PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak
pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain,
anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al,
1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain berguna
untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah
pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin
mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui
kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih
banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dialakukannya terapi ini adalah untuk merangsang perkembangan sensorik,
motorik, intelektual, social, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan nilai dan moral anak dengan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
b. Mengembangkan psikomotor anak, anak dapat menyusun balok ke atas tanpa jatuh dan dapat
menyusun gambar yang telah disediakan
c. Mengembangkan kognitif anak, anak dapat mengetahui cara menyusun balok dan gambar
dengan benar
d. Mengembangkan bahasa, anak mengenal kata-kata baru
e. Melatih social emosi anak
BAB II
TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN
A. Definisi Bermain
Tumbuh Kembang anak usia prasekolah akhir (4-5tahun) merupakan pertumbuhan dimana
anak berada pada fase inisiatif vs masa bersalah (initiative vs guilty). Sedangkan menurut
Sigmund Freud anak berada pada fase phalid yaitu dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki .
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari (wholey and Wong,1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster,1989). Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
B. Fungsi Bermain
6. Assosiative play
7. Dramatic play
8. Skill play
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN UNTUK ANAK
USIA 4-6 TAHUN
d. Penutup
1. Istirahat
2. Evaluasi kegiatan
3. Doa
4. Memberaskan alat
D. Pengorganisasian
Leader : Dedy Kurniawan Silitonga
Co leader : Firda Garbo Iman
Observer : Noverita Gusmeta
Fasilitator :
1. Eko Febriantoro
2. Elfina Maharani
3. Fatkhurohman
4. Galuh Widia Kesuma N
5. Komang Astrawan
6. Nur Aris Hendayanto
7. Nurleili
E. Kriteria Sasaran Bermain
1. Anak usia 4-6 tahun sejumlah 4-6 orang
2. Tidak dalam keadaan sakit berat
3. Kooperatif
F. Kriteria Hasil
Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar
c. Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi
masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi
sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
Evaluasi Hasil
1. Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah dilakukan
b. Menyampaikan perasaan setelah melkukan kegiatan
2. 25% anak menyatakan rasa senangnya
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, bagi anak bermain sama dengan
bekerja bagi orang dewasa, bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan
sensorik , motorik, intelektual,social,kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi saat
anaksakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkebangan yang normal,
mengekpresikan dan mengalihkan perasaan kegiatan fantasi. Dan idenya mengembangkan
kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalahan dan membantu untuk anak untuk beradaptasi
secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di rumah sakit.
B. Saran
1. Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaliknya di RS juga di
sediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang dirawat.
2. Tempatkan petugas kesehatan yangmengerti tentang kejiwaan anak-anak dan pandai membujuk
anak-anak untuk ditugaskkan di ruang anak.
BAB II
TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA REMAJA
A. Definisi
Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari secara
sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anak-anak untuk
belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan
sosial anak.
B. Fungsi Bermain
Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik, perkembangan
intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain sebagai terapi.
3. Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta mengembangkan hubungan
sesuai dengan belajar memecahkan masalah dan hubungan sulit.
6. Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral dan etika belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta belajar bertanggung jawab atas
segala tindakan yang telah dilakukan.
7. Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan
relaksasi melalui kesenangannya bermain.
C. Tujuan Bermain
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit, pada saat sakit
anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah sakit.
F. Klasifikasi Bermain
Tugas :
Mengevaluasi jalannya kegiatan
Tugas :
Memfasilitator kegiatan yang diharapkan
Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
Sebagai Role Model selama kegiatan
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menggambar dan menceritakan
hasil gambar kepada klien lain.
b. Terapis membagikan kertas dan pensil,untuk tiap klien
c. Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang diinginkan saat ini.
d. Sementara klien mulai menggambar,terapis berkeliling, dan memberi penguatan kepada klien
untuk tetap menggambar.
Jangan mencela klien.
e. Setelah semua selesai menggambar,terapis meminta masing-masing klien untuk memperlihatkan
dan menceritakan gambar yang telah dibuatnya kepada klien. Yang harus diceritakan adalah
gambar apa dan apa makna gambar tersebut menurut klien.
f. Kegiatan point e.dilakukan sampai semua klien mendapat giliran.
g. Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, klien mengajak klien lain bertepuk tangan.
Hari, tanggal : -
Waktu : --:-- WIB s/d selesai
Tempat : Ruang Demonstrasi (Demonstration Room)
Jurusan Keperawatan
5. Pelaksanaan kegiatan
1. Pembukaan
a. Penyuluh memberi salam dan mengingatkan kontrak yang telah disepakati..
b. Penyuluh memperkenalkan diri.
c. Berdoa bersama.
2. Kegiatan inti
a. Menjelaskan aturan main
a. Ketika kakak berbicara adik-adik mendengarkan
b. Kalau ingin bertanya atau menjawab angkat tangan terlebih dahulu baru berbicara
c. Tidak boleh berebut alat permainan
d. Tidak boleh berkelahi atau memukul temen
e. Membereskan alat setelah bermain
f. Mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Kegiatan bermain
a. Mengekspesikan perasaan melalui gambar
b. Memberi makna gambar
c. Penutup
a. Istirahat
b. Evaluasi kegiatan
Meminta anak menceritakan kegiatan bermain
c. Doa
d. Membereskan alat
6. Sasaran
7. Metode
Demonstrasi
8. Kriteria Penilaian
a. Evaluasi Struktur
Peralatan bermain seperti buku gambar dan pensil sudah tersedia
Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
Jumlah terapis 5 orang
b. Evaluasi Proses
Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur
Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
c. Evaluasi Hasil
100 % anak merasa senang dan puas.
75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
25 % anak dapat menyatakan perasaan senang
I. LATAR BELAKANG
Bermain merupakan kebutuhan dasar anak. Bermain merupakan kegiatan gerak dari anak
baik pasif maupun aktif untuk menyalurkan kreasinya dan menghilangkan konflik dari dalam diri
anak yang disardari atau pun yang tidak disadari. Selain sebagai cara penghilang konflik bagi
anak, bermain juga merupakan terapi dalam proses keperawatan. Melalui proses bermain, tanpa
disadari semua aspek perkembangan anak bisa tumbuh dengan optimal sehingga bisa menjadi
anak yang cerdas.
Aspek perkembangan anak dapat ditimbulkan secara optimal dan maksimal melalui
proses kegiatan bermain. Mengajak bermain di usia dini/prasekolah dapat membantu
perkembangan mental dan kecerdasan anak. Dalam sub pokok bahasan yang kita angkat pada
terapi bermain ini adalah bermain ular tangga dengan sasaran anak usia prasekolah, dimana
dengan bermain ular tangga dapat melatih kreatifitas dan kesabaran anak.
II. TUJUAN
A. Tujuan umum
Setelah dilakukan pemainan, diharapkan pada anak dapat mengembangkan kreativitas
dan kesabaran melalui pengalaman, dapat beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan
di rawat di rumah sakit. Serta dapat meningkatkan optimis pada dirinya untuk sembuh agar
pengobatan dapat berjalan dengan baik.
B. Tujuan khusus
Setelah bermain anak diharapkan:
1. Bisa berinteraksi dengan sesama pasien dan dengan perawat.
2. Dapat mengembangkan sosial , motorik halus, bahasa, dan motorik kasar.
3. Dapat beradaptasi dengan stress dalam diri.
4. Kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan.
III. METODE
Metode terapi bermain yang digunakan adalah individu di dalam kelompok, dimana
sejumlah anak prasekolah dikumpulkan dalam satu permainan ular tangga terdiri dari 2-3 orang.
Namun di dalam permainan ini seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk
perlombaan. Tujuannya: seorang anak dapat berperan individu dalam sebuah permainan dan
beradaptasi dengan sterss yang dialami dan lingkungan. Selain itu diharapkan pada anak dapat
mengasah daya kreatifitas kesabaran antara sesama melalui permainan ular tangga.
IV. MEDIA DAN ALAT
1. Meja
2. Kursi
3. Permainan ular tangga
V. KEGIATAN PERMAINAN
No Kegiatan Respon Anak Waktu
1J Persiapan Ruangan, alat, anak dan keluarga 10 menit
Menyiapkan ruangan. siap
Menyiapkan alat-alat.
Menyiapkan anak dan keluarga
2 Pembukaan :
Membuka proses terapi bermain Menjawab salam, 5 menit
dengan mengucapkan salam, Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri.
VI. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Wawan Sanjaya
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan menutup
kegiatan ini.
2. Co Leader : Hengki Saputra
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam terapi
bermain.
1. Struktur
Evaluasi Dari Persiapan ,Tempat, Kontrak Waktu Sudah Dilakukan
a. Dimulai dari leader, co leader, observer, dan fasilitator
b. Fasilitator memberikan permainan ular tangga
c. Terapi bermain dilakukan di ruang bermain anak(RSUP Sanglah)
d. Minta anak untuk bermain ular tangga bersama
e. Berikan waktu 30 menit untuk bermain ular tangga
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur
b. Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d. 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 100 % anak merasa aman dan nyaman
b. 100 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
c. 63,3 % anak dapat menyatakan perasaan senang
PROPOSAL
TERAPI BERMAIN
Pada Anak Di Ruang Melati Kelas 1 RSU dr. Soedono Madiun
1. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi.
Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan
control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan
menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolaktindakan keperawatan yang diberikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi
pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang
dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan
aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan
cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi,
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan
dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress yang dialami akan
terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit akan dapat dialihkan (distraksi) pada
permainannya dan terjadi proses relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti permainan ini anak akan merasa relaks dan dapat
menstimulasi perkembanagan anak.
2.2 Tujuan khusus
Setelah mengikuti permainan selama 40 menit anak akan mampu:
1. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
2. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawatan
3. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
4. Beradaptasi dengan lingkungan
5. Mempererat hubungan antara perawat dan anak.
3. Sasaran
1. Klien “An. Z” umur 5,5 tahun di Ruang Melati Kelas 1
2. Kondisi anak memungkinkan untuk mengikuti permainan
3. Tidak nertentangan dengan program pengobatan yang sedang dijalaninya.
4. Prinsip Bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energy secara fisik, singkat, dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan kemungkinan terjadi infeksi silang
3. Permainan yang dilakukan tidak bertentangan dengan program perawatan dan pengobatan
4. Melibatkan orang tua.
7. Peserta Bermain
1. Mahasiswa kelompok XII STIKES Pemkab Jombang : 4 orang
2. Pembimbing klinik/perawat ruang anak : 1 orang
3. Pasien anak : 1 orang
8. Pengorganisasian
Moderator : Ani Dyah Khusuma Dewi
Observer : Anik Puspitasari
Fasilitator : 1. Wenny Eka P.
2. Bayu P.M.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat proses selama penyuluhan dan evaluasi hasil
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
1. Definisi Bermain
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-
anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan
apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
2. Keuntungan Bermain
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
3. Macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat
oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan
ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya.
Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila
terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
6. Bentuk-bentuk Permainan
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah,
sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku
bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai
terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis,
kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
TUGAS KELOMPOK
Proposal Bermain Anak
Oleh : Arahman
LATAR BELAKANG
Bermain adalah suatu terapi yang dapat digunakan pada saat anak dirawat di rumah sakit.
Anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut,
cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu anak
mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu
yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang
merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak.
Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock,
1999: 121). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan
kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat
dihindarkan (Sacharin, 1993: 78).
DEFINISI BERMAIN
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan
merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995).
Tentang bermain, Hurlock (1999) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak. Semakin
muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal yang
menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka
dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan
erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari
lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong, 1995).
Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan pasif (Hurlock, 1999):
a) Bermain aktif : Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya.
Misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin.
b) Bermain pasif : Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit
anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi
dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang bisa
kecewa, karena ini pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya
menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi
dibandingkan bermain aktif.
FUNGSI BERMAIN
Fungsi dari bermain adalah anak-anak dapat mengembangkan kreatifitasnya dan anak-
anak tidak merasakan dampak hospitalisasi.
Beberapa fungsi/manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain antara lain (Zaviera,
2008):
a) Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan
gerakan – gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat.
b) Aspek perkembangan motor kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan ketrampilan anak.
c) Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh. Anak belajar menjalin hubungan
dengan teman sebaya, belajar berbagi hak, mempertahankan hubungan, perkembangan bahasa,
dan bermain peran sosial.
d) Aspek bahasa, anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk berani bicara. Hal ini penting
bagi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan memperluas pergaulannya.
e) Aspek emosi dan kepribadian.
Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain
berkelompok, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki
sehingga dapat membantu perbentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri
dan harga diri.
f) Aspek kognitif.
Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan daya nalar juga bertambah luas, dengan
mempunyai kreativitas, kemampuan berbahasa, dan peningkatan daya ingat anak.
g) Aspek ketajaman panca indra.
Dengan bermain, anak dapat lebih peka pada hal – hal yang berlangsung dilingkungan
sekitarnya.
h) Aspek perkembangan kreativitas.
Kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban.
Kemampuan divergen ini yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang.
i) Terapi.
Melalui kegiatan bermain anak dapat mengubah emosi negative menjadi positif dan lebih
menyenangkan.
TUJUAN BERMAIN
JENIS PERMAINAN
a) VISUAL : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”. Beri kertas untuk dirobek-
robek.
b) AUDITORI : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian tubuh,
Beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
c) TAKTIL : Meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran,main air mengalir
Berenang
d) KINETIK : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya.
Adapun jenis mainan anak Usia 9 – 10 bulan antara lain :
JUMLAH PEMAIN
Anak yang berusia 9 – 10 bulan yang mengikuti permainan ini sebanyak 14 orang di antaranya
laki – laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 8 orang.
USIA PEMAIN
ALAT BERMAIN
a) Boneka bayi
b) Mainan yang dapat didorong dan ditarik
c) Blockies warna-warni jumlah,ukuran.
d) Buku dengan gambar menarik
e) Balon,cangkir dan sendok
PRINSIP PERMAINAN
Hambatan lain juga yang mungkin terjadi pada anak anatara lain :
a) Kesehatan : Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti
permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
b) Perkembangan motorik : Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa
saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik
mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
c) Intelegensi : Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan
permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih
menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak
yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya
menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
d) Jenis kelamin : Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih
menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal
kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih
banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
e) Lingkungan : Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya
disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal
dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal
ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu yang
mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain
bagi anak. Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis
kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga anak dapat
mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000).
f) Status sosioekonomi : Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai
kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari
kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang.
Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok
rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.
g) Jumlah waktu bebas : Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada status ekonomi keluarga.
Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu
lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih.
h) Peralatan : Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya
dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura, banyaknya balok, kayu,
cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
Satuan Acara Penyuluhan : Terapi Aktivitas Bermain Pada Anak Di Rumah
Sakit
1. PENDAHULUAN
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik,
khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control,
dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif
atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak
yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan
secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang
dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu,
jarak serta suara.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress yang dialami akan terlepas
karena dengan melakukan permainan rasa sakit akan dapat dialihkan (distraksi) pada
permainannya dan terjadi proses relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode
bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-
anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan
emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga
emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup
untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya
sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain
2. TUJUAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak 3-5 tahun selama 60 menit, anak diharapkan bisa
mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya, merasa tenang selama
perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa
nyaman selama dirawat dirumah sakit, serta dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang
normal atau sehat.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
1. Bisa merasa tenang selama dirawat.
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4. Gerakan motorik halus pada anak lebih terarah
5. Kognitifnya berkembang dengan mengetahui cara menggosok gigi dan mencuci tangan dengan
teknik yang benar, dan mengetahui cara mengelompokkan sampah untuk dibuang pada tempat
sampah yang tepat.
6. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat diruang yang sama
7. Ketakutan dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang.
8. Mengembangkan nilai dan moral anak dengan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
9. Mengembangkan bahasa, anak mengenal kata-kata baru.
10. Melatih sosial emosi anak.
6. STRATEGI PELAKSANAAN
No Terapis Waktu Subjek Terapi
1 Persiapan (Pra interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat,
a. Menyiapkan ruangan
anak dan keluarga
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak dan keluarga sudah siap
2) Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi
masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi
sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3) Evaluasi Hasil
a. Diharapkan anak dan mampu menjelaskan , mempraktikkan apa yang sudah diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan
c. Anak menyatakan rasa senangnya
(………………………….) (…….…………………..)
LAMPIRAN MATERI
A. DEFINISI
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak
pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain,
anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos
(Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di
masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain berguna
untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah
pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin
mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya,
melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri,
dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain adalah cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta
suara (Wong, 2000). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri
dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang
dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan
kesejahteraan mental serta sosial anak.”
B. FUNGSI BERMAIN
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal
sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat
berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat
anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda
yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan
meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi
anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman
yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan
ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti
bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak,
menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari
akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan
teman dan orang
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang
lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai
anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan
yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
C. MANFAAT BERMAIN
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
D. MACAM - MACAM BERMAIN
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat
oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu
untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di
buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu
apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
E. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang
pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik
kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting,
pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh
alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio,
dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak,
keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai
bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain.
F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan
yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN
1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin anak
3. Status kesehatan anak
4. Lingkungan yang tidak mendukung
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak
H. PETUNJUK PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN (PRA-SEKOLAH)
1. Dari aspek fisik
Di rentang usia 3-5 tahun dengan titik puncak di usia 5 tahun, kemampuan motorik anak, baik
kasar maupun halus, sudah mencapai tingkat kematangan. Untuk motorik kasar, anak sudah
bisa berjalan, berlari, melompat, berdiri dengan satu kaki, bahkan memanjat. Sedangkan
untuk motorik halus, anak sudah bisa menjimpit benda-benda kecil, semisal koin. Mulai usia
5 tahun ke atas seharusnya anak sudah mampu memegang pensil dengan benar seperti yang
dilakukan orang dewasa pada umumnya. Namun ingat, kemampuan memegang pensil dengan
benar ini bukan berarti anak juga wajib bisa menulis
2. Dari aspek sosial
Di usia ini anak seharusnya sudah terampil berinteraksi dengan teman sebayanya. Peran peer
group mulai terlihat penting. Jadi, jika anak di rentang usia ini masih soliter alias asyik
dengan dunianya sendiri, khususnya bagi anak usia 4 tahun ke atas, berarti dia mengalami
keterhambatan dalam perkembangan social
3. Dari aspek kognisi
Wajarnya anak di rentang usia ini sudah masuk fase praope-rasional. Dalam bahasa
awamnya, anak sudah dapat membayangkan objek tertentu atau seseorang hanya dari
deskripsi, nama atau suaranya.
L. DAFTAR REFERENSI
Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada
Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC