Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin maju perkembangan zaman seiringan dengan itu juga kejahatan banyak
bermunculan di negeri pertiwi ini dengan berbagai metode. Salah satu diantaranya adalah tindak
pidana penggelapan (verduistering) sebagaimana yang diatur dalam Bab XXIV Pasal 372 sampai
dengan pasal 377 KUHP. Menurut Laminating, tindak pidana sebagaimana tersebut sebagai
penyalahgunaan kepercayaan. Sebab, inti dari tindak pidana yang diatur dalam Bab XXIV
tersebut adalah penyalahgunaan hak. Atau penyalahgunaan kepercayaan.
Tindak pidana penggelapan sering terjadi di berbagai kalangan, mulai dari kalangan
rendah hingga kalangan tinggi yang notabennya berpendidikan dan mengertia hukum atas
tindakan tersebut, namun kejahatan ini tetap saja terjadi tidak hanya oleh masyarakat kecil
bahkan seorang yang yang terpandang yang seharusnya menjadi panutan pun ikut terjerumus
dalam kasus ini.
Menilik banyaknya kasus kejahatan yang terjadi dikalangan masyarakat, tentunya kita
sangat prihatin. Termasuk kasus Penggelapan Pajak oleh PT Asian Agri Group yang sangat
merugikan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Tindak Pidana Penggelapan ?
2. Apa saja jenis-jenis Tindak Pidana Penggelapan ?
3. Apa saja unsur-Unsur Pasal
Tindak Pidana Penggelapan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Penggelapan diartikan sebagai proses,
cara dan perbuatan menggelapkan (penyelewengan) yang menggunakan barang secara tidak sah.
Menurut R. Soesilo (1968.258), penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan
pencurian dalam pasal 362. Bedanya ialah pada pencurian barang yang dimiliki itu belum berada
di tangan pencuri dan masih harus diambilnya sedangkan pada penggelapan waktu dimilikinya
barang itu sudah ada di tangan si pembuat tidak dengan jalan kejahatan.
Menurut Lamintang, tindak pidana penggelapan adalah penyalahgunaan hak atau
penyalahgunaan kepercayaan oleh seorang yang mana kepercayaan tersebut diperolehnya tanpa
adanya unsur melawan hukum.1
Pengertian yuridis mengenai penggelapan diatur pada Bab XXIV (buku II) KUHP, terdiri
dari 5 pasal (372 s/d 376). Salah satunya yakni Pasal 372 KUHP, merupakan tindak pidana
penggelapan dalam bentuk pokok yang rumusannya berbunyi: "Barang siapa dengan sengaja
menguasai secara melawan hukum sesuatu benda yang seharusnya atau sebagian merupakan
kepunyaan orang lain yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah melakukan
penggelapan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun atau dengan
pidana denda setinggi-tingginya 900 (sembilan ratus) rupiah."2
Jadi, penggelapan dalam tindak pidana tersebut dapat diartikan sebagai suatu perbuatan
yang menyimpang/menyeleweng, menyalahgunakan kepercayaan orang lain dan awal barang itu
berada ditangan bukan merupakan perbuatan yang melawan hukum, bukan dari hasil kejahatan.
B. Jenis-Jenis Tindak pidana Penggelapan
Berikut jenis-jenis tindak pidana penggelapan berdasarkan Bab XXIV Pasal 372 sampai
dengan 377 KUHP.
1) Penggelapan biasa
Yang dinamakan penggelapan biasa adalah penggelapan yang diatur dalam Pasal 372
KUHP: Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri (zich

1. http://blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-jenis-jenis-tindak.html. (diunduh tanggal 3 April 2017)

2 http://blogspot.com//pengertian-yuridis-tindak-pidana-pengelapan-dalam-bentuk-pokok.html. (diuunduh tanngal 3


April 2017)

2
toeegenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi
yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
2) Penggelapan Ringan
Pengelapan ringan adalah penggelapan yang apabila yang digelapkan bukan ternak dan
harganya tidak lebih dari Rp.25. Diatur dalam Pasal 373 KUHP.
3) Penggelapan dengan Pemberatan
Penggelapan dengan pemberatan yakni penggelapan yang dilakukan oleh orang yang
memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau jabatannya atau karena ia
mendapat upah (Pasal 374 KUHP).
4) Penggelapan dalam Lingkungan Keluarga
Penggelapan dalam lingkungan keluarga yakni penggelapan yang dilakukan dilakukan
oleh orang yang karena terpaksa diberi barang untuk disimpan, atau oleh wali, pengampu,
pengurus atau pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan, terhadap barang
sesuatu yang dikuasainya. (Pasal 375 KUHP).3[3]
C. Unsur-Unsur Pasal Tindak Pidana Penggelapan
Penggelapan terdapat unsur-unsur Objektif meliputi perbuatan memiliki, sesuatu benda,
yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain, yang berada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan, dan unsur-unsur Subjektif meliputi penggelapan dengan sengaja dan penggelapan
melawan hukum. Pasal-Pasal penggelapan antara lain :
1) Pasal 372 KUHP Penggelapan Biasa
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
Hukuman : Hukuman penjara selama-lamanya 4 tahun.
2) Pasal 373 KUHP Penggelapan Ringan
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu bukan ternak.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.

3[3] . Prof. Moeljatno, S.H., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), Cet. 29,
hal.132.

3
f. Harganya tidak lebih dari Rp. 25,-
Hukuman : Hukuman penjara selama-lamanya 3 bulan.
3) Pasal 374 dan KUHP Penggelapan dengan Pemberatan
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
f. Berhubung dengan pekerjaan atau jabatan.
Hukuman : Hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun.
4) Pasal 375 KUHP Penggelapan oleh Wali dan Lain-lain
a. Dengan sengaja memiliki.
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
e. Terpaksa disuruh menyimpan barang.
f. Dilakukan oleh wali, atau pengurus atau pelaksana surat wasiat, atau pengurus
lembaga sosial atau yayasan.
Hukuman : Hukuman penjara selama-lamanya 6 tahun.
Penggelapan yang ada pada pasal 375 ini adalah beradanya benda objek Penggelapan di
dalam kekuasaan pelaku disebabkan karena: Terpaksa disuruh menyimpan barang itu, ini
biasanya disebabkan karena terjadi kebakaran, banjir dan sebagainya. Kedudukan sebagai
seorang wali (voogd); Wali yang dimaksudkan di sini adalah wali bagi anak-anak yang belum
dewasa. Kedudukan sebagai pengampu (curator); Pengampu yang dimaksudkan adalah seseorang
yang ditunjuk oleh hakim untuk menjadi wali bagi seseorang yang sudah dewasa, akan tetapi
orang tersebut dianggap tidak dapat berbuat hukum dan tidak dapat menguasai atau mengatur
harta bendanya disebabkan karena ia sakit jiwa atau yang lainnya.
Kedudukan sebagai seorang kuasa (bewindvoerder); Seorang kuasa berdasarkan BW adalah
orang yang ditunjuk oleh hakim dan diberi kuasa untuk mengurus harta benda seseorang yang
telah ditinggalkan oleh pemiliknya tanpa menunjuk seorang wakil pun untuk mengurus harta
bendanya itu. Kedudukan sebagai pelaksana surat wasiat; Yang dimaksud adalah seseorang yang
ditunjuk oleh pewaris di dalam surat wasiatnya untuk melaksanakan apa yang di kehendaki oleh
pewaris terhadap harta kekayaannya. Kedudukan sebagai pengurus lembaga sosial atau yayasan.
5) Pasal 376 KUHP Penggelapan dalam Keluarga
a. Dengan sengaja memiliki.

4
b. Memiliki suatu barang.
c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain.
d. Mengakui memiliki secara melawan hukum.
e. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.
f. Penggelapan dilakukan suami (isteri) yang tidak atau sudah diceraikan atau sanak atau keluarga
orang itu karena kawin.
Hukuman : Hanya dapat dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang yang
dikenakan kejahatan itu.
Tindak pidana penggelapan dalam keluarga disebut juga delik aduan relatif dimana adanya
aduan merupakan syarat untuk melakukan penuntutan terhadap orang yang oleh pengadu
disebutkan namanya di dalam pengaduan. Dasar hukum delik ini diatur dalam pasal 376 yang
merupakan rumusan dari tindak pidana pencurian dalam kelurga sebagaimana telah diatur dalam
pembahasan tentang pidana pencurian, yang pada dasarnya pada ayat pertama bahwa keadaan
tidak bercerai meja dan tempat tidur dan keadaan tidak bercerai harta kekayaan merupakan dasar
peniadaan penuntutan terhadap suami atau istri yang bertindak sebagai pelaku atau yang
membantu melakukan tindak pidana penggelapan terhadap harta kekayaan istri dan suami
mereka. Pada ayat yang kedua, hal yang menjadikan penggelapan sebagai delik aduan adalah
keadaan di mana suami dan istri telah pisah atau telah bercerai harta kekayaan.
Alasannya, sama halnya dengan pencurian dalam keluarga yang dilakukan oleh suami atau
istri terhadap harta kekayaan suami mereka, yaitu bahwa kemungkinan harta tersebut adalah harta
bersama yang didapat ketika hidup bersama atau yang lebih dikenal dengan harta gono-gini yang
mengakibatkan sulitnya membedakan apakah itu harta suami atau harta istri.
Oleh karena itu, perceraian harta kekayaan adalah yang menjadikan tindak pidana
penggelapan dalam keluarga sebagai delik aduan.4 Tindak pidana Penggelapan dalam lingkungan
keluarga dapat diadili jika kejahatan tersebut diadukan oleh keluarga yang bersengketa.

4Abdoel. http://blogspot.com/2009/01/kejahatan-terhadap-harta-kekayaan.html. (diunduh tanggal 3 April 2017)

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Penggelapan diartikan sebagai proses, cara
dan perbuatan menggelapkan (penyelewengan) yang menggunakan barang secara tidak sah.
Jenis-jenis tindak pidana penggelapan berdasarkan Bab XXIV Pasal 372 sampai dengan
377 KUHP, diantaranya Penggelapan biasa, Penggelapan Ringan, Penggelapan dengan
Pemberatan, dan Penggelapan dalam Lingkungan Keluarga.
Dalam Pasal Penggelapan terdapat unsur-unsur Objektif meliputi perbuatan memiliki,
sesuatu benda, yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain, yang berada dalam kekuasaannya

6
bukan karena kejahatan, dan unsur-unsur Subjektif meliputi penggelapan dengan sengaja dan
penggelapan melawan hukum.
Berdasarkan hasil analis, dapat diketahui bahwa Vincentius memegang peranan penting
dalam menguak kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh ST dimana Vincent sebagai
Financial Controller Asian Agri yang dimiliki oleh ST. Vincentius dalam kasus dugaan
penggelapan pajak ST ini berperan sebagai whistleblower. Lemahnya penegakan hukum dan
kurang komprehensifnya pengaturan mengenai perlindungan saksi secara yuridis formal pada
gilirannya membuat saksi enggan memberikan kesaksian mengenai segala sesuatu yang ia
dengar, ia lihat, dan ia alami sendiri.
Dalam Witness Protection Act di USA, perlindungan terhadap whistleblower sudah
mengakomodir agar terhadap whistleblower diberlakukan penganuliran pendakwaan dan bukan
hanya keringanan hukuman seperti di Indonesia, tapi benar-benar dibebaskan. Guna mengungkap
kasus yang lebih besar, membebaskan pelaku dalam kasus kecil yang terlibat dalam lingkup
kasus besar tersebut. Hukum perlindungan saksi dan korban di Indonesia tidak mengenal plea
agreement. Prinsip yang terkandung dalam plea agreement adalah untuk mendorong peran aktif
saksi, sehingga diberikan suatu penghargaan bagi siapapun yang berperan dalam
melaporkan/membantu membongkar tindak pidana. Selain itu masih terdapat pula plea bargain
yang memiliki makna bahwa saksi yang menjadi pelaku tersebut dapat bernegosiasi mengenai
pengurangan hukuman yang akan dijatuhkan terhadapnya di muka pengadilan.
Hukum mengenai perlindungan saksi dan pelapor yang berlaku di Indonesia yaitu
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban hanya
memberikan keringanan hukuman bagi pelaku pidana berdasarkan pertimbangan hakim yang
diatur pada Pasal 10 ayat 2. Dasar hukum perlindungan saksi dan pelapor selain tercantum dalam
Undang-undang No. 13 Tahun 2006, juga terdapat dalam Undang-undang Pengadilan HAM No.
26 Tahun 2000 pada Pasal 34, UNCAC pasal 32, Konvensi Palermo/ TOC pada Pasal 24 dan
Pasal 25.
Dalam rangka pelaksanaan proses pemeriksaan tindak pidana pencucian uang, Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 (UU TPPU), telah mengatur mengenai
perlindungan khusus terhadap Pelapor dan Saksi yang dicantumkan pada Pasal 39 sampai Pasal
43 yang dikuatkan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tentang Tatacara

7
Pemberian Perlindungan Khusus sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 42 UU TPPU.
Dalam pengaturan ini, terhadap saksi dan pelapor telah diberikan perlindungan khusus oleh
negara dari ancaman yang membahayakan diri, jiwa dan/atau hartanya termasuk keluarganya dari
pihak manapun. Dengan pemberian perlindungan khusus tersebut diharapkan baik Pelapor dan
Saksi memperoleh jaminan atas rasa aman dan dapat memberikan keterangan yang benar,
sehingga proses peradilan terhadap tindak pidana pencucian uang dapat dilaksanakan dengan
baik.
Menurut UU Kejaksaan, Jaksa Agung bisa memakai kewenangan diskresinya melalui hak
oportunitas untuk menganulir pendakwaan bagi saksi pelaku yang berjasa dalam mempermudah
proses pengusutan suatu perkara. Penggunaan hak oportunitas ini pernah dilakukan Jaksa Agung
dalam menyingkap kasus korupsi di tanah air.
Mengingat kasus dugaan penggelapan pajak oleh ST pada saat ini masih dalam proses
penyidikan dan ditangani oleh ditjen pajak, maka ada beberapa opsi yang sebaiknya dilakukan
yaitu :
1. Untuk dijatuhkannya putusan terhadap pengambilan harta kekayaan Vincent, harus diungkap
penggelapan pajak oleh ST terlebih dahulu, apabila terbukti uang yang dicuri/digelapkan berasal
dari tindak pidana tsb.
2. Terhadap kasus penggelapan pajak yang terjadi, bisa langsung dikumulatif dengan dakwaan money
laundering.

DAFTAR PUSTAKA
W,atch.2009. (http://bumnwatch.com/kasus-penggelapan-pajak-pt-asian-agri/). [3 April 2017]

Aprian,Dony.2013.(http://news.okezone.com/read/2013/08/28/339/857185/redirect). [3 April
2017]

Al-Ayyubi,Sholahuddin.2013.(http://nasional.sindonews.com/read/2013/08/28/13/776556/sita-
aset-asian-agri-ppatk-surati-5-negara). [3 April 2017]

Anda mungkin juga menyukai