Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Implementasi karakter positif sangat penting dilaksanakan dalam rangka

membina generasi muda. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2011:623). Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang

dilakukan, sikap yang diambil dalam menanggapi keadaan, dan kata-kata yang

diucapkan kepada orang lain. Karakter ini pada akhirnya menjadi sesuatu yang

melekat pada seseorang.

Pendidikan apabila hanya mementingkan intelektual semata tanpa

membangun karakter peserta didik, hasilnya adalah kerusakan moral dan

pelanggaran nilai-nilai. Situasi ini hanya akan membentuk manusia seperti robot

yang berakal, tetapi tidak berkepribadian. Perilaku masyarakat Indonesia akan

mengalami kerusakan moral pada semua segmen kehidupan, karena tidak

optimalnya pengembangan pendidikan karakter di lembaga pendidikan atau pun

lingkungan keluarga.

Karakter tanggung jawab dan kerja keras pada anak perlu diimplementasi

dalam kehidupan sehari-hari. Realitasnya banyak anak-anak yang tidak

mencerminkan karakter tanggung jawab dan kerja keras. Menurut berita

Tribunnews (2015), belasan anak usia sekolah menghabiskan waktu dengan

menikmati lem kayu di jalan Kamboja Tanjung Pinang. Ironisnya tiga di

1
2

antaranya yang masih berstatus siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Realitas di atas tentu saja sebagai salah satu permasalahan anak,

terkait lemahnya nilai karakter.

Penanaman karakter yang dimulai sejak dini kepada anak, pada akhirnya

akan menjadi budaya dan dipegang teguh. Pendidikan karakter sepatutnya dimulai

dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama serta utama bagi

pembentukan karakter anak. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa

(PKB) yang diprogramkan pemerintah tidak akan berjalan optimal, jika

mengabaikan peran keluarga. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang

memiliki peran penting dalam pembentukan karakter bangsa. Keluarga akan

membentuk karakter seseorang dan berpengaruh pada lingkungannya.

Hak asasi anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang

termasuk dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Pemerikatan Bangsa-

bangsa tentang Hak-Hak Anak. Bertolak dari sisi kehidupan berbangsa dan

bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

Hak-hak anak diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan seperti UUD

1945, UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM, serta UU Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak.

Implementasi karakter tanggung jawab dan kerja keras pada anak pedagang

jamu mampu dilaksanakan dengan baik. Pada anak pedagang jamu rata-tara masih

duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang mempunyai kewajiban

belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik, namun pada anak

pedagang jamu sudah diberi tugas atau kewajiban membantu pekerjaan orang tua.
3

Karakter tanggung jawab dan kerja keras pada anak pedagang jamu mampu

dilaksanakan dengan baik seperti membantu menumbuk jamu, mencuci piring,

menyapu, dan membantu mengajar TPA. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan

penuh semangat dan tidak mudah putus asa.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai implementasi karakter tanggung jawab dan kerja keras pada

anak pedagang jamu di Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak Kabupaten

Boyolali. Alasan peneliti memilih Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak

Kabupaten Boyolali sebagai tempat penelitian, karena di lokasi tersebut terdapat

banyak pedagang jamu yang memiliki anak.

Keterkaitan tema yang akan diteliti dengan Program Studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UMS terletak pada visi dan misi yang

menyinggung kalimat “membentuk karater yang kuat”. Hal tersebut

mengisyaratkan bahwa Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan FKIP UMS meletakkan perhatian pada karakter yang selaras

dengan tema penelitian ini. Keterkaitan yang lain adalah dengan adanya mata

kuliah Sosiologi Indonesia dan Pendidikan Nilai di Program Studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UMS. Hal tersebut selaras dengan cakupan

mata kuliah Sosiologi Indonesia dan Pendidikan Nilai, yang memfokuskan

perhatian pada masalah-masalah sosial serta nilai karakter sebagaimana tema

penelitian ini. Keterkaitan tema dengan Sosiologi Indonesia adalah dapat

menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik. Keterkaitan tema dengan


4

Pendidikan Niali adalah sama-sama mengintegrasikan nilai-nilai karakter di dalam

diri individu.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi karakter tanggung jawab pada anak pedagang jamu

di Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali?

2. Bagaimana implementasi karakter kerja keras pada anak pedagang jamu di

Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali?

3. Bagaimana hambatan dan solusi dalam implementasi karakter tanggung jawab

pada anak pedagang jamu di Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak

Kabupaten Boyolali?

4. Bagaimana hambatan dan solusi dalam implementasi karakter kerja keras pada

anak pedagang jamu di Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak Kabupaten

Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan implementasi karakter tanggung jawab pada anak

pedagang jamu di Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

2. Untuk mendeskripsikan implementasi karakter kerja keras pada anak pedagang

jamu di Desa Kismoyoso Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

3. Untuk mendeskripsikan hambatan dan solusi dalam implementasi karakter

tanggung jawab pada anak pedagang jamu di Desa Kismoyoso Kecamatan

Ngemplak Kabupaten Boyolali.


5

4. Untuk mendeskripsikan hambatan dan solusi dalam implementasi karakter

kerja keras pada anak pedagang jamu di Desa Kismoyoso Kecamatan

Ngemplak Kabupaten Boyolali.

D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian

1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman teori

mengenai implementasi karakter tanggung jawab dan kerja keras pada anak.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat atau Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengetahui

sejauh mana implementasi karakter tanggung jawab dan kerja keras pada

anak.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan arahan kepada anak

pedagang untuk mengimplementasikan karakter tanggung jawab dan kerja

keras dalam kehidupan sehari-hari.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

E. Daftar Istilah

1. Implementasi. Menurut Usman (2002:70) implementasi bermuara pada

aktifitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme. Suatu sistem implementasi

bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai
6

tujuan kegiatan. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

implementasi adalah pelaksanaan penerapan pertemuan yang bermaksud

mencari bentuk tentang hal yang telah disepakati terlebih dahulu.

2. Karakter. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:623) karakter adalah

sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

yang lain. Karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri

dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari

hasil pola pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau

sekelompok orang.

3. Tanggung jawab. Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kesadaran manusia

akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak

disengaja (Kurniawan, 2013:191).

4. Kerja keras. Menurut Kesuma dkk. (2011:17), kerja keras adalah suatu istilah

yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak peenah menyerah)

dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas.

5. Anak. Anak dapat merupakan keturunan yang kedua; manusia yang masih

kecil (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008:56). Anak dapat

pula disebut sebagai orang dewasa dalam bentuk mini, sehingga perlakuan

yang diberikan oleh lingkungan sama dengan perlakuan terhadap orang dewasa

(Nuryanti, 2008:2).

6. Pedagang. Menurut Abidin (2012) pedagang adalah orang atau badan yang

membeli, menerima, dan menyimpan barang dengan maksud untuk dijual

kepada orang lain.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berasal dari dua kata yakni pendidikan dan

karakter. Pendidikan menurut Islam ialah “segala usaha untuk memelihara

dan mengembangkan fitrah manusia yang ada padanya menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma

Islam”.1 Adapun karakter secara etimologis berasal dari bahasa latin

character, yang memiliki arti antara lain watak, tabiat, sifat- sifat, budi

pekerti, kepribadian, dan akhlak. Secara terminologis (istilah), karakter

diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada

faktor kehidupannya sendiri.

Kata karakter dipahami pula sebagai sifat kejiwaan, akhlak atau

budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.

Karakter ini merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan

yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat

istiadat.2 Selanjutnya, untuk memahami pendidikan karakter, maka perlu

dipahami perbedaan antara karakter, akhlak, dan adab. Adapun karakter

atau watak merupakan sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang,

1
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 31.
2
Agus Zainul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai &Etika di Sekolah, (Yogyakarta:
AR-Ruz Media), 20-21

17
18

sedangkan akhlak lebih mengajarkan seseorang tentang bagaimana agar

dapat berhubungan dengan Allah Swt dan sesama manusia. Berbeda

dengan kedua pengertian tersebut, adab lebih menekankan pada perbuatan

berdasarkan akal sehat yang sesuai dengan nilai- nilai, moralitas

masyarakat yang mana apabila perbuatan tersebut menjadi kebiasaan

dalam masyarakat, maka akan menjadi tata krama dalam pergaulan warga

masyarakat.3

Di dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional sebenarnya pendidikan karakter menempati posisi

yang penting, hal ini dapat kita lihat dari tujuan pendidikan nasional yang

menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.4

UU Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sitem Pendidikan nasional

(Sisdiknas) dalam Pasal 3 menyatakan pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

3
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
55.
4
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 8
19

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuahan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Pendidikan bertujuan membangun karakter anak didik yang kuat

menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupannya dan telaten, sabar,

serta cerdas dalam memecahkan masalah yang dihadapi.6 Untuk

mewujudkan tujuan- tujuan tersebut, diperlukan lembaga pendidikan yang

berkualitas dengan dilengkapi oleh sumber daya pendidik yang kompeten,

meliputi hal-hal berikut: 1) Pembinaan kepribadian (nilai formal), 2)

Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materil) yaitu materi ilmu tersebut,

3) Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai-nilai praktis, 4)

Pembinaan jasmani dan rohani yang sehat.

Pendidikan tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-

Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan

garis-garis besar mengenai pendidikan seperti dijelaskan bahwasanya

Allah akan meninggikan derajat bagi manusia yang senantiasa menuntut

ilmu dan memiliki ilmu pengetahuan dengan pendidikan. Seperti dalam

QS. Al-Mujadilah ayat 11.

5
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Undang-undang Sisdiknas
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),7
6
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), 23
20

         

            

         

Artinya:“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”7
Secara etimologis karakter berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.

Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi

pekerti, atau berakhlak.8 Karakter adalah penggambaran tingkah laku

dengan menonjolkan nilai (benar- salah, baik-buruk), baik secara eksplisit

maupun implisit.9

Istilah karakter merujuk pada ciri khas, perilaku khas seseorang

atau kelompok, kekuatan moral, atau reputasi. Dengan demikian, karakter

merupakan evaluasi terhadap kualitas moral individu atau berbagai atribut

termasuk keberadaan kurangnya kebajikan seperti integritas, keberanian,

ketabahan, kejujuran, kesetiaan, dan perilaku kebiasaan yang baik.10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Jumanatul ‘Ali


7

Art, 2004), 543


8
Hamdani Hamid,.31
9
Husamah, Kamus Psikologi Super Lengkap, (Yogyakarta: CV Andi Offise, 2015), 183
10
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar & Implementasi, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2014), 120
21

Karakter adalah penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan

nilai (benar-salah, baik-buruk), baik secara eksplisit maupun implisit.11

Sedangkan menurut Marzuki yang dikutip oleh Muhammad Najid, dkk

karakter diartikan sebagai watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lainnya.12

Pendidikan karakter adalah serangkaian prinsip dasar moral dan

keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan

kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang

mukallaf, yaitu orang dewasa yang sudah menanggung beban hukum.13

Menurut Zubaedi pendidikan karakter adalah upaya penanaman

kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan

pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur

yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dengan interaksi dengan Tuhannya,

diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya.14

2. Macam-macam Pendekatan Pendidikan karakter

Douglas P Superka dengan lebih detail memberikan 5 pendekatan

yang dapat digunakan dalam pendidikan nilai dan karakter. Pendekatan

tersebut adalah pendekatan penanaman nilai (inculcation approach),

pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development

approach), pendekatan analisis nilai (values analysis approach),

11
Husamah, 183
12
Muhammad Najid, dkk, Manajemen Strategik Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia
Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), 58
13
Hamdani Hamid,.32
14
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
11
22

pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach), dan

pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).15

1. Pendekatan Penanaman Nilai (Inculcation Approach)

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) merupakan

pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai

sosial dalam peserta didik. Tujuan dari pendekatan penanaman nilai

adalah untuk menanamkan nilai-nilai tertentu yang diinginkan.

Menurut pendekatan ini, nilai-nilai dipandang sebagai standar atau

aturan perilaku yang bersumber dari masyarakat dan budaya. Menilai

dianggap sebagai identifikasi proses dan sosialisasi dimana seseorang,

kadang - kadang secara tidak sadar, mengambil standar atau norma-

norma dari orang, kelompok, atau masyarakat lain dan

menggabungkan mereka ke dalam sistem nilai sendiri.

Dalam pandangan ini tugas pendidikan nilai adalah untuk

menanamkan nilai-nilai sehingga orang harus menempatkan dirinya

secara efisien sesuai peran yang ditentukan oleh masyarakat. Lebih

lanjut, pendekatan penanaman nilai ini sering diasumsikan sebagai

pendekatan negatif. Namun pendekatan ini seringkali digunakan oleh

banyak kalangan, termasuk di dalamnya kaum agamawan.

Sebagai contoh dari pendekatan ini, Superka mengemukakan

seorang guru, misalnya, mungkin bereaksi sangat mendalam dan keras

15
Douglas P. dkk.Values Education Sourcebook, Conceptual Approach, Material
Analyses, and an Annotated Bibliography. (Colorado: Social Science Eucation Consortium Inc.,
1976), 35
23

terhadap seorang mahasiswa yang baru saja mengucapkan hinaan

yang bersifat rasial kepada siswa lain di kelas.16

Metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran

menurut pendekatan ini antara lain: keteladanan, penguatan positif dan

negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.

Kelebihan Pendekatan Penanaman Nilai

a. Pendekatan ini digunakan secara meluas dalam berbagai

masyarakat.

b. Para penganut agama memiliki kecenderungan yang kuat untuk

menggunakan pendekatan ini dalam pelaksanaan program-

program pendidikan agama.

Kekurangan Pendekatan Penanaman Nilai

a. Pendekatan ini dipandang indoktrinatif, tidak sesuai

dengan perkembangan kehidupan demokrasi.

b. Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih

nilainya sendiri secara bebas.

c. Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive Moral

Development Approach).

16
Superka, Douglas P. dkk.Values Education Sourcebook, Conceptual Approach,
Material Analyses, and an Annotated Bibliography. (Colorado: Social Science Eucation
Consortium Inc., 1976), 36
24

2. Pendekatan Analisis Nilai (Values Analysis Approach)

Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)

memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan peserta

didik untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang

berhubungan dengan nilai- nilai sosial. Jika dibandingkan dengan

pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan diantara

keduanya adalah pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada

pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial.

Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi

penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan. Berbeda

dengan pendekatan perkembangan moral, analisis nilai

berkonsentrasi terutama pada isu-isu nilai sosial daripada dilema

moral pribadi. Karena itu, pendekatan analisis lebih memberikan

pemahaman pada aspek nilai-nilai moral yang dapat diterapkan pada

kehidupan sosial.

Ada dua tujuan utama pendidikan moral menurut pendekatan

ini. Pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan

berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-

masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu.

Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir


25

rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan merumuskan

konsep tentang nilai-nilai mereka.17

Dasar filosofis pendekatan analisis adalah perpaduan dari

pandangan rasionalis dan empiris dari sifat manusia. Menilai adalah

proses kognitif menentukan dan membenarkan fakta-fakta.. Dengan

demikian, proses valuing dapat dan seharusnya dilakukan

berdasarkan fakta dan alasan, dan yang pertimbangan bukan berasal

dari hati nurani, melainkan dengan aturan dan prosedur logika.18

Metode yang paling sering digunakan dalam pendekatan

analisis untuk menilai sebuah tindakan adalah metode belajar

kelompok berdasarkan masalah dan isu-isu nilai sosial, studi

kepustakaan dan penelitian lapangan, dan diskusi kelas rasional.

Tahapan operasi intelektual yang sering digunakan dalam analisis

nilai meliputi menyatakan masalah, mempertanyakan dan

menguatkan dalam relevansi laporan, menerapkan kasus yang sama

untuk memenuhi syarat dan memperbaiki posisi nilai, menunjukkan

inkonsistensi logis dan empiris dalam argumen, dan pengujian bukti.

Kelebihan Pendekatan Analisis Nilai

a. Mudah diaplikasikan dalam ruang kelas, karena penekanannya

pada pengembangan kemampuan kognitif.

17
Rianto, Milan. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran. (Jakarta: Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2006), 112
18
Lickona, Thomas. Educating for Character, Mendidik Untuk Membentuk Karakter.
terjemahan Juma Abdu Wamaungo. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 56
26

b. Pendekatan ini menawarkan langkah-langkah yang sistematis

dalam pelaksanaan proses pembelajaran moral.

Kekurangan Pendekatan Analisis Nilai

a. Menurut Superka, pendekatan ini sangat menekankan aspek

kognitif, dan sebaliknya mengabaikan aspek afektif serta

perilaku.

b. Menurut Ryan dan Lickona, pendekatan ini sama dengan

pendekatan perkembangan kognitif dan pendekatan klarifikasi

nilai, sangat berat memberi penekanan pada proses, kurang

mementingkan isi nilai.19

3. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Values Clarification Approach)

Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)

memberi penekanan pada usaha untuk membantu peserta didik

dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, serta

meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri

dengan cara berpikir secara rasional dan juga menggunakan

kesadaran emosional secara bersama-sama.

Adapun tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada

tiga, yaitu: Pertama, membantu peserta didik untuk menyadari dan

mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang

lain. Kedua, membantu peserta didik agar mereka mampu

19
Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter. terjemahan Saut Pasaribu. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), 6
27

berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain,

berhubungan dengan nilai-nilai yang dapat diaktualisasikan dalam

kehidupannya sendiri. Ketiga, membantu peserta didik, agar mereka

mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir

rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-

nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.

Pendekatan klarifikasi merupakan pendekatan yang lebih

kompleks dari pendekatan pendidikan nilai-nilai lain sehingga

terkadang menggunakan berbagai metode.Metode ini meliputi small

group discussion dan large group discussion, kerja individu dan

kelompok, mendengarkan lagu dan karya seni, permainan dan

simulasi, serta jurnal pribadi dan wawancara.Metode-metode

tersebut dirancang untuk merangsang siswa untuk merefleksikan

mereka pikiran, perasaan, tindakan, dan nilai-nilai.

Namun demikian, sebagai sebuah pendekatan dari proses

pendidikan, pendekatan klarifikasi nilai memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:

Kelebihan Pendekatan Klarifikasi Nilai

a. Pendekatan ini memberikan penghargaan yang tinggi kepada

siswa sebagai individu yang mempunyai hak untuk

memilih, menghargai, dan bertindak berdasarkan kepada nilainya

sendiri.20

20
Banks, Strategi Pendidikan. (Jakarta: Sinar Grafika 1985), 23
28

b. Metode pengajarannya juga sangat fleksibel, selama

dipandang sesuai dengan rumusan proses menilai dan empat

garis panduan yang ditentukan.

Kekurangan Pendekatan Klarifikasi Nilai

a. Pendekatan ini juga menampilkan bias budaya barat.

b. Dalam pendekatan ini, kriteria benar salah sangat relatif, karena

sangat mementingkan nilai perseorangan.

c. Pendekatan ini tidak memiliki suatu tujuan tertentu berkaitan

dengan nilai. Sebab, bagi penganut pendekatan ini, menentukan

sejumlah nilai untuk siswa adalah tidak wajar dan tidak etis.

4. Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach)

Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)

memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik

secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu

kelompok.21

Ada dua tujuan utama dari pendidikan moral berdasarkan

kepada pendekatan ini. Pertama, memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk melakukan perbuatan moral, baik secara

perseorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai

mereka sendiri. Kedua, mendorong peserta didik untuk melihat diri

21
Manullang, Belferik. “Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi Emas
2045”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1 (Februari 2013), 6.
29

mereka sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam

pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan

sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang

harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi.

Metode-metode pengajaran yang digunakan dalam

pendekatan analisis nilai dan klarifikasi nilai digunakan juga dalam

pendekatan ini. Namun demikian, sebagai sebuah pendekatan dari

proses pendidikan, pendekatan pembelajaran berbuat memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut

antara lain:

Kelebihan Pendekatan Pembelajaran Berbuat adalah

program-program yang disediakan dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan

demokrasi dimana kesempatan seperti ini, menurut Hersh, et.22

kurang mendapat perhatian dalam berbagai pendekatan lain.

Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Berbuat adalah


23
menurut Elias sukar dijalankan. Menurut beliau, sebahagian dari

program-program yang dikembangkan oleh Newmann dapat

digunakan, namun secara keseluruhannya sukar dilaksanakan.

Dalam pendekatan ini sekolah sebagai penyelenggara

pendidikan harus melihat hampir semua yang ada di lingkungan

sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakter siswanya

22
Hersh, et. Al, Strategi Pendidikan, (Bandung: PT Cahaya Indah 1980), 56
23
Elias, Strategi Pendidikan Modern (Semarang: PT Karya Cipta1989), 87
30

sehingga segala aspek di dalamnya dijadikan peluang untuk

pengembangan karakter, baik itu di dalam kurikulum akademik

formal maupun kegiatan ekstra kurikuler. Nilai-nilai karakter di

dalam proses pembelajaran juga sengaja dimasukkan dan dirancang

dengan matang sebagai bagian integral dalam pembelajaran.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara

utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik,

emosi, sosial, kreativitas, spiritual, dan intelektual peserta didik secara

optimal. Selain itu untuk membentuk manusia menjadi seperti pembelajar

sejati.24

Tujuan jangka panjang ini tidak sekedar berupa idealisme yang

penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi,

melainkan sebuah kegiatan dialektis yang saling mendekatkan antara yang

ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi secara terus

menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat

dievaluasi secara obyektif.25

Hal tersebut bermaksud bahwa dalam pendidikan karakter keluarga

dan pihak sekolah harus mendukungnya dengan bekerja sama

memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses

pengajaran secara material di sekolah. Jadi, pada intinya pendidikan

karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan


24
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), 44
25
Doni A Koesoema, Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,
(Jakarta: Grasindo,2007), 135
31

membentuk manusia secara keseluruhan serta mengembangkan potensi

yang dimilikinya yang tidak hanya memiliki kepandaian dalam berpikir

tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi

peserta didik agar dapat berkembang ke arah yang positif. Adapun

berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional tujuan pendidikan karakter

antara lain:26

1) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

2) Membangun peserta didik yang berkarakter pancasila dan religius

serta memiliki tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa.

3) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia

yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.

4) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta

dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Berdasarkan hal tersebut tujuan pendidikan karakter yakni untuk

meningkatkan mutu penyelenggara dan hasil pendidikan di sekolah. Arah

pencapaiannya yakni pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta

didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi

lulusan. Melalui pendidikan karakter pula diharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan, menggunakan pengetahuannya,

26
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta:
Puskur, 2010), 7
32

mengkaji, menginternalisasikan, serta mempersonalisasikan nilai-nilai

karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Berdasarkan Diknas terdapat delapan belas nilai dalam

pengembangan pendidikan karakter bangsa. Mulai tahun ajaran 2001,

seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan kedelapan

belas pendidikan berkarakter dalam proses pendidikannya. Berikut ini

nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas tersebut:27

1) Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.

3) Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

4) Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

27
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, 9-10
33

6) Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas- tugas.

8) Demokratis, yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas atas sesuatu yang dipelajari,

dilihat, dan didengarnya.

10) Semangat kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di

atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11) Cinta tanah air, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

diri dan kelompoknya.

12) Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat

dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat/komunikatif, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat

dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.


34

14) Cinta damai, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui

serta menghormati keberhasilan orang lain.

15) Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.

16) Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya

yang mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi.

17) Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkannya.

18) Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

5. Prinsip-Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter

Untuk mewujudkan terbentuknya nilai-nilai karakter dalam diri

peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter tidaklah mudah,

perlu upaya konsistensi untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan

membiasakannya. Berikut prinsip-prinsip pengembangan pendidikan

karakter yang dianjurkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

a) Berkelanjutan, mengundang makna bahwa proses pengembangan

nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari


35

awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan

pendidikan.

b) Proses pengembangan nilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap

mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah.

c) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar. Hal

ini mengandung makna bahwa materi nilai- nilai karakter bukan

pokok bahasan yang berisi konsep, teori, prosedur ataupun fakta

seperti dalam mata pelajaran PAI, PKN, IPA, IPS, dan lainnya.

Nilai-nilai karakter ini dapat dimasukkan ke dalam materi pelajaran

dan pokok bahasan materi yang sudah ada yang dapat digunakan

sebagai pengembang nilai-nilai karakter.

d) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

menyenangkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa proses pendidikan

yang dilakukan dalam suasana belajar harus menimbulkan rasa

senang.28

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

mengembangkan karakter memerlukan waktu yang panjang. Pendidikan

karakter bukanlah suatu materi yang harus dihafal, tapi suatu kegiatan

yang dilakukan melalui setiap mata pelajaran, pengembangan diri, dan

budaya sekolah. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter tidak akan

membebankan peserta didik, tetapi justru menjadikan peserta didik aktif

dan merasa senang.

28
Muhammad Nuh, Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010,
(Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, 2015), 11-13
36

B. Kepribadian Siswa

Kepribadian berhubungan dengan pembawaan seseorang dalam

kehidupan sehari-harinya. Kepribadian seseorang dapat terlihat dari

bagaimana ia menimbulkan kesan bagi orang-orang lainnya. Tinjauan

mengenai kepribadian siswa di sini meliputi beberapa aspek, yaitu:

1. Pengertian Kepribadian Siswa

Membangun kepribadian bangsa merupakan cita-cita luhur yang

harus selalu dikobarkan karena setiap orang dalam suatu bangsa

dilahirkan dengan membawa kecenderungan dan kepribadian tertentu

yang berbeda satu sama lain.29 Banyak orang cenderung menjadi seorang

pemalu, sementara yang lain cenderung menjadi orang yang banyak

bicara. Keberagaman ciri dan kecenderungan seperti ini harus dikelola

dan dikemas dalam suatu proses pendidikan yang diselenggarakan agar

dapat menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang tinggi yang dapat

membangun bangsanya secara bermartabat dan demokratis.

Kepribadian dari seorang anak tercermin dari tingkah lakunya

sehari-hari, tingkah laku dari seseorang anak masih cenderung alami dan

tidak dibuat-buat. Kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas

seseorang yang membedakannya dengan orang lain.30 Menurut Sjarkawi

kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat khas dari diri

seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari

29
Mahmud Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2014), 121
30
Husamah, Kamus Psikologi Super Lengkap,(Yogyakarta: CV Andi Offise, 2015), 194
37

lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan

seseorang sejak lahir.31

Menurut Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dari system

psiko fisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik

atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 32 Menurut

Mahmud kepribadian adalah suatu proses respons individu, baik yang

bersifat perilaku maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-

kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, dan konflik, serta

memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dan

norma lingkungan.33

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

kepribadian siswa adalah satu kesatuan fungsional antara fisik dan psikis

dalam diri individu yang meliputi sifat, mental, moral dan sosial yang

membentuk karakteristik unik yang tampak dalam tingkah laku sebagai

bentuk penyesuaian tingkah laku dengan lingkungan yang berada dalam

kontrol kesadaran.

2. Tipe-tipe Kepribadian Siswa

Menurut Gregory dalam buku Sjarkawi membagi tipe gaya

kepribadian menjadi dua belas tipe kepribadian, adalah sebagai berikut:34

a. Kepribadian yang Mudah Menyesuaikan Diri

31
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),11
32
Muhammad Hamdi, Teori Kepribadian Sebuah Pengantar, (Bandung: Alfabeta,
2016),172
33
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 366
34
Syarkawi,. 13-17
38

Kepribadian yang mudah menyesuaikan diri ini cenderung lebih

komunikatid dengan orang lain, bertanggung jawab, ramah, santun,

dan memperhatikan perasaan orang lain, mudah berteman dengan

siapa saja, dan dapat menyesuaikan diri di setiap lingkungan.

b. Kepribadian yang Berambisi

Seseorang dengan gaya kepribadian berambisi senang melakukan

tantangan dan sering menunjukkan sikap agresif, cenderung berhati-

hati apabila bergerak dan berusaha agar keberadannya bermanfaat dan

mendatangkan keuntungan bagi orang lain.

c. Kepribadian yang Mempengaruhi

Seseorang dengan gaya kepribadian mempengaruhi adalah orang yang

berpengetahuan cukup, berdedikasi, menyelesaikan tugas secara

menyeluruh, tuntas, sistematis, dan efisien.

d. Kepribadian yang Berprestasi

Seseorang dengan gaya kepribadian berprestasi adalah orang yang

senang memperoleh kesempatan jika mungkin menerima

penghormatan, dan memandang hidup dengan selera kuat.

e. Kepribadian yang Idealistis

Seseorang dengan gaya kepribadian idealitas memandang hidup

dengan dua cara yakni, sebagaimana nyatanya dan sebagaimana

seharusnya.

f. Kepribadian yang Sabar


39

Seseorang dengan gaya kepribadian yang sabar adalah orang yang

ramah, rendah hati, jarang sekali tinggi hati atau kasar, menghargai

kepercayaan, kebenaran, dan selalu penuh harapan.

g. Kepribadian yang Mendahului

Seseorang dengan gaya kepribadian mendahului yakni bahwa dia akan

berhasil dalam melakukan segala tugas yang diterima.

h. Kepribadian yang Perseptif

Seseorang dengan gaya kepribadian perseptif orang yang setia,

seorang teman sejati, tanggap dan peduli bukan hanya pada dirinya

sendiri, tetapi juga pada orang lain.

i. Kepribadian yang Peka

Seseorang dengan gaya kepribadian yang peka adalah orang yang

suka berinstropeksi diri, peka terhadap suasana jiwa baik yang

dialaminya maupun orang lain, dan memiliki rasa ingin tahu yang

terjadi disekitarnya.

j. Kepribadian yang Berketetapan

Seseorang dengan gaya kepribadian berketetapan adalah orang yang

menekankan tiga hal dalam hidupnya, yiatu melakukan hal yang

benar, bertanggung jawab, sehingga pantas menerima kehormatan dari

keluarga, teman, dan hubungan lainnya.


40

k. Kepribadian yang Ulet

Seseorang dengan gaya kepribadian ulet adalah orang yang menjalani

hidup dengan harapan besar mampu mewujudkan harapan dan cita-

citanya serta menguatkan keyakinannya.

l. Kepribadian yang Berhati-hati

Seseorang dengan gaya kepribadian berhati-hati melakukan segalanya

dengan teliti, berhati-hati dan tuntas, dia menghendakinya agar tepat

waktu, dengan hasil baik.

3. Aspek-Aspek Kepribadian Siswa

Tingkah laku manusia dapat dianalisis, baik perilaku yang

kelihatan (overt) maupun yang tidak kelihatan (covert) ke dalam tiga

aspek atau fungsi yaitu sebagai berikut:35

a. Aspek Kognitif (Pengetahuan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan,

inisiatif, pengamatan, dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah

menunjukkan jalan, mengarahkan, dan mengendalikan tingkah laku.

b. Aspek Afektif (Sikap), yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan

dengan kehidupan alam perasaan atau emosi. Fungsi aspek afektif

adalah sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia

bertingkah laku.

c. Aspek Motorik (Keterampilan), yaitu berfungsi sebagai pelaksana

tingkah laku manusia seperti perbuatan dan pergerakkan jasmani

35
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005), 169
41

lainnya.

Sigmund Freud mengemukakan bahwa kepribadian terdiri atas tiga

aspek, yaitu sebagai berikut:36

a. Id, merupakan bagian kepribadian yang berhubungan erat dengan

prinsip kesenangan atau pemuasan dorongan biologis yang segera

tidak memperhitungkan realitas.

b. Ego, merupakan bagian kepribadian yang timbul setelah manusia

berhubungan dengan lingkungan, sehingga dasarnya adalah kenyataan.

c. Superego, merupakan bagian kepribadian sebagai hasil perkenalan

dengan norma sosial, budaya, sehingga erat hubungannya dengan

moral dan kebutuhan rohani.

Aspek-aspek kepribadian terdiri dari:37

a. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,

konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

b. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya

mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari

lingkungan.

c. Sikap, yaitu respons terhadap objek yang bersifat positif, negatif, atau

ambivalen.

d. Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap

rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung,

36
Abu Ahmadi,. 170
37
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), 366-367
42

marah, sedih, atau putus asa.

e. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko

dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima

resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang

dihadapi.

f. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan

interpersonal. Seperti sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan

kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Ny. Yoeosef Noesyirwan menganalisis kepribadian ke dalam 4

bagian atau aspek, yaitu sebagai berikut:38

a. Vitalitas sebagai konstanta (keadaan tetap) dari semangat hidup pribadi

seseorang. Vitalitas bukanlah merupakan bagian jasmani seseorang,

karena vitalitas tidak ada hubungannya dengan tenaga, otot, bentuk

tubuh atau tenaga badan.

b. Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman

pribadi atau pengalaman seseorang serta cara bereaksi dan cara

bergeraknya.

c. Watak sebagai konstanta dari hasrat, perasaan, dan kehendak pribadi

seseorang mengenai nilai-nilai tertentu.

d. Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.

38
Mahmud,. 170
43

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa

Adapun faktor-pembentukan Kepribadian meliputi:

a. Faktor Internal

1. Instink biologis, seperti rasa lapar, dorongan untuk makan yang

berlebihan dan berlangsung lama jika kebiasaan ini berlanjut akan

menimbulkan penyakit fisik maupun penyakit hati serta akan

membentuk suatu sifat jelek yaitu rakus, maka sifat itu akan

menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya.

2. Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan,

dan aktualisasi diri.

3. Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk

cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal meliputi:

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga memang menjadi faktor yang paling penting untuk

memunculkan karakter pada anaknya, karena keluargalah yang

paling sering berada dekat dengannya. Karakter yang terbentuk akan

mengikuti apa yang dia lihat dirumah, karena mental anak itu terjadi

setelah melihat kebiasaan yang ada dilingkupnya.39

2. Lingkungan social

39
Walgito, Faktor-Fakltor Pembentukan Rarakter, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), 26
44

Lingkungan social merupakan lingkungan masyarakat yang

didalamnya terdapat interaksi individu dengan individu yang lain,

lingkungan sosial dibagi dalam dua bagian, yaitu:

a. Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana

terdapat hubungan yang erat antara individu satu dengan individu

yang lain.

b. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial dimana

hubungan individu satu dengan yang lain agak longgar.40

3. Lingkungan Pendidikan

Dalam lingkungan Pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer,

tetapi merupakan proses yang lebih besar dari sekedar pembelajaran,

dengan mengesampingkan perbedaan dalam lingkungannya,

merupakan proses pengembangan sosial yang akan mengubah

individu dari sekedar makhluk biologis menjadi makhluk sosial agar

hidup bersama realitas zaman dan masyarakat, dengan kata lain secara

tidak langsung lingkungan pendidikan merupakan proses

pentransferan sifat sosial kemanusiaan kepada lingkungannya.

4. Faktor Kebudayaan

Dalam buku Yusuf dan Nurihsan terdapat seorang ilmuwan

yaitu Kluckhohnyang berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi

(mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari

maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita untuk

40
Walgito, Faktor-Fakltor Pembentukan Rarakter, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), 34
45

mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain

untuk kita.

Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku) memiliki

tradisi, adat atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan suatu

masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap warganya, baik

yang menyangkut cara berpikir, cara bersikap, atau cara berperilaku.

Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat dari

perbedaan antara masyarakat modern, yang budayanya maju dengan

masyarakat primitif, yang budayanya masih sederhana. Perbedaan itu

tampak dalam gaya hidupnya (life style), seperti dalam cara makan,

berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian, dan cara

berpikir (cara memandang sesuatu).41

41
Yusuf, dan Nurihsan, Teori Kepribadian.. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2007) 30
BAB III

PAPARAN DATA

A. Profil Sekolah

1. Identitas Madrasah

Nama : MI SALAFIYAH LAJO LOR

NSM : 111235230036

NPSN : 60718328

Status Madrasah : Swasta

Waktu Belajar : Pagi

Jalan : KH. Syarbini No. 204

Desa : Lajolor

Kecamatan : Singgahan

Kabuapten : Tuban

Provinsi : Jawa Timur

Kode Pos : 62361

Telp./HP. :-

E-mail :-

Tahun Berdiri : 1947

Penyelenggara : LP. MA’ARIF NU

SK Pendirian : Nomor : N.12/CXX.III/89

Jenjang Akreditasi :B

Status Tanah : Milik Sendiri

Surat Kepemilikan Tanah : Wakaf

46
47

Luas Tanah : 1103 m2

2. Keadaan Madrasah

a) Kepala Madrasah

a. Nama Lengkap : Dra. Muhimmatur Rohcmah

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Status Kepegawaian : Non PNS

d. Pendidikan Terakhir : SI

b) Keadaan Guru

a. Guru : 10 Orang

b. Pegawai Tata Usaha : 1 Orang

Jumlah : 11 Orang1 Comment [v1]: Kenapa disini


footnotenya? Dilihat kembali buku
panduan cara penulisan footnote hasil
3. Visi Madrasah dokumentasi.

“Terwujudnya lulusanberiman, bertaqwa,trampil, cerdas dan berakhlaqul

karimah”

4. Misi Madrasah

 Menyelenggarakan pendidikan yang islami ala Ahlisunnah

Waljama’ah

 Mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Madrasah

 Meningkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan potensi

peserta didik

1
Dokumentasi, Tanggal 20 Maret 2020
48

5. Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Lajo Lor

Organisasi merupakan kerja sama antara beberapa orang untuk

mencapai tujuan dengan mengadakan pembagian tugas dan peraturan

kerja untuk mencapai suatu tujuan yang direncanakan.

Bagan: 3.1 Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Lajo Lor Comment [v2]: Penulisan bagan
ditaruh di atas sub judul.
Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2019/2020
Sumber data: Profil MI Salafiyah Lajo Lor2

Kepala Madrasah

WK. Kesiswaan WK. Kurikulum WK. Sarpras WK. Humas

Tata Usaha Guru

Guru Wali Kelas

Siswa

6. Keadaan guru dan karyawan


Guru merupakan figur dalam dunia pendidikan yang akan dicontoh

dan diteladani. Adapun jumlah guru yang terdapat di Madrasah MI

Islamiyah Podang berjumlah 10 orang pendidik dan 1 tenaga

kependidikan. Rincian lebih lanjut tentang data guru dapat dilihat pada

tabel berikut:

2
Dokumentasi, Tanggal 23 Maret 2020
49

Tabel 3.2
Keadaan Guru dan Karyawan
MI Salafiyah Singgahan Tuban
Tahun Pelajaran 2019/2020
Sumber data: Profil MI Salafiyah Singgahan Tuban3 Comment [v3]: Ditaruh dibawah tabel.

No Nama Jenis Pendidikan Jabatan


Kelamin Terakhir
1. LP. Ma’arif Nu Tuban - - Pembina
2. Yayasan Darul Falah - - Pembina
3. Dra. Muhimmatur Rochmah L SI Kepala Madrasah
4. Ali Muntaha, S.Pd L SI Sekertaris
5. Dwi Maryani, S.Pd P SI Bendahara
6. Aminah, S.Pd.I P SI GTY
7. Mutmainah, M.Pd.I P SI GTY
8. Rusminah, A.Ma P SI GTY
9. Taizuddin, S.Pd P SI GTY
10. Pairoji, S.Pd P SI GTY
11. Khoirul Anwar, S.Pd P SI GTY

7. Sarana dan Prasarana

Luas Lokasi MI Salafiyah Singgahan Tuban seluas 1103 m 2,

seluruh luas tanah ini didirikan untuk ruang kelas, kantor, perpustakaan,

dan sebagainya. Sesuai hasil pengamatan dan dokumen yang ada,

didapatkan data bahwa MI Salafiyah Singgahan Tuban sampai akhir

tahun berusaha melengkapi sarana dan prasarana yang belum atau masih

kurang. Adapun sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh MI

Salafiyah Singgahan Tuban adalah sebagai berikut terdapat dalam tabel

di bawah ini:

Tabel 3.3

3
Dokumentasi, Tanggal 23 Maret 2020
50

Keadaan Sarana dan Prasarana MI Salafiyah Singgahan Tuban


Tahun Pelajaran 2019/2020
Sumber data: Profil MI Salafiyah Singgahan Tuban 4 Comment [v4]: Sda.

Luas (m2)
No Gedung/Ruang Jumlah Status
1 Ruang Kelas 6 200 Milik sendiri
2 Perpustakaan 1 21 Pinjam
3 Masjid 1 325 Milik sendiri
4 Kamar mandi/WC Guru 1 3 Milik sendiri
5 Kamar mandi/WC Siswa 2 6 Milik sendiri
6 Ruang Guru 1 12 Milik sendiri
7 Ruang Kepala Madrasah 1 4 Milik sendiri
8 Ruang Tamu / Kantor 1 12 Milik sendiri
9 Ruang UKS 1 12 Milik sendiri
10 Ruang TU 1 9 Milik sendiri

8. Data Siswa

MI Salafiyah Singgahan Tuban memiliki 6 ruang kelas. Berikut

adalah data jumlah siswa MI Salafiyah tahun pelajaran 2019/2020:

Tabel 3.4
Keadaan Siswa MI Salafiyah Singgahan Tuban
Tuban Tahun Pelajaran 2018/2019
Sumber data: Profil MI Salafiyah Singgahan Tuban5 Comment [v5]: Sda.

Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah Ket
L P
1 I (satu) 10 4 14
2 II (dua) 7 7 14
3 III (tiga) 11 5 16
4 IV (empat) 9 5 14
5 V (lima) 6 9 15
6 VI (enam) 10 7 17
Jumlah 53 37 90

4
Dokumentasi, Tanggal 23 Maret 2020
5
Dokumentasi, Tanggal 23 Maret 2020
51

Dari tabel di atas menunjukan jumlah seluruh siswa/i MI Salafiyah

Singgahan Tuban Tahun Pelajaran 2019/2020 sebanyak 90 siswa.

B. Implementasi Pendidikan Karakter di MI Salafiyah Lajo Lor

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru mempunyai tanggung

jawab yang utama, mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan

tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasil tidaknya pendidikan pada

siswa tergantung pada guru dalam melaksanakan tugasnya.

Tugas guru bukan saja menyangkut kegiatannya di dalam kelas atau

sekolah, melainkan harus juga melakukan hal-hal atau melaksanakan

seperangkat tingkah laku sehubungan dengan kedudukannya sebagai guru.

Menurut Peters, tugas dan tanggung jawab guru adalah: 1) sebagai pengajar,

2) sebagai pembimbing, dan 3) sebagai administrasi kelas.6

Tugas dan tanggung jawab guru meliputi tugas di sekolah dan di luar

sekolah, tugas di sekolah berkaitan dengan mentransfer ilmu pengetahuan dan

pembentukan kepribadian siswa. Sedangkan tugas di luar sekolah berkaitan

dengan peran dan posisi guru di tengah masyarakat. Sedangkan tanggung

jawab guru selain memberikan pengetahuan juga menanamkan aspek

kepribadian pada diri siswa.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter dalam

membentuk kepribadian siswa di MI Salafiyah Lajo Lor proses

6
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), 42
52

pembelajarannya terdiri dari dua model pelaksanaan dalam pembentukan

karakter peserta didik, dua model pembelajarannya yaitu:

a. Model pelaksanaan non pembelajaran

Dalam model pelaksanaan non pembelajaran, proses pembentukan

karakter peserta didik yang diajarkan oleh guru dilakukan dengan

berbagai metode, dan metode yang digunakan ialah:

1. Metode Pembiasaan

Proses pembiasaan yang diberikan supaya pembentukan

karakter para siswa di MI Salafiyah Lajo Lor adalah pembiasaan

membaca surat-surat pendek, pembiasaan mendirikan sholat, dan

pembiasaan untuk selalu memuji Allah.

Dalam upaya pembentukan kepribadian siswa ibu Dra.

Muhimmatur Rochmah menuturkan bahwasanya :

“Kami pihak sekolah selalu memberikan pembiasaan-pembiasaan


yang positif terhadap peserta didik kami, diantaranya membaca
surat-surat pendek, mendirikan sholat, dan pembiasaan untuk selalu
memuji Allah. Dengan pembiasaan positif tersebut diharapkan siswa
bisa terbentuk kepribadian yang baik rohani maupun jasmani
mereka”.7 Comment [v6]: Penulisan kalimat
langsung menjorok ke dalam, 1 spasi dan
ditulis tegak (tidak italic).

Dalam pembiasaan membaca surat-surat pendek di MI

Salafiyah Lajo Lor dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar

itu dimulai, dan kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 07.05 sampai

kurang lebih 10 menit sampai pukul 07.15. Pembiasaan ini dilakukan

7
Wawancara kepada ibu Dra. Muhimatur Rokhmah selaku Kepala Sekolah MI Salafiyah
Lajo Lor, 20 Maret 2020 Pukul 07.00 WIB
53

dengan meminta salah satu peserta didik untuk memimpin membaca

bersama-sama dengan bergantian setiap harinya.

Pembiasaan mendirikan sholat dilaksanakan setiap hari senin

sampai kamis dengan cara mengajak peserta didik untuk

melaksanakan sholat dhuha dan sholat dzuhur berjamaah, untuk

sholat dhuha dilaksanakan pada jam istirahat pertama sedangkan

untuk sholat dzuhur dilaksanakan pada jam istirahat kedua dan

kegiatan itu juga dilaksanakan bersama-sama guru agama dan semua

dewan guru.

Pembiasaan memuji Allah melalui asmaul husna di MI

Salafiyah Lajo Lor dilaksanakan setiap hari setelah membaca surat-

surat pendek, sekitar pukul 07.15, dan cara membacanya juga bukan

sekedar membaca, melainkan juga menggunakan irama lagu yang

bagus sehingga membantu siswa dalam menghafal asmaul husna

tersebut.

2. Metode keteladanan

Keteladanan yang diberikan oleh guru terkait pembentukan

karakter sangatlah penting, karena guru merupakan panutan bagi

peserta didik dalam setiap pembelajaran. Dalam proses pembentukan

karekter melalui metode keteladanan di MI Salafiyah Lajo Lor ibu

Dra. Muhimatur Rokhmah selaku kepala sekolah menuturkan bahwa:

“Guru diwajibkan memberi tauladan yang baik kepada semua


peserta didik diantaranya turut serta dalam setiap kegiatan yang
ada di sekolah seperti sholat berjamaah, pembacaan asmaul husna
dan guru juga memberikan contoh cara membaca dan menghafal
54

surat-surat pendek sebelum memulai pembelajaran. Contoh lain


keteladanan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembentukan
karakter siswa diantaranya, selalu mengucapkan salam kepada
sesama guru, dengan peserta didik, mengucap salam ketika masuk
ruang guru, ruang kelas, perpustakaan maupun ruang kepala
sekolah”.8 Comment [v7]: Sda

Nilai-nilai karakter yang diberikan melalui keteladan seorang

guru diharapkan dapat dikembangkan oleh peserta didik agar

menjadi kepribadian yang disiplin, sopan santun, bertanggung jawab,

dan berani.

3. Model pelaksanaan dalam pembelajaran Comment [v8]: Sub judul ditulis kapital
awal katanya, kecuali kata hubung.

Pendidikan karakter dalam proses pembelajaran secara tidak

langsung diberikan ketika proses pembelajaran, seperti metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta pembawaan atau

keteladanan guru. Keteladanan guru sangat penting karena guru

merupakan contoh yang selalu dilihat dan berhadapan dengan

peserta didik.

Berdasarkan hasil temuan penelitian di MI Salafiyah Lajo Lor

implementasi pendidikan karakter dalam membentuk kepribadian

siswa dilakukan denga cara guru:

1. Kegiatan Rutin Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, bentuk tugas

yang rutin diberikan kepada siswa agar siswa mengerjakan tugas

secara benar berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Aminah,

8
Wawancara kepada ibu Dra. Muhimatur Rokhmah selaku Kepala Sekolah MI Salafiyah
Lajo Lor, 20 Maret 2020 Pukul 07.00 WIB
55

S.Pd.I sebagai guru agama bahwa tugas yang biasa diberikan di

sekolah yaitu:

“Tugas yang biasa saya berikan kepada siswa berupa pekerjaan


rumah (PR), tugas individu, tugas kelompok. Akan tetapi, tugas
yang paling sering saya gunakan untuk mengetahui kejujuran
siswa dalam mengerjakan tugas dengan benar yaitu tugas
individu. Tujuannya agar anak berlatih percaya diri dengan
pekerjaan yang dikerjakan. Bentuknya dapat bermacam-macam,
misalnya pekerjaan rumah (PR), membuat kliping,
menggambar, dan membuat kerajinan. Selain itu siswa juga
harus melaksanakan tugas piket sesuai jadwal yang telah
dibuat”.9

Selain pendapat Ibu Aminah di atas, ada juga ibu Dra.

Muhimatur Rokhmah selaku Kepala Sekolah yang memiliki

pendapat sama yaitu:

“Tugas yang saya berikan untuk siswa yaitu berupa latihan soal
secara individu. Karena sekolah bukan rombongan tetapi setiap
kepala. Jadi, tanggung jawab untuk mengerjakan tugas dan
menjawab soal-sola latihan dengan benar adalah tanggung
jawab sendiri bukan orang lain. Setiap anak harus bisa, jika
ada yang belum bisa siswa harus jujur berkata belum bisa
kepada Ibu guru, jangan malu dan tidak perlu takut. Saya
senang ketika anak-anak jujur dengan dirinya sendiri. Saya juga
menekankan siswa-siswa untuk jujur dalam mengerjakan
pekerjaan rumah (PR). Jika ada siswa yang ketahuan tidak
mengerjakan sendiri, dikerjakan orang tua atau guru lesnya,
saya langsung memanggil siswa tersebut. Saya memberikan soal
yang sama dan siswa itu saya suruh mengerjakan kembali
secara benar dan jujur”.10

Sedangkan menurut ibu Mutmainnah, S.Pd.I selaku guru

agama, beliau mengatakan yaitu:

“Untuk menguji siswa agar mengerjakan tugas dengan benar


yaitu dengan latihan soal-soal dan ulangan individu. Tugas

9
Wawancara kepada ibu Aminah selaku Guru Agama MI Salafiyah Lajo Lor, 20 Maret
2020 Pukul 07.00 WIB.
10
Wawancara kepada ibu Dra. Muhimatur Rokhmah selaku Kepala Sekolah MI Salafiyah
Lajo Lor, 20 Maret 2020 Pukul 07.00 WIB.
56

kelompok untuk materi-materi tertentu yang saya gunakan untuk


melihat kejujuran dari siswa-siswa tersebut. Bentuk tugas lain
yang saya berikan kepada siswa yaitu pekerjaan rumah (PR),
tugas piket, merawat bunga dan menjaga kebersihan lingkungan
di sekolah”.11

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwasanya untuk membentuk kepribadian salah satunya

bersifat jujur, bentuk kegiatan rutin yang diberikan guru kepada

siswa dalam membuat dan mengerjakan tugas dengan benar

yaitu guru menekankan pemberian tugas dalam bentuk latihan

soal individu di sekolah, tugas piket dan tanggung jawab

individu di rumah dengan diberikan tugas berupa pekerjaan

rumah (PR). Guru memperingatkan siswa yang saat praktik

tidak sungguh-sungguh dan belum benar, siswa diberikan tugas

individu untuk berlatih sampai benar sesuai dengan pelajaran

praktik yang sedang dipelajari.

2. Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara

spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan pada saat

guru, tenaga pendidikan dan karyawan yang mengetahui adanya

perbuatan yang kurang baik kepada siswa, maka pada saat itu

juga dikoreksi sehingga tindakan itu tidak dilakukan lagi.

Kutipan ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan ibu

Mutmainah, S.Pd.I selaku Guru MI Salafiyah Lajo Lor, beliau

11
Wawancara kepada ibu Muthmainah, S.Pd.I selaku Guru Agama MI Salafiyah Lajo
Lor, 20 Maret 2020 Pukul 07.00 WIB.
57

menuturkan bahwasanya:

“Kalau saya melihat siswa tidak sungguh-sungguh mengerjakan


tugas, saya langsung mengingatkan dan menasehati siswa
tersebut. Jika sulit dikondisikan saya langsung memanggil siswa
tersebut di depan kelas dan menanyakan langsung alasannya
kepada siswa tersebut. Kalau ada siswa yang ketahuan
mengerjakan PR dikerjakan oleh orang tua atau guru les, saya
langsung memanggil siswa tersebut dan saya tanya, “Siapa
yang mengerjakan PR kamu, sayang?”. Siswa yang menjawab
jujur atau mengakui, tidak saya marahi tetapi saya beri
pengertian dan biasanya langsung saya suruh untuk
mengerjakan kembali di kelas sendiri dengan benar. Setelah
dicocokkan saya suruh mengisi dengan jawaban yang benar,
supaya dapat digunakan untuk belajar selanjutnya. Adapun
sanksi yang saya berikan langsung mengurangi nilainya.”12

Sedangkan menurut Ibu Muhimmatur Rokhmah selaku

Kepala Sekolah beliau menuturkan pendapatnya yaitu :

“Jika ada siswa yang melakukan pelangggaran, maka kami


pihak sekolah akan memberikan teguran langsung kepada siswa
tersebut pada waktu itu juga, dengan memberikan teguran
diharapkan siswa dapat berfikir lebih mandiri akan kesalahan
yang mereka perbuat”.13

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

kegiatan spontan yang dilakukan guru agar siswa mengerjakan

tugas dengan baik dan benar yaitu untuk tugas individu atau

kelompok, guru memberikan peringatan lisan kepada siswa

untuk mengerjakan soal/tugas dengan benar. Untuk siswa yang

tidak piket, kebiasaan yang dilakukan guru adalah siswa diberi

peringatan dan memberikan sanksi untuk piket dua kali lipat

12
Wawancara kepada ibu Muthmainah, S.Pd.I selaku Guru Agama MI Salafiyah Lajo
Lor, 20 Maret 2020 Pukul 07.00 WIB
13
Wawancara kepada ibu Dra. Muhimatur Rokhmah selaku Kepala Sekolah MI Salafiyah
Lajo Lor, 20 Maret 2020 Pukul 07.00 WIB
58

dihari berikutnya, tujuannya supaya tidak diulangi lagi. Untuk

PR guru memberikan kesempatan siswa supaya membenarkan

jawaban setelah dikoreksi, sehingga dapat digunakan untuk

belajar selanjutnya.

3. Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga

kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap

tindakan- tindakan yang baik, sehingga diharapkan guru dan

tenaga pendidikan menjadi orang pertama dan utama

memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan

nilai-nilai karakter.

Bentuk keteledanan yang beberapa guru lakukan salah

satunya yaitu, Ibu Muthmainah, S.Pd.I selaku guru pendidikan

agama Islam, saat wawancara beliau mengatakan yaitu:

“Saya kadang memberikan pesan ke siswa secara lisan, akan


tetapi kelemahannya siswa hanya masuk telinga kanan dan
telinga kiri. Misalnya, saat akan mengerjakan soal, ulangan
atau ujian saya berpesan agar siswa mengerjakan tugas dengan
sungguh- sungguh dan tidak tergesa-gesa, jujur dan percaya
diri. Saya juga biasanya memberikan contoh kepada siswa
dengan menulis materi di depan kelas dengan benar, berbicara
dengan benar dan membuat soal yang benar. Saat saya tidak
membawa bolpoint, saya pernah meminjam barang milik siswa
yang piket hari itu dan saya mengembalikan kepada siswa
tersebut”.14

14
Wawancara kepada ibu Muthmainah, S.Pd.I selaku Guru Agama MI Salafiyah Lajo
Lor, 20 Maret 2020 Pukul 07.00 WIB
59

Sedangkan hasil wawancara menurut ibu Aminah selaku

guru Agama, beliau mengatakan yaitu:

“Saya selalu berpesan kepada siswa untuk mengerjakan tugas


sesuai kemampuannya sendiri, yang teliti supaya jawabannya
benar. Setiap siswa harus paham dengan materi yang
saya jelaskan, sehingga siswa tidak bingung ketika saya tanya.
Saya juga berusaha menjelaskan materi dengan sungguh-
sungguh dan sebenar-benarnya. Saya tidak menghendaki siswa
melihat jawaban siswa yang lain, karena sama saja
membohongi diri sendiri. Oleh karena itu saya selalu mengajar
dengan hati dan berharap siswa-siswa kelak menjadi orang-
orang yang jujur dan kerja keras”.15

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

bentuk keteladanan yang dilakukan guru yaitu guru berusaha

membuat soal-soal latihan dan tugas siswa dengan serius dan

mendampingi siswa mengerjakan soal dan tugas dengan

sungguh-sungguh dan serius supaya jawaban siswa benar. Ada

juga keteladanan guru dalam menjaga kebersihan di kelas

maupun di luar kelas, seperti guru mengambil sampah yang

tampak berserakan, membersihkan papan tulisan dan

membersihkan almari dan kursi.

4. Pengkondisian

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter

maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan,

sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai kejujuran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rusminah, S.Pd.I

15
Wawancara kepada ibu Aminah selaku Guru Agama MI Salafiyah Lajo Lor, 20 Maret
2020 Pukul 07.00 WIB
60

selaku guru di MI Salafiyah Lajo Lor, beliau mengatakan yaitu:

“Ketika mengajar, saya selalu mengkondisikan semua siswa


untuk duduknya di tepi, agar tidak berdekatan dan siswa dapat
fokus dengan penjelasan yang saya sampaikan. Setelah saya
menjelaskan biasanya saya langsung melakukan latihan
individu sebagai pendalaman materi. Siswa sudah terkondisikan
duduk di tepi, sehingga tidak ada kesempatan untuk saling
mencontek dan menjaga konsistensi siswa dalam mengerjakan
soal latihan individu dengan benar dan jujur. Berkaitan dengan
piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah kami buat. Dan
saya juga selalu memberikan siswa PR setiap pelajaran saya,
supaya siswa belajar dengan sungguh-sungguh”.16

Sedangkan hasil wawancara menurut Bapak Taizuddin,

S.Pd.I selaku guru di MI Salafiyah Lajo Lor, beliau mengatakan

yaitu:

“Ketika akan mengerjakan latihan soal individu secara lisan


saya mengajak siswa untuk duduk tertib dan mengerjakan tugas
dengan benar. Saya selalu berpesan agar siswa tidak mudah
percaya dengan jawaban teman, tetapi jujur dengan jawaban
diri sendiri. Karena jika tidak dibiasakan maka akan membunuh
karakter jujur sejak kecil. Saya setiap hari memberikan PR
kepada siswa untuk kegiatan di rumah. Kalau untuk piket di
sekolah siswa mengerjakan sesuai jadwal piket yang telah
ada”.17

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

pengkondisian yang guru lakukan dalam membuat dan

mengerjakan tugas dengan benar yaitu guru memiliki metode

dan cara masing- masing dalam mengkondisikan siswa untuk

mengerjakan tugas individu/kelompok. Sedangkan dalam tugas

16
Wawancara kepada ibu Rusminah selaku Guru MI Salafiyah Lajo Lor, 21 Maret 2020
Pukul 09.00 WIB
17
Wawancara kepada Bapak Taizuddin, S.Pd.I selaku Guru MI Salafiyah Lajo Lor, 21
Maret 2020 Pukul 09.00 WIB
61

piket kelas, guru mengkondisikan dengan sudah membuat

jadwal piket kelasnya masing-masing. Guru juga sudah

memberikan mengkondisikan siswa untuk setiap mengerjakan

PR menggunakan buku khusus PR siswa.

C. Upaya Pembentukan Kepribadian Siswa MI Salafiyah Lajo Lor

Dalam membentuk kepribadian siswa di MI Salafiyah Lajo Lor seorang

guru mempunyai peranan yang sangat penting, meskipun dalam

pelaksanaannya guru melibatkan seluruh pihak sekolah. Selain kerja sama

dengan pihak sekolah guru juga bekerja sama dengan orang tua/wali dari

siswa untuk sama-sama mengawasi, mengarahkan, membina dan

membimbing anaknya jika berada di rumah atau berada di luar sekolah.

Upaya yang dilakukan dalam membentuk kepribadian siswa menurut

ibu Dra. Muhimmatur Rochmah yaitu :18

a. Guru Sebagai Pengawas

Guru yang berperan sebagai pengawas yaitu mengawasi seluruh

tingkah laku siswa-siswa yang ada baik saat berada di dalam kelas

maupun saat di luar kelas. Jika siswa melakukan salah maka guru bisa

segera menegur dan menasehatinya, sehingga mencegah siswa untuk

berbuat kesalahan dengan orang lain baik di lingkungan sekolah maupun

di lingkungan masyarakat atau mencegah terjadi sesuatu yang

menyimpang dari aturan yang telah dibuat dari sekolah.

18
Wawancara kepada ibu Dra. Muhimmatur Rochmah selaku Kepala Sekolah MI
Salafiyah Lajo Lor, 21 Maret 2020 Pukul 09.00 WIB
62

b. Guru sebagai Pembimbing

Sebagai orang tua kedua bagi siswa guru berperan sebagai

pembimbing yang selalu membimbing dan mengarahkan siswa ke arah

positif. Dalam membentuk kepribadian siswa guru mempunyai tanggung

jawab yang besar untuk menciptakan kepribadian siswa yang baik, yang

sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Bentuk bimbingan secara langsung

guru MI Salafiyah Lajo Lor yaitu : membimbing berdo’a bersama saat

mulai dan selesai pelajaran, membimbing dengan memberikan nasihat-

nasihat kepada siswa, membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan-

kegiatan sekolah.

c. Guru sebagai Teladan

Guru di MI Salafiyah Lajo Lor sudah memberikan teladan yang

baik untuk dicontoh oleh siswa-siswa baik dari segi berpakaian, segi

penampilan, tutur kata yang baik dan sopan.

d. Guru sebagai Pemberi Hukuman dan Ganjaran

Untuk memberikan rasa jera pada siswa yang telah melakukan

pelanggaran serta untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran maka

guru memperlakukan hukuman-hukuman yang telah disepakati bersama.

Selain itu, guru juga memberikan ganjaran untuk memotivasi siswa.

bentuk ganjaran yang diberikan oleh guru bukan berupa materi

melainkan berupa pujian atau nilai tambahan. Bentuk hukuman juga

bukan hukuman fisik melainkan hukuman yang mendidik seperti di suruh

mengerjakan soal tambahan atau meghafal surat pendek Al-Qur’an.


63

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya guru selalu

berupaya yang terbaik bagi peserta didik dalam membentuk kepribadian

siswa, hal tersebut dapat dilihat dari pengawasan guru yang dilakukan di

dalam kelas maupun sampai di luar kelas, guru juga selalu memberikan

teladan yang baik kepada peserta didik diharapkan mereka dapat mengambil

pelajaran dari keteladanan seorang guru.

D. Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Implementasi

Pendidikan Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa.

1. Faktor Penghambat

a. Waktu

Terbatasnya waktu merupakan salah satu hambatan dalam

membentuk kepribadian siswa, karena siswa tidak setiap saat berada

di sekolah, maka terbatasnya waktu menjadi salah satu penghambat

dalam membentuk kepribadian siswa.

b. Terbatasnya pengawasan dari sekolah.

Pihak sekolah tidak bisa terus menerus mengawasi siswa karena

siswa tidak 24 jam berada di sekolah, jadi pengawasan dari pihak

sekolah pun terbatas atau masih membutuhkan waktu sangat lebih

lama lagi untuk dapat mengawasi siswa-siswa tersebut.

Berdasarkan wawancara kepada ibu Dra. Muhimmatur Rochmah

beliu menuturkan bahwasanya:

“Kami sangat sulit mengawasi para siswa jika berada di luar


lingkungan sekolah, karena tidak mungkin seorang guru harus
64

mengawasi siswanya satu persatu, apa lagi jika rumah mereka


sangat jauh. Oleh karena itu kami menghimbau kepada orang tua
untuk mengawasi putra-putrinya jika sedang berada di luar
lingkungan sekolah”.19

c. Lingkungan siswa

Tidak semua siswa berada di lingkungan atau pergaulan yang

kental dengan agama, banyak siswa yang bergaul dengan teman

yang tidak semuanya memiliki latar belakang keluarga yang religius

dan berpendidikan yang tinggi. Jadi siswa bisa terpengaruh dengan

pergaulan lingkungan siswa tersebut.

d. Latar belakang siswa yang berbeda-beda

Tidak semua siswa berasal dari keluarga yang pengetahuan

agamanya yang kuat, karena latar belakang siswa yang dapat

menentukan kepribadian dari siswa tersebut tetapi banyak siswa

yang berasal dari keluarga biasa dalam pengetahuan ilmu agama.

e. Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua

Kurangnya perhatian orang tua dikarenakan orang tua yang

sibuk bekerja di luar rumah sehingga kurangnya perhatian untuk

siswa dan pengawasan tentang ketertiban siswa dalam melakukan

ibadah. Pengawasan siswa dalam bergaul juga kurang, dan kurangnya

teguran atau peringatan kepada siswa jika siswa tidak melakukan

kewajiban karena orang tua sibuk bekerja di luar rumah.

19
Wawancara kepada ibu Dra. Muhimmatur Rochmah selaku Kepala Sekolah MI
Salafiyah Lajo Lor, 21 Maret 2020 Pukul 09.00 WIB
65

f. Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas

Di era globalisasi ini, media informasi marak mulai dari radio

sampai internet yang dengan mudah untuk kita mengaksesnya.

Banyak informasi yang baik yang buruk dengan mudah kita

mendapatkannya. Ironisnya peserta didik sudah mengenalnya, tapi

mereka belum bisa membedakan mana yang baik dan yang tidak

baik, ini semua yang nantinya akan berdampak buruk bagi mereka,

baik pada perkembangan, sikap, perilaku, serta pola pikir siswa.

2. Faktor Pendukung

a. Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi,

mendidik dan membina siswa untuk menjadikan siswa berkarakter

dan berkepribadian yang baik dimanapun siswa tersebut berada.

b. Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan

keagamaan, sehingga siswa bisa menerapkan kegiatan keagamaan

tersebut di luar sekolah walaupun tidak di dampingi oleh guru-

gurunya.

c. Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, dengan adanya kegiatan-

kegiatan di sekolah dapat mendukung guru dalam mengawasi,

mendidik dan membina siswa menjadi lebih baik lagi dari yang

sebelumnya.

d. Adanya tata tertib di sekolah, dengan tata tertib sekolah guru dapat

membimbing siswa dengan lebih mudah karena tata tertib tersebut

telah disepakati oleh semua pihak sekolah yang ada.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membentukan Kepribadian

Siswa di MI Salafiyah Lajo Lor Singgahan Tuban Comment [v1]: Pada bab IV
Pembahasan, peneliti mengkaitkan antara
hasil penelitian dengan teori. Jadi
Manusia yang berkarakter adalah manusia yang memiliki memungkinkan untuk menyertakan
footnote berupa sumber buku.

keseimbangan antara aspek intellectual intelligence (kecerdasan intelektual),

emotional intelligence (kecerdasan emosi), dan spiritual intelligence

(kecerdasan spiritual). Perpaduan yang seimbang dari ketiga kecerdasan

inilah yang memungkinkan seseorang mampu menjalani kehidupan ini penuh

dengan kesiapan, siap menghadapi apapun jalan kehidupan yang

membentang.

Dalam proses pembelajaran berkarakter di MI Salafiyah Lajo Lor,

kepala sekolah menerapkan konsep pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai

Keislaman, kreatifitasan, dan menyenangkan. Peserta didik ditempatkan

sebagai pusat kegiatan pembelajaran, sehingga perkembangan psikologi

peserta didik sangat diperhatikan.

Dari data yang peneliti peroleh dapat diketahui bahwa dalam proses

proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter dalam membentuk

kepribadian siswa di MI Salafiyah Lajo Lor proses pembelajarannya terdiri

dari dua model yaitu:

a. Model pelaksanaan non pembelajaran Comment [v2]: Diperhatikan urutan


numberingnya. Harusnya ini angka 1.

67
68

Dalam model pelaksanaan non pembelajaran, proses pembentukan

karakter peserta didik yang diajarkan oleh guru dilakukan dengan

berbagai metode, dan metode yang digunakan ialah:

1. Metode Pembiasaan Comment [v3]: Ini numberingnya a.

Dalam hal ini pembiasaan yang diberikan kepada murid adalah

pembiasaan membaca surat-surat pendek, pembiasaan mendirikan

sholat, dan pembiasaan untuk selalu memuji Allah. Dengan

pembiasaan yang positif tersebut diharapkan dapat membentuk

karakter peserta didik yang relegius.

2. Metode keteladanan

Dalam hal ini keteladanan seorang guru sangat berpengaruh

penting bagi pola fikir peserta didik. Karena seorang guru sebagai

panutan bagi para peserta didiknya. Dalam proses pelaksanaan

pendidikan berkarakter di MI Salafiyah Lajo Lor guru diwajibkan

untuk memberikan tauladan yang baik kepada para peserta didiknya

diantaranya turut serta dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah

seperti sholat berjamaah, pembacaan asmaul husna dan guru juga

memberikan contoh cara membaca dan menghafal surat-surat pendek

sebelum memulai pembelajaran. Contoh lain keteladanan yang

ditunjukkan oleh guru dalam pembentukan karakter siswa

diantaranya, selalu mengucapkan salam kepada sesama guru, dengan

peserta didik, mengucap salam ketika masuk ruang guru, ruang kelas,

perpustakaan maupun ruang kepala sekolah. Dengan keteladanan


69

yang diberikan seorang guru tersebut secara tidak sengaja peserta

didik akan mengikuti prilaku yang dicerminkan oleh seorang guru.

b. Model pelaksanaan dalam pembelajaran

Dalam pelaksanaan model ini dibagi menjadi beberapa tipe

diantaranya :

1. Kegiatan Rutin Sekolah

Kegiatan rutin yang dimaksud adalah pemberian tugas dari guru

kepada peserta didik. Tugas yang diberikan berupa tugas

inividu, tugas kelompok maupun pekerjaan rumah (PR). Dengan

pemberian tugas ini diharapkan peserta didik dapat mengerjakan

dengan benar dan dapat menumbuhkan percaya diri akan

kemampuan yang dimilikinya serta dapat menanamkan sifat

kejujuran dalam dirinya.

2. Kegiatan Spontan

kegiatan spontan yang dilakukan guru agar siswa mengerjakan

tugas dengan baik dan benar yaitu untuk tugas individu atau

kelompok, guru memberikan peringatan lisan kepada siswa

untuk mengerjakan soal/tugas dengan benar. Untuk siswa yang

tidak piket, kebiasaan yang dilakukan guru adalah siswa diberi

peringatan dan memberikan sanksi untuk piket dua kali lipat

dihari berikutnya, tujuannya supaya tidak diulangi lagi. Untuk

PR guru memberikan kesempatan siswa supaya membenarkan


70

jawaban setelah dikoreksi, sehingga dapat digunakan untuk

belajar selanjutnya.

3. Keteladanan

Bentuk keteladanan yang dilakukan guru yaitu guru berusaha

membuat soal-soal latihan dan tugas siswa dengan serius dan

mendampingi siswa mengerjakan soal dan tugas dengan

sungguh-sungguh dan serius supaya jawaban siswa benar. Ada

juga keteladanan guru dalam menjaga kebersihan di kelas

maupun di luar kelas, seperti guru mengambil sampah yang

tampak berserakan, membersihkan papan tulisan dan

membersihkan almari dan kursi.

4. Pengkondisian

Pengkondisian yang guru lakukan dalam membuat dan

mengerjakan tugas dengan benar yaitu guru memiliki metode

dan cara masing- masing dalam mengkondisikan siswa untuk

mengerjakan tugas individu/kelompok. Sedangkan dalam tugas

piket kelas, guru mengkondisikan dengan sudah membuat

jadwal piket kelasnya masing-masing. Guru juga sudah

memberikan mengkondisikan siswa untuk setiap mengerjakan

PR menggunakan buku khusus PR siswa.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya proses

pelaksanaan pendidikan karakter di MI Salafiyah Lajo Lor sudah sangat baik,

karena langkah-langkah yang diambil sudah mencerminkan pendidikan


71

karakter yang berwawasan Islam seperti halnya dalam segi non pembelajaran

siswa dibiasakan untuk melaksanakan shalat berjamah, membaca surat-surat

pendek dan memuji Allah. Guru juga di wajibkan untuk memberikan tauladan

yang baik bagi peserta didiknya seperti halnya selalu mengucapkan salam

kepada guru maupun dengan peserta didik, mengucap salam ketika masuk

ruang guru, ruang kelas, perpustakaan maupun ruang kepala sekolah.

sedangkan segi pembelajaran siswa diberikan kegiatan rutin sekolah berupa

tugas-tugas yang harus dikerjakan dengan benar dan jujur, siswa juga

diberikan teguran dan sangsi jika melakukan pelanggaran. Guru diharuskan

memberikan contoh yang baik seperti halnya membuang sampah pada

tempatnya dan membersihkan tempat yang kotor.

B. Upaya dalam Pembentukan Kepribadian Siswa di MI Salafiyah Lajo

Lor. Comment [v4]: Sda.

Dalam pembentukan kepribadian seseorang siswa memerlukan waktu

yang cukup lama. Dalam upaya pembentukan kepribadian siswa MI Salafiyah

Lajo Lor memngambil beberpa tindakan diantaranya:

1. Guru Sebagai Pengawas

Disini guru berperan sebagai pengawas yang mengawasi tingkah laku

peserta didik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dengan

bekerjasama dengan orang tua mereka masing-masing. Jika melakukan

kesalahan guru langsung menegurnya agar tidak mengulangi kesalahan

mereka.
72

2. Guru Sebagai Pembimbing

Guru berperan sebagai pembimbing yang selalu membimbing dan

mengarahkan siswa ke arah positif. Dalam membentuk kepribadian

siswa guru mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menciptakan

kepribadian siswa yang baik, yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama.

Bentuk bimbingan secara langsung guru MI Salafiyah Lajo Lor yaitu :

membimbing berdo’a bersama saat mulai dan selesai pelajaran,

membimbing dengan memberikan nasihat-nasihat kepada siswa,

membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah.

3. Guru sebagai Teladan

Guru di MI Salafiyah Lajo Lor sudah memberikan teladan yang

baik untuk dicontoh oleh siswa-siswa baik dari segi berpakaian, segi

penampilan, tutur kata yang baik dan sopan.

4. Guru sebagai Pemberi Hukuman dan Ganjaran

Jika seorang murid melakukan kesalahan maka guru akan memberikan

hukuman yang positif berupa mengerjakan soal tambahan atau meghafal

surat pendek Al-Qur’an. Dengan begitu diaharapakan memberikan efek

jera kepada siswa yang melakukan kesalahan tersebut.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwasanya upaya yang

dilakukan MI Salafiyah Lajo lor dalam pembentukan kepribadian siswa sudah

sangat baik hal ini dibuktikan dengan menengkankan kinerja seorang guru

agar lebih baik dalam mengawasi dan memberi teladaan yang positif yang

bisa di ambil contoh menjadi kepribadian yang baik.


73

C. Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Implementasi

Pendidikan Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa Comment [v5]: Sda, belum
mengkaitkan antara hasil penelitian dan
teori.
1. Faktor Penghambat

Faktor penghambat yaitu hal-hal yang menjadi penghalang atau

pengganggu proses dalam membentuk kepribadian siswa yang

dilaksanakan oleh kepala sekolah, guru dan seluruh warga sekolah. faktor-

faktor penghambat dalam membentuk kepribadian siswa di MI Salafiyah

Lajo Lor yaitu:

a. Waktu

b. Terbatasnya pengawasan dari sekolah.

c. Lingkungan siswa

d. Latar belakang siswa yang berbeda-beda

e. Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua

f. Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas

2. Faktor Pendukung

a. Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi,

mendidik dan membina siswa.

b. Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan keagamaan.

c. Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.

d. Adanya tata tertib di sekolah.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwasanya dalam implementasi pendidikan karakter yang ada di MI

Salafiyah Lajo Lor menggunakan model non pembelajaran dan non

pembelajaran. Model non pembelajaran seperti untuk melaksanakan Comment [v1]: Sama,

shalat berjamah, membaca surat-surat pendek dan memuji Allah.

sedangkan model pembelajaran siswa diberikan kegiatan rutin sekolah

berupa tugas-tugas yang harus dikerjakan dengan benar dan jujur, siswa

juga diberikan teguran dan sangsi jika melakukan pelanggaran.

1. Bahwasanya upaya yang dilakukan MI Salafiyah Lajo Lor dalam Comment [v2]: Numeringnya diulang

membentuk kepribadian siswa dengan mengambil tindakan seperti guru

sebagai pengawas, guru sebagai pembimbing, guru sebagai teladan dan

guru sebagai pemberi hukuman atau ganjaran.

2. Bahwasanya dalam implementasi pendidikan karakter dalam membentuk

kepribadian siswa terdapat faktor penghambat dan pendukung yaitu:

a. Faktor Penghambat

1. Waktu

2. Terbatasnya pengawasan dari sekolah.

3. Lingkungan siswa

4. Latar belakang siswa yang berbeda-beda

5. Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua

6. Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas

74
75

b. Faktor Pendukung

1. Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam

mengawasi, mendidik dan membina siswa.

2. Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan

keagamaan.

3. Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.

4. Adanya tata tertib di sekolah.

B. Saran

1. Guru hendaknya lebih meningkatkan penerapan pendidikan karakter dan

pembentukan kepribadian kepada siswa-siswinya khususnya hal yang

menyangkut tentang pendidikan karakter dan kepribadian siswa, dengan

mengembangkan indikator pendidikan karakter ke dalam kurikulum

dengan membentuk budaya dan pembiasaan yang berkarakter terhadap

semua komponen sekolah.

2. Siswa-siswi hendaknya lebih meningkatkan kedisiplinan. Hal ini

dimaksudkan agar segala peraturan yang berlaku di MI Salafiyah Lajo

Lor dapat ditaati demi kebaikan sekolah dan siswa sendiri sebagai penerus

bangsa.

3. Orang tua siswa harus proaktif dalam melakukan penerapan pendidikan

karakter dalam membentuk kepribadian siswa, sehingga siswa tersebut

menjadi siswa yang mempunyai karakter dan tingkah laku yang baik,

orang tua juga harus terus memberikan pengawasan serta perhatian yang
76

cukup terhadap siswa ketika bermain di lingkungan sosialnya, karena

lingkungan sosial sangat berpengaruh bagi siswa dalam menentukan

karakter dan kepribadian bagi setiap siswa.

Anda mungkin juga menyukai