PENDAHULUAN
2.1.2. Insidensi
Angka kejadian preterm pada umumnya adalah sekitar 6-10 %. Hanya 1,5
% persalinan terjadi pada umur kehamilan 32 minggu dan 0,5 % pada kemilan
kurang dari 28 minggu. Di negara Eropa angka berkisar antara 5-11%.
Di negara yang sedang berkembang angka kejadiannya masih jauh lebih
tinggi seprti di India sekitar 30%, Afrika selatan 15%, Sudan 31%, dan Malaysia
10%. Di Indonesia angka kejadian prematuritas nasional belum ada, namun angka
kejadian Bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR) dapat mencerminkan angka
kejadian persalinan prematuritas secara kasar. Angka Kejadian BBLR nasional
rumah sakit adalah 27,9%.
2.2.3. Klasifikasi
Menurut kejadiannya, persalinan premature di golongkan menjadi :
11 Idiopatik / Spontan
Sekitar 50 % penyebab persalinan premature tidak diketahui, olehsebab itu
digolongkan pada kelompok idiopatik atau spontan. Termasuk kedalam golongan
persalinan premature spontan antara lain persalinan premature akibat kehamilan
kembar, polihidramnion atau persalinan premature yang didasari oleh faktor
psikososial dan gaya hidup. 12,5% persalinan premature didahului oleh ketuban
pecah dini (KPD), dan sebagian besar disebabkan karena faktor infeksi
(karioamnionitis).
Apabila faktor-faktor penyebab lain tidak ada sehingga penyebab
prematuritas tidak dapat diterangkan, maka penyebab persalinan premature ini
disebut idiopatik.
12 Latrogenik/ Buatan
Apabilan kelanjutan kehamilan diduga dapat membahayakan janin, janin
akan dipindahkan kedalam lingkungan luar yang dianggap lebih baik dari pada
rahim ibunya sebagai tempat kelangsungan hidupnya. Kondisi tersebut
menyebabkan persalinan premature latrogenik/ buatan. Sekitar 25 % persalinan
premature yan g termasuk kedalam golongan ini antara lain :
a. Keadaan ibu yangsering menyebabkan persalinan premature buatan
adalah :
Preeklamsi berat dan eklamsi
Perdarahan antepartum (plasenta previa, solosio plasenta)
Karioamnionitis
Penyakit jantung yang berat atau penyakit paru/ ginjal yang berat.
b. Keadaan janin yang dapat menyebabkan persalinan premature dilakukan
adalah :
Gangguan janin(anemia, hipoksia, asidosis, atau gangguan jantung
janin)
Infeksi intrauterine
Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
Isoimunisasi Rhesus
Menurut usia kehamilan maka klasifikasi persalinan premature adalah
sebagai berikut
1. Usia kehamilan 32-36 minggu disebut persalinan premature (preterm)
2. Usia kehamilan 28-32 minggu disebut sangat premature (very preterm)
3. Usia kehamilan antara 20-27 minggu disebut ekstrim premature
(extremely preterm)
Menurut berat badan lahir maka bayi premature di bagi dalam kelompok :
1. Berat badan bayi 1500-2500 gram disebut bayi dengan berat lahir rendah
2. Berat badan bayi 1000-1500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah
3. Berat badan bayi <1000 gram disebut bayi dengan berat badan lahir
ekstrim rendah.
Persalinan Prematur
Tekanan kontraksi 15mmHg (Bell)
Pembukaan 4 cm per 20 menit
Kontrksi 4 kali per 90 menit
Tokolisis
Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah :
Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi premature
Memberikan kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir
surfsktan paru janin
Memberikan kesempatan transfer intrauntrin pada fasilitas yang lebih
lengkap
Optimalisasi personel
Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagaai tokolisis adalah :
Kalsiun antagonis : nefedipin 10 mg/oral di ulang 2-3 kali/jam,
dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi menghilang. Obat dapat
diberikan lagi bila kontraksi berulang.
Obat β-mimetik : terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat
digunakan tetapi nefedipin memiliki efeksamping lebih kecil
Sulfas magnesikus dan antiprostaglandin (indometasin)
Kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid untuk pematangan surfaktan paru janin,
menurunkan insidensi respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular dan menurunkan kematian neonatus.
Kortikosteroid diberika bila usia kehamilan < 35 minggu
Obat yang diberikan adalah dexametason dan betametason. Pemberiannnya
tidah boleh berulang karena resiko terjadi pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid :
Betametason : 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam
Deksametaqson : 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam
Antibiotic
Antibiotic hanya diberika bilamana kehamilan mengandung resiko terjadinya
infeksi pada kasus KPD. Obat yang diberikan :
Eritomisin 3 x 500mg per oral selama 3 hari
Ampisilin 3x 500mmg per oral selama 3 hari
Pemberian ko-amoksilat tidak dianjurkan karenan beresiko terjadi NEC
Persiapan persalinan perlu pertimbangan berdasarkan
Usia gestasi
Usia gestasi 34 minggu atau lebih : dapat melahirkan ditingkat dasar /
primer mengingat prognosis relative baik
Usia gestasi < 34 minggu : harus dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas
perawatan neonatus yang memadai.
Keadaan selaput ketuban
Bila didapat KPD/PPROM dengan usia kehamilan < 28 minggu, maka ibu
dan keluarga dipersilahkan untuk memilih cara pengelolaan setelah diberi
konseling dengan baik
2.3. Konsep Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin dengan Persalinan Prematur
MKB
Tanggal : Jam:
Pengkajian
Tanggal : Jam:
Tempat : Oleh:
(Untuk mengetahui tanggal dan waktu kedatangan saat ini dan untuk menentukan
beberapa lama ibu dalam keadaan inpartu, serta untuk mengetahui siapa yg
melakukan anamnesa)
A. SUBYEKTIF
1. Identitas ibu dan suami
Nama Ibu :
Umur : untuk mengantisipasi kemungkinan penyulit yang timbul
berhubungan dengan umur.
Suku /bangsa : dihubungkan dengan stres, pola hidu, atau adat istiadat
Agama :
Pendidikan : berkaitan dengan perilaku ibu sehari- hari
Pekerjaan : untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu bisa memicu
terjadinya persalinan preterm
Penghasilan :
Alamat :
No Telp :
Alasan masuk RS :
Ibu mengatakan nyeri pinggang bagian belakang, (diisi runtutan perjalanan
sampai tiba di RS, rujukan/datang sendiri)
2. Keluhan Utama :
Untuk mengetahui alasan yang membuat ibu ingin di periksa atau keadaan yang
paling mengganggu ibu (keluhan utama biasanya keluar lendi bercampur darah,
terdapat kontraksi,).
3. Riwayat Menstruasi :
(untuk mengetahui kondisi alat reproduksi dan gangguan – gangguan yang terjadi)
Menarche : n =10-16 th (±12,5 th) Siklus : n =25–28 hr (±28 hr)
Banyak : n =33,2 cc ±16 cc Lama : n =3 – 8 hr
Warna : n =encer, merah hitam Dismenorrhea : n = tidak ada
Flour albus : sedikit/sedang/banyak, tidak gatal, tidak bau, warna (putih bening),
kekentalan (encer)
HPHT : HPL :
(untuk mengetahui umur kehamilan, apakah aterm/belum)
4. Riwayat Kehamilan , Persalinan, dan Nifas yang lalu :
(Untuk mengetahui adakah riwayat obstetrik jelek di masa lalu dan dapat
dijadikan salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan / untuk
meramalkan persalinan yang akan terjadi, apakah ada penyulit / tidak)
Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB
Sua Anak U Penyulit Tmpt Penol Jenis Pen ♂ BBL H/ Lm Pen
mi ke K Brsali ong Persa yuli / M menete yuli
ke n l t ♀ ki t
4. Pemeriksaan Penunjang
USG : dapat mendeteksi jumlah cairan amnion (AFI) dan kemungkinan
panggul sempit
NST : untuk mengetahui kesejateraan janin
Laboratorium
Hb :
Urine protein :
Urine reduksi :
Lakmus : apakah ketuban sudah pecah/tidak
5. Kontraksi
......x/ 10 menit selama ...... detik
C. ASSESSMENT
Diagnosa Aktual : G… P … A … 20-37 mg, janin tunggal hidup intrauteri,
presentasi …, inpartu Kala … dengan persalinan premature idiopatik
Masalah :
Ibu merasa cemas dengan kondisi janinnya
Kebutuhan :
Support mental pada ibu agar ibu merasa lebih tenang
Masalah Potensial:
a. Sindrom gawat nafas
b. Perdarahan intraventikuler
c. IUGR
d. Kematian neonatal
Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
1. Kolaborasi dengan dokter
2. Pemantauan kesejahteraan janin (pergerakan janin, NST)
3. Terminasi kehamilan
D. PLANNING
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bersalin
2. Menganjurkan ibu bedrest
3. Melakukan kolaborasi dengan SpOG dalam pemberian terapi yang tepat
4. Memantau keadaan ibu dan janin (kontraksi uterus, DJJ, suhu rektal tiap 3
jam)
5. Memberikan support pada ibu, dampingi selama proses persalinan
6. Bantu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
7. Laksanakan upaya pencegahan infeksi
8. Observasi dengan lembaran observasi pada saat fase laten
9. Observasi dengan lembaran patograf pada masa aktif
BAB III
KASUS
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Ibu mengeluh terasa kenceng-keceng dan keluar lendir bercampur darah sejak
jam 17.00 WIB.
2. Riwayat Menstruasi :
a. Menarche : usia 15 tahun
b. Siklus : teratur, 28-30 hari
c. Banyak :2-3 x ganti duk / hari
d. Lama : 6-8 hari
e. Warna : encr berwarna merah
f. Dismenorrhea : tidak ada
g. Flour albus : sedikit, tidak gatal, tidak bau, warna putih bening
HPHT : 27 – 7 – 2010
HPL : 4 – 5 – 2011
3. Riwayat Kehamilan , Persalinan, dan Nifas yang lalu :
Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB
Sua Anak U Penyulit Tmpt Penol Jenis Pen ♂ BBL H/ Lm Pen
mi ke K Brsali ong Persa yuli / M menete yuli
ke n l t ♀ ki t
1 1 Hamil ini
9. Istirahat
Siang : tidur siang kadang-kadang
Malam: tidur malam selama 5-6 jam
10. Aktifitas
Aktivitas sehari-hari : mencuci, menyapu, mengepel lantai, memasak
11. Eliminasi
BAK terakhir jam 21.00 WIB (8-10 x sehari),
BAB terahir jam 05.00 WIB (1 x sehari), tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : rambut bersih, wajah tidak odem, kelopak mata tidak odem,
conjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : mulut bersih, lidah bersih, tidak ada luka pada sudut mulut,
tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu
Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar lymfe
Dada : bentuk payudara simetris, areola menghitam, putting menonjol,
kolostrum sudah keluar
Abdomen : tidak ada bekas SC, pembesaran uterus sesuai UK, terdapat
strial gravidarum dan linea nigra, gerak anak.
Genetalia : vulva dan vagina kebiruan, kebersihan baik, tidak ada
odem/varises, tidak ada condilomatalata / akuminata, sekret tidak ada,
terdapat tanda-tanda persalinan
Anus dan perineum : tidak ada hemorroid
Ekstrimitas :
Atas, kanan-kiri : tidak ada oedem
Bawah, kanan-kiri : ada oedem di kaki sebelah kiri
b.Palpasi
Pemeriksaan Leopold
Leopold I : TFU pertengahan pusat- px, teraba tidak bulat, lunak dan
tidak melenting (bokong)
Leopold II :sebelah kanan teraba bagian kecil janin kemungkinan
ekstremitas janin dan pada bagian kiri keras memapan
kemungkinan punggung janin
Leopold III : teraba keras, melenting (kepala) dan bagian terendah janin
sudah masuk PAP
Leopold IV : masuk PAP 4/5
TFU Mc Donald : 26 cm
TBJ : 2170 gr
d. Auskultasi
DJJ : 140 x/ m
Frekuensi : 11-12-12
Puntum maksimum : sebelah kiri bawah pusat ibu
e. perkusi
reflek patella kanan/kiri : +/+
4. Kontraksi
2 x/ 10 menit selama 30 detik
5. Pemeriksaan Penunjang
a. USG :
Posisi : K/T/H DJJ (+)
BPD: 83,1 mm ≈ 33 mgg
FL: 66mm ≈ 32 mgg AC: 28,5 cm ≈ 33 mgg
Plasenta : lokalisasi corpus posterior,
Cairan ketuban cukup,
b. NST : (+)
c. Laboratorium
Hb :12,3 g /dL
WBC : 10.3 X 10n g/ dL
Urine rutin : 0,6
Sedimen urin : 17,1
Lakmus : berwarna merah
D. ASSESSMENT
Diagnosa Aktual : G1P0A0 33-34 mg, inpartu kala I fase laten,janin tunggal
hidup intrauteri, presentasi kepaladengan persalinan premature imminens
Masalah :
Ada nyeri His, Gangguan peningkatan tekanan darah, Ibu merasa takut dan
gelisah dalam menghadapi persalinan karena kehamilan yang kurang cukup
bulan.
Kebutuhan :
Support mental pada ibu agar ibu merasa lebih tenang
Masalah Potensial:
Sindrom gawat nafas
BBLR
Pada ibu bisa terjadi perdarahan
Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter
Pemantauan kesejahteraan janin (pergerakan janin, NST)
E. PLANNING
1. Memjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
kepada ibu dan adanya tanda-tanda komplikasi dan bahaya yang mungkin
terjadi dapat di cegah bila ibu bisa bekerjasama dengan petugas dengan cara
member tahu petugas keluhan yang dirasakan ibu
e/: ibu mengatakan senang dan lega dengan hasil pemeriksaan yang diperoleh
dan merasa lebih tenang setelah mendapat penjelasan dari petugas.
2. Menganjurkan ibu bedrest total
e/ :ibu mau beristirahat dengan tidur di tempat tidur yang telah disediakan
3. Menjelaskan kepada ibu penyebab sering kencing yang ibu alami sekarang, ini
disebabkan karena kepala janin sudah masuk PAP maka menekan kandung
kencing ibu.
e/: ibu mengerti apa yang telah di jelaskan
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi yang tepat :
Pemberian tokolitik : nefedipin 2 x 30 mg selang 8 jam dilanjutkan 3 x
20 mg selang 8 jam
Pemberian dexametason 2 x 12mg setiap 24 jam
e/: pemberian obat sudah di berikan sesuai jadwal yang dianjurkan
5. Memberikan support dan dukungan pada ibu, dampingi selama proses
persalinan
e/: ibu merasa lebih tenang
6. Memberikan motivasi pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi,
nutrisi seimbang dengan diit TKTP supaya tetap mempunyai cadangan tenaga
dan menjamin pasokan nutrisi ke janin.
e/: ibu mengatakan mengerti dan akan berusaha mengkonsumsi makanan yang
disediakanLaksanakan upaya pencegahan infeksi
7. Membantu ibu memilih posisi nyaman dan aman buat ibu dan bayi, dengan
posisi miring ke kiri, untuk membantu memperlancar aliran darah ke uterus
serta menghindari adanya hipoksia janin.
e/: ibu mau mengambil posisi miring ke kiri saat petugas membantu
memperbaiki posisinya.
8. Memantau keadaan ibu dan janin ( TTV, kontraksi uterus, DJJ)
TD N R S
TGL/JAM DJJ His
0
(mmHG) (x/m) (x/m) ( C)
20/3/11 130/90 88 20 37 12-11-12 2x10’, 30”
01.00
20/3/11 130/80 90 18 36,8 11-11-12 2x10’ , 35”
07.00
20/3/11 130/90 86 18 36,8 12-12-11 2x 10’ , 35”
11.00
20/3/11 120/80 86 20 36,5 11-12-12 2x 10’ , 35”
15.00
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam Catatan Perkembangan
20-3-2011 DS : - Ibu mengatakan ingin buang air besar dan sering kencing.
Pk.16.00 wib DO : Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
N : 94x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/mnt
His : (+) jarang
DJJ : (+)136x/menit.
VT :
Pembukaan 2 cm, eff 75% letak kepala Ket (+)
A : G1P0A0 33-34 mg, inpartu kala I fase laten,janin tunggal hidup
intrauteri, presentasi kepaladengan persalinan premature imminens.
P :
Membantu ibu untuk BAB di atas tempat tidur dengan menggunakan
pispot
Mengobservasi tanda-tanda vital, keluhan, his, DJJ, dan tanda-tanda
infeksi