Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN BENCANA

Learning Task I
KONSEP DASAR BENCANA

SGD 1:
1. Pontersina Nona Marlen (1402105001)
2. I.G.A Eka Setiawati Yuana P. (1402105003)
3. Ni Luh Putu Nopriani (1402105013)
4. Ni Wayan Ika Puspitasari (1402105029)
5. Kadek Erik Muliawan (1402105049)
6. I Gusti Ayu Kamala S. (1402105051)
7. Luh Made Indah Kusuma D. (1402105052)
8. Pande Putu Krisna Hadi S. (1402105058)
9. Ayu Prita Windari (1402105060)
10. Ni Made Risa Dwiyani (1402105065)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

Learning Task Disaster senin, 9 oktober 2017

1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan bencana


Pengertian bencana
a. Menurut Depkes RI, 2001 (dalam Efendi, F. dan Makhfudli, 2009), bencana
adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan
bantuan luar biasa dari pihak luar.
b. Dalam Bab I Pasal 1 UU No 24 Tahun 2007 tentang Penganggulangan
Bencana, menyebutkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan
masyarakat, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor
manusia, sehingga menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Depkes RI).
c. WHO (2002), menyatakan bahwa disaster adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena (Efendi, F. dan Makhfudli, 2009).
Bencana adalah suatu rangkaian peristiwa mengancam kehidupan disebabkan oleh
faktor alam ataupun ulah manusia yang akan menimbulkan korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2
2 Penyebab bencana dibagi menjadi dua yaitu ilamiah dan ulah manusia.
Jelaskan pengertian penjelasan di atas, berikan contoh, dan kenapa hal itu bisa
terjadi
1. Bencana Alamiah
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Contoh bencana alamiah
adalah:
a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktifitas gunung api
atau runtuhan batuan. Gempa bumi merupakan suatu peristiwa alam dimana terjadi
getaran pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari
pusat gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam
bentuk gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi
disebut gempa bumi.
b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng
inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu
melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan
mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati
permukaan bumi. Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau
dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis
produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi
kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan.
c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan tsu
berarti lautan, nami berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011). Menurut Bakornas PB (2007),
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang

3
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsive tersebut
bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan
tsunami bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya gelombang tersebut
mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah atau
berkurangnya kedalaman perairan, dengan proses ini arah pergerakan arah
gelombang juga berubah dan energi gelombang bias menjadi terfokus atau juga
menyebar.
d. Banjir adalah merupakan suatu keadaan sungai dimana aliran airnya tidak
tertampung oleh palung sungai, karena debit banjir lebih besar dari kapasitas sungai
yang ada. Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi dua
hal, yaitu karena sebab-sebab alami dan karena tindakan manusia. Yang termasuk
sebab alami diantaranya:
- Curah hujan. Pada musim penghujan curah hujan yang tinggi akan
mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai, maka
akan timbul banjir atau genangan .
- Pengaruh fisiografi. Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, dan
kemiringan Daerah Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai, Geometri
hidrolik (Bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang,
material dasar sungai), lokasi sungai .
- Erosi dan sedimentasi. Erosi di DPS berpengaruh terhadap kapasitas
penampungan sungai, karena tanah yang tererosi pada DPS tersebut apabila
terbawa air hujan ke sungai akan mengendap dan menyebabkan terjadinya
sedimentasi. Sedimentasi akan mengurangi kapasitas sungai dan saat terjadi
aliran yang melebihi kapasitas sungai dapat menyebabkan banjir.
- Kapasitas sungai. Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai disebabkan
oleh pengendapan yang berasal dari erosi dasar sungai dan tebing sungai yang
berlebihan, karena tidak adanya vegetasi penutup.
- Pengaruh air pasang. Air laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu
banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi, maka tinggi genangan/ banjir
menjadi lebih tinggi karena terjadi aliran balik (back water)

4
e. Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah atau material lapoan, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Secara geologi dimana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan
atau gumpalan besar tanah. Gejala umum tanah longsor ditandai dengan munculnya
retakan-retakan dilereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya terjadi setelah
hujan, munculnya mata air baru secara tiba-tiba dan tebing rapuh serta kerikil mulai
berjatuhan.
f. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk
kebutuhan
hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeri
ngan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada
tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan.
g. Angin puting beliung/angin topan adalah angin kencang yang datang secara tiba-
tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan
40 50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu
singkat (3-5 menit).

2. Bencana Ulah Manusia


Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan
manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase,
ledakan, gangguan listrik, gangguan komunikasi, gangguan transportasi, dan lainnya
(Efendi, 2009). Contoh bencana ulah manusia adalah:
Eksplorasi
a. Banjir
Banjir dapat diklasifikasikan berdasarkan langsung atau tidak langsungnya peran
manusia.
- Banjir yang disebabkan oleh peran manusia secara tidak langsung
Dalam kategori ini, banjir dipandang sebagai peristiwa alam yang terjadi karena
kehendak alam. Beberapa penyebab banjir yang termasuk kategori ini antara
lain:

5
Curah hujan tinggi yang menyebabkan debit air sungai lebih besar dari
kapasitas alur sungainya, sehingga timbul genangan pada daerah dataran
banjir.
Aliran pada anak sungai tertahan oleh aliran pada sungai induknya.
Terjadinya debit puncak banjir pada sungai induk dan anak sungai pada
pertemuan sungai-sungai tersebut pada saat yang bersamaan
Terjadinya pembendungan pada muara sungai akibat air pasang laut.
Terjadinya penyempitan pada alur sungai berupa Bottle Neck atau Ambal
Alam, sehingga menimbulkan pembendungan muka air sungai.
Terdapat hambatan-hambatan terhadap aliran sungai yang disebabkan oleh
faktor penampung alur sungainya yaitu antara lain berupa diameter, muara
anak sungai pada sungai induknya yang tidak satu arah aliran (Stream Line)
dan sebagainya.
Kemiringan sungai yang sangat landai sehingga kapasitas, pengaliran alur
sungai maupun daya angkut sungai terhadap sedimen relatif kecil, kondisi
terakhir ini dapat menimbulkan proses agradasi dasar sungai.

- Banjir yang disebabkan oleh peran manusia secara langsung


Beberapa peran perilaku manusia yang berdampak terhadap peristiwa banjir
secara langsung, antara lain:
Tumbuhnya daerah-daerah pemukiman dan kegiatan baru di daerah dataran
banjir.
Alur-alur sungai semakin menyempit disebabkan oleh adanya pemukiman
sepanjang pinggir alur sungai.
Terjadinya proses agradasi dasar sungai, yang disebabkan karena terjadinya
perubahan keseimbangan antara daya angkut sungai terhadap sedimen dan
besarnya angkutan sedimen tersebut.
Debit sungai untuk periode ulang tertentu menjadi lebih besar yang pada
umumnya disebabkan oleh perubahan tata guna tanah.
Pengembangan yang ditimbulkan oleh pembuatan bangunan-bangunan
sepanjang sungai terutama pada kondisi banjir.
Pemeliharaan alur sungai dan bangunan-bangunannya kurang memadai
sehingga alur sungai serta bangunan-bangunan pengendali banjir tidak
berfungsi dengan baik.

6
Kurangnya kesadaran masyarakat yang tinggal sepanjang sungai, antara lain
berupa kegiatan pemanfaatan sungai dan saluran-saluran pembuangan untuk
tempat pembuangan sampah.
Belum ada pengaturan penggunaan lahan bantaran sungai maupun dataran
banjir yang setiap saat bisa timbul di daerah tersebut.
Terbatasnya usaha/tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
banjir.

b. Kekeringan
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang tidak bisa dielakan dan
secara perlahan, berlangsung lama, hingga musim hujan tiba. Kekeringan
berdampak sangat luas dan bersifat lintas sektoral (ekonomi, sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain). Secara umum pengertian kekeringan adalah kondisi
ketersediaan air yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan, baik untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Dengan kata lain,
kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air.

c. Longsor
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas lereng yang mengakibatkan
terjadinya longsoran. Beberapa faktor penyebab longsor lereng yang sering terjadi
antara lain: hujan, lereng terjal, tekstur tanah, batuan yang kurang kuat, tata lahan,
penambahan beban pada lereng, penggalian atau pemotongan tanah pada kaki
lereng dan penggalian yang mempertajam kemiringan lereng, getaran atau gempa
bumi. Penggunaan lahan untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak hingga
menggunung dan pada lereng meningkatkan resiko terjadinya longsor, apalagi
ditambah dengan guyuran hujan.

Eksploitasi
Beberapa fakta terkait tingginya kerusakan lingkungan di Indonesia akibat kegiatan
manusia antara lain:
a. Laju deforestasi mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 21% dari 133
juta hektar hutan Indonesia hilang. Hilangnya hutan menyebabkan penurunan

7
kualitas lingkungan, meningkatkan peristiwa bencana alam, dan terancamnya
kelestarian flora dan fauna.
b. 30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan.
Kerusakan terumbu karang meningkatkan resiko bencana terhadap daerah pesisir,
mengancam keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan produksi perikanan laut.
c. Tingginya pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran
laut di Indonesia.
d. Ratusan tumbuhan dan hewan Indonesia yang langka dan terancam punah. Menurut
catatan IUCN Redlist, sebanyak 76 spesies hewan Indonesia dan 127 tumbuhan
berada dalam status keterancaman tertinggi yaitu status Critically Endangered
(Kritis), serta 205 jenis hewan dan 88 jenis tumbuhan masuk kategori Endangered,
serta 557 spesies hewan dan 256 tumbuhan berstatus Vulnerable.

3. Sebutkan dan jelaskan peran dari pihak yang berkepentingan dalam


penanggulangan bencana :
a. Pemerintah (pusat dan daerah)
Penanggulangan bencana merupakan salah satu fungsi dari pemerintah, maka dari itu
pemerintah bersama dengan unsur masyarakat mengerahkan sumber daya, prasarana
dan sarana yang ada. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (2014), selain
unsur masyarakat, pemerintah juga membentuk badan-badan terkait penanggulangan
bencana. Dalam hal ini pemerintah sebagai penanggung jawab dan fasilitator di dalam
penyelenggaraan kebencanaan.
Pembentukan badan-badan khusus
Badan-badan khusus penanggulangan bencana, seperti:
- Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (BAKORNAS
PBA) atau BAKORNAS saja. Upaya penanggulangan bencana alam di
Indonesia secara koordinatif telah digariskan dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1979 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bnecana Alam (BAKORNAS) yang merupakan suatu badan
yang bertugas dalam mengkoordinasikan semua kegiatan penanggulangan
bencana alam.

8
- Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam (SATKORLAK
PBA) yang merupakan satuan koordinasi yang ada di masing-masing provinsi.

BAKORNAS di tingkat pusat harus melakukan koordinasi dengan SATKORLAK di


tingkat daerah untuk mengkoordinir dan memadukan kegiatan-kegiatan
penanggulangan bencana alam yang secara fungsional dilakukan oleh sektor
masing-masing tanpa mengurangi wewenang dan tanggung jawabnya.

Menurut Kurnia (2006), selain badan-badan tersebut, Palang Merah Indonesia


(PMI) juga dibentuk dengan tugas pokok membantu pemerintah Indonesia dalam
bidang sosial kemanusiaan seperti kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan
bencana, pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan serta memberikan
pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

Peran badan usaha milik negara

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai asset dari pemerintah memiliki
partisipasi yang sangat besar dalam penanggulangan bencana. Partisipasi BUMN
dalam bencana-bencana di Indonesia sangat banyak. Sebagaimana paradigma baru
dalam UU No. 24 Tahun 2007, penanggulangan bencana juga meliputi fase sebelum
dan sesudah bencana. Dan tentunya, BUMN juga bisa memiliki partisipasi yang
besar dalam dua fase tersebut. Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara, pada pasal 88 menyebutkan BUMN dapat menyisihkan
sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta
pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Pasal ini dipertegas oleh Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara No. 236/MBU/2003 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan. Pada pasal 2 keputusan tersebut, dikatakan BUMN wajib
melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dengan
memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini. Dan pada pasal
10 disebutkan Dana Program Bina Lingkungan digunakan untuk tujuan yang

9
memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN dalam bentuk
bantuan: (a) Korban bencana alam; (b) Pendidikan dan atau pelatihan; (c)
Peningkatan kesehatan; (d) Pengembangan prasarana dan sarana umum; (e) Sarana
ibadah.

b. BPBN / BPBD
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 24 tahun 2007 disebutkan bahwa tugas
pokok Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah:
(1). memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
(2). menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundangundangan;
(3). menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat;
(4). melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
(5). menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
internasional;
(6). mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
(7). melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan; dan
(8). menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD)
BPBD mempunyai tugas :
1. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta
rekonstruksi secara adil dan setara;
2. menetapkan standarisasi, serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;
3. menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana;
4. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;

10
5. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah
setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat
bencana;
6. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang, serta
mempertanggungjawabkan penggunaannya;
7. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
8. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, BPBD
mempunyai fungsi :
1. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien;
2. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu dan menyeluruh;
3. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

c. Rumah sakit
Dalam penanggulangan bencana bagi pihak rumah sakit, dalam hal ini tersusun atas
struktur organisasi Tim Penanganan Bencana Rumah Sakit yang terdiri dari ketua
dan pelaksana. Ketua dijabat oleh pimpinan utama rumah sakit dan dibantu oleh staf
yang terdiri dari penasihat medik (Ketua Komite Medik/Direktur Pelayanan/Wadir
Pelayanan Medik), humas, pebghubung, dan kemanan. Sedangkan pelaksana
disesuaikan dengan struktur organisasi rumah skait yang meliputi operasional,
logistik, perencanaan, dan keuangan (Departemen Kesehatan RI, 2009). Berikut
adalah uraian tugasnya.
1) Ketua
a) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penanggulangan bencana.
b) Melakukan koordinasi secara vertical (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Tk I dan II/PNBP) dan horizontal (rumah sakit lainnya, PMI, dll).
c) Memberikan arahan pelaksanaan penanganan operasional pada tim di
lapangan.
d) Memberikan informasi kepada pejabat, staf internal rumah sakit dan instansi
terkait yang membutuhkan serta media massa.

11
e) Menkoordinasikan sumber daya, bantuan SDM dan fasilitas dari interna
rumah sakit/dari luar rumah sakit.
f) Bertanggung jawab dalam tanggap darurat dan pemulihan.

2) Pelaksana
a) Operasional
Menganalisa informasi yang terima.
Melakukan identifikasi kemampuan yang tersedia.
Melakukan pengelolaan sumber dyaa.
Memberikan pelayanan medis (triage, pertolongan pertama, identifiasi
korban, stabilisasi korban bencana).
Menyiapkan area penampungan korban (cedera, meninggal, dan
pengungsi) di lapangan, termasuk penyediaan air bersih, jamban dan
sanitasi lingkungan, bekerja sama dengan instansi terkait.
Menyiapkan tim keamanan.
Melakukan pendataan pelaksanaan kegiatan.
b) Perencanaan
Bertanggung jawab terhadap ketersediaan SDM.
Patient Tracking dan informasi pasien.
c) Logistik
Bertanggung jawab terhadap ketersediaan fasilitas (peralatan medis,
APD, BMPH, obat-obatan, makanan dan minuman, linen, dll).
Bertanggung jawab terhadap ketersediaan dan kesiapan komunikasi
internal maupun eksternal.
Menyiapkan transportasi untuk tim, korban bencana, dan yang
memerlukan.
Menyiapkan area untuk isolasi dan dekontaminasi (bila diperlukan).
d) Keuangan
Merencanakan anggaran penyiagaan penanganan bencana (pelatihan,
peyiapan alat, obat-obatan, dll).
Melakukan administrasi keuangan pada saat penanganan bencana.
Melakukan pengadaan barang (pembelian yang diperlukan).
Menyelesaikan kompensasi bagi petugas (bila tersedia) dan klaim
pembiayaan korban bencana.

d. Puskesmas

12
Dalam penanggulangan bencana, Puskesmas dapat berperan dalam hal prabencana,
saat bencana, dan paskabencana (Depkes, 2007 dalam Widiyatun & Fatoni, 2013).
1) Prabencana
a) Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
b) Membuat jalur evakuasi.
c) Mengadakn pelatihan.
d) Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin
terjadi.
e) Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini (early warning
system) untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan.
f) Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam satgas.
g) Mengadakan koordinasi lintas sektor.
2) Saat Bencana
- Puskesmas di lokasi bencana
a) Menuju lokasi bencana dengan membawa peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan triase dan memberikan pertolongan pertama.
b) Melaporkan kejadian bencana Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes)
Kabupaten/Kota.
c) Melakukan penilaian cepat masalah kesehatan awal (initial rapid health
assessment).
d) Menyerahkan tanggung jawab kepada Kadinkes Kabupaten/Kota bila telah
tiba di lokasi.
- Puskesmas di sekitar lokasi bencana
a) Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan serta ambulans/transportasi
lain ke lokasi bencana dan tempat penampungan pengungsi.
b) Membantu perawatan dan evakuasi korban serta pelayanan kesehatan
pengungsi.
3) Paskabencana
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di tempat penampungan (Pos
Kesehatan Lapangan).
b) Memeriksa kualitas air bersih dan sanitasi lingkungan.
c) Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin
timbul.
d) Segera melapor ke Dinkes Kabupaten/Kota bila terjadi KLB [enyakit
menular dan gizi buruk.

13
e) Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat kecamatan
dalam memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada
masyrakat luas, bimbingan pada kelompok serta konseling pada individu
yang potensi mengalami gangguan stress paskatrauma.
f) Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan konseling awal dan
membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau penanggulangan lebih
spesifik.

Swadaya masyarakat
Bencana dapat sebabkan oleh alam maupun manusia. Oleh karena itu
penanggulangan terhadap bencana harus diarahkan pada faktor tersebut, yang
dilaksanakan secara mendasar, konsepsional, berkesinambungan, dan tuntas.
Kesiagaan dan kewaspadaan dari masyarakat dibutuhkan karena masyarakat sebagai
objek utama dan terkena langsung di lokasi bencana. Dalam hal ini dapat dilakukan
upaya preventif maupun refresif yang dilakukan atas bimbingan pemerintah dan
dibawah koordinasi SATKORLAK. Upaya preventif diarahkan untuk mencegah dan
menanggulangi berbagai jenis bencana alam pada setiap daerah kejadian. Antara
lain adalah dengan cara membuat perencanan yang mantap dan terarah untuk
menanggulangi faktor penyebab bencana alam di daerahnya.

Dengan demikian, secara bertahap kejadian bencana alam dapat dikurangi, kecuali
bencana alam yang terjadi di luar jangkauan kemampuan manusia. Selain itu
masyarakat di daerah-daerah rawan bencana, perlu diberikan penyuluhan-
penyuluhan tentang kewaspadaan dan kesiagaan dalam menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana alam termasuk usaha menghindar atau menyelamatkan diri dari
bencana. Selain itu yang paling penting adalah masyarakat harus memperhatikan
dan memelihara kelestarian alam dan lingkungan sekitar. Sedangkan upaya-upaya
yang bersifat represif, yaitu:

14
- Melaksanakan tindakan darurat dengan mengutamakan keselamatan manusia
dan harta bendanya.
- Segera membentuk posko-posko penanggulangan bencana, regu penyelamat,
dapur umum, dan lain-lain.

- Melakukan pendataan terhadap faktor penyebab timbulnya bencana alam


maupun besarnya kemungkinan korban yang diderita untuk bahan tindakan
selanjutnya serta berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait.

- Sesuai dengan situasi dan perkembangan bencana alam serta kemajuan yang
dicapai dari upaya-upaya penanggulangan darurat, segera menetapkan program
rehabilitasi baik bidang fisik, sosial, dan ekonomi.

- Perlunya melaksanakan sebuah program pemantapan terhadap semua faktor


kehidupan yang realisasinya dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan demi
terwujudnya konsolidasi dan normalisasi secara penuh.

Selain membuat badan-badan khusus dan swadaya masyarakat, pemerintah juga


mengikutsertakan lembaga-lembaga usaha dalam penanggulangan bencana dengan
menetapkan undang-undang dan pasal-pasal tertentu meyangkut hal tersebut.
Menurut tulisan Ascholani dalam harian online kabar Indonesia (25 April 2014),
peran lembaga dalam penanggulangan bencana:

Peran perusahaan Swasta


Sedangkan peran sebelum terjadi bencana, untuk kegiatan pencegahan, mitigasi, dan
kesiapsiagaan dalam rangka mengurangi risiko, bisa dijalankan melalui tanggung
jawab sosial dan lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan. Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74 menyebutkan:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.

15
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.

4. Carilah satu buah artikel media massa mengenai pemberitaan bencana!


Lengkap dengan 5W+1H! Jenis bencana di masing-masing SGD tidak boleh
sama! (selain bencana gunung agung)
Artikel terlampir

5. Lakukan analisis terhadap bencana tersebut meliputi:


Berdasarkan artikel berita bencana, bencana yang di analisis adalah bencana gempa
bumi
a. Penyebab terjadinya
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa
bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa
bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa
bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi
apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat
ditahan.
b. Kesiapan tim bantuan penolong
Berdasarkan artikel berita untuk kesiapan dari tim bantuan penolong sudah dapat
dikatakan sudah siap, semua pihak turun untuk ikut membantu dari polisi,
pemerintah dan para relawan memberikan bantuan dan juga memberikan bantuan
logistik dan bantuan psikologis dalam bentuk kegiatan Trauma Healing
c. Jumlah dan kondisi korban
Berdasarkan jumlah dan kondisi korban untuk anak-anak sekitar 200 anak terlibat
dalam kegiatan Trauma healing. ichter (SR) yang terjadi pada pukul 10.50 WIB tadi,
anak berhamburan di dekat pengungsian. Peristiwa gempa ini menewaskan sedikitnya
101 jiwa.

d. Alat pertolongan

16
Berdasarkan artikel berita dari alat pertolongan yang digunakan dikhususkan untuk
anak-anak korban bencana gempa seperti alat-alat bermain, kitab suci dan alat-alat
menggambar
e. Cara penanggulangan bencana
Penanggulangan Bencana Gempa Bumi
Secara umum, penanggulangan bencana alam dapat dikelompokan menjadi 3
yakni pencegahan sebelum bencana, penanggulangan saat bencana dan sesudah
terjadinya bencana. Berikut adalah uraian lengkapnya.

Sebelum bencana
Terdapat 2 hal yang harus dilakukan sebelum terjadi bencana (pra bencana) yakni
kesiapsiagaan dan mitigasi (baca : Cara Melakukan Mitigasi Gempa Bumi).
Kesiapsiagaan terdiri dari kegiatan membuat sistem peringatan dini, menyusun
cara pemeliharaan logistik dan melakukan pelatihan terhadap personil tim
penyelamat. Selain itu, perlu juga dilakukan perencanaan tentang rute evakuasi,
serta langkah- langkah dalam proses pencarian dan penyelamatan korban
bencana. Semua kegiatan tersebut dilakukan sebelum terjadi bencana dengan
tujuan untuk mengurangi timbulnya korban jiwa dan kerusakan saat bencana.
Sedangkan kegiatan- kegiatan yang termasuk dalam mitigasi Kegiatan mitigasi
ini menfokuskan pada bahaya atau ancaman bencana itu sendiri. Misalnya,
membangun rumah yang tahan terhadap goncangan gempa dan membuat sistem
pengairan di daerah yang sering dilanda bencana kekeringan.

Saat bencana
Ketika sedang berlangsung bencana alam, ada serangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh tim penyelamat. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi
menyelamatankan dan mengevakuasi korban serta harta bendanya (termasuk
binatang ternak / peliharaan), memenuhi kebutuhan dasar korban bencana,

17
memberikan perlindungan, pengurusan pengungsi, serta menyelamatkan dan
memperbaiki prasarana.

Setelah bencana
Saat setelah terjadinya bencana (pasca bencana) merupakan waktu yang perlu
diperhatikan karena bencana menimbulkan dampak setelahnya. Secara umum,
kegiatan pasca bencana dapat dibedakan menjadi 2 yakni rehabilitasi dan
rekonstruksi. Rehabilitasi merupakan usaha untuk memperbaiki dan memulihkan
semua bidang pelayanan publik sehingga dapat digunakan atau berfungsi kembali.
Bidang pelayanan publik yang harus diperbaiki meliputi semua hal, mulai dari
bidang pemerintahan di daerah bencana sampai kehidupan masyarakatnya.
Selanjutnya yakni rekonstruksi. Rekonstruksi merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk membangun kembali semua sarana dan prasarana, serta kelembagaan di
daerah yang terkena bencana. Rekonstruksi ini dilakukan mulai dari tingkat
pemerintahan sampai masyarakat. Sasaran utama dari kegiatan rekonstruksi yakni
bertumbuh dan berkembangnya aktivitas ekonomi, sosial dan budaya, tegaknya
ketertiban dan hukum yang berlaku, serta bangkitnya keterlibatan masyarakat
dalam semua aspek kehidupan.
f. Dampak yang timbul
Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan sarana seperti bangunan, jembatan
dan jalan-jalan yang besar dan luas. Gempa juga dapat diikuti bencana alam
berbahaya seperti tanah longsor dan tsunami. Korban jiwa biasanya terjadi karena
tertimpa bagian-bagian bangunan roboh atau obyek berat lain seperti pohon dan
tiang listrik. Orang sering terperangkap dalam bangunan runtuh.Gempa bumi
sering diikuti oleh gempa susulan dalam beberapa menit, jam, hari atau bahkan
minggu setelah gempa yang pertama, walaupun sering tidak sekuat yang pertama.
Ancaman gempa susulan adalah runtuhnya bangunan yang telah goyah dan rusak
akibat gempa pertama.
g. Rencana tindak lanjut

18
Berdasarkan artikel berita rencana tindak lanjut yang dapat diberikan adalah
memberikan terapi trauma healing pada anak-anak korban bencana gempa di
Aceh, Pidie Jaya dengan bentuk kegiatan bermain, menggambar dan menghafal
surat-surat pendek Al-Quran untuk yang beragama Islam.

6. Carilah dan analisis satu jurnal pendukung terkait kasus pada artikel yang
dicari.
Jurnal pendukung terkait kasus pada artikel adalah : Model Konseling Trauma Pasca
Gempa Melalui Terapi Permainan Kelompok Terhadap Siswa Madrasah Ibtidaiyah
Dan Madrasah Tsanawiyah Di Kota Padang(Irman dan Hardiani. 2012)

Akibat dari gempa tersebut, juga merusak ratusan ribu rumah penduduk,
perkantoran, sarana kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar dan fasilitas umum
lainnya. Hal yang sangat vital akibat gempa adalah terganggunya pemenuhan
kebutuhan hajat orang banyak, seperti; aliran listrik putus total, saluran air bersih
tidak lagi berfungsi sebagaimana mesti-nya, jaringan komunikasi hilang seketika
dan sebagian besar kota/kabupaten di Sumatera Barat menjadi lumpuh total Banyak
anak-anak terpaksa kehi-langan orang tua kandung atau anggota keluarga lainnya.
Rumah sakit tempat perawatan orang-orang yang cedera akibat gempa jumlahnya
semangkin bertambah dan para dokter kesulitan untuk mela-kukan perawatan.
Ribuan kelas untuk sarana pendidikan tidak bisa digunakan lagi, karena hancur dan
bahkan ada yang rata dengan tanah. Siswa-siswi terpaksa belajar di tenda-tenda dan
sekolah darurat yang dibangun oleh pemerintah dan lem-baga sosial dengan kondisi
pembelajaran berjalan apa adanya. Sementara itu orang tua siswa selalu dihantui
perasaan was-was ketika melepas anaknya pergi ke sekolah dan ada diantara orang
tua yang memiliki kekhawatiran yang tinggi akan keselamatan anaknya, maka ia
melarang anaknya untuk sementara waktu tidak usah pergi ke sekolah
Penelitian ini bertujuan untuk melahirkan kepercayaan diri siswa,
meningkatkan kekuatan mental spiritual siswa, dan mendorong motivasi belajar
siswa serta memulihkan interaksi sosial siswa dengan teman sebaya yang terganggu

19
akibat gempa yang mengguncang Kota Padang, Rabu 30 September 2009.
Pencapaian berbagai tujuan tersebut menggunakan rancangan penelitian
Parcipatory Action Reserach (PAR). Fokus penelitian adalah siswa Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Padang. Data penelitian
dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, dan angket terbuka yang
diberikan kepada siswa dan guru, kemudian tim bersama guru pendamping
melakukan konseling melalui terapi permainan kelompok. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa permainan kelompok dapat membantu siswa dalam mengatasi
trauma pasca gempa yang mereka alami. Rata-rata siswa yang mendapatkan terapi,
terjadinya perubahan yang lebih baik seperti perasaan senang, lahirnya motivasi
baru, terbangunnya interaksi yang positif dan dinamis, munculnya nilai-nilai empati,
dan trauma yang dialami siswa dapat terentaskan dengan baik, serta terbangunnya
kekuatan mental spritual dalam menghadapi berbagai kemungkinan dan berbagai isu
gempa, tsunami yang berkembang di Kota Padang.
Rumusan model konseling melalui terapi permainan kelompok, sangat efektif dalam
penanggulangan trauma yang dialami siswa pasca gempa di Kota Padang. Siswa
yang mendapatkan konseling melalui terapi permainan kelompok, menunjukan
perubahan yang sangat siknifikan kearah yang lebik baik, adapun perolehan yang
mereka dapatkan adalah:
(1) perasaan tenang, rileks, lega, beban pikiran menjadi berkurang dan perasan
takut mulai hilang,
(2) perasaan bosan, jenuh dalam belajar mulai hilang dan otak menjadi fresh,
(3) siswa mendapatkan keterampilan dalam menyikapi situasi yang sulit dan,
(4) siswa mendapatkan ke-kuatan mental spritual dalam me-nyikapi bencana yang
akan muncul

7. Carilah video bencana sesuai dengan artikel yang dicari! Jenis bencana di
masing-masing SGD tidak boleh sama!
Video tentang trauma healing pada para anak-anak korban bencana gempa bumi di
Aceh.

20
8. Jelaskan potensi bencana yang ada di Indonesia
Potensi bencana yang ada di Indonesia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana pasal 1 butir 2,3, dan 4, menyatakan bencana di Indonesia
dijabarkan ada tiga jenis yaitu bencana alam, nonalam dan bencana sosial. Ditinjau dari
beberapa segi dan potensi yang dimiliki oleh Indonesia, Indonesia memiliki banyak
memiliki potensi bencana, potensi yang dimiliki anatara lain:
a. Letak geografis
Secara geografis, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia,
lempeng Filipina, dan lempeng Pasifik. Di selatan dan timur Indonesia terdapat
sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau Sumatera, Jawa, Nusa
Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran
rendah, sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi
berbagai bencana seperti erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah
longsor. Data dari United States Geological Survey (USGS) menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat kegempaan tertinggi
di dunia, 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (BMKG,2013)
Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan
(collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat
antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi
bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi
bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain. Dari indikator-indikator
diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main
hazard potency) yang tinggi (HPLI, 2014).
b. Iklim

21
Menurut Qodriyatun (2013) bencana hidrometeorologi (bencana alam meteorology)
adalah bencana alam yang berhubungan dengan iklim. Bencana hidrometeorologi
berupa banjir, tanah longsor, puting beliung, gelombang pasang, dan kekeringan.
Frekuensi bencana terkait iklim dan cuaca di Indonesia terus meningkat.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama tahun
2002-2012 sebanyak 92,1% bencana di Indonesia disebabkan faktor
hidrometeorologi, dan tahun 2013 presentasenya meningkat menjadi 97%.
c. Keanekaragaman Agama, Suku, dan Budaya
Menurut Priyanthi (2012:195) Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Negara yang merdeka telah sekian lama, NKRI berdiri karena pengintegrasian
berbagai suku, agama, budaya, dan bahasa yang beraneka ragam sebagai
karakteristik kemajemukan masyarakat Indonesia. Namun banyak konflik terjadi di
daerah mislanya konflik ketapang, Kupang, Situbondo, Poso, Ambon, Sambas, dan
Pontianak.
Menurut Tomagola (2011) Indonesia mempunyai ancama bencana sosial, karena
dilihat dari tatanan sosial dan politik banyak terjadi perubahan, masih banyak kasus-
kasus pelanggaran hukum, selain itu disebutkan juga bahwa ada beberapa isu agama
seperti penutupan gereja oleh pemerintah, dan isu keagaman lainnya.
d. Potensi Pariwisata
Berkembangnya sektor pariwisata, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pelaku
pariwisata. Namun di balik manfaat positif, disinyalir perkembangan sektor
pariwisata juga membawa sejumlah dampak buruk, di antaranya meningkatnya
penularan penyakit HIV/AIDS.Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Dinbudpar) Kabupaten Banjarnegara, Tulus Sugiharto mengatakan, tumbuhnya
sektor pariwisata akan meningkatkan mobilisasi penduduk. Semakin banyak
pergerakan penduduk atau wisatawan menuju ke Banjarnegara, kata dia. Dia
mensinyalir dengan meningkatnya kunjungan wisatawan domestik maupun asing,
berpengaruh pada meningkatnya resiko penularan HIV/AIDS. Sebab sektor
pariwisata terkait dunia hiburan yang diduga erat kaitannya dengan aktivitas
beresiko penularan HIV/AIDS (Radar Banyumas, 2014).

22
International Health Regulations (IHR) dan Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia merupakan suatu gerakan yang diinstruksikan oleh WHO untuk
mencegah terjadinya penyebaran penyakit di seluruh dunia dari satu Negara ke
Negara lain atau mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), karena sejalan
dengan perkembangan globalisasi serta semakin mudah dan lancarnya perjalnana
lintas dunia untuk wisata, bisnis, dan transportasi barang maupun perdagangan,
maka permasalahan local dapat secara cepat menjadi perhatian dan masalah duni.
Penyakit yang termasuk dalam screening adalah SARS, atau avian influenza, dan 3
penyakit karantina yaitu kolera, pes, dan yellow fever (Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008)
e. Potensi Teknologi
Wacana membangun PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di Indonesia selalu
menimbulkan polemik di berbagai kalangan masyarakat. Sebagian beralasan bahwa
Indonesia yang terletak di Ring of Fire sangat rentan terhadap bencana alam dan
PLTN di lokasi bencana akan menimbulkan bencana tambahan seperti yang terjadi
di Fukushima Jepang. Namun sebagian mengatakan bahwa tidak semua wilayah
Indonesia adalah daerah rawan bencana dan banyak wilayah Indonesia yang relatif
aman dari potensi bencana alam dan potensial untuk dijadikan lokasi PLTN dan
mengatasi krisis energi di dalam negeri. Hasil kajian studi lapak dan studi kelayakan
pembangunan PLTN di Pulau Bangka selama tiga tahun menetapkan bahwa Pulau
Bangka sangat layak menjadi daerah pembangunan PLTN. Selain itu, Peneliti
Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN), Erni Rifandriyah Arief, mengatakan
bahwa kekayaan alam di Pulau Bangka terutama kandungan logam tanah jarang
dalam mineral ikutan timah, terutama monazite sangat banyak. Dan jika PLTN jadi
dibangun maka bahan baku tidak sulit diperoleh
(BATAN, 2014).

23
9. Bencana apa sajakah yang mungkin muncul di Bali (sebutkan lokasi
spesifiknya) dan mengapa? Jelaskan!
Potensi bencana yang ada di Bali
Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
Badan Geologi Bandung, dalam bulan Oktober 2016, Kabupaten Karangasem dan
Kabupaten Buleleng mempunyai zona potensi bencana alam berupa gerakan tanah
menengah-tinggi dan banjir bandang tertinggi di Provinsi Bali. Pada daerah yang
termasuk ke dalam zona potensi gerakan tanah menengah, dapat terjadi gerakan tanah
jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah
sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Sedangkan zona
potensi gerakan tanah tinggi, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal
sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali (Posbali, 2016). PVMBG
menyebutkan bahwa di Karangasem, potensi gerakan tanah dengan intensitas menengah
hingga tinggi disertai dengan berpotensi banjir bandang ada di empat kecamatan yakni
Kubu, Abang, Bebandem, dan Selat. Sedangkan tiga kecamatan memiliki potensi
gerakan tanah menengah disertai potensi banjir bandang yaitu Sidemen, Karangasem,
dan Rendang. Sementara itu Kecamatan Manggis cuma berpotensi gerakan tanah
menengah tanpa potensi banjir bandang. Untuk di Buleleng, potensi gerakan tanah
menengah hingga tinggi disertai potensi banjir bandang terdapat di dua kecamatan
yakni Gerokgak dan Banjar. Potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi juga ada di
Tejakula, namun tidak disertai potensi banjir bandang. Sedangkan Kecamatan Seririt
memiliki potensi gerakan tanah menengah, tapi juga berpotensi banjir bandang.
Sementara Kubutambahan, Buleleng, dan Sawan hanya berpotensi gerakan tanah
menengah (Posbali, 2016).
A. Gunung Meletus
Menurut Bappenas (2009), provinsi Bali merupakan wilayah dengan beragam topografi
yang berupa pegunungan, dataran dan kepulauan, yang berada pada ketinggian antara 0
- 3.140 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini memiliki perairan umum berupa
danau dan sungai. Iklim daerah Bali termasuk tropis, dengan curah hujan beragam

24
antara 890 milimeter - 2.700 milimeter setiap tahun. Suhu udara beragam antara
24Celsius - 31Celsius. Wilayah Bali mempunyai kawasan yang rawan terhadap
bencana, yaitu erosi dan letusan gunung api.

Bali memiliki beberapa gunung api: Gunung Agung dan Gunung Batur

a. Gunung Agung, adalah gunung


tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.142 mdpl. Gunung ini terletak di
Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Gunung Agung adalah gunung
berapi bertipe stratovolcano, memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam
dan terkadang mengeluarkan asap dan uap air. Gunung Agung terakhir meletus
pada tahun 1964.
b. Gunung Batur, dengan
ketinggian 1.717 mdpl merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli. Terletak di barat laut Gunung Agung, gunung ini
memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar
dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar
antara 1267 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II
yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera II
terletak antara 120 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar kaldera I).
Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang
menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5
km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km persegi yang dinamakan
Danau Batur, Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan

25
besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung Batur terakhir meletus pada
tahun 2000.

B. Tanah Longsor

Tanah longsor secara umum merupakan perpindahan material pembentukan lereng,


berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material laporan yang bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Tanah longsor yang terjadi salah satunya didaerah Bali itu
terjadi di Kabupaten Buleleng yang cukup serius memakam korban dan 60 warga
mengungsi . Ini dikarenakan karena banyak tanah yang miring di lereng
pegunungan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Gede
Dana dan Tim Basarnas memantau sepuluh lokasi bencana yang terjadi di
Kabupaten Buleleng. Daerah yang terkena longsor di Kabupaten Buleleng terjadi di
Desa Mengening yang menewaskan dua orang, didesa Galungan,Kecamatan Sawan,
menewaskan 1 (satu) orang dan membuat 60 warga setempat mengungsi dan
hektaran sawah warga terendam banjir bandang. Tak hanya itu, tanah longsor juga
terjadi di desa Sekumpul, Kecamatan Sawan yang meyebabkan akses jalan desa
terputus. Di desa Silangjana, Kecamatan Sukasada, dua jembatan besar putus dan
dua motor hanyut terbawa arus banjir. Sementara di desa Lokapaksa, Kecamatan
Seririt, tembok jebol mengakibatkan seorang tewas dan 3 lainnya luka parah. Begitu
juga di dua kecamatan di Buleleng barat yakni Banjar dan Busungbiu yang
menyebabkan akses jalan di desa tersebut putus.

Berikut adalah tabel potensi bencana yang dapat terjadi di Bali :

No Potensi Bencana Kabupaten/Kota Penyebab

Penebangan hutan secara liar tanpa


Karangasem, memikirkan dampak akibat
1 Banjir
Buleleng, Tabanan kerusakan hutan dapat
menyebabkan banjir

26
Tingkat kepadatan dari tanah dan
Bangli, Buleleng, faktor lain seperti besar sudut
2 Tanah Longsor
Karangasem lereng, air, beban dan juga berat
jenis tanah/batuan

Peningkatan gempa vulkanik, suhu


kawah gunung meningkat, terjadi
Karangasem, perubahan struktur lapisan batuan
3 Gunung Meletus
Tabanan, Bangli gunung, lempeng bumi saling
berdesakan dan tekanan magma
yang tinggi

Pelepasan energi yang dihasilkan


Buleleng, oleh tekanan yang disebabkan oleh
Karangasem, Bangli, lempengan yang bergerak. Selain
4 Gempa Bumi Klungkung, Gianyar, pergeseran lempeng bumi, gerak
Denpasar, Badung, lempeng bumi yang saling
Tabanan, Jembrana menjauhi satu sama lain juga dapat
mengakibatkan gempa bumi

Terjadi jika terjadi gangguan yang


menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan
Buleleng, Jembrana,
5 Tsunami gunung api, gempa bumi, longsor
Gianyar, Badung
maupun meteor yang jatuh ke
bumi. Namun, 90% tsunami adalah
akibat gempa bumi bawah laut.

Pengikisan daerah pantai yang


Buleleng, Badung,
6 Abrasi terjadi karena gelombang dan arus
Jembrana Gianyar
laut destruktif.

7 Kebakaran Hutan Buleleng, Tabanan, Sambaran petir pada hutan yang


Karangasem kering karena musim kemarau yang
panjang. Kecerobohan manusia
antara lain membuang puntung
rokok sembarangan dan lupa
mematikan api di perkemahan.
Aktivitas vulkanis seperti terkena

27
aliran lahar atau awan panas dari
letusan gunung berapi.

Musim kemarau yang terlalu


panjang, pohon yang meresap air
berkurang, kekurangan sumber air,
8 Kekeringan Denpasar, Badung
penggunaan air berlebih, sedikit
tampungan air, jarak sumber air
jauh,

10. Lakukan analisis bencana Gunung Agung terkini (sesuai nomer 5)


a. Penyebab terjadinya
Gunung Agung adalah gunung berapi bertipe stratovolcano, memiliki kawah
yang sangat besar dan sangat dalam dan terkadang mengeluarkan asap dan
uap air. Gunung Agung terakhir meletus pada tahun 1964. Gunung Agung
sampai saat berstatus awas, yang belum pasti kapan waktu meletus. Biasanya
letusan gunungapi mempunyai masa istirahat (dormant periods), yang tercatat
dengan baik secara nasional maupun internasional, sebagai misal periode
letusan Gunung Merapi antara 3-7 tahun, sementara Gunung Kelut 17 tahun
sehingga letusannya dapat diprediksi dan dimonitor. Gunungapi yang meletus
dapat mengeluarkan bahan-bahan piroklastik serta menimbulkan awan panas
yang dapat membakar daerah yang dilewati, disamping itu juga dapat
menghembuskan abu yang sangat tinggi yang kemudian dapat terbawa angin
sampai ke tempat yang sangat jauh.
b. Kesiapan tim bantuan penolong
Untuk kesiapan dapat dikatakan sudah siap, namun baik dari segi pemberian
bantuan dan dari tenaga penolong atau relawa perlu dilakukan manajemen
atau koordinasi agar relawan yang datang untuk menolong tidak terlalu
banyak diawal, dan sebaran atau jumlah pemberian bantuan dapat merata
disetiap posko pengungsian.
c. Jumlah dan kondisi korban

28
Gunung Agung masih dalam status awa berarti masih dalam keadaan kritis.
Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan
jumlah pengungsi tercatat mengalami peningkatan mencapai 141.072 jiwa
mengungsi di 414 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali. Para
pengungsi hanya dapat menunggu keadaan karena tidak dapat bekerja dengan
optimal sebelum status Gunung Agung yang sekarang sudah awas.
Para pengungsi tidur menggunakan tenda dan pola makan yang tidak teratur
selama masih dirumah, serta pengungsi renta terkena berbagai penyakit.
d. Alat pertolongan
Alat pertolongan yang dapat diberikan adalah berupa pemberian kebutuhan-
kebutuhan dasar bagi pengungsi yang berada di pengungsian seperti alat
mandi, selimut, alas tidur, tenda, sembako dan air bersih yang sangat
dibutuhkan oleh para pengungsi yang berada di beberapa daerah di Bali
seperti di kabupaten Karangasem, Kelungkung, Singaraja dan Denpasar.
e. Cara penanggulangan bencana
Penanggulangan bencana jika terjadi letusan gunung api Agung
Untuk mencegah atau memperkecil akibat bencana letusan gunung api pada
tanggal 18 September 1920 Pemerintah Belanda mendirikan Dinas Penjagaan
Gunung api (Vulkaanbewakingdienst) yang bernaung dibawah Dinas
Pertambangan (Dienst van het Mijnwezen). Pada saat ini penjagaan gunungapi
dilaksanakan oleh Pos Pengawasan Gunungapi dibawah Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Pertambangan dan
Energi, dimana salah satu tugas pos pengawasan tersebut adalah penjagaan
gunungapi. Guna memperlancar tugasnya pos tersebut dilengkapi dengan
peralatanperalatan seperti seismograf yang berfungsi untuk mencatat kalau
ada gempa gunungapi, serta Pengukur Pengangkatan (Tiltmeter) untuk
mengetahui gerakan naik turunnya magma.
Pos pengawasan gunungapi akan memberitahu kepada Pemerintah Daerah
setempat kalau akan terjadi letusan. Hal yang sangat penting ialah penentuan

29
Daerah Bahaya, yang di daerah Gunung Merapi misalnya dibagi menjadi tiga
yaitu, Daerah Terlarang, Daerah Bahaya I dan Daerah Bahaya II.
Daerah Terlarang adalah daerah di sekitar gunungapi yang letaknya
terdekat dengan sumber bahaya yang mungkin dapat terkena awan
panas.
Daerah Bahaya I adalah daerah yang dianggap berbahaya berdasarkan
pengalaman letusan yang lampau, dimana daerah ini dapat tertimpa
bom yang masih membara.
Daerah Bahaya II adalah daerah yang letaknya berdekatan dengan
sungai yang berhulu di daerah puncak gunung tersebut dan letaknya
secara topografis rendah, sehingga pada musim hujan dapat terlanda
lahar. Apabila gunung diperkirakan akan meletus, pengamat gunung
akan memberitahukan kepada rakyat setempat akan kemungkinan
terjadinya aliran lava, awan panas, kemungkinan kena jatuhan bom
gunungapi dan bahan lepas lainnya serta lahar. Kalau terjadi awan
panas satu-satunya jalan hanyalah menyelamatkan diri.
Tahap penanggulangan letusan :
1. Tahap sebelum terjadi letusan Pengamatan kegiatan gunung api (Pos
Pengamatan Vulkanologi Departemen Pertambangan dan Energi) 28
a Pengamatan gempa gunungapi
b Kemungkinan akan terjadi letusan
c Komunikasi dengan Pemerintah Daerah serta masyarakat setempat
d Latihan pengungsian
e Penentuan daerah bahaya
2. Tahap terjadi bencana letusan
a Pemberitaan oleh Pos Pengamatan Vulkanologi
b Pemerintah Daerah menyediakan tempat-tempat pengungsian (barak,
pelayanan kesehatan, dapur umum, MCK dan lainlain)
c Bantuan pangan dan bantuan lain
f. Dampak yang timbul
Dampak yang dapat ditimbulkan dari masa pengungsian adalah para
pengungsi sangat rentan terkena penyakit seperti diare, penyakit kulit,
hepatitis, ISPA dan lainnya, selain itu juga para pengungsi pasti merasa bosan
setiap hari karena aktivitas yang kurang dan hanya menunggu, hal ini

30
disebabkan para pengungsi pergi meninggalkan rumah serta hata benda milik
mereka karena sebagian besar pengungsi adalah petani pada daerah yang
cukup dekat dengan Gunung Agung otomatis para pengungsi tidak dapat
bekerja sehingga tidak ada penghasilan yang didapat selama masa
pengungsian, hal ini juga dapat menyebabkan masalah psikologis pada para
pengungsi Gungung Agung.
g. Rencana tindak lanjut
Berdasarkan hasil diskusi rencan tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah
upaya pemenejemanan pemberian bantuan dan regulasi dari para relawan.
Mengopimalkan banuan dan menyamaratakan persebaran bantuan kepada
para pngungsi yang diada di daerah Bali, perlu dilakukan rencana tindak lanjut
kepada para pengungsi baik pengung si anak-anak sampai pengungsi yang
telah lansia jadi dibutuhkan intervensi yang tepat menyasar kepada anak-anak
serta para lansia yang mengungsi.

Lupakan Trauma, Ratusan Anak Korban


Gempa Aceh Diajak Bermain Bersama
Rayful Mudassir, Jurnalis Minggu 11 Desember 2016, 14:23 WIB

31
Seorang anak korban gempa Aceh di tempat pengungsian menggambar lafaz Allah SWT. Foto
Rayful Mudassir/Okezone

PIDIE JAYA - Ratusan anak-anak korban gempa di Pidie Jaya mulai mendapatkan
penanganan trauma pascagempa. Mereka dihibur dengan sejumlah permainan dan
kegiatan lainnya.
Program trauma healing dilaksanakan di Gampong (Desa) Raya, Kecamatan
Trienggadeng, Pidie Jaya. Sejumlah lembaga termasuk aparat kepolisian wanita
memberikan terapi penanganan trauma untuk anak-anak korban gempa.
Fasilitator SOS Children's Village Indonesia - Banda Aceh, Mahdalena mengatakan,
bentuk aktivitas yang dilakukan seperti menggambar, bermain permainan anak-anak
hingga belajar menghafal surat-surat pendek Al-Quran. Sedikitnya 200 anak terlibat
dalam kegiatan ini. Mereka tersebar dari sejumlah desa.
"Karena trauma masih berdampak pada anak-anak. Hari ini mereka sangat antusias.
Kita juga dibantu oleh kepolisian," kata Mahdalena, Minggu (11/12/2016).
Saat gempa 5,3 skala richter (SR) yang terjadi pada pukul 10.50 WIB tadi, anak
berhamburan di dekat pengungsian. Namun relawan yang melakukan trauma healing
langsung mengkondisikan anak-anak membaca doa saat gempa.
Mahdalena menyebut, program ini akan dilangsungkan hingga sudah dianggap anak-
anak sekitar melupakan peristiwa gempa yang menewaskan sedikitnya 101 jiwa
tersebut. "Kita berharap anak-anak ini cepat pulih dari trauma. Sekarang kondisi
mereka masih trauma pascagempa," pungkasnya

Sumber : https://news.okezone.com/read/2016/12/11/340/1564224/lupakan-trauma-
ratusan-anak-korban-gempa-aceh-diajak-bermain-bersama

DAFTAR PUSTAKA
BNPB, Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di

32
Indonesia, :2010.
Ascholani, C. (2014). Mencari peran lembaga usaha dalam penanggulangan bencana.
Kabar Indonesia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah. (2014). Penanggulangan bencana

BMKG. (2013). Tanpa Mitigasi Bencana Indonesia 2014 Masih Menangis, (Online),
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Lain_Lain/Artikel/Tanpa_Mitigasi_Bencana_I
ndonesia_2014_Masih_Menangis.bmkg , diakses 3 November 2014

Depkes RI . UU No 24 Tahun 2007 tentang Penganggulangan Bencana. (Online). Diakses


di
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/uu/UU_No._24_Th_2007_
ttg_Penanggulangan_Bencana.pdf. Sitasi pada tanggal 2 November 2014.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Panduan Petugas Kesehatan Tentang
International Health Regulations (IHR) 2005. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Efendi, F., Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

HPLI. (2014). Potensi Bencana, (Online), http://www.hpli.org/bencana.php, diakses 3


November 2014.

RAN PB Rencana Antisipasi Nasional Penanggulangan Bencana edisi 2006-2009.


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, tentang
Penanggulangan Bencana, 2007.

33

Anda mungkin juga menyukai