KEPERAWATAN GERONTIK
Oleh
Kelompok 4
i
MAKALAH
Oleh:
MARET, 2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Gangguan pernafasan dan terapi modalitasnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi ..iv
Bab 1. Pendahuluan .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...2
Bab 2. Tinjauan Pustaka .......................................................................................3
2.1 Perubahan Sistem Pernafasan Lansia...3
2.2
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan Sistem Pernafasan Lansia
Pada orang sehat perubahan anatomic fisiologik merupakan bagian
dari proses menua. Usia lanjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi
merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stress atau
pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi
pada usia lanjut (Martono, 1999).
Perubahan anatomic system pernafasan
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomic yang mengenai
hampir seluruh susunan anatomic tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan
atau organ yang bersangkutan. Perubahan yang dialami pada lansia adalah:
a. Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan
mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut
epigastrik relative mengecil dan volume rongga dada mengecil
b. Otot-otot pernafasan: mengalami kelemahan akibat atrofi
c. Saluran nafas: akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastic
bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin
tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.
d. Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan
alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis. Struktur
kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang
sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim mengurang.
Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena
menurunnya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permukaan
alveolus.
Perubahan-perubahan fisilogis system pernafasan
Perubahan fisiologis (fungsi) pada system pernafasan yang terjadi anatara lain:
1. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, amupun
volume rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitude
pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan otot
pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas.
2. Distribusi gas: perubahan struktur anatomic saluran nafas akan
menimbulkan penumpukan Warn dalam alveolus (air trapping) ataupun
gangguan pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang alvebronkus.
2
3. Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa
faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim parts
menurun, (3) resistensi saluran nafas menurun. Pada usia lanjut terjadi
pengurangan ventilasi paru.
4. Gangguan transport gas: penurunan PaO2 secara bertahap, penyebabnya
terutama disebablan adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
5. Gangguan perubahan ventilasi pain: gangguan pengaturan ventilasi paru,
akibatnya adanya penurunan kepekaaan kemoreseptor perifer,
kemoresptoe sentral ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata
dan pons terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian
PaCO2, perubahan PH darah arteri dan sebagainya.
Perubahan fisik system pernafasan
a). Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, shingga pernafasan cepat dan dangkal
b). Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan secret
c). Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempis) sehingga jumlah
udara pernafasan yang masuk kemparu mengalami penurunan, jika pada
pernafasan yang tenang kira-kira 500 ml.
d). Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan
normal 50 m2), menyebabkan terganggunya proses difusi
e). Penurunan oksigen (O2)
Faktor Risiko
1. Merokok : merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi
penyempitan saluran nafas. Pada tingkat lanjut dapat terjadi penyakit paru
obstruktof menahun (PPOM)
2. Obesitas: kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru. Obesitas
biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan dinding perut
yang dapat mengganggu compliance dinding dada.
3. Imobilitas: imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan
gerak saat otot-otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital atau volum paru
akan berkurang
4. Operasi: pembedahan torak (jantung dan paru), pembedahan abdomen
bagian atas dan anestesi atau jenis obat anestesi tertentu. Adanya
perubahan patofisiologik paru atau sepsis dan selanjutnya mudah terjadi
kematian karena timbulnya gagal nafas.
3
Penyakit PPOK
Penyakit paru obstrukti kronis adalah penyakit obstruksi jalan nafas
karena bronchitis kronis atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat
progresif, disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversible.
Bronchitis kronis ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun,
dan paling sedikit selama 2 tahun. Emfiesema adalah suatu perubahan anatomis
paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara (Mansjoer,
2000).
Faktor yang menyebabkan timbulnya PPOk menurut Mansjoer (2000) adalah:
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran nafas
5. Bersifat genetic yaitu defisiensi alfa satu antitrypsin
Manifestasi Klinis PPOK
a. Batuk
b. Adanya sputum putih atau mukoid
c. Sesak samapai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
Komplikasi PPOK:
a. Gagal nafas akut
b. Corpulmunal
c. Pneumothoraks
Klasifikasi derajat PPOK :
1. Derajat 1 (PPOK ringan): gejala batuk kkronik dan produksi sptum ada
tetapo tidak sering
2. Derajat II (PPOK sedang): gejala sesak mulai dirasakan saat akttivitas dan
kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum
3. Derajat III (PPOK berat): gejala sesak lebih berat, ppenurunan aktivitas
dan rasa lelah semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup
4. Derajat IV (PPOK sangat berat): adanya gagal napas atau gagal jantung
kanan dan ketergantungan oksigen.
4
Daftar Pustaka
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:EGC
R.Boedi, Dharmojo dan H.Hadi, Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri
(IlmuKesehatan usia lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC
5
6