Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, tugas terstruktur kami, mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dengan sub bahasan pedoman penghayatan pengamalan pancasila,dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.
Kami menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sangat membangun kami perlukan demi kesempurnaan makalah ini . Kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Hormat kami
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila kita cermati bahwa penataran P-4 lebih dititik beratkan pada pembinaan
moral bangsa yang esensinya adalah pengendalian diri. Seorang warganegara diharapkan
mampu mengendalikan diri dalam segala aspek kehidupan, diperlukan toleransi yang tinggi,
dan tidak mementingkan diri sendiri. Hanya dengan jalan ini maka kebersamaan akan
terwujud dalam masyarakat yang pluralistik.
Dalam rangka mengantisipasi gerakan globalisasi yang melanda dunia dan dalam
mempersiapkan diri memasuki millennium ke-3, serta menghadapi tinggal landas
pembangunan, penataran P-4 perlu ditingkatkan. Terbitlah Instruksi Presiden No 2 tahun
1994 tentang Peningkatan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila disingkat P2-P4. Intinya adalah bagaimana Pancasila sebagai ideologi terbuka
mampu mengantisipasi tantangan zaman, dan bagaimana usaha untuk meningkatkan
kesadaran warganegara akan hak dan kewajibannya sebagai pribadi, makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga bangsa serta warga dunia.
Berdasarkan data statistik yang dihimpun oleh BP-7 Pusat, pada akhir tahun 1990-an
lebih dari 90% warganegara Indonesia yang berumur 6 tahun ke atas telah mengikuti
pemasyarakatan P-4 dengan berbagai pola dan metode. Bahkan tidak jarang yang mengalami
beberapa kali kegiatan pemasyarakatan P-4, sesuai dengan tingkat pendidikan dan
profesinya.
TAP MPR RI No.II/MPR/1978 tentang P-4 yang telah dicabut dengan Ketetapan
MPR RI No. XVIII/MPR/1998, di antaranya berisi: (1) bahwa P-4 ini diperuntukkan sebagai
penuntun dan pegangan hidup bagi setiap warganegara Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, (2) Presiden bersama-sama DPR ditugasi untuk melaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Untuk menindak lanjuti TAP MPR tersebut Presiden menerbitkan
Instruksi Presiden No. 10 tahun 1978, untuk menyelenggarakan penataran P-4, dan sebagai
langkah pertama diselenggarakan penataran bagi calon Penatar Tingkat Nasional, yang biasa
disebut Manggala. Penataran Manggala pertama berlangsung dari tanggal 1 Oktober
sampai dengan 15 Oktober 1978, berlangsung di Istana Bogor dan diselenggarakan oleh
Menteri Dalam Negeri, Menteri Sekretaris Negara dan Menteri Negara Penertiban Aparatur
Negara. Manggala angkatan pertama berjumlah sekitar 100 orang terdiri dari para pejabat
eselon dua dan satu dari berbagai departemen dan lembaga negara. Kemudian para manggala
angkatan pertama ini bersama dengan para pembina penatar nasional ditugasi untuk
menyusun bahan penataran yang terdiri atas tiga bahan yakni Pancasila, UUD 1945, dan
GBHN dengan merujuk pada Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan MPR yang terkait.
Penataran pola 120/144 jam menjadi kewenangan BP-7 Pusat, sedang pola yang lain
menjadi kewenangan BP-7 Daerah, dan lembaga-lembaga pendidikan. Di samping metoda
penataran dikembangkan juga pemasyarakatan P-4 dengan menggunakan modul, metoda
simulasi dan cerdas tangkas P-4 yang diselenggarakan baik di tingkat nasional maupun
tingkat daerah.
C. BUTIR BUTIR P4
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
D. POLA PELAKSANAAN P4
Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar
Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga negara, baik dalam
kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakatan. Oleh sebab itu,
diharapkan lebih terarah usaha-usaha pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan
Pancasila dan pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat Pancasila.
1. Jalur-jalur yang digunakan
1) Jalur pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengamalan Pancasila, baik
pendidikan formal (sekolah-sekolah) mapun pendidikan nonformal (di keluarga dan
lingkungan masyarakat), keduanya sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia.
Dalam pendidikan formal semua tindak perbuatannya haruslah mencerminkan nilai-
nilai luhur Pancasila. Dalam pendidikan keluarga pengamalan Pancasila harus
ditanamkan dan dikembangkan sejak anak-anak masih kecil, sehingga proses
pendarah-dagingan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan menuntut suasana keluarga
yang mendukung. Lingkungan masyarakat juga turut menentukan sehingga harus
dibina dengan sungguh-sungguh supaya menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan
pengamalan Pancasila.