Anda di halaman 1dari 36

TUGAS

KEPERAWATAN DEWASA II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN ANEMIA


APLASTIK DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM
AMBARAWA

OLEH :
Mega Sara Yulianti
010212018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM B


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Askep Keperawatan Dewasa II yang
berjudul Askep Anemia Aplastik tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengerjaan tugas ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada Askep ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat
berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Ungaran, 10 Januari 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................


LAMPIRAN ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian Anemia aplastik ........................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................... 3
C. Patofisiologi.................................................................................... 4
D. Manifestasi klinis............................................................................ 7
E. Penatalaksanaan.............................................................................. 7
F. Komplikasi...................................................................................... 9
G. Asuhan Keperawatan...................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN KASUS ........................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh
penurunan produksi eritrosit, mieloid dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan
akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya sistem
keganasan hematopoitik ataupun kanker metastatik yang menekan sumsum tulang.
Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga system hematopoisis.
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoitik disebut anemia hipoplastik
(ertroblastopenia), yang hanya mengenai system granulopoitik disebut agranulositosis
sedangkan yang hanya mengenai sistem megakariositik disebut Purpura
Trombositopenik Amegakariositik (PTA). Bila mengenai ketiga sistem disebut
Panmieloptisis atau lazimya disebut anemia aplastik. Menurut The International and
Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut anemia aplastik bila : Kadar Hemoglobin ? 10
gr/dl atau Hematokrit ? 30; hitung trombosit ? 50.000/mm3; hitung leukosit ?
3500/mm3 atau granulosit ? 1.5 x 109/I.
Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi genetik dan dyskeratosis
congenital, dan sering berkaitan dengan anomali fisik khas dan perkembangan
pansitopenia terjadi pada umur yang lebih muda, dapat pula berupa kegagalan
sumsum pada orang dewasa yang terlihat normal. Anemia aplastik didapat seringkali
bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung darah yang rendah secara mendadak
pada dewasa muda yang terlihat normal; hepatitis seronegatif atau pemberian obat
yang salah dapat pula mendahului onset ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak
sulit. Biasanya penurunan hitung darah moderat atau tidak lengkap, akan
menyebabkan anemia, leucopenia, dan thrombositopenia atau dalam beberapa
kombinasi tertentu.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm3
darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume)
dalam 100 ml darah.
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan
oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah
oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah
dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
B. Etiologi
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain
seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
- Bahan kimia : benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
- Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin),
santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine,
rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti
microbial.
- Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
- Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
- Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.
- Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
C. Patofisiologi
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini, patofisiologi
anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat menerangkan
patofisiologi penyakit ini yaitu :
1. kerusakan sel hematopoitik
2. kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
3. proses imunologik yang menekan hematopoisis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD
34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal
sebagai, longterm culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture
(LTMC), jumlah sel induk/ CD 34 sangat menurun hingga 1-10% dari normal.
Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area forming cells jumlah sel induk
sangat menurun. Bukti klinis yang yang menyokong teori gangguan sel induk ini
adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus. Hal ini
membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekonstruksi
sumsum tulang pada pasien anemia aplastik. Beberapa sarjana menganggap gangguan
ini dapat disebabkan oleh proses imunologik.
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoitik
tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang
menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GM-CSF,G-CSF dan IL-6 dalam
jumlah normal sedangkan sitokin penghambat seperti ? (IFN-?), tumor necrosis
factor-? (TNF-?), protein macrophage inflamatory 1? (MIP-1?), dan transforming
growth factor ?2 (TGF-?2) akan meningkat. Sel stroma pasien anemia aplastik dapat
menunjang pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan
sel induk yang berasal dari pasien. Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan
lingkungan mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia apalstik makin
banyak ditinggalkan.
Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi
faktor pertumbuhan.
Kerusakan akibat Obat.
Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi seperti
dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi idiosinkronasi yang
paling sering pada dosis rendah obat, perubahan metabolisme obat kemungkinan telah
memicu mekanisme kerusakan. Jalur metabolisme dari kebanyakan obat dan zat
kimia, terutama jika bersifat polar dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan
air, melibatkan degradasi enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang
sangat reaktif (yang disebut intermediate); komponen ini bersifat toxic karena
kecenderungannya untuk berikatan dengan makromolekul seluler.
Sebagai contoh, turunan hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera
jaringan. Pembentukan intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan dalam
detoksifikasi komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun
perubahan genetis ini hanya terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan spesifitas
dari jalur ini berperan terhadap kerentanan suatu loci dan dapat memberikan
penjelasan terhadap jarangnya kejadian reaksi idiosinkronasi obat.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
Lemah dan mudah lelah
Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi
bakteri
Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
Pucat
Pusing
Anoreksia
Peningkatan tekanan sistolik
Takikardia
Penurunan pengisian kapler
Sesak
Demam
Purpura
Petekie
Hepatosplenomegali
Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)

E. Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai
berikut :
1. Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan
pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan
tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak
dapat dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat
pansitopenia. Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengatasi infeksi
- Hygiene mulut
- Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat/.
- Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
b. Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda
payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10
g% tidak perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal
c. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau
trombosit < 20.000/mm3.
3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
a. Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang
dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
- Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
- GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil.
4. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut
:
a. Terapi imunosuprersif
- Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline
(ATG) dapat menekan proses imunologis
- Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan
harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
F. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung

G. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Aplastik


A). Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
- Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
- Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
- Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang
menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
- Palpitasi (takikardia kompensasi)
- Hipotensi postural
- Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T
- Bunyi jantung murmur sistolik
- Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku
- Sclera biru atau putih seperti mutiara
- Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonsriksi kompensasi)
- Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
- Rambut kering, mudah putus, menipis
c. Integritas Ego
- Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis
transfusi darah
- Depresi
d. Eliminasi
- Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran urine
- Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
- Penurunan masukan diet
- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
- Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
- Adanya penurunan berat badan
- Membrane mukusa kering,pucat
- Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
- Stomatitis
- Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
- Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
- Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
- Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
- Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
- Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
- Hemoragis retina
- Epistaksis
- Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan
- Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
- Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
- Takipnea, ortopnea dan dispnea
i. Keamanan
- Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida,
fenilbutazon, naftalen
- Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
- Transfusi darah sebelumnya
- Gangguan penglihatan
- Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
- Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
- Limfadenopati umum
- Petekie dan ekimosis

B. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
C. Intervensi Keperawatan
a. Dx 1 : Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak
menunjukkan perfusi yang adekuat
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital stabil
Membran mukosa berwarna merah muda
Pengisian kapiler
Haluaran urine adekuat
Intervensi :
1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
kebutuhan intervensi.
2) Auskultasi bunyi napas.
R/ dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung
lama/peningkatan kopensasi curah jantung.
3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.
R/ iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung.
R/ dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia
5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya
tetap hangat.
R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
Kolaborasi
6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap
terapi.
7) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi
R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk
mengurangi resiko perdarahan.
8) Berikan oksigen sesuai indikasi.
R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.
9) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.
R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/
anemia aplastik.

b. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM)
normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu
mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria hasil :
Asupan nutrisi adekuat
Berat badan normal
Nilai laboratorium dalam batas normal
Intervensi :
1) Observasi dan catat masukan makanan anak.
R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering
R/ makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan
nutrisi.
3) Observasi mual / muntah, flatus.
R/ gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan
lakukan penyikatan yang lembut.
R/ meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan
bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut
diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
Kolaborasi
5) Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin.
R/ mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan.
6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam
sesuai indikasi.
R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.
7) Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal.
R/ meningkatkan masukan protein dan kalori.

c. Dx. 3 : Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;


perubahan proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan
perubahan pola defekasi yang normal.
Kriteria hasil :
Frekuensi defekasi 1x setiap hari
Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah
Bising usus dalam batas normal
Intervensi :
1) Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
R/ membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang
tepat.
2) Auskultasi bunyi usus.
R/ bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada
konstipasi.
3) Hindari makanan yang menghasilkan gas.
R/menurunkan distensi abdomen.
Kolaborasi
4) Berikan diet tinggi serat
R/ serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal.
5) Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi.
R/ mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.

d. Dx.4 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria hasil :
Tanda tanda vital dalam batas normal
Anak bermain dan istirahat dengan tenang
Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
Anak tidak menunjukkan tanda tanda keletihan
Intervensi :
1) Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam
R/ manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
2) Observasi adanya tanda tanda keletihan ( takikardia, palpitasi, dispnea,
pusing, kunang kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang.
R/ membantu menetukan intervensi yang tepat.
3) Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak.
R/ mencegah kelelahan.
4) Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak.
R/ meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri.
e. Dx.5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Tanda tanda vital dalam batas normal
Leukosit dalam batas normal
Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak
Intervensi
1) Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam.
R/ demam mengindikasikan terjadinya infeksi.
2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga
supaya menggunakan masker saat berkunjung.
R/ mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.
3) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.
R/ mencegah infeksi nosokomial.
Kolaborasi
4) Observasi hasil pemeriksaan leukosit.
R/lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia
mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi
infeksi
D. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi Keperawatan
a. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
b. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil
c. Menunjukkan pola defekasi normal
d. Mengalami peningkatan toleransi aktivitas
e. Infeksi tidak terjadi
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari senin 06 Januari 2014 pukul 14.30 wib di
Ruang Flamboyan RSUD Ambarawa, secara allowanamnesa dan autoanamnesa.
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. S
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama / Keyakinan : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : IRT
No. MR : 24415
Tanggal Masuk RS : 06/01/2014
Tanggal Pengkajian : 06/01/2014
Alamat : Ngelo RT 06/RW 02 getasan
2. Penanggung Jawab
N a m a : Tn. A
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Hubungan Dengan Klien : Suami klien

3. Keluhan Utama
Klien mengeluh badannya lemas.
4. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Pada tanggal 06 Januari 2014 Pukul 13.30 wita Klien masuk RSU Ambarawa,
melalui IGD dengan keluhan badan lemas dan mudah lelah, pusing,
pandangan berkunang-kunang, dan tidak ada nafsu makan sejak 3 hari
sebelum MRS, perlahan dan memberat. Klien mengatakan mual muntah (-),
konstipasi/diare (-), klien tampak pucat.
b. Riwayat kesehatan lalu :
Pasien pertama kali merasa tubuhnya lemas sejak 1 tahun yang lalu hingga
tidak mampu bekerja di toko. Pasien tampak pucat dan kuning. Pasien dibawa
ke Puskesmas getasan dan dikatakan hemoglobinnya rendah, kemudian di
rujuk ke RS Ambarawa pasien kemudian MRS di sana dan mendapatkan
transfusi darah. 3 bulan setelah MRS, pasien mengalami gejala lemas dan
pucat yang sama, pasien dibawa kembali ke RS Ambarawa dan dilakukan
aspirasi sumsum tulang. Pasien didiagnosa oleh dokter mengalami anemia
akibat kegagalan produksi sumsum tulang. Pasien mendapatkan transfusi
darah. 1 bulan kemudian pasien MRS dengan gejala yang sama dan
mendapatkan transfusi darah. Sampai sekarang pasien sudah mendapatkan
transfusi darah sebanyak 3 kali.
Pasien telah bekerja selama 5 tahun di toko yang berjualan bahan-bahan kimia
untuk pertanian. Menurut dokter, penyakit pasien ditimbulkan oleh paparan
bahan-bahan kimia tersebut.
C. Riwayat kesehatan keluarga :
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
yang dialami klien. Di dalam keluarga pasien tidak mengalami penyakit
menurun seperti asma, decom cordis, DM dll maupun penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, dll.
d. Genogram

Keterangan:

= laki-laki = hub. Saudara kandung

= perempuan = pasien

= hubungan pernikahan = tinggal dalam 1 rumah

= hubungan keturunan

B. POLA PENGKAJIAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON


1. Persepsi dan pola manajemen kesehatan
Bagi pasien kesehatan itu sangatlah penting, jika pasien sakit pasien biasanya
membeli obat di warung, jika sakit tidak membaik baru pasien periksa ke
puskesmas.
Sebelum sakit : Pasien mampu memenuhi pola personal hygiene
dengan baik seperti mandi 2x/hari, gosok gigi 1x/hari,
keramas 2x/minggu dan potong kuku 1x seminggu.
Saat sakit : Pasien dibantu oleh suaminya dalam memenuhi
kebutuhan personal hygienenya.
2. Pola Metabolik Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk, sayur
habis 1 porsi, tidak ada makanan pantangan, pasien minum
air putih + 6-8 gelas/hari.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, makan
3xsehari tapi pasien tidak menghabiskan makanannya
hanya makan seperempat porsi saja.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB + 1-2x/hari dengan konsistensi lembek, warna
kuning dan bau khas. Pasien BAK + 6-7x/hari dengan
volume sedikit, warna kuning jernih dan bau khas.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam BAB
ataupun BAK, BAB dan BAK seperti biasa pada saat
sebelum sakit.
4. Pola Aktivitas Olahraga
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
mandiri tanpa bantuan orang lain seperti memenuhi
kebutuhan ADL dan bekerja seperti biasa memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Pasien sering jalan-jalan pagi
saat hamil.
Saat sakit : Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, ADL
dibantu oleh keluarga. Pasien tampak lemah, lesu dan
kurang tertarik pada sekitarnya
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur dengan nyenyak + 6-7 jam/hari pada malam
hari, tidak ada gangguan tidur dan ditambah tidur siang +
1-2 jam/hari.
Saat sakit : Pasien tidur + 5 jam/hari di malam hari agak terganggu
karena merasa nyeri di kepala dan ditambah tidur siang +
1-2 jam/hari kalau ruangan tidak ramai dan suasananya
nyaman.
6. Pola Persepsi Kognitif
Pasien beranggapan bahwa kesehatannya sangatlah penting dan pasien
percaya bahwa dirinya akan segera sembuh setelah dirawat di rumah sakit
dan ditambah dirawat di rumah. Pasien tahu kalau dirinya sakit karena anemia
aplastik, pasien tahu penyebab dari penyakitnya yaitu karena kekuranga darah,
tetapi pasien tidak tahu penyebab dari penyakitnya dan cara
penatalaksanaannya.
7. Pola Persepsi - Konsep Diri
Gambaran diri : Pasien tahu bahwa dirinya sedang sakit dan berada di
rumah sakit.
Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya dan dapat berkumpul
dengan keluarganya termasuk anaknya yang masih balita.
Harga diri : Pasien tidak merasa malu dengan keadaan dirinya, pasien
bisa menerima keadaan dirinya.
Peran diri : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang kerjanya
mengurus urusan rumah tangga dan merawat anaknya yang
masih kecil.
Aktualisasi diri : Pasien tidak disorientasi rumah sakit, terbukti pasien dapat
menyebutkan nama, umur dan alamatnya.
8. Pola Hubungan Peran
Sebelum sakit : Pasien adalah seorang istri dan seorang ibu yang
mempunyai hubungan baik dengan keluarga dan
tetangganya.
Saat sakit : Pasien tidak bisa mengurus kerja rumah tangga karena
masih sakit dan berada di rumah sakit. Pasien masih
mempunyai hubungan baik dengan keluarga dan
tetangganya.
9. Pola Reproduksi - Seksulitas
Sebelum sakit : Pasien sudah menikah, mempunyai 1 orang suami dan
mempunyai 1 anak, hubungan seksual dengan suami tidak
ada gangguan.
Saat sakit : Pasien mengatakan saat sakit tidak pernah melakukan
tugasnya sebagai seorang istri, suami klien mengerti akan
hal itu.
10. Pola Koping - Toleransi Stress
Jika pasien mengalami stress dan mempunyai masalah, pasien biasanya
berkumpul dengan anggota keluarganya dan memusyawarahkan untuk
mencari solusinya.
11. Pola Keyakinan dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam, sebelum sakit pasien mampu mengerjakan ibadah
sholatnya dengan baik.
Saat dikaji pasien hanya bisa berdoa agar kondisinya segera pulih kembali
sehingga bisa segera pulang ke rumah.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : lemah
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/ 70 mmhg
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36 C
RR : 20 x/menit
c. Berat Badan sebelum sakit : 57 Kg
Berat Badan saat sakit : 55 Kg
d. Tinggi Badan : 154 cm
2. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan persistem
Suhu : 36oc, Nadi : 87 x/menit, RR : 20 x/menit
a. B1 (breath)
1) Bentuk dada : simetris
2) Pola nafas : nafas pendek saat aktivitas
3) Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan
4) Sesak nafas : tidak ada sesak nafas
5) Retraksi otot bantu nafas : tidak ada
6) Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan
b. B2 (Blood)
1) Irama jantung : teratur
2) Nyeri dada : tidak ada
3) Bunyi jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan
4) Akral : Ekstremitas atas dan bawah bentuk simetris, tidak ada
peradangan sendi dan oedem, dapat bergerak dengan bebas, ekstremitas
atas dan bawah dingin, tangan kanan terpasang infuse, pengisian kapiler
melambat >3 detik.
c. B3 (Brain)
1) Penglihatan (mata) : Gerakan bola mata dan kelopak mata simetris,
konjungtiva anemis +/+, sklera putih, pupil bereaksi terhadap cahaya,
produksi air mata (+), tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
2) Pendengaran (telinga) : Bentuk D/S simetris, mukosa lubang hidung
merah muda, tidak ada cairan dan serumen, tidak menggunakan alat
bantu, dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
3) Penciuman (hidung) : Penciuman dapat membedakan bau -bauan,
mukosa hidung merah muda, sekret tidak ada, tidak ada terlihat
pembesaran mukosa atau polip.
4) Kesadaran : kompos mentis
d. B4 (Bladder)
1) Kebersiahan : bersih
2) Bentuk alat kelamin : normal
3) Uretra : normal
4) Produksi urin : tidak normal (sedikit) 500 cc/jam, buang air kecil tidak
menentu, rata-rata 4-6x sehari, tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri.
e. B5 (Bowel)
1) Nafsu makan : anoreksia
2) Porsi makan : porsi
3) Mulut : Mukosa bibir kering, lidah tampak kotor (keputihan), gigi
lengkap, tidak ada pembengkakan gusi, tidak teerlihat pembesaran tonsil
4) Mukosa: pucat
f. B6 (Bone)
1) Kemampuan pergerakan sendi : normal
2) Kondisi tubuh : kelelahan, malaise, lemah
3) Kekuatan otot : menurun, 5/5
4/4
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pengkajian Nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ringan Sedang Berat

DS : Pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala


P : Nyeri bertambah pada saat bergerak dan melakukan aktivitas
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : Di bagian kepala belakang
S : Skala nyeri 5
T : tak tentu

b. Hasil Pemeriksaan Laboraturium


Tanggal 06 januari 2014

Darah Lengkap

Leukosit : 1.640

Hb : 3,3

Hct : 7,5%

Trombosit : 72.000

Kimia Darah

GDA : 165

Ureum : 39,2

Creatinin : 1,82

SGOT : 21
SGPT : 32

Albumin : 3,61

Faal Hemostasis

PPT : 13,9 (12,6)

APTT : 42,3 (28,1)

Urine Lengkap

Warna / keadaan : kuning jernih

SG/BJ : 1.015

PH : 6

Lekosit : -

Nitrit : -

Protein / Alb : -

Glucose : -

Keton : -

Urobilinogen : -

Bilirubin : -

Eritrosit : -

Mikroskopik Sedimen

10 x epitel : (+)

- Silinder : -

- Hialin : -
- Granuler : -

- Lekosit : -

- Eritrosit : -

- Lain-lain : -

40 x eritrosit : (-)

- Lekosit : + (0-1) lpb

- Kristal : -

- Bakteri : -

- Lain-lain : -

- Lain-lain : -

E. TERAPI SAAT INI:


1. Kalnex 3x500 mg
2. Vit. K 1x amp
3. SF 3x 1 Tab
4. Vit. B 1x1 Tab
5. Antasid 3x1 Cth
F. ANALISA DATA

NAMA : NY. S Dx. MEDIS : Anemia aplastik


No. RM : 24415

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS : Penurunan komponen Perubahan Perfusi
- Ny. S mengeluh sakit kepla seluler yang diperlukan Jaringan
- Mudah lelah untuk pengiriman
- Kesemutan oksigen/nutrient ke sel
- kedinginan
- Mata berkunang kunang
DO : - Hb Turun 3,3 g/ dl
- Ekstremitas atas dan bawah
dingin
- Suhu 36o C
- kulit pucat
- Gelisah
2 DS : Penurunan keinginan Resiko nutrisi
- Tn A mengeluh badan untuk makan sekunder kurang dari
meras lemas. terhadap anoreksia kebutuhan tubuh
DO :
- Keadaan umum lemah
- Klien hanya menghabiskan
porsi yang disediakan
rumah sakit.
- BB sebelum sakit = 57 kg.
BB sebelum sakit = 55 kg.
- BMI =
- tugor jelek
3 DS : Gangguan fungsi Nyeri akut
- Ny. S mengatakan susah perfusi selebral
tidur
- Klien mengatakan pusing.
- P : Nyeri bertambah pada
saat bergerak dan melakukan
aktivitas
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : Di bagian kepala
belakang
S : Skala nyeri 5
T : tak tentu
DO :
- Mata merah
- Mata tampak cekung
- Klien tampak meringis
4 DS : Ketidakseimbangan Intoleransi
- Ny. S mengeluh lelah dan antara suplai oksigen aktivitas
lemah (pengiriman) dan

- Ny. S mengatakan jika kebutuhan.


beraktivitas/berjalan badan
terasa lemah dan mau terjatuh.
DO:
- Sebagian aktivitas dibantu
orang lain
- Hb = 3,6
- Pasien tampak lemah
- Pasien hanya bisa berbaring
di tempat tidur.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA : NY. S Dx. MEDIS : Anemia aplastik


No. RM : 24415

No Hari/tggl Tujuan Intervensi Rasional Ttd


1 Senin, 06 Setelah dilakukan - Awasi tanda - Memberikan informasi
januari tindakan vital kaji pengisian tentang derajat/
2014 keperawatan kapiler, warna keadekuatan perfusi
selama 3 x 24 jam kulit/membrane jaringan dan membantu
15.30 diharapkan perfusi mukosa, dasar menetukan kebutuhan
WIB jaringan teratasi. kuku. intervensi.
Dengan kriteria - Tinggikan - Meningkatkan
hasil: kepala tempat tidur ekspansi paru dan
1.kualitas sesuai toleransi. memaksimalkan
pengisian kapiler oksigenasi untuk
kembali baik. kebutuhan seluler.
2. HB normal 14- Catatan : kontraindikasi
16 g/dl bila ada hipotensi.
- Awasi upaya - Gemericik
pernapasan ; menununjukkan
auskultasi bunyi gangguan jajntung karena
napas perhatikan regangan jantung
bunyi adventisius. lama/peningkatan
kompensasi curah
jantung.
- Selidiki keluhan - Iskemia seluler
nyeri mempengaruhi jaringan
dada/palpitasi. miokardial/ potensial
risiko infark.
- Hindari - Termoreseptor
penggunaan botol jaringan dermal dangkal
penghangat atau karena gangguan oksigen
botol air panas.
Ukur suhu air
mandi dengan
thermometer.
- Kolaborasi - Mengidentifikasi
pengawasan hasil defisiensi dan kebutuhan
pemeriksaan pengobatan /respons
laboraturium. terhadap terapi.
Berikan sel darah
merah
lengkap/packed
produk darah
sesuai indikasi.
- Berikan oksigen - Memaksimalkan
tambahan sesuai transport oksigen ke
indikasi. jaringan.
2 Senin, 06 Setelah dilakukan - Kaji riwayat - Mengidentifikasi
januari tindakan nutrisi, termasuk defisiensi, memudahkan
2014 keperawatan makan yang intervensi
selama 3 x 24 jam disukai - Mengawasi
15.30 diharapkan - Observasi dan masukkan kalori atau
WIB kebutuhan nutrisi catat masukkan kualitas kekurangan
terpenuhi, dengan makanan pasien. konsumsi makanan
kriteria hasil: - Mengawasi
- Menunujukkan - Timbang berat penurunan berat badan
peningkatan badan setiap hari. atau efektivitas intervensi
/mempertahankan nutrisi
berat badan - Berikan - Menurunkan
dengan nilai makan sedikit kelemahan, meningkatkan
laboratorium dengan frekuensi pemasukkan dan
normal. sering dan atau mencegah distensi gaster
- Tidak makan diantara
mengalami tanda waktu makan
mal nutrisi. - Observasi dan - Gejala GI dapat
- catat kejadian menunjukkan efek
Menununjukkan mual/muntah, anemia (hipoksia) pada
perilaku, flatus dan dan organ.
perubahan pola gejala lain yang
hidup untuk berhubungan
meningkatkan dan - Berikan dan - Meningkatkan nafsu
atau Bantu hygiene makan dan pemasukkan
mempertahankan mulut yang baik ; oral. Menurunkan
berat badan yang sebelum dan pertumbuhan bakteri,
sesuai. sesudah makan, meminimalkan
gunakan sikat gigi kemungkinan infeksi.
halus untuk Teknik perawatan mulut
penyikatan yang khusus mungkin
lembut. Berikan diperlukan bila jaringan
pencuci mulut yang rapuh/luka/perdarahan
di encerkan bila dan nyeri berat.
mukosa oral luka.
- Kolaborasi - Membantu dalam
pada ahli gizi untukrencana diet untuk
rencana diet. memenuhi kebutuhan
individual
- Kolaborasi ; - Meningkatakan
pantau hasil efektivitas program
pemeriksaan pengobatan, termasuk
laboraturium sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
- Kolaborasi; - Kebutuhan
berikan obat sesuai penggantian tergantung
indikasi pada tipe anemia dan atau
adanyan masukkan oral
yang buruk dan defisiensi
yang diidentifikasi.

3 Senin, 06 Setelah dilakukan - Kaji lokasi, - Nyeri merupakan


januari tindakan intensitas, dan tipe respons subyektif yang
2014 keperawatan nyeri. Observasi dapat dikaji dengan
selama 3 x 24 jam kemajuan nyeri ke menggunakan skala nyeri.
15.30 diharapkan nyeri daerah yang baru. Klien melaporkan nyeri
WIB berkurang atau Kaji nyeri dengan biasanya diatas tingkat
terkontrol, dengan skala 0-4. cedera.
kriteria hasil: - Bantu klien dalam - Nyeri dipengaruhi oleh
- Ny. S tampak mengidentifikasi kecemasan dan
segar. factor pencetus. kurangnya oksigen ke
- Ny. S tidak otak.
meringis lagi. - Jelaskan dan - Pendekatan dengan
- Skala nyeri 0 bantu klien terkait menggunakan relaksasi
dengan tindakan dan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi lain
nonfarmakologi menunjukkan keefektifan
dan noninvasive. dalam mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik - Mengalihkan perhatian
relaksasi, dan klien terhadap nyeri ke
metode distraksi hal yang menyenangkan.
selama nyeri.
- Tingkatkan - Pengetahuan tersebut
pengetahuan membantu mengurangi
tentang penyebab nyeri dan dapat
nyeri akanmembantu meningkatkan
berlangsung. kepatuhan klien terhadap
rencana terapeutik.
- Kolaborasikan - Dapat mengurangi
dengan dokter nyeri.
dalam pemberian
obat analgetik bila
diperlukan.
4 Senin, 06 Setelah dilakukan - Kaji - Mempengaruhi pilihan
januari tindakan kemampuan ADL intervensi/bantuan.
2014 keperawatan pasien.
selama 3 x 24 jam - Kaji kehilangan - Menunjukkan
15.30 diharapkan klien atau gangguan perubahan neurology
WIB dapat keseimbangan, karena defisiensi vitamin
mempertahankan gaya jalan dan B12 mempengaruhi
/meningkatkan kelemahan otot keamanan pasien/risiko
ambulasi/aktivitas, cedera
dengan kriteria - Observasi - Manifestasi
hasil: tanda-tanda vital kardiopulmonal dari
- melaporkan sebelum dan upaya jantung dan paru
peningkatan sesudah aktivitas. untuk membawa jumlah
toleransi aktivitas oksigen adekuat ke
(termasuk jaringan
aktivitas sehari- - Berikan - Meningkatkan
hari) lingkungan tenang, istirahat untuk
- menunjukkan batasi pengunjung, menurunkan kebutuhan
penurunan tanda dan kurangi suara oksigen tubuh dan
intolerasi bising, pertahankan menurunkan regangan
fisiologis, tirah baring bila di jantung dan paru
misalnya nadi, indikasikan
pernapasan, dan - Gunakan teknik - Meningkatkan
tekanan darah menghemat energi, aktivitas secara bertahap
masih dalam anjurkan pasien sampai normal dan
rentang normal istirahat bila terjadi memperbaiki tonus
kelelahan dan otot/stamina tanpa
kelemahan, kelemahan. Meingkatkan
anjurkan pasien harga diri dan rasa
melakukan terkontrol.
aktivitas
semampunya
(tanpa memaksakan
diri).

Anda mungkin juga menyukai