Anda di halaman 1dari 2

Pada praktikum pembuatan lajur pemeruman hasil yang diperoleh beserta analisisnya sebagai berikut

1. Citra dari waduk Jatiluhur telah di georeferenced dengan menggunakan 2 titik koordinat BM.
Titik koordinat pertama berada di darat dan titik koordinat kedua berada di dalam waduk.
Ketentuannya untuk melakukan Georeference minimal kita membutuhkan 4 titik koordinat BM
agar koordinat pada Citra sesuai dengan koordinat sebenarnya. Sehingga melakukan
georeference dengan menggunakan 2 titik kordinat BM saja berarti tidak sesuai standarnya,
harusnya tidak diperbolehkan menggunakan Citra dengan hanya 2 titik koordinat BM. Selain itu
pada umumnya titik BM untuk melakukan Georeference (Proses rubersheet) seharusnya
terdistribusi merata dalam tampilan satu citra, biasanya di pojok kanan atas dan bawah serta
pojok kiri atas dan bawah. Namun praktikum ini 2 titik BM berdekatan dan tidak menyebar.
Berakibat mempengaruhi kesalahan perencanaan lajur perum. Kemudian titik BM pada
umumnya berada di daratan, tidak masuk ke dalam perairan, namun pada praktikum kali ini titik
koordinat BM yang dijadikan base salah satunya berada di dalam waduk, sehingga tidak sesuai
standar proses Georefernce.
2. Panjang dari lajur utama dan lajur silang masing-masing sepanjang 1000 meter. Penentuan
panjangnya setiap lajur perum tidak ditentukan, sehingga setiap mahasiswa bebas menetukan
Panjang lajur utama dan lajur silang.
3. Hasil sudut yang terbentuk antara lajur utama dan lajur perum sebesar 70°. Sudut 70° diukur
menggunakan fungsi Dimension – Angular – kemudian memilih objek lajur silang dan lajur
utama maka AutoCad akan menampilkan sudut yang terbentuk antara kedua lajur tersebut.
Pada SNI sudut yang diperbolehkan dari lajur silang terhadap lajur utama antara 60° sampai
dengan 90° sehingga hasil pembuatan lajur ini masih diperbolehkan.
4. Jarak atau interval lajur utama pada perencanaan pemeruman ini sebesar 25 m, dengan skala
yang diinginkan adalah sebesar 1:2500. Ketentuannya jarak atau interval lajur utama harus <=
1cm x skala. Sehingga sesuai dengan perhitungan bahwa
1 cm x 2500 = 2500 cm = 25 m
Jadi interval dari lajur utama dari hasil praktikum masih diperbolehkan
5. Untuk interval atau jarak antar lajur silang yang dibuat saat praktikum ini besarnya sebesar 250
m. Pada SNI interval atau jarak dari lajur silang sebesar 10 kali interval lajur utama. Sehingga
hasil praktikum sesuai dengan SNI Survei Hidrografi.
6. Titik fix perum yang dibuat memiliki interval setiap 50 m di setiap lajur, baik lajur utama dan
lajur silang. Ketentuan interval tiitk fix perum tergantung dari kebutuhan pemeruman sendiri.
Semakin teliti kebutuhan pemeruman maka semakin rapat interval titik fix perumnya.
7. Lajur pemeruman dibuat sebagai rencana lajur yang akan dilewati perahu dalam proses
pemeruman, sehingga hasil pengukuran kedalaman, datanya sesuai dengan yang telah
direncanakan pada pembuatan lajur pemeruman ini.

Kesimpulan

1. Pemeruman merupakan proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran
(model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface).
2. Dalam melakukan pembuatan perencanaan lajur pemeruman ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain skala yang berkaitan dengan interval, interval lajur pemeruman yang
telah ditentukan standarnya oleh SNI Survei Hidrografi, titik fix perum yang menentukan tingkat
ketelitian pemeruman yang dibutuhkan
3. Dari hasil analisis pembuatan lajur perum, hanya proses georeference yang tidak memenuhi
standar. Namun pada dasarnya proses georeference mempengaruhi proses-proses selanjutnya
dalam pembuatan lajur perum. Proses pembuatan lajur utama dan lajur silang sesuai dengan
SNI Survei Hidrografi. Interval pada lajur utama sebesar 25 m pada skala 1:2500. interval lajur
silang sebesar 250 m (10 kali interval lajur utama). Sudut yang terbentuk antara ljur silang dan
utama 70 derjat. Titik fix perum per 50 meter.

Anda mungkin juga menyukai