METODOLOGI PRAKTIKUM
Keadaan
Bau Normal
Rasa Normal
Cemaran Logam
Cemaran mikroorganisme
E.coli Maksimal 10
(SNI,1998)
B. Tepung kedelai
Tepung kedelai merupakan bahan pangan penghasil sumber protein (Asam amino) dan juga
lemak nabati yang cukup penting dalam metabolism manusia. aupun tidak selengkap seperti
yang terdapat pada hewani. Kedelai mengandung protein kurang lebih 35%, bahkan pada
varietas unggul dapat mencapai 40-43%. Bila dibandingkan dengan beras, jagung,, kacang hijau,
daging, ikan segar dan telur, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi. Dapat
dikatakan bila seseorang tidak boleh makan daging sebagai sumber protein maka kebutuhan
protein 55 g/hari dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi 157,14 g kedelai (Manley, 2000).
Penggunaan tepung kedelai sangat penting dalam pengolahan pangan. Salah satu contohnya
penggunaan tepung kedelai juga dapat dikatakan memperbaiki tekstur biskuit. Selain itu tepung
kedelai biasa digunakan sebagai bahan baku industri pangan. Salah satu bahan baku industri dari
kedelai adalah isolat protein. Fungsi utama isolat protein kedelai dalam bahan pangan adalah
untuk memperbaiki kandungan gizi produk makanan yang diproduksi (Manley, 2000).
Bubuk kedelai dibuat dengan beberapa tahap proses perendaman, pembersihan, pencucian,
penirisan penjemuran, penggilingan atau penumbukan, pengayakan, pengemasan, dan
penyimpanan bubuk kedelai. Mutu bubuk kedelai selain dipengaruhi oleh metoda proses , juga
sangat dipengaruhi oleh suhu dan jenis kedelai yang digunakan. Metode yang digunakan dalam
proses akan mempengaruhi komposisi bubuk kedelai dan akhirnya komposisi akan berpengaruh
terhadap mutu bubuk kedelai yang dihasilkan (Hertini, 2013). Berikut merupakan komposisi
yang ada pada tepung kacang kedelai.
Tabel 2.2 Komposisi kimia tepung kedelai per 100 gram
Air 5,1 gr
Protein 34,5 gr
Karbohidrat 35,2 gr
Lemak 20,6 gr
Abu 4,4 gr
Kalsium 205,9 mg
Magnesium 428,6 mg
Fosfor 494 mg
Potasium 2515 mg
Sodium 12,9 mg
Sampel
Penghalusan
Eksikator 15
Cawan porselen
Pengovenan 15 Pengovenan 15
Eksikator 15 Eksikator 15
Pengovenan 4jam
Eksikator 15
Pengovenan 15
Eksikator 15
Penimbangan (U1)
Gambar 2. Prosedur analisa kadar abu
Pada analisa kadar abu, langkah pertama, cawan porselin dimasukkan kedalam oven selama
15 menit. Tujuan dilakukan pengovenan yaitu untuk menurunkan kadar air sehingga berat cawan
porseilen yang dihasilkan kosntan. Kemudian cawan dieksikator selama 15 menit untuk
pendinginan dan menstabilkan RH. Ketika cawan diambil, cawan tidak boleh terkena tangan, hal
ini disebabkan keringat / air dalam tangan dapat mengubah kadar air yang nantinya berpengaruh
terhadap berat cawan sehingga digunakanlah penjepit. Selanjutnya cawan ditimbang untuk
mengetahui berat sebenarnya. Kemudian, sampel yang ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan
ke dalam cawan dan ditimbang untuk mengetahui berat bahan dan cawan sebelum pengabuan.
Selanjutnya, sampel diabukan dengan memasukkan cawan dan bahan ke dalam tanur pengabuan.
Pengabuan yang dilakukan terdapat dua tahap. Pertama, pengabuan menggunakan skala tanur
30-40 selama 1 jam. Indikasi proses pengabuan pertama selesai ditandai dengan keluar asap.
Pengabuan dilakukan untuk menghilangkan senyawa organik pada bahan. Kemudian proses
selanjutnya dilakukan pengabuan tahap kedua dengan menaikkan skala tanur menjadi 60-70
selama 4 jam dengan tujuan untuk menghilangkan zat anorganik. Setelah proses pengabuan
selesai, dilakukan pendinginan dengan membiarkan sampel dalam tanur selama 24 jam.
Selanjutnya, cawan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan berat cawan dan abu sebenarnya. Selanjutnya dilakukan
pengeksikatoran cawan selama 15 menit untuk mendinginkan dan menstabilkan rH, dan
ditimbang. Hal ini dilakukan hingga berat sampel+cawan kosntan.