KELOMPOK 7 :
Chrismondari
Febrianti
Seprianti Sartika
Winda Riyasari
Yayat Yartina
Rencana kompensasi eksekutif adalah kontrak agen antara perusahaan dan manajer
perusahaan yang mencoba untuk menyelaraskan kepentingan pemilik dan manajer dengan
mendasarkan kompensasi manajer pada satu atau lebih tindakan dari upaya manajer dalam
mengoperasikan perusahaan. Perencanaan kompensasi didasarkan pada dua ukuran usaha
manajer yaitu laba/pendapatan bersih dan harga saham. Artinya, jumlah bonus, saham, opsi,
dan komponen lainnya dari gaji eksekutif yang diberikan pada tahun tertentu tergantung pada
kedua laba bersih dan kinerja harga saham tersebut. Peran laba bersih sehubungan dengan
rencana kompensasi adalah sama penting dengan perannya dalam informasi investor, karena
motivasi kinerja eksekutif yang bertanggung jawab dan meningkatkan operasi yang tepat dari
pasar tenaga kerja manajerial adalah tujuan sosial yang memungkinkan keputusan investasi
yang baik dan efek operasi pasar yang benar.
. Sehubungan dengan kemampuan reputasi manajer untuk mengontrol moral hazard,
argumen Fama tidak mempertimbangkan bahwa manajer mungkin dapat menyamarkan efek
dari kelalaian, setidaknya dalam jangka pendek, dengan mengelola informasi. Artinya, selain
masalah moral hazard, pasar tenaga kerja manajerial sebagai efek pasar manajer dapat
menahan, menunda, bias, atau mengelola pelepasan informasi. Kemudian, seperti harga
saham mungkin tidak mencerminkan nilai perusahaan, pasar tenaga kerja mencerminkan nilai
yang mendasari manajer. Artinya, reputasi kekuatan pasar mungkin tidak sepenuhnya efektif
dalam mengendalikan moral hazard ketika manajer memiliki informasi pribadi dan dapat
mengendalikan permintaan. Beberapa aspek rencana kompensasi yang harus diperhatikan.
Pertama, wajib memiliki sejumlah besar saham, Kedua, ada tiga komponen kompensasi
utama: gaji; tahunan penghargaan insentif jangka pendek, terdiri dari bonus tunai atau,
petugas forsenior, berbagi unit; dan opsi saham
BAB II
2.1 KOMPENSASI
Istilah kompensasi mengacu kepada semua bentuk balas jasa uang dan semua barang
atau komoditas yang digunakan sebagai balas jasa uang kepada karyawan (Daft, 2000:536).
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak
langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
perusahaan (Hasibuan, 2003:118). Kompensasi dibedakan menjadi dua, yaitu: Kompensasi
langsung yaitu berupa gaji, upah dan insentif; dan kompensasi tidak langsung berupa
asuransi, tunjangan, cuti, penghargaan.
Menurut Mutiara Pangabean dalam Subekhi (2012:176) kompensasi adalah setiap
bentuk penghargaan yang diberikan karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka
berikan kepada organisasi.
Menurut Garry Dessler dalam Subekhi (2012:175) kompensasi karyawan adalah
setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbil dari
diperkerjannya karyawan itu.
Kompensasi adalah bentuk pembayaran dalam bentuk manfaat dan insentif untuk
memotivasi karyawan agar produktivitas kerja semakin meningkat (Yani, 2012:139).
Pembentukan sistem kompensasi yang efektif merupakan bagian penting dari manajemen
sumber daya manusia karena membantu menarik dan mempertahankan pekerja-pekerja yang
berbakat. Selain itu sistem kompensasi perusahaan memiliki dampak terhadap kinerja
strategis. Sistem imbalan bisa mencakup gaji, penghasilan, uang pensiun, uang liburan,
promosi ke posisi yang lebih tinggi (berupa gaji dan keuntungan yang lebih tinggi). Juga
berupa asuransi keselamatan kerja, transfer secara horizontal untuk mendapat posisi yang
lebih menantang atau ke posisi utama untuk pertumbuhan dan pengembangan berikutnya,
serta berbagai macam bentuk pelayanan.
Kompensasi yang baik akan memberikan beberapa efek positif pada perusahaan/
organisasi sebagai berikut:
a. Mendapatkan karyawan berkualitas baik
b. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang
c. Memikat pelamar kerja berkualitas dan lowongan kerja yang baik
d. Mudah dalam pelaksanaan dan administrasi maupun aspek hukumnya
e. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing/competitor
Kebijaksanaan kompensasi
Kebijaksanaan kompensasi, baik besarnya, susunannya, maupun waktu
pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk mencapai
prestasi kerja yang optimal sehingga membantu terwujudnya sasaran perusahaan. Besarnya
kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan, posisi jabatan, konsistensi
internal, serta berpedoman kepada keadilan dan undang-undang perburuhan. Dengan
kebijaksanaan ini diharpakan akan terbina kerjasama yang serasi dan memberikan kepuasan
kepada semua pihak.
Anwar Prabu Mangkunegara mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan kompensasi adalah :
a. Faktor pemerintah
Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar gaji minimal,
pajak penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya transportasi/angkutan, inflasi maupun
devaluasi sangat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan kompensasi
pegawai.
b. Penawaran bersama antara perusahaan dan pegawai
Kebijakan dalam menentukan kompensasi dapat dipengaruhi pula pada saat terjadinya
tawar-menawar mengenai besarnya upah yang harus diberikan oleh perusahaan kepada
pegawainya. Hal ini terutama dilakukan oleh perusahaan dalam merekrut pegawai yang
mempunyai keahlian dalam bidang tertentu yang sangat dibutuhkan di perusahaan.
c. Standar dan biaya hidup pegawai
Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pegawai dan keluarganya, maka pegawai akan
merasa aman. Terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa aman pegawai akan memungkinkan
pegawai dapat bekerja dengan penuh motivasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
d. Ukuran perbandingan upah
Kebijakan dalam menentukan kompensasi dipengaruhi oleh ukuran besar kecilnya
perusahaan, tingkat pendidikan pegawai, masa kerja pegawai. Artinya perbandingan tingkat
upah pegawai perlu memperhatikan tingkat pendidikan, masa kerja, dan ukuran perusahaan.
e. Permintaan dan Persediaan
Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu mempertimbangkan tingkat
persediaan dan permintaan pasar. Artinya, kondisi pasar pada saat itu perlu dijadikan bahan
pertimbangan dalam menentukan tingkat upah pegawai.
f. Kemampuan membayar
Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan pada
kemampuan perusahaan dalam membayar upah pegawai. Artinya jangan sampai menentukan
kebijakan kompensasi diluar batas kemampuan yang ada pada perusahaan.
Waktu pembayaran kompensasi
Kompensasi harus dibayar tepat pada waktunya, jangan sampai terjadi penundaan,
supaya kepercayaan karyawan terhadap bonafiditas perusahaan semakin besar, ketenangan,
dan konsistensi kerja akan lebih baik. Jika pembayaran kompensasi tidak tepat pada
waktunya akan mengakibatkan disiplin, moral, gairah, kerja karyawan menurun, bahkan
turnover karyawan semakin besar. Pengusaha harus memahami bahwa balas jasa akan
dipergunakan karyawan beserta keluarganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
dimana kebutuhan itu tidak dapat ditunda, misalnya makan. Kebijaksanaan waktu
pembayaran kompensasi hendaknya berpedoman dari pada menunda lebih mempercepat dan
menetapkan waktu yang paling tepat.
Randall dan Susan mengemukakan bahwa, jika organisasi ingin meminimalkan
tingkat ketidak hadiran dan keluar-masuknya karyawan melalui kompensasi, mereka harus
memastikan bahwa karyawan puas dengan bayaran mereka.
Orang membandingkan tingkat bayaran dengan apa yang mereka yakini semestinya
mereka terima. Maka mereka puas jika tingkat bayaran "yang semestinya" sebanding dengan
tingkat bayaran aktual, atau tidak puas jika tingkat bayaran aktual lebih kecil dari tingkat
semestinya.
3. Sistem Borongan
Adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume
pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan sistem
borongan cukup rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat yang diperlukan untuk
menyelesaikannya. Maka dalam sistem ini keuntungan dan kerugian serta besar kecilnya
balas jasa tergantung atas kecermatan kalkulasi mereka.
Walaupun aktivisme investor institusi tidak berdampak positif terhadap kinerja perusahaan,
tapi aktivisme ini bisa merubah budaya perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Seperti yang dikemukan oleh Gordon (1997), Black dan
Coffee (1994), dan Coffee (1997). Perubahan budaya memang tidak dapat di uji secara
langsung. Tapi melalui perubahaan Governance yang didukung oleh institusi akan berdampak
terhadap kinerja perusahaan. Bukti empiris menyimpulkan bahwa sudah tiga perubahan yaitu
(i) perubahan komposisi dewan komisaris, (ii)komite nominasi dan kompensasi yang berasal
dari dewan komisaris independen dan (iii) pemisahan posisi pimpinan dewan komisaris
dengan CEO. Investor institusi sangat mendukung yang duduk di dewan komisaris adalah
komisaris independen. Tapi tidak ada jaminan dengan banyak komposisi komisaris
independen dan pemisahan posisi pimpinan dewan komisaris dengan CEO akan
meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan (Klein, 1997b), Brickley, Coles, dan
Jarrell (1997).
Analisis harga saham umumnya dapat dilakukan oleh para investor dengan mengamati dua
pendekatan dasar yaitu:
a. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati
perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu (Husnan, 2005:349).Analisis teknikal
adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham serta
menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu.
Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja
perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan
kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh
statement perdagangan, pengaruh psikologis maupun pengaruh isu-isu lainnya (Sutrisno,
2005:330).Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan
mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu dan upaya untuk menentukan kapan
investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan
indikator-indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan
adalah moving average (trend yang mengikuti pasar), volume perdagangan, dan shortinterest
ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key
reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan
eksternal. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.
Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham
akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap
suatu efek maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan.
Menurut Alwi (2008:87), faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu:
a. Faktor Internal
b. Faktor Eksternal
1. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito,
kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap
perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan
tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan/penundaan trading.
4. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu
negara.
5. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.