nutrisi
Perubahan tekanan Kolaborasi pemberian
arteri pulmunal deuretik sesuai instruksi
Kongesti pulmunal Batasi masukan cairan
Gelisah pada keadaan
Perubahan berat jenis hiponatrermi dilusi
urine dengan serum Na < 130
Bunyi jantung S3 mEq/I
Penambahan berat Kolaborasi dokter jika
badan dalam waktu tanda cairan berlebih
sangat singkat muncul memburuk

Faktor - faktor yang Fluid monitoring


berhubungan : Tentukan riwayat jumlah
Gangguan mekanisme dan tipe intake cairan dan
regulasi eliminasi
Kelebihan asupan Tentukan kemungkinan
cairan faktor resiko dari ketidak
Kelebihan asupan seimbangan cairan
natrium ( hipertermia, terapi
deuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll)
Monitor berat badan
Monitor serum dan
elektrolit urine
Monitor serum dan
osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah
ortostatik dan perubahan
irama jantung
Monitor parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake
dan output
Monitor adanya distansi
leher, rinchi, eodem,
ferifer dan penambahan
BB
Monitor tanda dan gejala
oedema
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutritional : Nutrition management :
kebutuhan tubuh Nutritional status : food Kaji adanya alergi

20
Definisi : Asupan nutrisi and fluid intake makanan
tidak cukup untuk Nutritional status : Kolaborasi dengan ahli
memenuhi kebutuhan nutrien intake gizi untuk menentukan
metabolik Weight control jumlah kalori dan jumlah
Batasan karakteristik : nutrisi yang dibuhkan
Kram abdomen Kriteria hasil : oleh pasien
Nyeri abdomen Adanya peningkata Anjurkan pasien untuk
Menghindari makanan berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
Berat badan 20% atau dengan tujuan Anjurkan pasien untuk
lebih dibawah berat Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein C
badan ideal dengan tinggi badan Berikan subtansi gula
Kerapuhan kapiler Mampu Yakinkan diet yang
Diare mengidentifikasi dimakan mengandung
Kehilangan rambut kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
berlebihan bising usus Tidak ada tanda-tanda mencegah konstipasi
hiperaktif mal nutrisi Berikan makanan yang
Kurang makanan Menunjukkan terpilih (sudah
Kurang informasi peningkatan dikonsultasikan dengan
Kurang minat pada Fungsi pengecapan dari ahli gizi)
makanan menelan Ajarkan pasien
Penurunan berat badan Tidak terjadi penurunan bagaimana membuat
dengan Asupan berat badan yang berarti catatan makanan harian
makanan adekuat Monitor jumlah nutrisi
Kesalahan konsepsi dan kandungan kalori
Kesalahan informasi Berikan informasi
Membran mukosa pucat tentang kebutuhan nutrisi
Ketidak mampuan Kaji kemampuan pasien
memakan makanan untuk mendapatkan
Tonus otot menurun nutrisi yang dibutuhkan
Mengeluh sensasi rasa
Nutrition monitoring :
Mengeluh asupan
makanan kurang dari BB pasien dalam batas
normal
RDA ( rekomended
daily atau allowance) Monitor adanya BB
Cepat kenyang setelah Monitor tipe dan jumlah
makan aktifitas yang biasa
dilakukan
Steatorea
Monitor interaksi anak
Kelemahan otot
atau orang tua selama
pengunyah
makan
Kelemahan otot untuk
Monitor lingkungan
menelan
selama makan
Faktor faktor yang Jadwalkan pengobatan
berhubungan : dan tindakan tidak
selama jam makan
Faktor biologis
Monitor kulit kering dan
Faktor ekonomi
perubahan pigmentasi.
- Ketidak mampuan
untuk mengabsorsi Monitor tugor kulit
nutrien Monitor kekeringan,

21
- Kemampuan untuk rambut kusan dan mudah
mencerna makanan patah
- Ketidak mampuan Monitor mual dan
menelan makanan muntah
Faktor psikologis Monitor kadar albumin,
total protein, HB dan
kadar HT
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat
kemerahan dan
kekeringan jaringan
Monitor kalori dan intake
nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
apabila lidah dan cavitas
oral
Catat jika lidah berwarna
magenta, cecarlet
Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : mengalami Imuune status Infection control (kontrol
peningkatan resiko terserang Knowledge : infection infeksi )
organisme patogenetik control Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko : Risk control setelah dipakai pasien
Faktor kronis lain
Diabetes melitus Kriteria hasil : Pertahankan teknik sosial
Obesitas Klien bebas dari tanda Batasi pengunjung bila
Pengetahuan yang tidak dan gejala infeksi perlu
cukup untuk Mendeskripsikan proses Instruksikan pada
menghindari kemanjaan penularan penyakit, pengunjung untuk
patogen faktor yang mencuci tangan saat
Pertahanan tubuh mempengaruhi berkunjung dan setelah
primer yang tidak penularan serta berkunjung
adekuat penatalaksanaannya meninggalkan pasien
Gangguan peritalsis Menunnjukkan Gunakan sabun anti
Kerusakan integritas kemampuan untuk mikrobia untuk cuci
kulit (pemasangan mencegah timbulnya tangan
kateter i IV, prosedur infeksi Cuci tangan setiap
invasif) Jumlah leukosit dalam sebelum dan sesudah
Perubahan sekresi PH batas normal tindakan keperawatan
Penurunan kerja siliaris Menunjukkan prilaku Gunakan baju, sarung
Pecah ketuban dini hidup sehat ttangan sebagai
Pecah ketuban lama pelindung
Merokok Pertahankan lingkungan
Setasis cairan tubuh aseptik selama
Trauma jaringan pemasangan alat
(misalnya trauma Ganti letak IV perifer
distruksi jaringan) dan line central an

22
Ketidakadekuatan dressing sesuai dengan
pertahanan sekunder petunjuk umum
Penurunan HB Gunakan kateter
Imunosupresi (misalnya intermiten untuk
imunitas didapat tidak menurunkan infeksi
adekuat, agen kandung kencing
farmaseutikal termasuk Tingkatkan intake nutrisi
imunosupresan, steroid, Berikan terapi antibiotik
antibody monoklonal, bila perlu
imunomudulator ) Monitor tanda dan gejala
Supresi respon infeksi sistemik dan lokal
inflamasi Monitor hitung
Vaksinasi tidak adekuat granulosit, WBC
Penajaman terhadap Monitor kerentanan
patogen terhadap infeksi
Lingkungan meningkat Batasi pengunjung
Wabah Sering pengunjung
Prosedur infasif terhadap penyakit
Malnutrisi menular
Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi
Berikan perawatan kulit
pada area epidema
Infeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Infeksi kondisi luka atau
insisi bedah
Dorong masukan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif

23
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.

E. EVALUASI
Masalah teratasi apabila :
1. Pola napas klien dalam keadaan normal
2. Jalan napas menjadi bersih
3. Suplai oksigen meningkat
4. Tidak terjadi penurunan curah jantung (frekuensi jantung teratur)
5. Tidak terjadi kelebihan cairan (cairan dalam jaringan tubuh)
6. Nutrisi dari kebutuhan tubuh menjadi seimbang
7. Tidak terjadi resiko infeksi

24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sindrom nefrotik adalah merupakan manifestasi klinik dari gromerulonefritis (GN)
ditandai dengan gejala edema, proteinuria massif 3,5 g/hari, hipoalbuminemia < 3,5
g/dl, lipiduria, dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi
dan penurunan fungsi ginjal.(Sudoyo Aru)
Manifestasi Klinis : edema, oliguria, tekanan darah normal, proteinuria sedang
sampai berat, hipoproteinuria dengan rasio albumin; globulin terbalik,
hiperkolesterolemia, ureum/kreatinin darh normal atau meninggi, beta 1C globulin (C3)
normal.

25
DAFTAR PUSTAKA
Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta
Ngastiyah. (2005), Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, Jakatra. EGC
Mansjoer, Arif.,(1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III jilid 1. Media Asculapius,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Nurarif, Amin H. dan Kusuma, Hardhi, (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnose medis dan NANDA (North American nursing diagnosis assocetion) NIC-NOC. Jilid
III, Edisi refisi: Yogyakarta

26

Anda mungkin juga menyukai