Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital bagi kelangsungan hidup
manusia. Seiring pesatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan air menjadi
semakin meningkat, tetapi kualitas air semakin menurun sejalan dengan dampak
negatif dari pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Kegiatan
industri, penebangan hutan, limbah rumah tangga, limbah pertanian, kotoran, pupuk dan
pestisida merupakan merupakan beberapa aktivitas penduduk yang menyebabkan
pencemaran air secara langsung dan tidak langsung, sehingga menurunkan kualitas air
(Paul dan Sen 2012). Kualitas air merupakan sifat air, zat energi, kandungan makhluk
hidup, dan komponen lain yang terdapat dalam air. Dalam hal analisis, kualitas air
mencakup keadaan fisika, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air
untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi dan pemanfaatan lainnya (Asdak,
1995). Menurut Effendi (2003), kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu
parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia
(pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya) dan parameter biologi
(keberadaan plankton, bakteri dan lain sebagainya).
Inlet Tank Blang Tiron merupakan salah satu tangki air yang bertempat di
komplek perumahan PT. Perta Arun Gas (PAG) yang dialirkan dari unit Utility PT.
Perta Arun Gas (PAG) untuk kebutuhan konsumsi, rumah tangga, dan kebutuhan sehari-
hari. Tangki Blang Tiron digunakan sebagai tempat penampungan akhir sebelum
dialirkan ke perumahan PT. PAG. Kualitas air yang dialirkan ditentukan oleh treatment
yang dilakukan di unit utilities PT. PAG. Sebagai portable water, kualitas air inlet
Tangki Blan Tiron sangat penting untuk diperhatikan seperti pH, turbidity, kadar Fe,
mikroorganisme, TDS dan konduktivitas. Dalam penelitian ini, parameter yang diteliti
difokuskan terhadap TDS dan konduktivitas dalam portable water. Total Dissolve Solid
(TDS) merupakan zat padat terlarut baik dalam bentuk ion, senyawa, dan koloid dalam
air (Situmorang, 2007). Tingkat TDS dipengaruhi oleh kandungan berbagai zat padat
seperti garam anorganik, gas terlarut, dan zat organik yang dapat meningkatkan
kesadahan air sehingga mengganggu kesehatan apabila dikonsumsi. Konduktivitas

1
merupakan ukuran kemampuan larutan, dalam hal ini portable water untuk
menghantarkan listrik yang disebabkan oleh adanya garam-garam terlarut yang dapat
terionisasi. Semakin tinggi kandungan mineral, padatan terlarut dan garam-garam
terlarut di dalam air, maka nilai konduktivitas semakin tinggi pula. Meningkatnya
kandungan tersebut di dalam portable water, apabila dikonsumsi maka akan
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah dan berujung pada penyakit stroke.
Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan garam-
garam, padatan terlarut dan mineral di dalam portable water.

1.2. Tujuan Kuliah Kerja Praktik


Adapun tujuan dari kerja praktik ini adalah :
1. Mengetahui penerapan ilmu dasar dan teoritis yang didapatkan di bangku
perkuliahan.
2. Mendapatkan wawasan baru mengenai suasana lingkungan kerja serta aktivitas
para pekerja dan profesional di dalam dunia kerja.
3. Membuka pengetahuan mengenai industri di PT Perta Arun Gas.

1.3. Manfaat Kuliah Kerja Praktik


1. Menerapkan ilmu yang diperoleh pada pembelajaran di Universitas Syiah
Kuala ke dalam kerja yang sebenarnya.
2. Mengetahui proses pengolahan suatu industri serta cara kerja di lapangan.
3. Meningkatkan pengetahuan tentang sejarah serta pendirian suatu perusahaan.

2
BAB II
PRFOIL ORGANISASI DAN MANAJEMEN

2.1. Sejarah Singkat dan Lokasi Institusi/Lembaga


Arun, desa kecil di kecamatan Syamtalira yang berlokasi 30 km di sebelah
timur Lhokseumawe, dimana pada tahun 1971 ditemukannya sumur pertama cadangan
gas alam oleh kontraktor bagi hasil PERTAMINA yaitu Mobil Oil Indonesia Inc. Oleh
sebab itu, nama desa kecil ini diabadikan sebagai kilang gas alam cair yang sudah
terkenal di dunia internasional dengan nama PT. Arun NGL.

Gambar. 2.1. Peta Lokasi Kilang PT. Arun LNG Plant

Keberhasilan PT. Arun NGL selain terkenal luas sebagai perusahaan penghasil
gas alam terbesar juga memiliki reputasi di bidang keselamatan, kehandalan kilang dan
kemampuan sumber daya manusianya. Berbagai penghargaan bidang keselamatan kerja
telah diterima dari dalam maupun luar negeri, antara lain British Safety Council,
National Safety Countil USA, American Petroleum Institute USA, Kementrian Tenaga
Kerja & Transmigrasi dan Kementrian Lingkungan Hidup
Berdasarkan Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
No.S- 141/MBU/2012 perihal Relokasi Proyek Terminal FSRU Belawan dan Proyek

3
Revitalisasi LNG Arun, serta Keputusan Pemegang Saham PT Pertamina (Persero)
tentang Pembentukan Badan Usaha untuk Proyek Arun Liquefied Natural Gas (LNG)
Receiving & Regasification Terminal yang ditandatangani pada tanggal 28 dan 21
Februari 2013. PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Gas membentuk entitas
baru, yaitu PT Perta Arun Gas (Perusahaan).
Pada awalnya PT Arun NGL Co. adalah perusahaan yang memproduksi LNG
yang terletak di Lhokseumawe Aceh. Namun pada tanggal 15 Oktober tahun 2014
kontrak penjualan LNG Korea II dari kilang LNG Arun telah berakhir dan kondisi
cadangan gas berkurang serta tidak adanya sumber gas baru di daerah Aceh dan
sekitarnya. Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan gas bagi industri dan pembangkit listrik PLN di Aceh dan Sumatera Utara
(Belawan), maka PT Pertamina dan PT Pertagas Niaga membentuk badan usaha untuk
proyek Arun LNG Receiving & Regastification Terminal.
Perusahaan PT Perta Arun Gas didirikan pada tanggal 18 Maret 2013
berdasarkan Akta Pendirian No. 22 yang disahkan dengan Keputusan Menteri
Hukum dan HAM Republik Indonesia No. AHU-17317.AH.01.01. pada tanggal 4
April 2013. Presiden baru melakukan peresmian langsung PT Perta Arun Gas di
Lhokseumawe pada tanggal 9 Maret 2015. Pada tanggal 19 Februari 2015, kargo
LNG pertama sampai di PT Perta Arun Gas. LNG yang sampai tersebut disimpan
di tangki penyimpanan LNG untuk kemudian diproses dan dikirimkan ke
konsumen. Pada tanggal 14 Maret 2015, produksi LNG pertama yang telah
diproses dialirkan menuju ke lokasi konsumen. Sekitar pukul 22.00 WIB di hari
yang sama, gas diterima di PLN Belawan yang merupakan konsumennya. PLN
Belawan menjadi konsumen pertama yang menerima gas hasil olahan LNG dari PT
Perta Arun Gas.
Berbeda dengan pendahulunya PT Arun NGL Co., PT Perta Arun Gas tidak
lagi memproduksi LNG kemudian mengirimkannya melalui kargo LNG ke luar.
Sekarang, PT Perta Arun Gas hanya menerima LNG dari perusahaan lain yang
memproduksinya, kemudian di simpan pada tangki penyimpanan untuk kemudian
dilakukan proses regasifikasi sebelum dialirkan ke lokasi konsumen. Selain itu, PT
Perta Arun Gas masih melakukan pengolahan LNG dari ladang North Sumatera

4
Offshore (NSO) yang jumlahnya sudah tidak banyak lagi sehingga tidak bisa dilakukan
pengapalan ke luar.

Gambar 2.2. Lokasi Pabrik PT.Perta Arun Gas

Gambar 2.3. Pabrik PT.Perta Arun Gas

Informasi Umum :
Nama Perusahaan : PT Perta Arun Gas
Tanggal Pendirian : 18 Maret 2013
Tanggal Beroperasi Komersial : 19 Februari 2015
Bidang Usaha : Regasifikasi dan Penyimpanan Gas Bumi
Kepemilikan Saham : PT Pertamina Gas
90% PT Pertagas
Niaga 10%

5
Alamat : Kantor Pusat
Gedung Patra Jasa Lantai 1
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 32 34
Jakarta 12950, Indonesia
Telp: +62215251005
Faks: +622152900007
PT Perta Arun Gas,

Jalan Medan Banda Aceh,


Batuphat Timur, Kecamatan Muara
Satu, Kota Lhokseumawe, Aceh.

2.2. Bidang dan Skala Kerja PT Perta Arun Gas


Maksud dan Tujuan Serta Kegiatan Usaha
1. Menyelenggarakan usaha di bidang Gas Bumi serta kegiatan usaha
lain yang terkait dana atau menunjang kegiatan usaha Gas Bumi di
Wilayah Proyek Arun LNG.
2. Dengan tujuan memperoleh keunggulan berdasarkan prinsip-prinsip
pengolahan perusahaan secara efektif dan efesien.
3. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, perusahaan
melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
Menyelenggarakan usaha Receiving & Regasificaion Terminal
pembuatan terminal penerimaan dan proses pembentukan gas
kembali serta penjualan produksi dan Gas Bumi hasil kegiatan
usaha tersebut.
Menyelenggarakan kegiatan usaha penunjang lain yang secara
langsung maupun tidak langsung menunjang kegiatan usaha tersebut
diatas.

2.3. Struktur Organisasi PT. Perta Arun Gas


Visi dan Misi PT.Perta Arun Gas adalah :

6
2.3.1. Visi
Menjadi Perusahaan Penerimaan dan Regasifikasi LNG Kelas Dunia
2.3.2. Misi
Melaksanakan bisnis penerimaan dan regasifikasi yang dikelola secara
profesional dengan tujuan memberikan nilai tambah kepada para pemangku
kepentingan, serta berwawasan lingkungan, mempunyai keunggulan, dan
mengutamakan keselamatan.
a. Dikelola secara professional
Mampu Survive dalam kurun waktu yang tidak terbatas dan terus
tunbuh berkembang menjadi perusahaan yang memberikan profit
semakin meningkat.
Beroperasi dengan system dan infrastruktur yang efektif untuk
mencapai efesiensi.
Meningkatkan jumlah konsumen dan tidak terbatas pada jenis
perusahaan namun pada konsumen yang beragam.
Menjadi sentra penerimaan dan regasifikasi yang mempunyai
jaminan security of suply bagi konsumen.
Menjadi perusahaan yang handal dan efesien serta mendapat
pengakuan internasional dari berbagai aspek standarisasi.
b. Memberikan nilai tambah kepada para stakeholder
Deviden yang layak bagi pemegang saham.
Peningkatan kesejahteraan para pekerja sesuai standar industri
dengan mempertimbangan aspek internal ekuilibrium dan external
competitiveness.
Peningkatan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Good Corporate Governance.
c. Berwawasan lingkungan
Ditujukan dengan kegiatan operasi terhadap lingkungan, sebagai berikut :
Zero Flaring dalam rangka mendukung upaya penurunan emisi Gas
Rumah Kaca (GRK), sehingga meningkatkan keselamatan manusia
dan fasilitas yang artinya meningkatkan keselamatan manusia dan
fasilitas, yang artinya meningkatkan efisiensi energi

7
d. Mempunyai keunggulan
Ditujukan sumber daya yang dimiliki dalam kegiatan usaha, sebagai
berikut :
Memiliki dukungan yang kuat dari PERTAMINA (PERSERO).
Infrastruktur kilang regasifikasi yang strategis dari aspek supply
dan demand.
Memiliki karyawan berpengalaman industri gas.
e. Mengutamakan keselamatan
Ditujukan dalam melaksanakan kegiatan operasi selalu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
Aspek HSSE terintegrasi ke dalam kegiatan bisnis dan operasional.
Zero Insident dan Zero Loss Time Incident.
Setifikasi Kelayakan Penggunaan Peralatan (SKPP).
Sertifikasi keahlian/kompetensi SDM.
Dalam melaksanakan dan menyelenggarakan usahanya, PT Perta Arun Gas
menerapkan tatanan nilai nilai yang telah ditetapkan oleh PT PERTAMINA
(PERSERO), sebagai pemberi arah bagi sikap dan perilaku seluruh pekerja dan
manajemen dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Seluruh jajaran PT Perta
Arun Gas mengacu dan mendukung penuh terbentuknya citra yang diinginkan yang
harus ada pada pekerja PT PERTAMINA (PERSERO) secara korporasi dalam
menjawab tantangan kedepan.
Adapun tata nilai ungggulan itu terdiri dari :
Orientasi CHOPPER dalam melaksanakan semua kegiata operaional perusahaan,
seluruh pekerja berorientasi pada CHOPPER, yaitu :
Customer satisfaction : Kepuasan pelanggan/pengguna jasa
HSE concern : Kepedulian/terkait HSE
Operation excellent : operasi yang sangat baik & standard
Profit : mencari laba/keuntungan.
Personel improvement : peningkatan kualitas SDM

Hal tersebut, dapat dicapai melalui :


To be professional : mengerti dan memahami tugas-tugasnya
Doing the best : melakukan yang terbaik.

8
Team work : kerjasama tim.
Integrity : menjaga integrita

Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Perta Arun Gas

2.4. Proses Kerja PT. Perta Arun Gas


2.4.1. Kondensat
PT. Perta Arun Gas selain memproduksi LNG sebagai produk utama, juga
menghasilkan produk sampingan yang terdiri dari fraksi-fraksi hydrocarbon berat yang
terikut bersama-sama dengan gas alam dari sumber ladang gas Arun. Produk samping
ini kita kenal dengan nama kondensat. Kondensat juga bisa menjadi alternatif
energi yang memiliki prospek cukup baik dewasa ini. Kondensat yang diproduksi
harus memenuhi persyaratan dan spesifikasi yang telah ditentukan yaitu memiliki
Rate Vapor Pressure (RVP) maksimum 13 psi pada temperature 100oF dengan
specific gravity 0,76 (54o API).
Kondensat ini umumnya di ekspor ke negara-negara seperti Jepang,
Singapura, Amerika, Australia, Perancis dan Selandia Baru. Di negara-negara
tersebut, kondensat digunakan sebagai bahan baku untuk industri petrokimia yang juga
berguna sebagai polimer, plastik, pelarut atau akan diolah kembali pada kilang
minyak untuk dijadikan sebagai bahan bakar minyak. Adapun kondensat analisis

9
dapat dilihat pada Tabel 2.2 :

Tabel 2.1. Kondensat Analisis

Parameter Nilai

SG 0,7538

API 600F 56,2

Sulfur WT % 0,02

BS & W NIL

RVP 1000F, Psi 8,7

Sumber : Technical Laboratory, PT.Perta Arun Gas

2.4.2. Produk LNG dan feed gas (gas umpan) kilang Perta Arun Gas
Komponen-komponen seperti CO2, H2S dan merkuri disebut komponen-
komponen impuritis, yaitu komponen/senyawa yang tidak diharapkan. Ketiga
komponen impuritis tersebut, mempunyai suhu beku lebih tinggi dari suhu cair
methane (produk LNG). Sehingga dapat mengganggu proses pencairan dan merusak
peralatan proses. Selain itu, merkuri sangat korosif terhadap aluminium, yaitu
material/bahan dominan pada peralatan-peralatan proses pencairan. Dengan komposisi
yang sedemikian, maka perlu adanya suatu proses pemurnian gas sebelum masuk ke
proses pencairan.
Komposisi feed gas LNG kilang PT. Perta Arun Gas, dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.2. Spesifikasi komposisi produk LNG
Komposisi % Mol
N2 0,035
CH4 89,587
CO2 0,000
C2H6 7,197
C3H8 2,175
i - C4H10 0,517

10
n - C4H10 0,485
i - C5H12 0,004
n - C5H12 0,000
Total 100,000

Sumber : Technical Laboratory, PT. Perta Arun Gas

Tabel 2.3. Komposisi Feed Gas Proses LNG


Komposisi % Mol

N2 1,043

C1 71,047

CO2 21,811

C2 3,762

C3 1,195

i - C4H10 0,281

n - C4H10 0,330

i - C5H12 0,158

n - C5H12 0,986

nC6+ 0,272

Total 100,000

Sumber : Technical Laboratory, PT. Perta Arun Gas

2.4.3. Sistem Pemurnian Gas (Gas Treating System)


Unit 3X ini berfungsi untuk memisahkan impurities (CO2, H2S, Hg dan
hidrokarbon berat) dari dalam feed gas. Merkuri (Hg) diadsorpsi oleh karbon aktif yang
diperkaya dengan sulfur dan membentuk HgS dalam carbon bed adsorber (mercury
adsorber). Sedangkan karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S) dihilangkan
dengan proses absorbsi pada carbonate absorber dan dilanjutkan di DEA absorber
(sistem ini dikenal dengan nama Benfield High Pure System).

11
CARBONATE DEA
STORAGE STORAGE
UNIT-63 UNIT-63

PENGHILANGAN PENGHILANGAN
PEMISAHAN HC PENGHILANGAN GAS TO
MERKURI CO2 DAN H2S
BERAT,AIR DAN CO2 DAN H2S LIQUEFACTION
(MERKURI ( CARBONATE
GAS (DEA SISTEM)
REMOVAL) SISTEM)

PEMISAHAN HC
RESERVOIR CAIR, AIR DAN
GAS
UTILITIES

Gambar 2.5. Unit Pemurnian Gas

Gas dari inlet fasilities unit diturunkan tekanannya melalui sebuah kerangan
penurun tekanan dan memasuki feed gas knock out drum. Hidrokarbon yang
terkondensasi dari gas, dikembalikan ke second stage flash drum dicondensat recovery
unit. Pengurangan cairan hidrokarbon perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
foaming pada aliran proses.
2.4.3.1. Knock Out Drum
Proses ini adalah proses untuk memisahkan cairan hidrokarbon dan air dari
dalam gas. Cairan hidrokarbon berat diperoleh akibat penurunan tekanan gas melalui
sebuah kerangan penurunan tekanan dan memasuki feed gas knock out drum.
Hidrokarbon dan air yang terkondensasi dari gas terkumpul di bagian bawah dan
dikembalikan ke second stage flash drum di condensate recovery unit. Gas akan
melewati demister keluar dari atas knock out drum, bila ada butiran-butiran cairan
hidrokarbon yang terikut di dalam gas, maka butiran-butiran tersebut akan tersangkut
pada demister dan kemudian jatuh ke bagian bawah drum. Selanjutnya gas dipanaskan
dengan larutan karbonat di dalam feed gas/lean carbonate exchanger (E-3X01 B)
dengan tujuan untuk menguapkan hidrokarbon berat yang masih tersisa di dalam gas
sebelum memasuki mercury removal.
2.4.3.2 Carbon Bed Adsorber
Gas yang dipanaskan melalui dua buah carbon bed adsorber bertujuan untuk
menghilangkan kandungan merkuri (Hg). Merkuri dalam jumlah kecil bereaksi dengan
sulfur dan membentuk merkuri sulfida yang diadsorbsi ke karbon aktif. Merkuri

12
dipisahkan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya korosi dalam tubing dan
pipa-pipa aluminium dan diharapkan usia dari setiap karbon aktif tersebut sekitar lima
tahun.
Gas pada kondisi seperti ini sudah relatif bebas dari hidrokarbon cair. Cairan
mengalir melalui lean carbonate exchanger dan telah dipanaskan sebelumnya dari 33C
ke 70C oleh larutan lean carbonate. Panas tersebut dilewatkan melalui tube exchanger.
Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kehilangan sulfur pada mercury
adsorber. Gas yang telah dipanaskan sebelumnya meninggalkan exchanger melalui dua
outlet 20 in sejenis sebelum menyatu menjadi sebuah saluran 20 in tunggal. Saluran ini
saling berhubungan ke saluran outlet mercury adsorber. Gas memasuki adsorber
melalui top mainway dan menuju gas distributor, gas yang mengalir ke bawah bed
bertemu dengan karbon aktif yang diperkaya dengan sulfur. Merkuri yang terdapat di
dalam gas umpan akan terserap oleh karbon aktif dengan sulfur.
Hg + S HgS ........................................... (2.1)
Setelah melewati bawah bed, gas meninggalkan adsorber melalui sebuah gauge
strainer besar ke dalam pipa outlet utama 20 in. Dalam penyerapan ini, activated
carbon akan mengalami masa jenuh dimana tidak mampu lagi menyerap komponen-
komponen merkuri. Apabila activated carbon ini jenuh harus diganti dengan yang baru
biasanya 5 tahun.
2.4.3.3. Penyerapan CO2 dan H2S (Carbonat Absorber)
Setelah meninggalkan carbon bed adsorber, gas dipanaskan lebih lanjut pada
second feed carbonate exchanger. Gas yang telah dipanaskan kemudian masuk ke
bagian bawah carbonate absorber. Sistem distribusi pada inlet mengarahkan gas ke
arah atas melalui absorber. Gas bersentuhan dengan aliran kalium karbonat (K2CO3)
yang turun ke bawah. Dalam kondisi ini karbondioksida (CO2) di dalam gas berkurang
sampai dibawah 1% dan hidrogen sulfida (H2S) diharapkan bisa terserap hingga 100%
oleh larutan karbonat yang dicampur sedikit diethanol amine (DEA), kemudian gas
didinginkan di dalam fin-fan cooler sebelum memasuki DEA absorber.
Gas dengan temperatur 107C dan tekanan 50,2 kg/cm2 masuk ke carbonate
absorber. Sebelumnya, saluran 20 tersebut dipencar menjadi dua saluran 14 in, hal ini
untuk membantu distribusi gas internal. Gas lewat ke atas melalui absorber dan
bersentuhan dengan dua arus aliran larutan karbonat yang mengalir turun ke bawah,

13
ketika meninggalkan lower bed naik melalui sebuah upper bed. Selanjutnya gas menuju
ke atas melalui dua liquid distribution trays. Hal ini untuk mencegah carry over larutan
dengan gas, sehingga gas pada kondisi ini telah melepaskan sebagian besar CO2 melalui
sebuah demister dan meninggalkan puncak absorber. Tekanan gas ketika meninggalkan
absorber adalah sekitar 49,8 kg/cm2 dan temperatur 90C.
Fungsi dari carbonate absorber adalah untuk memisahkan CO2 dan H2S yang
terdapat di dalam gas umpan yang dapat mengganggu atau merusak peralatan-peralatan
pabrik. Gas CO2 akan membeku pada temperatur yang sangat rendah sehingga
menyebabkan pemampatan pada pipa-pipa atau tube-tube yang terdapat pada alat
pencairan gas alam. Sedangkan H2S merupakan gas racun yang sangat korosif terhadap
peralatan-peralatan yang ada pada pabrik. Oleh karena itu, kedua komponen ini harus
dihilangkan dari dalam gas umpan.
2.4.3.4. Sirkulasi Cairan Karbonat
Larutan lean carbonate yang bebas CO2 dan H2S dipompakan dari pump
carbonate regenerator oleh dua set pompa yang dipasang secara seri pada carbonate
absorber. Larutan karbonat dari pompa-pompa tekanan tinggi dibagi ke dalam dua arus
aliran yaitu 75% dari aliran total memasuki bagian bawah absorber dan selebihnya 25%
didinginkan terhadap feed gas yang masuk ke dalam feed/lean carbonate exchanger
sebelum memasuki bagian atas absorber, tujuannya untuk memperbaiki penyerapan
CO2 lebih lanjut.
Larutan karbonat kemudian turun ke bagian bawah absorber dan bersentuhan
dengan gas yang mengalir ke bagian atas. CO2 dan sedikit H2S diserap oleh larutan
karbonat, dimana terjadi reaksi eksotermis (menghasilkan panas) dan merubah larutan
kalium karbonat menjadi larutan kalium bikarbonat.
Reaksi penyerapan CO2 adalah sebagai berikut :

CO2 H 2O K 2 CO3 2KHCO3 ........................... (2.2)


Karbon air Potasium potasium
dioksida karbonat bikarbonat

Reaksi penyerapan H2S adalah sebagai berikut :

H2S K 2 CO3 KHS KHCO3 ............................ (2.3)

14
Hidrogen potasium potasium potasium
Sulfida karbonat bisulfida bikarbonat

Larutan rich carbonate kemudian mengalir dari bagian bawah absorber melalui
level and let-down control valve ke bagian atas carbonate regenerator. Gas-gas yang
bersifat asam dan uap air dari puncak regenerator didinginkan didalam regenerator
overheat accumulator dan cairannya dipompakan kembali ke regenerator sebagai
refluks (sebagian dari cairan juga dipompakan ke DEA regenerator sebagai wash
tower), kemudian kelebihan air dialirkan ke saluran buangan oily water.
Larutan karbonat yang mengalir turun pada kolom melewati tiga packing bed
yang berisi stainless steel pall rings, kemudian dilewatkan secara gravitasi melalui
sebuah chimney tray draw off ke carbonate regenerator. Pengisian pertama larutan
karbonat dengan tambahan DEA dan kalium bikarbonat dibuat di dalam sebuah pump
dan telah diaduk sebelum ditambahkan ke dalam sistem. Penambahan ini berfungsi
untuk menggantikan kehilangan larutan karbonat pada saat diregenerasi dari CO2 dalam
kolom carbonate regenerator.
2.4.3.5. Pembersihan dengan DEA
Aliran gas yang masuk dari bagian atas carbonate absorber, setelah didinginkan
di dalam fin-fan cooler memasuki bagian bawah DEA absorber. Gas didistribusikan ke
atas melalui sebuah demister pad, setelah itu melalui sebuah chimney tray, lalu ke
bagian utama kolom. Gas dikontakkan dengan larutan lean DEA yang mengalir turun
melalui absorber. Dengan proses pembersihan dan penyerapan ini, kandungan CO2
dalam aliran gas diharapkan berkurang sampai 50 ppm. Gas yang telah dibersihkan
melalui sebuah demister akan keluar melalui puncak absorber yang melewati fin-fan
cooler untuk didinginkan sebelum memasuki treated gas wash tower. Fungsi dari
sistem ini adalah untuk menyerap CO2dan H2S yang masih tersisa di dalam gas
umpan.
Proses absorbsi pada DEA sistem adalah proses penyerapan CO2 dan H2S dengan
memakai dua bed pall ring sebagai media kontak. Reaksi yang terjadi adalah :
Pada H2S :
a. 2R2NH + H2 S (R2NH2)2S ................................ (2.4)
Lean DEA Hidrogen sulfida Unsaturated rich DEA

15
b. (R2NH2)2S + H2S 2R2NH2HS ............................... (2.5)
Unsaturated Hidrogen Sulfida rich DEA
rich DEA
Pada CO2 :
a. 2R2NH + H2 O + CO2 (R2NH2)2CO3
Lean DEA air karbon dioksida rich DEA
Unsaturated
. (2.6)

b. (R2NH2)2 CO3 + H2O + CO2 2R2NH2HCO3


unsaturated rich DEA air karbon dioksida rich DEA
... (2.7)
Reaksi ini dapat dicapai pada tekanan tinggi dengan temperatur rendah. Batas
maksimum CO2 dan H2S yang diizinkan di dalam gas umpan yang keluar dari DEA
Absorber masing-masing 40 ppm dan 3 ppm. Gas yang telah dibersihkan melalui
sebuah demister akan keluar melalui puncak absorber yang melewati fin-fan cooler
untuk didinginkan sebelum memasuki treated gas wash tower.
2.4.3.6. Sirkulasi Cairan DEA
Cairan lean DEA keluar dari bagian bawah regenerator DEA melalui sebuah
vortex breaker. Cairan lewat secara gravitasi melalui tiga lean/rich DEA exchanger
sebelum memasuki Suction pompa lean DEA. Temperatur fin-fan cooler dikontrol
melalui sebuah lean DEA cooler ke dalam puncak absorber. Maksud dari pengontrolan
temperatur ini adalah untuk mendapatkan penyerapan yang terbaik di dalam DEA
absorber. Air dan hidrokarbon yang terkumpul pada bagian bawah absorber ditunjukkan
oleh level glases, air yang sedang dipisahkan diatur dengan level control, sedangkan
hidrokarbon keluar secara manual ke second stage flash drum di condensate recovery
unit. CO2 dan H2S yang terserap dilepaskan dari larutan rich DEA ketika larutan itu
melalui kolom. Sedangkan larutan rich DEA yang keluar melalui bottom regenerator
melalui sebuah chimney tray ke dalam steam reboiler. Di dalam reboiler, DEA mengalir
melewati sebuah internal weir. Internal weir ini berfungsi untuk menjaga level cairan
tetap diatas tube bundle. Larutan DEA kemudian mengalir ke bagian DEA regenerator
dan siap untuk disirkulasikan kembali.

16
2.5. Treated Gas Wash Tower
Gas yang telah diolah dari DEA absorber memasuki wash tower di bagian atas.
Tower tersebut berfungsi sebagai pembersih untuk memisahkan hidrokarbon yang
terkondensasi setelah pendinginan. Fungsi membersihkan tower yaitu untuk
memisahkan adanya DEA yang terbawa dalam aliran gas.
Cairan dalam wash tower mengalami pemisahan dengan lapisan air bagian
bawah dan lapisan hidrokarbon bagian atas, setelah itu gas tersebut melewati dua
bubble cap trays dan sebuah demister sebelum meninggalkan wash tower dan mengalir
ke unit 40. Larutan rich DEA yang mengalir ke bawah DEA absorber terkumpul di
chimney tray kemudian dikirim ke DEA regenerator untuk diregenerasi.
Pada proses regenerasi terjadi proses pemisahan CO2 dan H2S dari larutan rich
DEA menurut reaksi :

Pada H2S :
a. 2R2NH2S (R2NH2)2S + H2S ........................................ (2.8)
rich DEA Unsaturated Hidrogen
rich DEA Sulfida

b. (R2NH2)2S 2R2NH + H2S ....................................... (2.9)


Unsaturated Lean DEA Hidrogen
rich DEA Sulfida
Pada CO2 :
a. 2R2NH2HCO3 (R2NH2)2CO3 + H2O + CO2
rich DEA unsaturated air karbon dioksida
rich DEA ..................................... (2.10)

b. (R2NH2)2 CO3 2R2NH + H2O + CO2


unsaturated rich DEA lean DEA air karbon dioksida
................................... (2.11)

2.6 Sistem Pencairan Gas (Liquefaction)


Unit ini merupakan bagian pencairan gas pada kilang PT. Arun. Unit 40 ini
didesain untuk menerima gas alam yang telah diolah dari unit 30. Fungsi dari unit ini

17
adalah untuk memisahkan sisa kandungan air dalam gas, dan mendinginkan gas sampai
temperatur mengalami perubahan fasa menjadi cair yaitu pada temperatur -158oC
dengan menggunakan media pendingin Multi Component Refrigerant (MCR) yang
dikenal dengan refrigeration system, setelah itu LNG yang dihasilkan dikirim ke tangki
LNG di unit 60.
Refrigeration system yang dibutuhkan disuplai oleh dua rangkaian terutup yang
terpisah dan berdiri sendiri, yaitu propana dan campuran MCR, sedangkan propana
sendiri didinginkan oleh air laut. Selain mendinginkan dan mengkondensasi gas yang
telah diolah, propana juga mendinginkan dan mengkondensasi MCR. MCR merupakan
campuran komposisi metana, etana, propana, sedikit butana dan nitrogen.
Gas umpan yang keluar dari sistem pemurnian yang telah bebas dari impurities,
masuk ke proses pencairan (unit 40) yang meliputi tiga seksi yaitu :
Seksi pengeringan (dehydration section)
Seksi pemisahan (scrubbing section)
Seksi pendinginan dan pencairan (refrigerant and liquefaction section)
2.6.1. Seksi Pengeringan (dehydration section)
Seksi ini berfungsi untuk memisahkan uap air yang terbawa masuk ke dalam
seksi pemisahan dan pencairan. Uap air dapat menimbulkan penyumbatan pipa-pipa
aliran gas pada unit-unit yang beroperasi dengan temperatur rendah dan lebih berbahaya
lagi bisa mengakibatkan pecahnya tubing-tubing di dalam MHE.
Proses adsorpsi berlangsung di dalam feed vapor driers yang terdiri dari dua drum drier
(A dan B) yang dipasang secara paralel dan beroperasi masing-masing selama 8 jam
secara bergantian. Dalam keadaan operasi normal, jika pada 8 jam pertama drier A
dalam keadaan drying maka drier B pada saat yang sama diregenerasikan untuk
mengaktifkan kembali molecular sieve yang telah menyerap air selama 8 jam.
Sebelumnya uap air dalam gas keluar dari feed vapour driers (V-4X01 A/B) dan
dianalisa oleh AR-4X04. Jika gas umpan masih mengandung air lebih besar dari 0,5
ppm, maka gas belum dapat dialirkan ke scrubbing section. Namun bila kandungan air
keluaran drier telah mengizinkan, gas dialirkan ke E-4X09 untuk didinginkan oleh
propana cair sehingga -7C dan setelah pendinginan gas masuk ke scrub tower.

18
2.6.2. Seksi Pemisahan (scrubbing section)
Fungsi seksi ini adalah untuk memisahkan hidrokarbon berat yang terdapat
dalam gas umpan yang dapat menyebabkan penyumbatan tube-tube dalam MHE yang
beroperasi pada temperatur rendah. Proses dalam scrub tower, fraksi hidrokarbon
dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didih. Gas umpan terlebih dahulu didinginkan
dalam feed medium propane exchanger. Akibatnya hidrokarbon berat akan
terkondensasi dan mengalir ke bottom tower dan dialirkan ke refrigerant preparation
unit untuk memperoleh etana dan propana yang dibutuhkan sebagai media pendingin
dalam proses pencairan nanti. Sedangkan fraksi ringan dengan komposisi dominan
adalah metana, akan keluar melalui puncak tower dan kemudian didinginkan dengan
propana liquid pada kondenser, sebelum dimasukkan ke dalam separator.
Akibat pendinginan propana dan etana yang terikut akan terkondensasi dan
cairan ini sebagian akan dikembalikan ke scrub tower sebagai refluks. Residu gas dari
unit separation yang mengandung 97% metana dialirkan ke unit pencairan (MHE), dan
untuk kebutuhan komposisi MCR juga diambil di sini.
2.6.3. Seksi Pendinginan dan Pencairan (refrigerant and liquefaction section)
Fungsi dari unit ini adalah untuk mencairkan dan menurunkan tekanan gas
umpan. Sistem pendinginan pada unit ini dilakukan secara dua tahap, yaitu :
Pendinginan pertama menggunakan propane refrigerant, dimana propana juga
digunakan untuk mendinginkan MCR (Multi Component Refrigerant) sebagai
bahan pendingin selanjutnya.
Pendinginan terakhir dengan menggunakan MCR, dimana gas alam didinginkan
hingga -158C sehingga terjadi perubahan fasa dari gas menjadi cair.
Ada dua bagian sistem utama dalam proses pendinginan dan pencairan gas alam
sebelum gas alam (sweet gas) yang masuk ke Main Heat Exchangers (MHE) yaitu
sebagai berikut :
2.6.3.1. Sistem Propana
Dalam sistem propana ini terdapat tiga tingkatan tekanan dan temperatur yang
berbeda. Propana yang telah dikompres dialirkan ke desuperheater dan kondenser
dengan media pendingin air laut. Akibatnya propana akan terkondensasi pada tekanan
yang masih tinggi dan ditampung pada propane accumulator. Kemudian propana cair
ini dialirkan ke high level C3 suction drum dan sebagian lagi ke high level exchangers,

19
juga untuk mendinginkan gas umpan, MCR dan reaktivasi gas (cooling drier). Sebelum
propana cair masuk ke dalam peralatan tersebut, dilewatkan dulu melalui level valve
yang berfungsi juga sebagai expansi valve. Uap propana setelah mendinginkan atau
mengambil panas dari gas umpan MCR dialirkan ke exchanger-exchanger medium
level, untuk mendinginkan gas umpan dan MCR. Juga sebelum masuk exchanger-
exchanger ini propana dilewatkan melalui level valve yang juga berfungsi sebagai
ekspansi valve, sehingga tekanannya menjadi tekanan menengah dan temperaturnya
agak lebih dingin.
Propana yang menguap setelah mengambil panas dari gas umpan dan MCR,
dialirkan ke Suction compressor bertekanan menengah. Kemudian propana liquid dari
exchanger-exchanger medium level dialirkan ke exchanger-exchanger low level. Untuk
mendinginkan gas umpan dan MCR, dimana sebelum masuk ke dalam exchanger-
exchanger tersebut juga dilewatkan melalui level valve yang juga berfungsi sebagai
ekspansi valve, sehingga akan menghasilkan tekanan yang lebih rendah dan
temperaturnya akan lebih rendah lagi. Propana vapor yang dihasilkan setelah
mendinginkan gas umpan dan MCR, dikembalikan ke suction drum low level, sebagai
suction compressor tekanan rendah. Media yang didinginkan setelah keluar dari
exchanger low level ini seperti C2+ akan menjadi liquid.
2.6.3.2. Sistem MCR
MCR adalah singkatan dari Multi Component Refrigerant. MCR ini adalah
media yang dipakai untuk mendinginkan gas umpan menjadi LNG di dalam Main Heat
Exchanger. MCR terdiri dari metana, etana, propana dan nitrogen. MCR tersebut
dikompresi oleh first stage MCR kompressor, dimana discharge first stage akan
menjadi suction pada second stage MCR kompressor berikutnya, yang sebelumnya
didinginkan dulu dalam Inter Cooler, dengan media pendingin air laut. Kemudian
discharge dari second stage MCR kompressor ini, didinginkan dengan fin fan coolers,
sea water coolers dan chiller high level, medium level, dan low level, sehingga akan
dihasilkan MCR yang bertekanan tinggi dan bertemperatur rendah.
Uap etana dan propana yang terkandung dalam MCR ini akan terkondensasi,
sedangkan nitrogen dan metana tetap berupa uap. Kemudian MCR tersebut ditampung
dalam separator, sehingga akan didapatkan dua jenis MCR, yaitu MCR liquid dan MCR
vapor. Selanjutnya bersama-sama dengan gas umpan yang keluar dari top scrub tower

20
accumulator, kedua jenis MCR ini (MCR vapor dan MCR liquid) dialirkan ke tube-tube
di bottom MHE. Di MHE, tube-tube ini terpisah satu sama lain dalam bentuk bundle
tube. MHE ini berukuran besar di bagian bawah yang disebut warm bundle section,
dimana pada seksi ini berisikan bundle tube gas umpan, bundle tube MCR liquid dan
bundle tube MCR vapor.
Sedangkan bagian atas dari MHE agak kecil, yang disebut cold bundle, dimana
pada seksi ini hanya berisikan bundle tube gas umpan dan MCR vapor saja. Setelah
melalui warm bundle, MCR liquid ini dialirkan melalui ekspansi valve ke bagian shell
side MHE, yang mengakibatkan penurunan tekanan dan temperatur. MCR liquid di
bagian shell side MHE ini ditampung dalam internal separator dan kemudian dialirkan
ke distributor valve, untuk dispraykan ke bagian luar dari tube-tube yang ada pada
bagian luar warm bundle ini, sehingga gas umpan dan MCR vapor yang ada dalam
tube-tube tersebut akan mengalami pendinginan dan seterusnya mengalir ke bagian cold
bundle. Setelah melalui cold bundle, MCR vapor ini dialirkan melalui ekspansi valve ke
shell side MHE, yang menyebabkan penurunan tekanan dan temperatur yang jauh lebih
rendah lagi, sehingga sebagian dari MCR vapor tadi akan mengalami kondensasi.
MCR vapor yang telah berubah menjadi liquid ditampung di dalam internal
separator dan kemudian dialirkan melalui distributor valve untuk di-spray sehingga
akan mendinginkan lagi gas umpan dan MCR vapor yang ada dalam tube-tube tadi.
Dengan melalui tahapan pendinginan ini gas umpan yang keluar dari top MHE ini akan
mencapai temperatur cairnya yang disebut LNG. Sedangkan MCR liquid dan MCR
vapor yang sudah mengalami ekspansi yang disertai dengan penyerapan panas dari gas
umpan, akan kembali mengalir ke suction drum first MCR compressor. Demikian
seterusnya akan terjadi proses sirkulasi dari MCR. Berikut blok diagram proses
pengolahan gas alam di PT. Perta Arun Gas.

2.7. Seksi Penunjang (Utilities)


Utilitas ini merupakan bagian di dalam departemen operasi yang sangat penting
dalam kelancaran produksi. Utilitas ini mempunyai tugas antara lain :
1. Menyediakan tenaga listrik baik untuk perusahaan & karyawan
2. Menyediakan air pendingin dan air minum untuk pabrik dan perumahan
3. Menyediakan uap air untuk proses

21
Unit-unit yang menjadi tanggung jawab utilitas mencakup :
1. Sistem gas bahan bakar
2. Sistem pembakaran
3. Distribusi tenaga listrik
4. Unit tenaga listrik
5. Sistem pengolahan air
6. Sistem pembangkit uap
7. Unit penyedia nitrogen
8. Instrumen penyedia udara
2.7.1. Unit Sistem Gas Bahan Bakar (Unit 75)
Tugas unit ini adalah menyediakan dan mendistribusikan :
Gas bahan bakar bertekanan rendah, digunakan sebagai bahan bakar pada
stabilizer reboiler dan generator uap pada boiler.
Bahan bakar bertekanan tinggi, digunakan untuk turbin gas yang berada di train
maupun di pembangkit tenaga.
Unit ini dilengkapi dengan peralatan utama, yaitu :
Fuel gas booster compressor (K-7501), berfungsi untuk mengubah tekanan gas
bahan bakar bertekanan rendah menjadi gas bahan bakar bertekanan tinggi.
Fuel gas mixed drum (D-7501), berfungsi sebagai tempat penampungan gas
discharge compressor didistribusikan ke pengguna bahan bakar tekanan tinggi
2.7.2. Sistem Pembakaran (Unit 79)
Unit ini berfungsi untuk membakar gas buang dari proses yang tidak mungkin
diolah kembali begitu juga yang akan dibuang karena keadaan darurat (pada tekanan
yang tinggi). Unit ini terdiri dari 5 buah flare, yaitu 3 buah dry flare untuk LNG dan 2
buah wet flare untuk non LNG.
2.7.3. Unit Distribusi Tenaga Listrik (Unit 88 dan 83)
Unit ini bertugas mendistribusikan tenaga listrik ke semua pemakai dengan
sistem bawah tanah ke cabang yang ada di pabrik. Dari cabang ini, energi listrik dikirim
ke pemakai (pabrik dan perumahan).
2.7.4. Unit Pembangkit Tenaga Listrik (Unit 90 dan 84)
Unit ini bertugas menyediakan tenaga listrik untuk keperluan pabrik dan
perumahan PT. Arun NGL. Unit ini mempunyai 8 buah turbin yang menggerakkan 8

22
buah generator listrik, dimana daya masing-masing turbin adalah 33.000 Hp, sedangkan
kapasitas masing-masing generator listrik adalah 21 MW.
2.7.5. Unit Sistem Pengolahan Air
Fungsi unit ini adalah untuk memenuhi kebutuhan air pabrik dan air di
perumahan. Diagram alir pengolahan air dapat dilihat pada lampiran C. Unit ini terdiri
dari 7 buah sistem, yaitu :
Raw water system (unit 70), unit ini berfungsi sebagai tempat penampungan air
dari sumbernya sebelum dikirim ke unit pengolahan air.
Raw water treatment (unit 94B), unit ini berfungsi menjernihkan air sungai yang
dikirim ke unit 70 menjadi air bersih. Setelah melalui proses penjernihan, air
dikirim ke tangki penyimpanan yang kemudian didistribusikan ke boiler feed
water untuk treatment berikut, air make up, dan untuk keperluan perumahan
pabrik. Unit ini mempunyai fasilitas pengolahan air sebesar 840 m3/jam.
Boiler feed water treatment (unit 91), bertugas mengolah air yang akan
digunakan di boiler untuk pembuatan uap. Pengolahan yang dilakukan adalah
proses pelunakan. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesadahan air
yang bisa menimbulkan kerak pada pipa boiler.
Fresh cooling water system (unit 71), yang berfungsi untuk penyediaan air
pendingin yang digunakan untuk mendinginkan pompa, kompresor dan
sebagainya. Air pendingin yang sudah digunakan dikembalikan ke unit
pendingin ini untuk didinginkan kembali dengan air laut
Raw water intake facility and pipe line (unit 94A), berfungsi menyediakan air
mentah yang dialirkan dengan menggunakan pompa sentrifugal dari sungai
Peusangan ke plant site yang berjarak sekitar 40 km.
Domestic water system (unit 73), berfungsi untuk menampung dan
mendistribusikan air bersih ke kantor-kantor, dan di dalam pabrik sebagai air
minum dan air cuci.
Fire water system (unit 81), bertugas untuk menyediakan air untuk pemadam
kebakaran. Air ditampung pada kolam/waduk, kemudian didistribusikan ke unit-
unit pemakai dengan meggunakan pompa yang digerakkan oleh motor diesel dan
listrik. Kapasitas masing-masing pompa adalah 454 m3/jam.
Seksi pendinginan dan pencairan (refrigerant and liquefaction section)

23
Fungsi dari unit ini adalah untuk mencairkan dan menurunkan tekanan feed gas.
Sistem pendinginan pada uint ini dilakukan secara dua tahap, yaitu pendinginan
menggunakan propane refrigerant, selian itu propane juga digunakan untuk
mendinginkan MCR (Multi Component Refrigerant) dan sebagai bahan pendingin
selanjutnya. Pendinginan menggunakan MCR, dimana gas alam didinginkan hingga -

162C sehingga terjadi perubahan fasa dari gas menjadi cair.


Secara umum tugas dari proses PT Perta Arun Gas ini adalah sebagai berikut:
1. Meregasifikasi atau menguapkan (Vaporizer) LNG dari Tangguh Papua.
2. Pembersihan impurities, hidrokarbon berat gas POINT A dan NSO
OFFSHORE.
3. Menyalurkan gas hasil dari unit regasifikasi ke pengguna/konsumen gas.
Adapun penjelasan secara singkat dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Gambar 2.6. Block Diagram Process PT. Perta Arun Gas

24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Kuliah kerja Praktik (KKP) dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 31 Juli 2017 di
Laboratory Section PT Perta Arun Gas, Blang Lancang Lhokseumawe.

3.2. Ruang Lingkup Kerja

3.3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beaker, gelas ukur dan
Conductivity Meter.
Bahan yang digunakan adalah portable water dan boiler feed water.
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Penentuan konduktivitas pada portable water dan boiler feed water
dimasukkan sampel portable water dan boiler feed water ke dalam gelas beaker
yang berbeda
diukur konduktivitas dengan menggunakan Conductivity Module
3.4.2. Penentuan TDS pada portable water dan boiler feed water
dimasukkan sampel portable water dan boiler feed water ke dalam gelas beaker
yang berbeda
diukur TDS dengan menggunakan Conductivity Module

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


Data hasil pengamatan konduktivitas dan TDS pada portable water Inlet Tangki
Blang Tiron yang telah dilakukan di Laboratorium PT. Perta Arun Gas selama 5 hari
berturut-turut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan sampel portable water tanggal 05 Juli 2017
Parameter
No Sampel
Konduktivitas ( S/cm) TDS (mg/L)
1 Z-9451 210.2 105.1
2 Z-9451 A 214.0 107.0
3 Z-9451 B 213.5 106.7
4 Z-9451 C 213.5 106.7
5 Z-9457 BASIN 217.0 108.5
6 Outlet 9452 212.2 106.1
7 F-9451 F WT 212.6 106.3
8 Inlet Tangki blang Tiron 225.8 112.9
9 Outlet Tangki blang Tiron 210.5 105.2
10 Inlet Tangki Dumai 205.9 102.9
11 Outlet Tangki Dumai 210.7 105.3

Tabel 5.2 Data Hasil Pengamatan portable water tanggal 06 Juli 2017
Parameter
No Sampel
Konduktivitas ( S/cm) TDS (mg/L)
1 Z-9451 211.4 105.7
2 Z-9451 A 217.1 108.5
3 Z-9451 B 217.7 108.8
4 Z-9451 C 217.5 108.7
5 Z-9457 BASIN 216.7 108.3
6 Outlet 9452 214.1 107.0
7 F-9451 F WT 215.2 107.6
8 Inlet Tangki blang Tiron 215.3 107.6
9 Outlet Tangki blang Tiron 215 107.5
10 Inlet Tangki Dumai 211.4 105.7
11 Outlet Tangki Dumai 217.1 108.5

26
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan sampel portable water tanggal 07 Juli 2017
Parameter
No Sampel
Konduktivitas ( S/cm) TDS (mg/L)
1 Z-9451 212.5 106.2
2 Z-9451 A 216.3 108.1
3 Z-9451 B 215.9 107.9
4 Z-9451 C 215.6 107.8
5 Z-9457 BASIN 215.2 107.6
6 Outlet 9452 214.2 107.1
7 F-9451 F WT 216.7 108.3
8 Inlet Tangki blang Tiron 212.6 108.8
9 Outlet Tangki blang Tiron 215.2 117.6
10 Inlet Tangki Dumai 215.5 107.7
11 Outlet Tangki Dumai 213.1 106.5

Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan portable water tanggal 08 Juli 2017
Parameter
No Sampel
Konduktivitas ( S/cm) TDS (mg/L)
1 Z-9451 214.9 107.45
2 Z-9451 A 219.2 109.60
3 Z-9451 B 219.7 109.85
4 Z-9451 C 218.5 109.25
5 Z-9457 BASIN 217.6 108.80
6 Outlet 9452 215.0 107.50
7 F-9451 F WT 216.9 108.45
8 Inlet Tangki blang Tiron 262.5 131.25
9 Outlet Tangki blang Tiron 207.4 103.70
10 Inlet Tangki Dumai 215.9 107.95
11 Outlet Tangki Dumai 214.7 107.35

Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan portable water tanggal 09 Juli 2017
Parameter
No Sampel
Konduktivitas ( S/cm) TDS (mg/L)
1 Z-9451 221.0 110.5
2 Z-9451 A 225.0 112.5
3 Z-9451 B 225.3 112.7
4 Z-9451 C 225.0 112.5

27
5 Z-9457 BASIN 227.5 113.8
6 Outlet 9452 218.2 109.1
7 F-9451 F WT 221.9 111.0
8 Inlet Tangki blang Tiron 271.9 136.0
9 Outlet Tangki blang Tiron 219.4 109.7
10 Inlet Tangki Dumai 218.5 109.3
11 Outlet Tangki Dumai 215.6 107.8

Tabel 4.6. Data Hasil Pengamatan TDS dan Konduktivitas Inlet Tangki Blang Tiron 5
hari berturut-turut
Parameter
No Tanggal Analisa TDS (mg/L)
Konduktivitas ( S/cm)
1 05 Juli 2017 112.9 225.8
2 06 Juli 2017 112.9 215.3
3 07 Juli 2017 108.8 212.6
4 08 Juli 2017 131.25 262.5
5 09 Juli 2017 136.0 271.9

4.2. Pembahasan
Air merupakan sumber daya alam yang digunakan untuk berbagai aktivitas
sehari-hari seperti minum, mandi, mencuci, keperluan industri, keperluan pertanian,
pembangkit listrik dan lainnya. Selain sebagai kebutuhan utama untuk kelangsungan
hidup manusia, air juga berperan sebagai penentu kesehatan masyarakat. Kualitas air
yang digunakan menjadi sebuah faktor penting untuk diperhatikan bagi kesehatan
masyarakat. Pencemaran air dapat menyebabkan penurunan kualitas air seperti halnya
perubahan fisik, kimia dan biologi sehingga berpotensi menjadi sumber penyakit.
Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air antara lain, suhu,
warna, kekeruhan, alkalinitas, kesadahan, kebutuhan oksigen biologi, kebutuhan
oksigen kimia, kandungan padatan terlarut (TDS) serta konduktivitas. Pada penelitian
ini, dilakukan pengujian TDS dan konduktivitas terhadap portable water Inlet Tangki
Blang Tiron.
Total Dissolve Solute (TDS) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm)
dan koloid (diameter 10-6 mm 103 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan
bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 m. TDS

28
adalah benda padat yang terlarut, yaitu semua mineral, garam, logam serta kation-anion
yang terlarut di air, termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O).
Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation
dan anion di dalam air. TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau
perbandingan rasio berat ion terhadap air. Contoh padatan terlarut dalam air adalah zat
kapur, besi, timah, magnesium, tembaga, sodium, klorida, klorin, dan lain-lain. TDS
dapat diukur dengan menggunakan metode gravimetry dan konduktivitas listrik.
Metode gravimetry merupakan metode langsung dalam pengukuran jumlah zat padat
terlarut dengan tingkat keakuratan tinggi dan pengukurannya dilakukan dalam jangka
waktu yang lama. Metode lain yang dapat digunakan adalah untuk pengukuran TDS
adalah melalui konduktivitas listrik. Konduktivitas listrik merupakan ukuran
kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan
dihantarkan oleh ion yang terkandung di dalamnya. Banyaknya ion di dalam larutan
juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di dalamnya. Semakin banyak padatan terlarut di
dalam larutan, maka kemungkinan jumlah ion di dalam larutan juga semakin
meningkat dan nilai konduktivitas listrik juga semakin besar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear antara TDS dengan konduktivitas listrik.
PT. Perta Arun Gas (PAG) merupakan salah satu perusahaan terminal gas dan
juga menyediakan air bersih bagi masyarakat dan juga industri yang berada di
sekitarnya, seperti PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan PT. KKA. Sumber air yang
diolah di PT. PAG berasal dari sungai Peusangan yang dialirkan melalui beberapa
pipa. Sebelum diolah, air dari Sungai Pesangan ditampung di dalam reservoir.
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum
didistribusikan. Pengotor berupa benda padat dalam ukuran besar seperti sampah,
kayu dan benda lainnya yang ikut serta bersama air akan disaring sebelum dialirkan
ke reservoir. Terdapat 3 buah reservoir yang digunakan di PT. PAG, yaitu reservoir
A, B dan C. Selanjutnya, air di dalam reservoir dipompa menuju clarifier. Clarifier
dilengkapi dengan arigator dan rake yang berfungsi sebagai pengaduk. Arigator
berfungsi untuk mempercepat flok-flok dan bekerja dengan kecepatan 1.05-4.2 rpm.
Sedangkan rake berfungsi mencegah agar flok-flok tidak pekat di dasar clarifier dan
bekerja dengan kecepatan 0.033 rpm. Di dalam clarifier, terjadi beberapa proses
kimia dan fisika seperti koagulasi, floakulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Koagulasi dan

29
floakulasi merupakan dua proses yang vital dalam pengolahan portable water.
Proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air yang
diakibatkan oleh pengadukan cepat agitator dan pembubuhan bahan kimia dalam hal ini
alum. Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang awalnya stabil berubah
menjadi tidak stabil karena terurai menjadi ion positif dan negatif. Pembentukan ion
positif dan negatif ini juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini
berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (Al3+) dengan ion
negatif dari partikel (misal OH-) dan antara ion negatif dari koagulan (SO4-2) dengan ion
positif dari partikel (Ca2+) sehingga menyebabkan pembentukan presipitat. Setelah
terbentuk presipitat, diikuti dengan proses floakulasi, yaitu penggabungan presipitat
menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel mengendap
(sedimentasi). Penggabungan presipitat menjadi flok berukuran lebih besar disebabkan
oleh pengadukan secara lambat sehingga terjadi tumbukan antara satu flok dengan flok
lainnya. Reaksi koagulasi antara partikel dengan alumunium sulfat (koagulan) adalah
sebagai berikut :
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Selanjutnya, air dari clarifier dialirkan menuju basin. Basin berfungsi sebagai
tempat penampungan sementara, mengendapkan lumpur dan menjaga agar pompa tidak
terjadi kavitasi. Kemudian, air yang ditampung di basin dipompa menuju filter dan
terjadi proses filtrasi. Filtrasi merupakan suatu metode fisika yang digunakan untuk
memisahkan zat padat dari larutan dengan menggunakan filter (penyaring) dengan
ukuran pori tertentu. Pengotor-pengotor halus yang tidak dapat diendapkan dalam
clarifier akan disaring di filter. Selanjutnya, air di dalam filter dialirkan menuju ke
Filtered water tank. Tangki ini terdiri atas unit F-9451 A dan F- 9451 B. Air di dalam
tangki, diinjeksikan klorin yang berfungsi untuk mematikan mikroorganisme dalam air
dan mencegah terbentuknya lumut yang dapat mengganggu proses selanjutnya. Air
yang telah mengalami pengolahan di filtered water tank sudah dapat dialirkan ke
perumahan untuk keperluan konsumsi dan rumah tangga, sementara untuk keperluan
pabrik, perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk menghilangkan mineral-mineral
seperti Ca dan Mg yang dapat mengakibatkan terjadinya korosi pada pipa dan
menyebabkan beban kerja softener lebih berat. Air dari filtered water tank dialirkan
menuju perumahan melalui pipa Inlet Tangki Blang tiron.

30
Dalam penyusunan laporan ini, observasi yang telah dilakukan adalah analisis
TDS dan konduktivitas pada portable water Inlet Tangki Blang Tiron selama 5 hari
berturut-turut. Alat yang digunakan dalam pengukuran TDS dan konduktivitas adalah
Conductivity Meter. Conductivity meter adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas
listrik (specific/electric conductivity) suatu larutan atau cairan. Nilai konduktivitas
listrik sebuah zat cair menjadi referensi atas jumlah ion serta konsentrasi padatan (Total
Dissolved Solid/TDS) yang terlarut di dalamnya. Konsentrasi ion di dalam larutan
berbanding lurus dengan daya hantar listriknya. Semakin banyak ion mineral yang
terlarut, maka akan semakin besar kemampuan larutan tersebut untuk menghantarkan
listrik. Sifat kimia inilah yang digunakan sebagai prinsip kerja conductivity meter.
Sistem conductivity meter tersusun atas dua elektrode yang dirangkai dengan sumber
tegangan serta sebuah ampere meter. Elektrode-elektrode tersebut diatur sehingga
memiliki jarak tertentu antara keduanya (biasanya 1 cm). Disaat pengukuran, kedua
elektrode ini dicelupkan ke dalam sampel larutan dan diberi tegangan dengan besar
tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh ampere meter, digunakan lebih lanjut untuk
menghitung nilai konduktivitas listrik larutan.
Berdasarkan hasil diperoleh, nilai TDS dan konduktivitas air yang sudah di
treatment lebih tinggi daripada kadar konduktivitas dan TDS pada air yang belum di
treatment. Kemudian, konduktivitas dan TDS yang dihasilkan mengalami kenaikan
selama 5 hari berturut-turut, terlebih pada air yang masuk ke Inlet Tank Blang Tiron.
Nilai TDS dan Konduktivitas selama 5 hari berturut-turut ditunjukkan oleh gambar 5.1
berikut ini.
Gmabar 4.1. Histogram nilai TDS dan Konduktivitas selama 5 hari berturut-turut
300 271.9
262.5
250 225.8 215.3 212.6
Parameter Analisa

200
136
150 131.25
112.9 112.9 108.8 TDS (mg/L)
100 Konduktivitas ( S/cm)
50

0
05-Jul-17 06-Jul-17 07-Jul-17 08-Jul-17 09-Jul-17
Tanggal Analisa

31
Nilai TDS paling tinggi diperoleh pada tanggal analisa 09 Juli 2017 sebesar 136
mg/L. Sama halnya dengan nilai konduktivitas paling tinggi diperoleh pada tanggal 09
Juli 2017, yaitu 271.9. Tingginya nilai TDS dan konduktivitas pada tanggal 09 Juli
dipengaruhi oleh tingginya partikel padat yang terbawa sebelum proses treatment. Hal
ini ditunjukkan pada tabel 5.5. dimana nilai TDS dan konduktivitas pada reservoir (Z-
9451) meningkat dari hari sebelumnya, yaitu 110.5 mg/L dan 221.0 mg/L. Kenaikan
nilai TDS dan konduktivitas juga disebabkan oleh adanya scale yang menempel pada
pipa sehingga meningkatkan kuantitas partikel solid dalam air. Scale pada dinding pipa
dapat terbentuk karena adanya zat padat terlarut serta kurangnya inhibitor. Kondisi pipa
yang telah lama digunakan merupakan faktor yang menyebabkan terbentuknya scale,
bahkan dapat menyebabkan korosi pada pipa sehingga meningkatkan kadar Fe dalam
air. Nilai TDS dan konduktivitas terendah diperoleh pada tanggal analisa 07 Juli 2017
yaitu sebesar 108,8 mg/L dan 212,6. Rendahnya nilai TDS dan konduktivitas
disebabkan oleh partikel padat yang terbawa aliran air sebelum proses treatment lebih
rendah seperti pada reservoir dengan nilai TDS dan konduktivitas berturut-turut 212.5
mg/L dan 106.2 mg/L
Air di Tangki Inlet Blang Tiron merupakan air layak konsumsi dan dapat
digunakan untuk keperluan rumah tangga. Menurut Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar TDS yang
diperbolehkan adalah 500 mg/L. Air yang mengandung TDS tinggi, sangat tidak baik
untuk kesehatan manusia. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus.
Apabila terlalu banyak mineral anorganik di dalam tubuh, maka seiring
berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh sehingga mengakibatkan
tersumbatnya bagian tubuh. Misalnya bila mengendap di mata akan mengakibatkan
katarak, bila di ginjal akan mengakibatkan batu ginjal atau batu empedu, di pembuluh
darah akan mengakibatkan pengerasan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke
dan lain-lain.

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Analisis portable water dilakukan untuk menjaga kualitas air yang digunakan
sebagai keperluan rumah tangga.
2. Nilai konduktivitas dan TDS air yang sudah di treatment lebih tinggi daripada air
yang belum di treatment, terlebih pada aliran air Inlet Tank Blang Tiron. Hal ini
disebabkan oleh adanya scale pada dinding pipa sehingga meningkatkan zat padat
terlarut yang dapat menaikkan nilaik TDS dan konduktivitas.
3. Portable water yang dianalisis pada inlet tangki Blang Tiron merupakan air layak
konsumsi. Hal ini berdasarkan permenkes tahun 2010 yang menyatakan bahwa
nilai TDS untuk air minum maksimal 500 mg/L. Sedangkan, nilai TDS yang
dihasilkan berdasarkan penelitian tidak lebih dari 500 mg/L.
4. Pengukuran nilai TDS dilakukan melalui metode konduktivitas listrik.

5.2. Saran
1. Sebaiknya, analisis portable water dilakukan sekali dalam sebulan selama 10 hari
berturu-turut agar tetap terjaganya kualitas air layak pakai.
2. Ketika bekerja di laboratorium seharusnya menggunakan jas laboratorium,
masker, serta sarung tangan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ali Muslim, 2006. Proses Pengolahan Gas Alam pada Unit-3X, PT. Arun NGL.
Blang Lancang-Lhokseumawe.
Alaerts, G. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional. Gumilar, Arie.
2011. Sistem air pendingin. Jakarta : STE.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
Handoyo,Ekadewi.1999. Pengaruh Temperatur Air pendingin Terhadap Konsumsi
Bahan Bakar motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller. Surabaya:
Universitas Eka Petra.
Setiadi,Tjandra.2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung: ITB.

34

Anda mungkin juga menyukai