Anda di halaman 1dari 17

A.

Latar Belakang

Ekstraksi atau penyarian adalah proses pemisahan suatu zat atau


beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
biasanya dilakukan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan
kelarutan. Simplisia yang disaring, mengandung zat aktif yang dapat larut
dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.
Ekstraksi dipengaruhi oleh derajat kehalusan serbuk dan perbedaan
konsentrasi (Depkes RI, 1986). Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut, melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non-
polar dalam pelarut non-polar. Kecepatan untuk mencapai kesetimbangan
umumnya tergantung pada suhu, pH, ukuran partikel dan gerakan partikel.
Maserasi adalah penyarian yang dilakukan dengan cara
perendaman simplisia dengan cairan penyari. Cara maserasi ini dapat
digunakan pada simplisia yang mudah larut dalam cairan penyari yang
akan digunakan. Penyarian dengan cara maserasi ini memiliki keuntungan
dan kerugian. Keuntungannya adalah peralatan mudah didapat dan
sederhana sedangkan kerugiannya adalah hasil yang didapat kurang
sempurna (Anonim, 1986). Rendaman tersebut disimpan terlindung dari
cahaya langsung (mencegah 6 reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau
perubahan warna). Waktu maserasi pada umumnya 5 hari, setelah waktu
tersebut keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan luar sel telah tercapai. Dengan pengocokan dijamin
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan.
Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif.
Carian penyari yang digunakan adalah etanol 70%. Etanol tidak
menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas
bahan obat terlarut. Keuntungan lain, etanol mampu mengendapkan

1
2

albumin dan menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan sebagai


cairan pengekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan,
khususnya campuran etanol-air. Etanol (70%) sangat efektif dalam
menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan penganggu
hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi. Farmakope
Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol,
etanol-air atau eter. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak
menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid,
damar dan klorofil. Lemak, malam, tanin dan saponin hanya sedikit larut.
Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas. Untuk
meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air.
Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari
(Anonim, 1986).
Tahapan penyaringan ini dilakukan agar dapat memisahkan zat cair
dari ampasnya. Hasil dari maserasi ini harus dibiarkan dahulu selama
kurang lebih 2 hari untuk mengenapkan zat-zat yang tidak diperlukan
tetapi ikut larut dalam cairan penyari. Ampas yang ada dapat memperbesar
volume hasil ekstraksi (Anonim, 1986). Ekstrak yang didapat diuapkan
terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan ekstrak yang kental. Penguapan
ini dilakukan menggunakan panci penguap.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam
yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Menurut peraturan
perundang-undangan pasal 1 tahun 1995, Obat tradisional merupakan
bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut, yang
secara turun-temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat (Depkes, 1995).
Tanaman di Indonesia banyak memberikan manfaat. Salah satunya
adalah salam (Syzygium polyanthum). Tanaman salam mempunyai
kandungan kimia minyak atsiri 0,2% (sitral, eugenol), flvonoid (katekin
dan rutin), tannin dan metil kavicol (methyl chavicol) yang dikenal juga
sebagai estragole atau p-allylanisole. Senyawa tersebut mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan. Tanin dan flvonoid merupakan bahan aktif
yang mempunyai efek anti inflmasi dan antimikroba (Adjirni, 1999;
Katzer, 2001; Sumono dan Wulan, 2009; Lelono, dkk, 2013). Minyak
atsiri secara umum mempunyai efek sebagai antimikroba, analgesik, dan
meningkatkan kemampuan fagosit. Minyak atsiri daun salam terdiri dari
fenol sederhana, asam fenolat misal asam galat, seskui terpenoid, dan
lakton. Juga mengandung saponin, lemak, dan karbohidrat. Dari beberapa
bukti bahan aktif tanaman salam maka tanaman salam mempunyai efek
farmakologis. Daun salam juga mengandung beberapa vitamin, di
antaranya vitamin C, vitamin A,vitamin E, thiamin, riboflvin, niacin,
vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Beberapa mineral pada daun salam
yaitu selenium, kalsium, magnesium, seng, sodium, potassium, besi, dan
phospor.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dorlan (2002), Boyer dan Liu
(2004), Hardhani (2008), Pidrayanti (2008), dan Muhtadi (2010) tentang
berbagai manfaat dari daun salam antaralain, Mengurangi dislipidemia
,khususnya hipertrigliseridemia. Senyawa-senyawa yang diduga mampu
menurunkan kadar hipertrigliseridemia tersebut adalah niasin, serat,
tannin, dan vitamin C. Mekanisme kerja tannin yaitu bereaksi dengan
protein mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat penyerapan
lemak (Dorlan, 2002). Berdasarkan hal tersebut maka daun salam
berpotensi untuk dipakai sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar
trigliserida pada manusia, Menurunkan kadar LDL, berpotensi
menurunkan kadar asam urat juga dapat dimanfaatkan sebagai rempah atau
bumbu dapur yang berfungsi menjadi pengharum dan penyedap alami
aneka masakan.

3
4

Klasifikasi Daun Salam (Syzygium polyanthum)

Klasifikasi Daun Salam (Syzygium polyanthum) dalam taksonomi


tumbuhan digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Dialypetalae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Syzygium

Jenis : (Syzygium polyanthum)

B. Tujuan Praktikum
Dapat memahami dan melakukan proses pembuatan ekstrak
ramuan jamu (tanaman obat) dengan cara maserasi atau remaserasi dan
dapat melakukan pengemasan yang sesuai.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
1) Simplisia daun salam
2) Cairan penyari
3) Aerosil
4) Bahan pengemas
2. Bahan
1) Maserator
2) Blender
3) Ayakan serbuk
4) Pengaduk
5) Erlenmeyer
6) Beaker glass
7) Corong kaca
8) Kain flanel
9) Cawan porselen

3. Gambar Bagian Alat

5
6

D. Prosedur Kerja
1. Penyarian

Masukkan 250 gram serbuk kering daun salam ke dalam maserator

Tambahkan cairan penyari 7½ x bobot serbuk daun salam dan


diaduk

Tutup maserator dan biarkan serbuk termaserasi selama 5 hari (setiap


hari diaduk)

2. Setelah 5 hari

Serkai sari dan peras ampasnya

Ampas ditambah dengan cairan penyari secukupnya (± 2½x bobot serbuk awal)

Aduk dan serkai sampai diperoleh seluruh sari 10x bobot serbuk awal

Masukkan maserat dalam wadah tertutup biarkan, biarkan dalam tempat sejuk
dan terlindung dari cahaya

Enapkan selama 2 hari


3. Setelah dienapkan selama 2 hari

Pisahkan maserat dari endapan

Uapkan maserat dalam cawan porselen dengan


pemanasan di atas penangas air disertai pengurangan
tekanan hingga diperoleh ekstrak yang kental

Hitunglah randemen ekstrak yang diperoleh

7
8

E. Hasil Perhitungan

Bobot Simplisia hasil (gram atau ml)


Rendemen = x 100%
Bobot dimplidia awal (gram)

Diketahui :
Bobot simplisia awal : 250 gram
Bobot simplisia akhir : 232, 85 gram

Jadi Rendemen simplisia dengan metode Maserasi adalah:

232, 85 gram
= x 100%
250 gram
= 94, 34
F. Pembahasan

Praktikum kali ini mempelajari tentang metode maserasi. Maserasi


merupakan proses ekstraksi pada temperatur ruangan menggunakan
pelarut selama beberapa hari dengan beberapa kali pengadukan dan
ekstrak dipishkan dengan penyarian. Prosedur diulangi satu atau dua kali
dengan pelarut segar. Metode ini menghasilkan ekstrak yang tidak
sempurna dari senyawa yang diinginkan. Simplisia yang akan diekstraksi
ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar bersama larutan
penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat kemudian dikocok
berulang–ulang sehingga memungkinkan pelarut masuk ke seluruh
permukaan simplisia (Ansel, 1989).
Tanaman yang digunakan dalam praktikum yaitu Daun Salam
(Syzygium polyanthum), daun salam pada umumnya digunakan sebagai
obat sakit perut. Ternyata khasiat daun salam tidak hanya itu, melainkan
juga dapat digunakan untuk menghentikan buang air besar yang
berlebihan. Tidak hanya pada daunnya, namun pohon salam ini dapat
dimanfaatkan mulai dari akar, kulit batang dan buah. Terdapat beberapa
kandungan yang ada didalam pohon salam antara lain minyak essensial,
minyak atsiri, tanin dan flavonoid. Dengan kandungan tersebut maka
pohon salam banyak dimanfaatkan dengan mengolahnya untuk mengobati
berbagai macam penyakit antara lain melancarkan peredaran darah,
mengatasi asam urat, kolesterol tinggi, radang lambung, diare, gatal-gatal,
stroke, Kencing manis (Diabetes mellitus), Tekanan darah tinggi
(Hipertensi), Radang lambung/maag (gastritis) dan Diare. Penggunaan
sebagai obat diare oleh masyarakat dengan menggunakan rebusan tanpa
takaran yang jelas sehingga penggunaannya belum dapat di
pertanggungjawabkan.
Bobot daun salam segar yang digunakan adalah sebanyak 3 gram,
daun salam yang diperoleh kemudian dicuci dengan menggunakan air
mengalir untuk membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Setelah

9
10

dibersihkan daun salam diranjang untuk mempermudah pengeringan.


Pengeringan dilakukan dengan menggunakan lemari pengering. Tujuannya
untuk mengurangi kadar air, menghentikan reaksi anzimatik dan
mencegah adanya mikroba serta bahan dapat disimpan dalam waktu yang
lama juga mempermudah dalam proses pembuatan serbuk, menjaga agar
senyawa yang terkandung dalam simplisia tetap stabil dan untuk
mempertahankan mutu simplisia.
Simplisia yang sudah kering selanjutnya diblender untuk
memperkecil ukuran partikel kemudian diayak dengan pengayak no
20/40. Maksud dari 20/40 ini adalah serbuk yang digunakan itu lolos pada
ayakan no. 20 dan tidak lolos pada ayakan no.40, dan apabila lolos ayakan
no. 40 tidak boleh lebih dari 20%. Tujuan dari pengayakan ini untuk
mendapatkan ukuran serbuk yang lebih baik dan cocok untuk di maserasi.
Penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang
bersentuhan dengan penyarian semakin luas. Hal ini diartikan bahwa
semakin besar luas permukaan serbuk semakin baik penyarian (Depkes RI,
1986).
Selanjutnya dilakukan penyarian dengan cara maserasi. Maserasi
dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia dengan derajat
yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan penyari 75
bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil
diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi
kembali dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak
berwarna lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada
tempat yang tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan.
Cara ini dilakukan karena pengerjaan dan peralatannya lebih sederhana
tetapi memiliki kelemahan yakni membutuhkan waktu yang lama (5 hari)
dan penyariannya juga kurang sempurna. Pada saat melakukan penyarian
setiap hari harus dilakukan pengadukan agar tetap terjaga konsentrasi
antara larutan di dalam sel dan larutan di luar sel.
Maserasi dilakukan dengan merendam simplisia daun salam
sebanyak 250 gram dalam maserator menggunakan cairan penyari etanol
70% sebanyak 10x bobot bahan. Etanol merupakan cairan penyari yang
memiliki harga yang mahal namun memiliki banyak keuntungan karena
sulit ditumbuhi kapang, sifatnya netral, tidak beracun, dan absorbsinya
juga baik (Anonim, 1986). Simplisia yang sudah direndam diaduk selama
30 menit lalu didiamkan selama 5 hari. Kemudian disaring filtratnya. Hasil
maserasi dienapkan selama 2 hari, kemudian sari yang didapat
dienaptuangkan, cairannya diuapkan menggunakan panci sampai
mendapat ekstrak kental daun salam. Ekstrak kental daun salam yang
diperoleh sebanyak 232, 85 gr.

11
12

G. Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
a. Maserasi adalah penyarian yang dilakukan dengan cara
perendaman simplisia dengan cairan penyari.
b. Etanol merupakan cairan penyari yang memiliki harga yang
mahal namun memiliki banyak keuntungan karena sulit
ditumbuhi kapang, sifatnya netral, tidak beracun, dan
absorbsinya juga baik.
c. Sampel daun salam dapat diekstraksi dengan metode
maserasi.
d. Ekstrak yang diperolah dari sampel daun salam berupa
ekstrak berwarna hijau.
e. Hasil perhitungan rendemen ekstrak daun salam adalah
94,34

B. Saran
a. Perlu memperhatikan kebersihan ruangan juga alat dan
bahan supaya bahan tidak terkontaminasi dengan zat-zat
yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 1986, Sediaan Galenik, Dapertemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Ansel Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit


Universitas Indonesia, Jakarta.

DepKes RI., 1995, Kodifikasi peraturan perundang-undangan obat


tradisional, departemen kesehatan RI, Jakarta.

DepKes RI., 1986, Sediaan Galenik, Departemen kesehatan RI, Jakarta.

DepKes RI., 1977, Materi Medika Indonesia, jilid : 1-4, departemen


kesehatan RI, Jakarta.

Adjirni. 1999. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 5, Nomor 3.


Jakarta:Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia.

Katzer, G. 2001. Indonesian Bay-Leaf (Eugenia polyantha Wight.),


http://gernot-katzers-spicepages.com/engl/Euge_pol.html. diakses 14
November 2015.
Lelono, R.A.A. dan Tachibana, S., 2013, Bioassay-guided isolation and
identifiation of antioxidative compounds from the bark of Eugenia
polyantha. Pakistan Journal of Biological Sciences, 16(16): 812-818.
Sumono, A. dan Wulan, S.D.A. 2009. Kemampuan air rebusan daun
salam (Eugeni apolyantha W.) dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri Streptococcus sp.Majalah Farmasi Indonesia, 20(3), 112- 117.
Dorland WA. Kamus Kedokteran Dorland, 24thed. Huriawati Hartanto,
editor. Jakarta: EGC. 2002.
Jeanelle, Boyer and Hai, Liu Rui. 2004. Apple phytochemical and their
health benefis. Nutrition journal. 3:5.

13
14

Hardhani, A. S. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam


(Eugenia polyantha) terhadap Kadar Trigliserida Serum Tikus Jantan
Galur Wistar Hiperlipidemia. Karya tulis ilmiah, Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang.
Pidrayanti, L.T.M.U. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam
(Eugenia polyantha) terhadap Kadar LDL Kolesterol Serum Tikus
Jantan Galur Wistar. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro. Semarang.
Muhtadi., Suhendi, A., W, Nurcahyanti., Sutrisna, EM. 2010. Potensi
Daun Salam
(Syzigiumpolyanthum Walp.) dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa
Linn) sebagai Kandidat Obat Herbal Terstandar Asam Urat.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/3207. Diakses 29
Desember 2013.

.
LAMPIRAN

Timbangan Analitik Gelas ukur Pipet tetes

Hasil ekstrak kental.

15
16

Produk Maserasi

Pada praktikum maserasi kali ini, ekstrak hasil maserasi di buat sebuah
produk yaitu teh celup daun salam. Pembuatan produk teh tersebut dilakukan
dengan cara:

1. Lelehkan atau cairan maserasi hingga meleleh rata. Hal ini di lakukan
untuk memudahkan saat pencampran serbuk daun salam dengan ekstrak
kental yang sudah membeku di dalam frizer.
2. Timbang serbuk daun salam secukupnya, hingga nantinya dihasilakan 20
bungkus teh celup. Catat hasil timbangannya.
3. Pindahkan esktrak yang sudah meleleh tadi ke dalam mortir.
4. Tambahkan serbuk daun salam yang sudah ditimbang, kemudian aduk add
homogeny dan tercampur rata.
5. Siapkan wadah teh yang sebelumnya sudah di bentuk rapi.
6. Masukkan campuran serbuk dan ekstrak yang sudah homogen ke dalam
wadah kemudian pasang benang di tepat ditengah- tengahnya dan jangan
lupa lekatkan dengan alat yang sudah disediakan.
7. Terakhir, simpan teh ke dalam wadah agar teh tetap terjaga penyimpannya.

Perhitungan penimbangan :

Serbuk ditimbang @5 gram. Penimbangan di lakukan 3 kali sehingga


serbuk menjadi 15 gram untuk 20 teh.
Hasil produk :

17

Anda mungkin juga menyukai