Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genital pria yang terletak di bawah kandung
kencing dan mengelilingi uretra(saluran kencing). Normal bentuknya sebesar buah kenari
dengan berat pada orang dewasa sekitar 20 gram. Kelenjar prostat juga memproduksi cairan
prostat yang juga merupakan salah satu unsure pembentuk semen pada waktu ejakulasi
(Saraswati,2006).
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada
populasi pria lanjut usia. Gejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah
urologi. Hiperplasia prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama bagi pria diatas
usia 50 tahun dan berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa sepertiga dari pria berusia antara 50 dan 79 tahun mengalami
hyperplasia prostat. Adanya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran
kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari
tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang
paling berat yaitu operasi (Smeltezr, 2000). Dengan teknologi dan kemajuan ilmu yang
semakin canggih dalam kehidupan ini banyak membawa dampak negatif pada kehidupan
masyarakat terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur dan harapan hidup.
Dengan kondisi tersebut merubah kondisi status penyakit infeksi yang dulu menjadi
urutan pertama kini bergeser pada penyakit degeneratif yang menjadi urutan pertama. Di
Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-70 tahun
mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90% mengalami gejala-
gejala BPH. Hasil riset menunjukkan bahwa laki-laki di daerah pedesaan sangat rendah
terkena BPH dibanding dengan laki-laki yang hidup di daerah perkotaan. Hal ini terkait
dengan gaya hidup seseorang.Laki-laki yang bergaya hidup modern kebih besar terkena BPH
dibanding dengan laki-laki pedesaan (Madjid dan Suharyanto, 2009).
Di Indonesia pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna.
Keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang
berusia 80 tahun (Nursalam dan Fransisca,2006). Menurut pengamatan peneliti selama
praktek 1 bulan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo pada tanggal 12 november 2010, di
ruang rawat inap khususnya bangsal bedah Anggrek, dari 30 pasien terdapat 5 pasien yang
menderita BPH rata-rata penderita berusia di atas 50 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.
1 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Benigna Prostat Hiperplasia itu?
1.2.2 Bagaimanakah Klasifikasi Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.3 Bagaimanakah Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.4 Bagaimanakah Manifestasi Benigna Prostat Hiperplasia?
1.2.5 Bagaimanakah Patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia?
1.2.6 Bagaimanakah Pathway Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.8 Bagaimanakah Penatalaksanaan Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.9 Bagaimanakah Therapy Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.10 Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan Benigna Prostat Hiperplasia ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit Benigna Prostat Hiperplasia dan
konsep asuhan keperawatannya

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengetahui Definisi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.2 Mengetahui Klasifikasi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.3 Mengetahui Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.4 Mengetahui Manifestasi Klinik Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.5 Mengetahui Patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.6 Mengetahui Pathway Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.8 Mengetahui Penatalaksanaan Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.9 Mengetahui Therapy Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.10 Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Benigna Prostat
Hiperplasia

1.4 Manfaat

2 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


Diharapkan makalah ini mampu memberi informasi kepada pembaca
tentang Benigna Prostat Hiperplasia beserta manifestasi klinis, terapi dan konsep
asuhan keperawatanya.

1.5 Metode Pengumpulan data

1.5.1 Metode Kepustakaan


Yaitu dengan membaca buku-buku ilmiah dan sumber lain yang
berhubungan dengan judul asuhan keperawatan ini, seperti Dongues
Keperawatan.

1.5.2 Metode Interview (wawancara)


Yaitu dengan mengadakan wawancara langsung kepada klien dan keluarga
klien yang berhubungan dengan asuhan keperawatan ini.

1.5.3 Metode Pemeriksaan Fisik


Yaitu dengan melakukan pemeriksaan fisik secara langsung dengan teknik
auskultasi, palpasi, dari ujung kepala sampai ujung kaki secara
menyeluruh.

1.5.4 Metode Observasi


Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.

1.5.5 Metode Dokumentasi


Yaitu setiap hasil pemeriksaan atau tindakan yang dilakukan pada klien
selalu dilakukan pendokumentasian, dengan cara pencatatan sebaga bahan
pembuktian atas hasil tindakan yang dilakukan.

1.6 Ruang Lingkup


3 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
Dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan kasus Benigna
Prostat Hiperplasia di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu, pengkajian
dilakukan dari tanggal 12 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 12 Oktober 2014.

2.1 Pengorganisasian Seminar

Ketua : Rangga Saputra


Wakil Ketua : Resa Mawar Ranti
Moderator : Patimah
Presentator : Niken Sri Wahyu Lista
Operator : Nurlisa
Anggota :1. Ovie Damayanti
2. Nur Annisa Al-Azim
3. Nurhidawati

BAB II
4 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
TINJAUAN LAPANGAN

2.1 PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU TAHUN 2014

2.1.1 Gambaran RSUD Sekayu

Seiring berjalan mewujudkan visi misi kabupaten musi banyuasin tersebut pemerintah
republik indonesia mengeluarka peraturan pemerintahan republik indonesia nomor 23 tahun
2005 tanggal 15 juni 2005 tentang pengolahan keuangan badan layanan umum (BLU), rumah
sakit umum daerah sekayu mengalami perubahan institusi dari unit pelaksana teknis daerah
(UPTD) kabupaten musi banyuasin yang menerapkan pola pengolaan keuangan badan
layanan umum daerah (PKK BLUD) secara penuh.
Tujuan pemerintah daerah kabupaten musi banyuasin ni adalah mengubah status
kelembagaan rumah sakit umum daerah sekayu menjadi badan layanan umum daerah
(BLUD) adalah memberi kewenangan dalam pengelolahan keuangan dan rumah sakit daerah
sekayu dalam upaya menjadikan pelayanan RSUD sekayu sebagai rumah sakit daerah yang
berstandar internasional, merupakan rumah sakit rujukan dari dua buah rumah sakit
( RSUDbayung lencirdan RSUDsungai Lilin) 25 unit puskesmas keliling serta sebagai lahan
praktek bagi akademi keperawatan pemerintah kabupaten musi banyuasin dan institusi
pendidikan kesehatan lainya yg berada di provinsi sumatera selatan.
Selain melayani masyarakat kabupaten musi banyuasin dengan jamkesmas muba
semesta bagi penduduk muba, juga melayani masyarakat luar kabupaten baik dengan
jamsoskes sumsel semesta, maupun jamkesmas nasional, sehingga RSUD sekayu mempunyai
peranan yg sangat besar dalam menunjang pelayanan unggulan di bidang penyakit dalam
khusunya diabetes dan klinik-klinik rawat jalan.

2.1.2 Visi dan Misi RSUD Sekayu

1. Visi

Mewujudkan pelayanan rumah sakit yang PRIMA dalam rangka


mensukseskan permata muba tahun 2017 menuju rumah sakit dunia
(worldclass hospital).
2. Misi
5 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
1. Mengembangkan Education Medical Hospital.
2. Menyelenggarakan pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak di
sumatera selatan.

2.1.3 Budaya Rumah Sakit

Memberikan pelayanan yg efektif berkualitas dikenal dengan PRIMA yaitu :


P : PROFESIONAL
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap petugas RSUD Sekayu harus
profesional tanpa memandang pangkat jabatan, status ekonomi, hubungan
keluarga dan suku budaya melayani sama kedudukanya sebagai makhluk allah
SWT yang berorientasi hanya kepada kepuasan pelanggan.

R : RAMAH
Semua petugas RS dalam memberikan pelayanan kepada seluruh
masyarakat harus bersikap ramah tamah dengan menunjukan wajah yang
jernih dan antusias .

I : IKHLAS
Dalam melaksanakan tugasnya seluruh petugas rumah sakit harus
dilandasi dengan rasa keikhlasan, sehingga akan terpancarkan antusiasme
dalam bekerja dan menyadari bahwa bekerja adalah salah satu ibadah.

M : MEMUASKAN
Semua yang diberikan kepada pasien atau pelanggan (eksternal
maupun internal ) rumah sakit diberikan seoptimal dan semaksimal mungkin
dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan atau masyarakat.

A: ANDALAN
Upaya meningkatakan mutu pelayanan pada rsud sekayu dilaksanakan
secara berkesinambungan sehingga pelayanan yag diberikan dapat diandalkan
dan dipercaya oleh seluruh penduduk musi banyuasin.
2.1.4 MOTTO
6 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
F.A.C.E WITH S.M.I.L.E
(Fat, Accurate, Carting, Efficient, With, Spirit, Moralitas, Intellegent,
Loyalitas, Excelent.)

2.1.5 MAKSUD DAN TUJUAN PELAYANAN UMUM

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan senantiasa berorientasi


pada kepentinagan masyarakat.
2. Mewujudkan pelayanan yang berkelas internasional sesuai standar dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi.
3. Menghasilkan sumber daya manusia yang profesional , berkualitas dan
bermoral tinggi.
4. Menyelenggarakan kerja sama yang baik dengan pihak terkait mulai dari
internal maupun eksternal.
5. Meningkatkan fungsi sistem rujukan yang responsive dan
berkeseimbanagan .

Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu yang terletak di jalan Kolonel


Wahid Udin Lingkungan 1 Kayuara, Sekayu mempunyai fasilitas untuk
penyelenggaraan berbagai jenis pelayanan spesialis dan sub spesialis dan
menjadi pusat rujukan di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dan sekitarnya.
RSUD Sekayu terdiri dari gedung A,B,C,D masing-masing dua lantai dengan
uraian sebagai berikut :
1. Gedung A
Poli klinik
Farmasi
IGD
Radiologi
Ruang rapat staf
Aula
Ruang komite medik
Administrasi

7 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


Kantin
Bank sumsel
Ruang verifikator
Jaminan pelayanan
Rehabilitas
Klinik bungur
Ruang humas
ICSU/ ICU/NICU
Kebidanan (VK dan Neonatus)
Kamar bedah
Hemodialisa
Rekam medik

2. Gedung B
Ruang perawatan rawat inap
Kelas III noninfeksi (sungkai)
Kelas III infeksi (medang)
Kelas II ( meranti)
Kelas I (tembesu
VIP (petanang)

3. Gedung C
Ruang gizi
Laundry
Musholah
Bermain anak
Ruang makan karyawan
Sekertariat rumah sakit syang ibu dan bayi.
Ruang tim pengendali suransi dan klaim (TPA)
Hemodialisa

4. Gedung D

8 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


IPSRS
Bengkel
Genset
Kamar jenazah
Instalasi gas medic

Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi fasilitas dan sarana
penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dengan kapasitas 165
tempat tidurdengan perincian sebagai berikut :
No URAIAN JUMLAH
.
1 Kelas utama VIP (Tembesu) 10 Tempat
2 Kelas I (Petanang) 20 Tempat
3 Kelas II (meranti) 20 Tempat
4 Kelas II (Bangsal Kebidanan ) 22 Tempat
5 Kelas III noninfeksi (sungkai) 40 Tempat
6 Kelas III infeksi (medang) 40 Tempat
7 ICU 4 Tempat
8 NICU 4 Tempat
9 Neonatus 5 Tempat
TOTAL 165 Tempat

2.1.6 Struktur Organisasi Data Kerja RSUD Sekayu 2014

Struktur organisasi dan tata kerja RSUD sekayu mengacu padadaerah pengaturan
kabupaten musi banyuasin dimana ada 1 kepala bagian dan 3 kepala bidang yang membantu
direktur dalam menyelenggarakan operasional RSUD sekayu ini. Selain itu dibantu oleh 2
orang pejabat struktural.
Adapun struktur organisasi RSUD sekayu pada tahun 2014. Sebagai berikut :
1. Direktur RSUD sekayu : Dr.H.Azmidariusmansyah,MAR
2. Kepala Bagian Tata Usaha : Hapzih,SST,SKM,MM
- Kasubag Administrasi Umum : Hj. Solehatun Robiah,SKM
- Kasubag Diklat dan Litbang : Fazilah,SKM
- Kasubbag Sarana dan Rekam Medis : Yulrizal,SKM
3. Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabianti,SH,M.Kes
- Kepala seksi Adm Keperawatan : H. Asmapit,S,Kep,SKM,M.Kes
- Kepala seksi layanan rawat : Nursida,Am.Kep

9 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


4. Kepala Bidang pelayanan : dr.Ira puspita,MG
- Kepala seksi pelayanan medis : Zalma,HY,SE
- Kasi penunjang medis : H.Achmadi,SKM,M.Si
5. Kepala bidang keuangan dan program : Eliayah,SE
- Kasi keuangan dan program : Ridati murdianti,Ssi
- Kasi akuntansi dan verifikasi :-
6. Kepala Instalasi :
- Instalasi rawat jalan : dr. Tien suparni
- Instalasi rawat inap : dr.Lita Haryati
- Instalasi gawat darurat : dr.Ernaliyah
- Instalasi bedah central : dr.febrianto k,SP.B
- Instalasi ICU : dr.KGS Rosyidi,SP.Pd
- Instalasi farmasi : Dra. Hanifdar ,Apt
- Instalasi kebidanan dan penyakit kandungan : dr.Taufik firdaus,SPOG
- Instalansi laboratorium : dr.Asep Zainudin,SpPk
- Instalasi radiologi : dr.Agus perwira,SpRAd
- Instalasi rehabilitas medik : dr.Jalalin,SpRM
- Instalasi Gizi : dr. Farida,SKM
- Instalasi pemeliharaan saran RS : M.Firanha,A.Md
7. Kepala ruangan perawat pasien :
- Kepala ruanagan ICU : Inarmi,AM.kep
- Kepala ruangan OK : Rohimi,SKM
- Kepala ruanagan IGD : Marni Elyza,AM.Kep
- Kepala ruanagan sungkai : Nurainani,AM.Kep
- Kepala ruangan medang : Yuliah syilvinti, AM.Kep
- Kepala ruangan meranti keperawatan : farida yazid,S.Kep
- Kepala ruanagan meranti kebidanan : R.A Nurhidayah Oktaria,
Am.keb, SKM
- Kepala ruang petanang atau temebsu : Irma Subriani, AM.Kep
- Kepala ruanagan VK kebidanan : Zuryati, AM.Keb
- Kepala ruangan NICU : Ns.Mia Mutia,S.Kep
- Kepala ruang Neonatus : Desmaniar, AM.Keb
- Ketua komite keperawatan : Suaibahtul Aslamiyah Mair,
AM.Kep
10 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
8. Kepala Ruang Penunjang Medis :
- Kepala ruang farmasi : Lukman Afriandiansyah,Apt
- Kepala ruang sanitasi : Leni gustina
- Kepala ruang IPSRS : Fauziah, AM.KL.SKM
- Karu CSSD : Leni Marlina, SKM
- Kepala ruang laboraturium : Edy sumantri, SKM
- Kepal ruang radiologi : Nurhidayah arifianto, SKM
- Kepala ruang rehabilitas medik : Sri Suryani, AM.Ft
9. Supervisior RSUD Sekayu
Supervisior administrasi
- H.Asmapit,S.Kep,SKM,M.Kes
- Taufik S.Pd
- Tendy Yosep, SKM
- Fadlawati,SE
- Yulrizal,SKM
- Irman Madani
Supervisior keperawatan
- Yuliah Sylvianti, AM.Kep
- Suaibahtul Aslamiyah Mair, AM.Kep
- Nirwana, AM.Kep
- Inarmi, AM.kep
- Ns. Mia mutia S.Kep
- Marni Elyza, AM.Kep
- Rohimi, SKM

BAB IV
KONSEP TEORI

4.1 Konsep Dasar

11 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


4.1.1 Definisi

Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat,


disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi
jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra
pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada
pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).
BPH adalah pembesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar prostat membesar,
memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine
dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter. (Brunner & Suddart, 2000)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa BPH adalah pembesaran
atau hipertrofi prostat, kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam
kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine sehingga menyebabkan berbagai
derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius.

4.1.2 Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen.
Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa
factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan
epitel.
12 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit (Roger Kirby,
1994 : 38 ).

4.1.3 Anatomi dari Benigna Prostat Hiperplasia

4.1.4 Fisiologi dari Benigna Prostat Hiperplasia

Pada laki-laki, traktus urinari tidak terpisah dari traktus genitalis. Uretra
meninggalkan kandung kemih dan melalui kelenjar prostat yang bagian itu dikenal
sebagai uretra pars prostatika, berjalan ke uretra membranosa, kemudian menjadi uretra
penis, membelok dengan sudut 900 dan melalui perineum ke penis.
Struktur dari sistem reproduksi pria :

13 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


1. Testis
Organ kelamin tempat spermatozoa dan hormon laki-laki dibentuk, kelenjar
testis terdapat 2 buah seperti telur yang menghasilkan sperma dan tersimpan
dalam scrotum masing-masing difunika albugenia terstis.
Fungsinya untuk membentuk gamet-gamet baru dan menghasilkan hormon
testosteron.

2. Vesika seminalis
Adalah kelenjar yang panjangnya 5-10 cm berupa kantong huruf S berbelok-
belok, sekretnya yang alkalis bersama dengan cairan prostat merupakan bagian
terbesar, segmen yang mengandung fruktosa sebagai sumber energi spermatozoa.

3. Vas Deferens
Terletak dibawah vesika urinaria, melekat di dinding bawah vesika urinaria
disekitar uretra bagian atas.
Fungsi : Menambah cairan alkalis pada caiiran seminalis yang berguna
melindungi protozoa terhadap tekanan yang terdapat pada uretra, dan vagina.

4. Penis
Terletak di depan scrotum, bagian yang glans penis, bagian tengah korpus
penis dan pangkalnya serabut radix penis.

Struktur dari sistem traktus urinaries :


1. Ginjal
Kelenjar dibagian scrotum, bagian yang disebut glans penis, bagian tengah
korpus penis dan pangkalnya serabut radix penis.

2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke VU,
panjang 25-30 cm dan panampang 0,5 cm.

3. Vesica urinaria

14 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


Berbentuk kerucut dan dilindungi otot yang kuat, terdiri dari fundus, korpus,
korteks.

4. Uretra
Saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan urine keluar.

4.1.5 Patofisiologi

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan


bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi
reduksi testosteron menjadi dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi
faktor terjadinya penetrasi DHT kedalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi
pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian menjadi
hiperplasia kelenjar prostat. (Manjoer, 2000 hlm 329;Poernomo, 2000 hlm 74)
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi
penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikal.untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli
harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tekanan tersebut, sehingga akan terjadi
resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkkat, serta otot detrusor ini disebut
fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urine. (Manjoer, 2000 hlm 329;Poernomo, 2000 hlm 76)
Tekanan intravesikal yang tinggi akan diteruskan keseluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan
akhirnya dapat terjadi gagal ginjal. (Poernomo, 2000 hlm 76)

4.1.6 Pathways

15 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


4.1.7 Manifestasi Klinis

Terbagi 4 grade yaitu:


Pada grade I (congestic)
1. Mula-mula pasien berbulan atau beberapa tahun susah kemih dan mulai
mengedan.
2. Kalau miksi merasa puas.
3. Urine keluar menetes dan pancaran lemah.
4. Nocturia (frekuensi kencing bertambah terutama malam hari)
16 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
5. Urine keluar malam hari lebih dari normal.
6. Ereksi lebih lama dari normal dan libido lebih dari normal.
7. Pada cytoscopy kelihatan hyperemia dari orificium urethra interna. Lambat
laun terjadi varices akhirnya bisa terjadi perdarahan (blooding)

Pada grade 2 (residual)


1. Bila miksi terasa panas.
2. Dysuri nocturi bertambah berat.
3. Tidak bisa buang air kecil (kemih tidak puas).
4. Bisa terjadi infeksi karena sisa air kemih.
5. Terjadi panas tinggi dan bisa menggigil.
6. Nyeri pada daerah pinggang (menjalar ke ginjal).

Pada grade 3 (retensi urine)


1. Ischuria paradosal.
2. Incontinensia paradosal.

Pada grade 4
1. Kandung kemih penuh.
2. Penderita merasa kesakitan.
3. Air kemih menetes secara periodik yang disebut over flow incontinensia.
4. Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk meraba ada tumor,
karena bendungan yang hebat.
5. Dengan adanya infeksi penderita bisa menggigil dan panas tinggi sekitar 40-
410 C.
6. Selanjutnya penderita bisa koma.

4.1.8 Pemeriksaan Penunjang

17 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


1) Pemeriksaan Laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopik urine penting untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus
diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu
infeksi, saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari
fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan Prostate Specific Antigen
(PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi
dini keganasan.

2) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini
adalah untuk memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli-
buli dan volume residu urine, dan mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun tidak dengan BPH. Dari foto polos dapat dilihat adanya
batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dari pielografi
intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan
hidroureter.
Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa
ginjal, mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli.

4.1.9 Penatalaksanaan

1) Observasi (watchfull waiting)


Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan (skor Madsen Iversen
9). Nasehat yang diberikan ialah mengurangi minum setelah makan malam untuk
mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan (para simpatolitik),
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu
sering miksi. Setiap tiga bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing
dan pemeriksaan colok dubur.

2) Terapi Medikamentosa
1) Penghambat adrenegik

18 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


Obat-obat yang sering dipakai ialah prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin
1a (tamsulosin). Dosis dimulai 1 mg/hariatau yang lebih selektif sedangkan
dosis tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis 1 adrenergik
karena secara selektif mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak
kontraktilitas detrusor.
Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot
polos di trigonum, leher vesika, prostat dan kapsul prostat sehingga terjadi
relaksasi di daerah prostat. Hal ini akan menurunkan tekanan pada urethra pars
prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya
pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1 2 minggu setelah
ia mulai memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing-pusing
(dizzines), capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah.
2) Penghambat enzim 5 - Reduktase.
Obat yang dipakai adalah finasteride (proscar) dengan dosis 1 x 5 mg/hari.
Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang
membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada bloker
dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangatgolongan besar.
Efektivitasnya masih diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan
sedikit dari keluhan pasien setelah 6 - 12 bulan pengobatan bila dimakan terus-
menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido,
ginekomastia, dan dapat menurunkan nilai PSA (masking effect).

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

19 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan


data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan
diagnosis keperawatan.
Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi TUR-P dan penkajian
post operasi TUR-P.

3.1.1 Pengkajian pre operasi TUR-P

Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi :
A. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan
diagnosa medis.

B. Riwayat penyakit sekarang


Pada klien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi,
hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi
retensio urine.

C. Riwayat penyakit dahulu


Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya
ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di
derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya
riwayat penyakit DM dan hipertensi .

D. Riwayat penyakit keluarga


Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit BPH Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau
hipertensi.
20 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
E. Riwayat psikososial

1. Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan.
Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan.
Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang
sakitnya.

2. Inter personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.

F. Pola fungsi kesehatan

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat


Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan
obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam
mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan
yang adekuat)

2. Pola nutrisi dan metabolisme


Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah
minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang
mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada
pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah.

3. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu,
menetes - netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih,
kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk
mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi,
apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam
rectum.

21 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


4. Pola tidur dan istirahat
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena
frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur
memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan.
Upaya mengatasi kesulitan tidur.

5. Pola aktifitas
Klien ditanya aktifitasnya sehari hari, aktifitas penggunaan waktu senggang,
kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana
klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari hari sendiri.

6. Pola hubungan dan peran


Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain,
perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien
dapat berperan sebagai mana seharusnya.

7. Pola persepsi dan konsep diri


Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan
klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu
acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada
dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu
dan merasa tidak berdaya.

8. Pola sensori dan kognitif


Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari
klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan
waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola
ini.

9. Pola reproduksi seksual


Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya,
pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang

22 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan,
ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual.

10. Pola penanggulangan stress


Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme
penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya
dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor
positif atau negatif.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan


Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya.
Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

1. Status kesehatan umum


Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan,
tekanan darah, suhu tubuh, nadi.

2. Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi,
bagaimana keadaan rambut dan kuku klien ,

3. Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau
trauma pada kepala.

4. Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya,
begitu pula bagaimana otot mukanya.

5. Mata

23 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada
konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus
atau tidak.

6. Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana
bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.

7. Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau
polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.

12. Mulut dan faring


Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau
ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil.

13. Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.

14. Thoraks
Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti.

15. Paru
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan
bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi ,
wheezing atau egofoni.

16. Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau
getarannya.

17. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya
ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan,
24 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid.
Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat.

18. Genitalia dan anus


Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat
rectal touch. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter,
Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid.

19. Ekstrimitas dan tulang belakang


Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari jari tremor apa tidak. Apakah
ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda tanda
infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang
bagaimana.

3.1.3 Pemeriksaan diagnostik

Untuk pemeriksaan diagnostik sudah dijabarkan penulis pada konsep dasar.


1) Pengkajian post operasi TUR-P
Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang meliputi:
1. Keluhan utama
Keluhan pada klien berbeda beda antara klien yang satu dengan yang
lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi TUR-
P adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih
atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini
ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri.

2. Keadaan umum
Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.

3. Sistem respirasi
Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak.
Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada
wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan

25 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda tanda cyanosis ada atau
tidak.

4. Sistem sirkulasi
Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu
tubuh, monitor jantung ( EKG ).

5. Sistem gastrointestinal
Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi /
obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah
ada mual dan muntah.

6. Sistem neurology
Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.

7. Sistem muskuloskleletal
Bagaimana aktifitas klien sehari hari setelah operasi. Bagaimana
memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana
dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan
ekstrimitas.

8. Sistem eliminasi
Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh .
Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda tanda
perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih.
Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan
sekitar daerah pemasangan kateter.

9. Terapi yang diberikan setelah operasi


Infus yang terpasang, obat obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan
irigasi kandung kemih.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


26 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
3.1.1 Diagnosa sebelum operasi

1. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi,


retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi sehubungan
dengan obstruksi mekanik : pembesaran prostat.
2. Nyeri sehubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder
terhadap pelebaran prostat.
3. Cemas sehubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang
pengetahuan tantang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi.

3.12 Diagnosa setelah operasi

1. Nyeri sehubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder


pada TUR-P.
2. Perubahan eliminasi urine sehubungandengan obstruksi sekunder dari
TUR-P: bekuan darah odema.
3. Potensial infeksi sehubungan dengan prosedur invasif : alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.

3.3 INTERVENSI

3.3.1 Sebelum operasi


a. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, resistancy, inkontinensi,
retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi sehubungan
dengan obtruksi mekanik: pembesaran prostat.
Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada klien tentang perubahan dari pola eliminasi.
2. Dorong klien untuk berkemih tiap 2 4 jam dan bila dirasakan.
3. Anjurkan klien minum sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung
bila diindikasikan
4. Perkusi / palpasi area supra pubik

27 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


5. Observasi aliran dan kekuatan urine, ukur residu urine pasca berkemih.
Jika volume residu urine lebih besar dari 100 cc maka jadwalkan
program kateterisasi intermiten.
6. monitor laboratorium: urinalisa dan kultur, BUN, kreatinin.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat: antagonis Alfa -
adrenergik (prazosin)

b. Nyeri sehubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder


terhadap pelebaran prostat.
Rencana tindakan :
1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 1-10 ), dan lamanya.
2. Beri tindakan kenyamanan, contoh: membantu klien melakukan posisi
yang nyaman, mendorong penggunaan relaksasi / latihan nafas dalam.
3. Beri kateter jika diinstruksikan untuk retensi urine yang akut :
mengeluh ingin kencing tapi tidak bisa.
4. Observasi tanda tanda vital.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat sesuai indikasi, contoh:
eperidin ( Dumerol )

c. Cemas sehubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang


pengetahuan tentang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi.
Rencana tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien atau keluarga.
2. Dorong klien atau keluarga untuk menyatakan perasaan / masalah.
3. Beri informasi tentang prosedur / tindakan yang akan dilakukan,
contoh: kateter, urine berdarah, iritasi kandung kemih. Ketahui
seberapa banyak informasi yang diinginkan klie
4. Jelaskan pentingnya peningkatan asupan cairan.
5. Jelaskan pembatasan aktifitas yang diharapkan :
a) tirah baring untuk hari pertama post operasi
b) ambulasi progresif yang dimulai hari pertama post operasi
c) hindari aktifitas yang mengencangkan daerah kandung kemih
6. Observasi tanda - tanda vital.

28 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


3.3.2 Sesudah operasi
a. Nyeri sehubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder
pada TUR-P
Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih.
2. Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk
mengenal gejala gejala dini dari spasmus kandung kemih.
3. Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang
dalam 24 sampai 48 jam.
4. Beri penyuluhan pada klien agar tidak berkemih ke seputar kateter.
5. Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama
sesudah tindakan TUR-P.
6. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam,
visualisasi.
7. Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah
peningkatan tekanan pada kandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat
bekuan pada selang.
8. Observasi tanda tanda vital
9. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat obatan (analgesik atau
anti spasmodik)

b. Perubahan pola eliminasi urine sehubungan dengan obstruksi sekunder


dari TUR-P: bekuan darah, edema.
Rencana tindakan:
1. Pertahankan irigasi kandung kemih yang konstan selama 24 jam
pertama
2. Pertahankan posisi dower kateter dan irigasi kateter.
3. Anjurkan intake cairan 2500-3000 ml sesuai toleransi.
4. Setalah kateter diangkat, pantau waktu, jumlah urine dan ukuran aliran.
Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan
berkemih, urgensi atau gejala gejala retensi.
5. Kaji output urine dan karakteristiknya

29 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


c. Potensial infeksi sehubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
Rencana tindakan:
1. Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter dengan
steril.
2. Anjurkan intake cairan yang cukup ( 2500 3000 ) sehingga dapat
menurunkan potensial infeksi.
3. Pertahankan posisi urobag dibawah.
4. Observasi tanda tanda vital, laporkan tanda tanda shock dan
demam.
5. Observasi urine: warna, jumlah, bau.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat antibiotik.

3.4 IMPLEMENTASI

Pelaksanaan adalah realisasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien,
baik sebelum operasi dan sesudah operasi. Beberapa petunjuk pada implementasi adalah
sebagai berikut :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah divalidasi;
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat;
3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi;
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien.

3.5 EVALUASI

Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan . Semua tahap proses
keperawatan ( diagnosis, tujuan, intervensi ) harus dievaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang.
Ada tiga alternatif yang dapat dipakai perawat dalam memutuskan, sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian dan
tujuan tidak tercapai. Untuk dapat menilai maka dilihat dari perilaku klien sebagai berikut :

30 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


1. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau tanggal
yang telah ditentukan, sesuai dengan pernyataan tujuan.
2. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi tidak
seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan .
3. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan perilaku yang diharapkan, sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

31 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta

32 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia


BAB V
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH BPH PADA TN. A DI IGD RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn A
Umur : 69 tahun
Suku : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status : Kawin
Alamat : Serasan Jaya

Identitas Penanggung Jawab :


Nama : Ny. R
Umur : 36 tahun
Suku : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub.Dg. Klien : Anak
Alamat : Serasan Jaya

Tgl. Masuk RS : 12-10-2014


Tgl. Pengkajian : 12-10-2014
Jam Masuk : 09.00 Wib
No. Register : 06-71-40
Ruangan : IGD
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasia

33 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada saat BAK.


2. Riwayat Perjalanan Penyakit : Sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit klien
mengeluh sulit BAK dengan skala nyeri 6, durasi nyeri hilang timbul, frekuensi nyeri
hanya pada saat BAK, lokasi nyeri di daerah supra pubik, klien tampak lemah, klien
tampak meringis, kandung kemih penuh sehingga menyebabkan distensi kandung
kemih (+)
3. Riwayat kesehatan masa lalu : Klien tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga : Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami
sakit seperti yang dialami klien
5. Genogram

Ket : = Klien
= Perempuan
= Laki - laki
= Tinggal Serumah

C. PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan umum : Composmentis


2) Tanda-tanda vital
A. Tanda-tanda Vital
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/m
RR : 20x/m
34 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
T : 37,2 C
B. BB : 58 kg
TB : 160 cm

3) Kepala
Struktur : Simetris
Rambut : Hitam
Lain lain : tidak ada masalah
Orientasi
Waktu : Baik, klien mengetahui hari dan kapan ia dibawa ke rumah
sakit
Tempat : baik, klien mengetahui ia tinggal dimana dan berada di mana
sekarang
Kelumpuhan :Tidak Ada
Kejang : Tidak Ada

4) Pendengaran / Telinga
Struktur : Simetris
Fungsi Pendengaran : Mampu mendengar dengan jelas
Alat Bantu Dengar : Tidak Ada
Serumen : Ada
Lain lain : tidak ada masalah

5) Penglihatan
Schlera : Putih Jernih
Konjungtiva : Merah Muda
Visus : 6/6
Alat Bantu yang dipakai : Tidak ada

6) Penciuman / Hidung
Stuktur : Simetris
Fungsi Penciuman : Mampu membedakan bau-bauan
Secret hidung : Tidak Ada

35 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


7) Pengecapan / Mulut
Keadaan gigi : Tidak utuh
Keadaan Lidah : Kotor
Faring : tidak ada radang
Fungsi Pengecapan : Dapat membedakan rasa manis, asam, asin
Lain-lain : Tidak ada masalah

8) Tenggorokan/leher
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Radang Tenggorokan : Tidak Ada
Keadaan Jakun : Menonjol
Kesulitan Menelan : Tidak Ada

9) Dada
Struktur Dada : Simetris
Irama Pernapasan : Reguler
Bunyi nafas : Vesikuler (Tidak ada bunyi tambahan dan secret tidak
ada)
Nyeri dada (Chest Pain) : Tidak Ada
Bunyi Jantung : BJ 1 & 2 (BJ 1 = Lup (saat kontraksi) BJ 2= Dup
(saat relaksasi))
Palpitasi : Tidak Ada
Edema : Ada

10) Abdomen
Inspeksi
Asites : Tidak Ada
Palpasi
Nyeri Tekan : Ada, di supra pubik
Pembesaran hati : Tidak Ada
Kandung kemih : Penuh
Distensi kandung kemih : (+)
36 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Masalah : Nyeri di daerah supra pubik

11) Kulit
Inspeksi
Warna : Pucat
Kondisi Kulit :-
Nyeri : Tidak ada

Palpasi
Suhu : Normal
Turgor : Elastis
Kelembaban : Lembab

12) Genetalia dan Anus


Kebersihan : Kotor
Struktur : Simetris
Edema : Tidak ada
Nyeri : Ada
Skala nyeri :6
Lokasi : Supra Pubik
Durasi : Pada saat berkemih
Frekuensi : Hilang timbul
Masalah : Nyeri

13) Ekstremitas
Ukuran : Atas : Simetris
Bawah: Simetris
Fraktur : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Hematoma : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak Ada
Anastesi/kebas: Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Prostesi/alat bantu : Atas : Tidak ada
37 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Bawah : Tidak ada
Persendian :
ROM : Atas : Aktif
Bawah : Aktif
Kekakuan : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Postur : tidak ada masalah
Lordosis ( - )
Kyphosis ( - )
Scoliosis ( - )

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium
Pada saat klien dirawat di ruang IGD, klien d ambil sample darah untuk
pemeriksaan lebih lanjut dan hasilnya belum bisa diketahui.

2. Rontgen
Dari hasil pemeriksaan rontgen yang telah dilakukan tampak pembesaran kelenjar
prostat pada tn.A

D. PROGRAM PENGOBATAN

No Nama Obat Dosis Obat Cara Pemberian


1 Ranitidin 3x1ml/30mg Iv
2 Scopamin 2x1ml/20mg Iv
3 IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
4 Asam Mefenamat 3x1tab/500 mg Oral
5 Kateter ukuran 18

E. DATA PSIKOSOSIAL

Klien mengatakan takut tidak bisa BAK lagi karena klien merasakan sangat
sakit saat ingin BAK. Klien selalu bertanya-tanya kepada perawat mengenai
penyakitnya ini, apakah bisa kembali membaik seperti dulu lagi, sampai kapan BAK
klien tidak sakit lagi, pengobatan apa yang harus klien pilih untuk bisa sembuh total,

38 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


dan juga BAK klien bisa menjadi lancar kembali. Dengan tingkat kecemasan klien saat
ini adalah sedang.

F. DATA SOSIAL

Selama klien di rumah sakit dapat berinteraksi dengan orang lain jika
dimintai pertanyaan.

G. RESUME KEPERAWATAN PRE OPERASI

Dari rangkaian data pengkajian di atas penulis menemukan data-data :


Sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sulit BAK dengan skala nyeri
6, durasi nyeri hilang timbul, frekuensi nyeri hanya pada saat BAK, lokasi nyeri di daerah supra
pubis, klien tampak lemah, klien tampak meringis, kandung kemih penuh sehingga menyebabkan
distensi kandung kemih (+)
Pada pemeriksaan penunjang di lakukan pemeriksaan darah yang di ambil sample di IGD
dengan hasil yang belum diketahui selama klien di IGD dan pemeriksaan rontgen telah dilakukan
dengan hasil adanya pembesaran kelenjar prostat pada klien.
Klien di pindahkan ke bangsal Medang untuk di lakukan perawatan lebih lanjut. Dengan
mendapatkan pengobatan sementara dari IGD, yaitu Ranitidin 3x1ml/30mg melalui iv, Scopamin
2x1ml/20mg melalui iv, terpasang infus IVFD RL Gtt 20 x/m, Asam Mefenamat 3x1tab/500 mg
melalui oral, dan telah di pasang Kateter ukuran 18 dari IGD.

39 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


ANALISA DATA

Nama Klien : Tn A No. Reg : 06.71.40


Umur : 69 tahun Diagnosa Medis : BPH
Ruangan : IGD Alamat : Serasan Jaya

N Data Etiologi Masalah


o
1 DS : Proses penuaan Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada
saat BAK , memulai kencing Kelenjar prostat
yang lama dan disertai mengalami pembesaran
dengan mengejan , Urin terus
menetes setelah BAK dan Prostat memanjang ke
merasa tidak puas setelah atas ke saluran kemih
BAK
Menyumbat aliran urin
DO :
Klien tampak lemah Menutup orifisium
Klien tampak meringis
TD : 140/80 mmHg Merangsang reseptor
N : 88 x/m nyeri di SSP
RR : 20x/m
T : 37,2 C Mengeluarkan mediator
Skala nyeri : 6 nyeri di SSP
Frekuensi : Saat Berkemih Prostaglandin,
Durasi : Hilang timbul bradikinin dan histamin
Lokasi : Supra Pubik
Kandung kemih : Penuh nyeri
Distensi kandung kemih (+)
2 DS : Pembesaran prostat Ansietas
Klien mengatakan ia takut
tidak bisa BAK,
DO : Informasi inadekuat
Klien tampak cemas dan

40 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


taku, klien selalu bertanya- Kurang pengetahuan
tanya mengenai penyakitnya
TD : 140/80 mmHg Krisis situasi dan
N : 88 x/m kondisi
RR : 20x/m
T : 37,2 C Ansietas
Tingkat kecemasan : Sedang

Prioritas Masalah :
Nyeri
Ansietas

Diagnosa Keperawatan :
Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; distensi kandung kemih dan infeksi urinaria
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembesaran prostat

41 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. A No. Med Rec : 06.71.40


Umur : 69 tahun Dx Medis : BPH
Ruangan : IGD Alamat : Seran Jaya
N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; Tupan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui
distensi kandung kemih dan Nyeri berkurang/tidak ada perkembangan secara fisiologis
infeksi urinaria Tupen : peran tubuh terhadap respon
di tandai dengan : Nyeri berkurang/ hilang kenormalan dan abnormalan
setelah dilakukan tindakan akibat penyakit
2. Data ini membantu
DS : dalam waktu 2 x 24 jam : 2. Kaji skala nyeri, lokasi,
mengevaluasi nyeri dan
Klien mengeluh nyeri pada - Skala nyeri karakteristik beratnya serta
peredaan nyeri serta
saat BAK , memulai 1(ringan) frekuensinya
mengidentifikasi sumber-
kencing yang lama dan - Klien tidak lagi
sumber siklus nyeri
disertai dengan mengejan , meringis
3. Membantu mengurangi nyeri
Urin terus menetes setelah - Klien tampak 3. Atur posisi yang nyaman
pada klien
BAK dan merasa tidak puas nyaman bagi klien 4. Membantu mengurangi rasa
setelah BAK - Klien tampak 4. Ajarkan klien teknik nyeri yang di alami klien.
5. Untuk membantu pemulihan
tenang distraksi dan relaksasi
kondisi klien dan mencegah
DO : 5. Ciptakan lingkungan yang
resiko cedera pada klien.
Klien tampak lemah aman dan nyaman bagi
6. Sarana terapi mempercepat
42 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Klien tampak meringis klien. peredaan nyeri pada klien
TD : 140/80 mmHg 6. Kolaborasi dengan tim
N : 88 x/m kesehatan lainnya dalam
RR : 20x/m pemberian obat analgetik.
T : 37,2 C
Skala nyeri : 6
Frekuensi : Saat Berkemih
Durasi : Hilang timbul
Lokasi : Supra Pubik
Kandung kemih : Penuh
Distensi kandung kemih (+)
: 25x/m

2 Ansietas berhubungan Tupan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui


dengan kurang pengetahuan Klien tidak lagi mengalami perkembangan secara fisiologis
tentang pembesaran prostat kecemasan peran tubuh terhadap respon
yang di tandai dengan : kenormalan dan abnormalan
DS : Tupen : akibat penyakit klien
Klien mengatakan ia takut Dalam waktu 1 x 24 jam 2. Kaji tingkat pengetahuan 2. Untuk mengetahui dan
tidak bisa BAK, klien mengetahui tentang klien tentang penyakitnya mempermudah penjelasan
DO : prosedur penatalaksanaan kepada klien tentang
Klien tampak cemas dan penyakitnya dengan kriteria : penyakitnya agar mudah di
takut , dan klien selalu - Raut muka klien pahami klien
43 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
bertanya-tanya mengenai menjadi cerah 3. Kaji tanda verbal dan non 3. Untuk mengetahui
penyakitnya - Klien terlihat verbal kecemasan klien perkembangan secara fisiologis
TD : 140/80 mmHg tenang tentang penyakitnya peran tubuh terhadap respon
N : 88 x/m kecemasan secara psikologis
RR : 20x/m 4. Dukung secara spiritual dan 4. Untuk menguatkan dan
T : 37,2 C moral klien memotivasi diri klien
Tingkat kecemasan : Sedang 5. Dampingi dan bantu klien 5. Klien akan merasa ada
dalam persiapan semua perhatian secara fisik dengan
tindakan sesuai dengan tindakan yang di lakukan oleh
prosedur yang akan di perawat
laksanakan pada klien

CATATAN PERKEMBANGAN

44 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


Nama : Tn. A No. Med Rec : 06.71.40
Umur : 69 tahun Dx Medis : BPH
Ruangan : IGD Alamat : Seran Jaya
NO TGL/JA DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
M
1 12-10-14/ Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; distensi 09.05 WIB 09.30 WIB
09.05 kandung kemih dan infeksi urinaria 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Klien mengatakan nyeri saat ingin
WIB pada klien BAK sedikit berkurang.
Hasil : O : Raut muka klien tampak meringis
TD : 140/80 mmHg TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/m N : 80 x/m
RR : 20x/m RR : 20x/m
T : 37,2 C T : 37,2 C
09.10 WIB A : Masalah teratasi sebagian
2. Mengkaji keadaan nyeri yang dialami P : Intervensi di lanjutkan di bangsal
klien perawatan Medang dengan intervensi
Hasil : skala nyeri 6, durasi nyeri sebagai berikut :
hilang timbul, frekuensi nyeri hanya 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
pada saat BAK, lokasi nyeri di pada klien
daerah supra pubis. 2. Mengkaji keadaan nyeri klien
09.15 WIB 3. Mengajarkan klien mengatur posisi
3. Mengajarkan klien mengatur posisi yang nyaman bagi klien

45 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


yang nyaman bagi klien 4. Mengajarkan klien teknik distraksi
Hasil : Klien tampak mengikuti apa dan relaksasi dengan cara, saat
yang di ajarkan oleh perawat untuk sakit datang klien menarik nafas
memberi kenyamanan klien dalam dan mengeluarkannya secara
mengurangi nyerinya. perlahan dari hidung.
09.20 WIB 5. Memberikan terapi :
4. Mengajarkan klien teknik distraksi - IVFD RL gtt XX x/m
dan relaksasi dengan cara, saat sakit - Ranitidin 3x1 ml/30mg iv
datang klien menarik nafas dan - Scopamin 2x1 ml/20mg iv
mengeluarkannya secara perlahan - Asam Mefenamat 3x1 mg/500mg
dari hidung. oral
Hasil : Klien tampak melakukan apa - Cateter ukuran 18
yang dianjurkan oleh perawat.
09.25 WIB
5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian terapi
- IVFD RL gtt XX x/m
- Ranitidin 3x1 ml/30mg iv
- Scopamin 2x1 ml/20mg iv
- Asam Mefenamat 3x1 mg/500mg
oral
- Pemasangan Cateter dgn ukuran 18
2 12-10-14/ Ansietas berhubungan dengan kurang 09.05 WIB 09.30 WIB

46 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


09.30 pengetahuan tentang pembesaran 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Klien mengatakan sudah tidak cemas
WIB prostat pada klien lagi dan sudah memahami tentang
Hasil : penyakitnya yang akan ia hadapai
TD : 140/80 mmHg sehingga klien merasa sudah siap untuk di
Temp : 37,2OC lakukan tindakan yang terbaik untuk
Pols : 88 x/m kesehatannya.
RR : 20 x/m O : Klien terlihat sudah tenang
09.10 WIB Klien tidak menanyakan lagi tentang
2. Mengkaji tingkat pengetahuan klien penyakitnya karena ia telah memahami
tentang penyakitnya dengan TD: 120/80 mmHg
pendidikan terakhir klien adalah SD Temp : 37,2OC
Hasil : klien belum pernah Pols : 80 x/m
mengetahui tentang tindakan yang RR : 20 x/m
akan dilakukan pada penyakitnya A : Masalah teratasi
tersebut. P : Intervensi di hentikan
09.15 WIB Pukul 09.30 WIB klien di antar oleh
3. Mengkaji tanda verbal dan non perawat ke ruang rawat inap Medang.
verbal kecemasan klien tentang
pembesaran prostat
Hasil : Menjelaskan defenisi ,
pemyebab dan penanganan BPH
serta memberikan penjelasan singkat,
sederhana dan jelas pada klien yang
47 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
disertai contoh-contoh masyarakat
lain yang telah berhasil dalam
melaksanakan pengobatan dengan
baik.
09.20 WIB
4. Menganjurkan klien dan keluarganya
untuk banyak berdoa dan meminta
pertolongan kepada Tuhan Yang
Maha Esa juga meyakinkan klien
bahwa Allah pasti mendengarkan
setiap doanya. Yang pastinya Allah
lebih mengetahui yang terbaik untuk
klien
Hasil : klien lebih merasa yakin akan
tindakan yang di hadapinya nanti
09.30 WIB
Klien di antar keruang rawat inap
Medang oleh perawat hingga sampai
ke kamar rawat inap Medang, dengan
melibatkan juga keluarga klien.

48 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


EVALUASI AKHIR
Nama : Tn. A No. Med Rec : 06.71.40
Umur : 69 tahun Dx Medis : BPH
Ruangan : IGD Alamat : Seran Jaya

N TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI


O
1 10 Okt 2014 Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; Masalah teratasi sebagian
(09.30 WIB) distensi kandung kemih dan dan di lanjutkan perawatan di
infeksi urinaria ruang rawat inap Medang

2 10 Okt 2014 Ansietas berhubungan dengan Masalah teratasi


(09.30 WIB) kurang pengetahuan tentang Kecemasan pada raut muka
pembesaran prostat klien nampak berkurang
Klien siap menjalani
tindakan yang terbaik untuk
penyakitnya di ruang rawat
inap Medang

49 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar
prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran
keluar urine sehingga menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius.
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor
lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan .
Asuhan keperawatan pada kasus benigna prostat hiperplasia meliputi pengkajian ,
diagnosa keperawatan , intervensi , implementasi dan evaluasi keperawatan seperti yang
telah dijelaskan pada Asuhan Keperawatan pada Tn A.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Rumah Sakit

Dapat meningkatkan asuhan keperawatan sesuai dengan standar dan prosedur


yang tepat

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan agar tetap melaksanakan keterampilan pada


mahasiswa / i Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn A dengan diagnosa Benigna
Prostat Hiperplasia

6.3.3 Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam


melaksanakan asuhan keperawatan selama proses pembelajraan di lahan praktek.
Mahasiswa / i dalam melaakukan praktek harus tetap menjaga etika dan privasi
klien

50 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia

Anda mungkin juga menyukai