Kasus Control
Kasus Control
Oleh :
Nama : Nurnafisah
NIM : Po7133114023
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”Kasus Control”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan
segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.4 Karakteristik Studi Kasus Kontrol
Ciri dari studi kasus kontror adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakit,
untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar faktor
penelitian atau tidak serta memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
4
3. Kontinu, yaitu bila pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya
umur dalam tahun, paritas, berat lahir.
Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa :
Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah
pajanan itu berlangsung terus-menerus);
Saat mendapat pajanan pertama;
Bila terjadi pajanan terakhir.
c. Menentukan Populasi Terjangkau dan Sampel (Kasus, Kontrol) serta Cara Pemilihan
Subyek Penelitian
Kelompok kasus adalah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan
diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subyek studi. Sedangkan kelompok
kontrol adalah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan
diteliti, tetapi mempunyai peluang yang sama dengan kelompok kasus karena terpajan
oleh faktor risiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit.
Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek
dari populasi yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini hampir tidak mungkin
dilaksanakan karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang
jarang yang diagnosisnya biasanya ditegakkan di rumah sakit.
Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan
kasus untuk studi kasus-kontrol, yaitu :
a. Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru dan lama);
b. Tempat pengumpulan kasus;
c. Saat diagnosis.
Sementara itu, pemilihan kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti sehingga
sangat terancam bias. Kelompok kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan
kasus dan didasarkan pada kesamaan dengan karakteristik subyek pada kasus, sehingga
mempunyai kesempatan yang sama untuk terpajan oleh faktor risiko yang diteliti.
Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik, yaitu :
a. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama;
5
b. Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua
variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang diteliti
(matching);
c. Memilih lebih dari satu kelompok kontrol.
Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan diteliti
bergantung kepada :
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi. Bila densitas pajanan
faktor risiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan pajanan risiko pada
kasus dan kontrol hampir sama dan diperlukan sampel yang cukup besar untuk
mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power = 1 – b) yang dipilih.
Biasanya dipilih a = 5%, b = 10% atau 20% (power = 90% atau 80%).
d. Rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan kontrol. Dengan memilih kontrol
lebih banyak, maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah kontrol diambil c
kali, maka jumlah kasus dapat dikurangi dari n menjadi (c + 1) n/2c.
e. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Dengan
melakukan matching, jumlah subyek yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
d. Melakukan Pengukuran Variabel Efek dan Faktor Risiko
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan
hal yang sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek harus sudah didefinisikan
dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi di waktu
lampau melalui anamnesis (recall) semata-mata mengandalkan daya ingat responden.
Bias yang dapat mengancam dalam konteks ini adalah recall bias.
6
2.6 Rasio Odds
Dalam menentukan rasio odds dapat dilakukan melalui 2 langkah, yaitu :
a. Studi Kasus-Kontrol Tanpa Matching
Rasio odds (RO) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama dengan resiko
relatif (RR) pada studi kohort. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat kelompok kasus
(a+c) dan kelompok kontrol (b+d). Dalam hal ini, yang dapat dinilai adalah berapa
sering terdapat pajanan pada kasus dibandingkan pada kontrol, disebut dengan rasio
odds (RO).
RO = odds pada kelompok kasus : odds pada kelompok kontrol
= (proporsi kasus dengan faktor resiko) / (proporsi kasus tanpa faktor resiko)
(proporsi kontroldengan faktor resiko) / (proporsi kontrol tanpa faktor resiko)
b. Studi Kasus-Kontrol Dengan Matching
Pada studi kasus-kontrol dengan matching individual, harus dilakukan analisis
dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Hasil pengamatan
studi kasus-kontrol biasanya disusun dalam tabel 2 x 2 dengan keterangan sebagai
berikut :
Sel a = kasus mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan
Sel b = kasus mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan
Sel c = kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan
Sel d = kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan
Kontrol
Kasus Risiko (+) Risiko (–)
Risiko (+) a b
Risiko (–) c d
Rasio odds pada studi kasus-kontrol dengan matching ini dihitung dengan
mengabaikan sel a karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya terpajan, dan sel
7
d karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya tidak terpajan. Rasio odds dihitung
dengan formula :
RO = b / c
RO dapat dianggap mrndekati risiko relatif apabila :
1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak lebih dari 20% populasi terpajan;
2. Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari populasi dalam hal
peluangnya untuk terpajan faktor risiko;
3. Kelompok kasus harus representative.
RO > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang merupakan faktor resiko,
bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor resiko, dan bila
RO < par =" p(r-1)+1" p =" proporsi" r =" rasio"> 1.
8
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Studi Kasus Kontrol
a. Kelebihan
1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti
kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif
tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.
4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu
penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).
5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
b. Kekurangan
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat
atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik
karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat
pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data
sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai sumber data
juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas pengukuran variabel yang
kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena
banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar
dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian
tidak mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya
berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut sebagai
case-comparison study, case-compeer study, case-referent study, atau retrospective study,
meupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara
efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor risiko tertentu.
Tujuan dari studi kasus control sendiri adalah untuk mengetahui apakah suatu faktor
risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan
membandingkan kekerapan pajanan faktor resiko tersebut pada kelompok kasus dengan
kelompok kontrol.
10