Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMUM

Baja merupakan logam aloy yang komponen utamanya adalah besi, dengan

karbon sebagai material pengaloy utama. Baja ditemukan ketika dilakukan

penempaan dan pemanasan yang menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan

karbon pada proses pembakaran, sehingga membentuk baja yang mempunyai

kekuatan yang lebih besar dari pada besi. Karbon bekerja sebagai agen pengeras,

mencegah atom besi, yang secara alami teratu dalam lattice, bergeser melalui satu

sama lain. Memvariasikan jumlah karbon dan penyebaran alloy dapat mengontrol

kualitas baja. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan

memperkuat besi, tetapi juga menjadi lebih rapuh.

Dari tahun 1960, baja sudah dikenal sebagai bahan bangunan utama, baja

yang dipakai adalah baja karbon atau lebih dikenal dengan “baja”. Dengan

banyaknya baja yang tersedia sekarang, memungkinkan seorang perencana

menaikkan kekuatan bahan pada daerah yang tegangannya besar, tanpa perlu

memperbesar ukuran batang. Perencana dapat memutuskan berdasarkan mana yang

lebih disukai, kekakuan maksimum atau berat teringan.

2.2 SIFAT-SIFAT BAJA

[Beumer, B.J.M., 1994] Bila dibandingkan dengan bahan konstruksi lainya,

baja lebih banyak memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak terdapat pada bahan-

bahan konstruksi lain. Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan kekuatan

5
tarik dan kekuatan tekan tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai

sifat-sifat lain yang menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu

material yang umum dipakai, yaitu:

a. Kekuatan tinggi

Kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh Fy atau

kekuatan tarik Fu mengingat baja mempunyai kekuatan volume lebih tinggi

dibanding dengan bahan lain, hal ini memungkinkan perencanaan sebuah

konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang

yang lebih panjang, sehingga struktur lebih ringan dan efektif.

b. Kemudahan pemasangan

Komponen-komponen baja biasanya mempunyai bentuk standar serta

mudah diperoleh dimana saja, sehingga satu-satunya kegiatan yang dilakukan

dilapangan adalah pemasangan bagian-bagian yang telah disiapkan.

c. Keseragaman

Baja diolah dalam sebuah wadah yang besar atau tungku, dengan kondisi

yang sudah diatur ( fabrikasi ), baja yang didapatkan akan mempunyai mutu

yang seragam.

d. Daktilitas

Daktilitas adalah sifat dari baja yang mengalami deformasi yang besar

dibawah pengaruh tegangan tarik tanpa hancur atau putus. Daktilitas mampu

mencegah robohnya bangunan secara tiba-tiba.

e. Modulus elatisitas besar

Dengan modulus yang besar, struktur akan cukup kaku sehingga dapat

memberikan kenyamanan bagi pemakai. Jika dibandingkan dengan bahan

6
yang lain, untuk regangan yang sama baja dapat menahan tegangan yang

lebih besar sehingga kekuatannya lebih optimal.

f. Tahan karat

Baja dapat dioksidasi untuk membentuk lapisan pelindung yang padat,

lapisan ini mencegah korosi lebih lanjut dan juga untuk mencegah korosi

dapat dibantu dengan pengecatan.

2.3 JENIS-JENIS BAJA

Baja pada umumnya mempunyai kadar carbon sebesar 0,0 hingga 1,5%.

Berbagai pembagian dibuat untuk baja, tetapi pembagian pertama adalah sebagai

berikut, baja tanpa campuran dan baja campuran. Dalam baja tanpa campuran

maupun baja campuran menurut cara bagaimana baja dibuat dibagi atas:

1. Baja ditempa dan baja dicanai dengan kadar carbon 0,0 hingga 1,5%.

Baja ditempa dan baja dicanai, inilah yang sering kita sebut baja.

2. Baja tuang dengan kadar carbon 0,2% hingga 0,5%.

Selanjutnya menurut cara pemakaian dibagi atas:

1. Baja konstruksi dengan kadar carbon 0,0 hingga 0,3%.

Baja konstruksi mempunyai kekerasan yang agak kecil oleh sebab kadar

carbon yang rendah (0,0-0,3%) dan kekuatan tarik dan batas regang yang

agak rendah, akan tetapi regang yang agak besar. Baja ini dipergunakan

untuk konstruksi, oleh karena kadar carbon yang rendah, tidak dapat

dikeraskan dan dapat dilas dengan baik.

7
2. Baja mesin dengan kadar carbon 0,3 hingga 0,6%.

Baja mesin mempunyai kekerasan yang lebih besar oleh karena kadar

karbon yang lebih tinggi (0,3-0,6%) dan kekuatan tarik dan batas regang

yang lebih tinggi, akan tetapi mempunyai regang yang lebih kecil. Baja

ini dipergunakan untuk mesin( contohnya, bagian-bagian baut, poros-

engkol, batang penggerak dan pasak untuk mesin). Baja mesin memang

dapat dikeraskan oleh karena kadar zat karbon yang lebih tinggi.

3. Baja perkakas dengan kadar carbon 0,6 hingga 1,5%.

Baja perkakas dibagi lagi atas:

a. Baja perkakas untuk alat pukul atau alat tumbuk dengan kadar carbon

0,6 hingga 0,9%.

b. Baja perkakas untuk perkakas potong dengan kadar carbon 0,9 hingga

1,2%.

c. Baja perkakas untuk alat ukur dengan kadar carbon 1,2 hingga 1,5%.

Seperti yang telah dijelaskan, baja merupakan gabungan dari beberapa unsur

kimia, karbon, mangan, silikon, tembaga, chrom, fosfor, vanadium, dsb. Semua

unsur-unsur ini mempunyai sifat-sifat tersendiri, dimana akan mempengaruhi

kekuatan dari baja tersebut. Namun dari semua unsur-unsur kimia tersebut diatas,

unsur karbon merupakan unsur yang paling mempengaruhi kekuatan baja, sehingga

secara umum baja dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yakni, baja karbon, baja

paduan rendah berkekuatan tinggi dan baja paduan.

8
2.3.1 BAJA KARBON

Baja dengan kadar mangan kurang dari 0,8% silicon kurang dari 0,5% dan

unsur lain sangat sedikit, dapat dianggap sebagai baja karbon. Mangan dan silicon

sengaja ditambahkan dalam proses pembuatan baja sebagai deoxidizer / mengurangi

pengaruh buruk dari beberapa unsur pengotoran. Baja karbon diproduksi dalam

bentuk balok, profil, lembaran dan kawat.

Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan kekuatan besi

murni. Karbon dengan unsur campuran lain dalam baja membentuk karbid yang

dapat menambah kekerasan, tahan gores, dan tahan suhu. Perbedaan persentase

karbon dalam campuran logam baja karbon menjadi salah satu cara

mengklasifikasikan baja. Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi menjadi tiga

macam yaitu:

1. Baja karbon rendah

Baja karbon rendah (low carbon steel) mengandung karbon dalam

campuran baja karbon kurang dari 0,3% C. Baja ini bukan baja yang keras

karena kandungan karbonnya yang rendah kurang dari 0,3% C. Baja karbon

rendah tidak dapat dikeraskan karena kandungan karbonnya tidak cukup untuk

membentuk struktur martensit(Amanto, 1999).

Berdasarkan kandungan karbonnya baja karbon rendah dapat dibagi

menjadi empat bagian:

1. Baja karbon rendah mengandung 0,04% C digunakan untuk plat-plat strip.

2. Baja karbon rendah mengandung 0,05% C digunakan pada badan

kenderaan.

9
3. Baja karbon rendah mengandung 0,05 – 0,25% C digunakan untuk

konstruksi jembatan dan bangunan.

4. Baja karbon rendah mengandung 0,05 – 0,3% C digunakan untuk baut,

paku keling.

2. Baja karbon menengah

Baja karbon sedang / menengah mengandung karbon 0,3 - 0,6% C

(medium carbon steel) dan dengan karbonnya memungkinkan baja untuk

dikeraskan sebagian dengan perlakuan panas (heat treament) yang sesuai. Baja

karbon sedang lebih keras serta lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon

rendah [Amanto, 1999].

Baja karbon menengah memiliki ciri khas sebagai berikut:

1. Lebih kuat dari baja karbon rendah.

2. Tidak mudah dibentuk dengan mesin.

3. Lebih sulit dilakukan untuk pengelasan.

4. Dapat dikeraskan (quenching) dengan baik.

Berdasarkan kandungan karbon, baja karbon menengah terbagi atas:

1. Baja karbon menengah mengandung 0,35 – 0,45% C digunakan

untuk roda gigi, poros.

2. Baja karbon menengah mengandung 0,4% C digunakan untuk

keperluan industri dalam hal kenderaan seperti baut dan mur, poros

engkol dan batang torak.

3. Baja karbon menengah mengandung 0,5% C digunakan untuk roda

gigi dan clamp.

10
4. Baja karbon menengah mengandung 0,5 – 0,6% C digunakan untuk

pegas.

3. Baja karbon tinggi

Baja karbon tinggi mengandung karbon 0,6 - 1,5% C dan memiliki

kekerasan tinggi namun keuletannya lebih rendah, hampir tidak diketahui jarak

tegangan ultimate dengan tegangan leleh pada grafik tegangan regangan.

Berkebalikan dengan baja karbon rendah, pengerasan dengan perlakuan panas

pada baja karbon tinggi tidak memberikan hasil yang optimal dikarenakan

terlalu banyaknya martensit sehingga membuat baja menjadi getas.

Baja karbon tinggi memiliki sebagai berikut:

1. Kuat sekali.

2. Sangat keras dan getas/rapuh.

3. Sulit dibentuk mesin.

4. Mengandung unsur sulfur ( S ) dan phosfor ( P ).

5. Mengakibatkan kurangnya sifat liat.

Baja karbon memiliki titik leleh yang jelas, penambahan persentase karbon

dapat menaikkan tegangan leleh tetapi mengurangi daktilitas, sehingga lebih sukar

dilas. Pengelasan yang ekonomis dan memadai dengan tanpa pemanasan awal,

pemanasan akhir, atau elektroda las khusus umumnya hanya dapat dicapai bila

kandungan karbon tidak lebih dari 0,30 %.

11
2.3.2 BAJA PADUAN RENDAH KEKUATAN TINGGI

Baja paduan rendah kekuatan tinggi mempunyai tegangan leleh sekitar 270

sampai 480 N/mm2. Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur

paduan seperti chrom, columbium, tembaga, mangan. Molybdenum, nikel, fosfor,

vanadium atau zirconium, agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja

karbon mendapatkan kekuatan dengan menaikkan kandungan karbon, unsur paduan

menaikkan kekuatan dengan memperhalus mikrostuktur yang terjadi selama

pendinginan baja.

2.3.3 BAJA PADUAN

Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih

dengan kadar yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon. Baja

paduan memiliki tegangan leleh sekitar 550 sampai 760 N/mm2. Baja ini dapat dilas

dengan prosedur yang sesuai, dan biasanya tidak memerlukan perlakuan panas

setelah dilas. Perlakuan panas terdiri dari pencelupan (pendinginan yang cepat

dengan air atau minyak dengan suhu antara 900 oC sampai 250 oC) kemudian baja

dipanasi kembali dengan suhu minimal 620 oC dan dibiarkan dingin. Pemanasan

ulang, walaupun mengurangi kekuatan dan kekerasan bahan yang tercelup, sangat

bermanfaat untuk menaikkan keliatan (toughness) dan daktilitas. Pengurangan

kekuatan dan kekerasan akibat kenaikan suhu diperkecil dengan pengerasan

(hardening) kedua akibat pengendapan senyawa karbon dan columbium, titanium

atau vanadium yang halus. Secara ringkas, pencelupan menghasilkan martensit, yaitu

mikrostruktur yang sangat keras, kuat dan getas. Pemanasan kembali mengurangi

sedikit kekuatan dan kekerasan tetapi menaikkan keliatan dan daktilitas.

12
Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua

golongan yaitu baja paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur

paduannya di bawah 10% sedangkan baja paduan tinggi di atas 10%.

Berdasarkan strukturnya baja paduan dapat diklasifikasikan dalam:

a. Baja pearlit (sorbit dan troostit)

Unsur-unsur paduan relatif kecil maximum 5% Baja ini mampu dimesin, sifat

mekaniknya meningkat oleh heat treatment (hardening &tempering)

b. Baja martensit

Unsur pemadunya lebih dari 5 %, sangat keras dan sukar dimesin

c. Baja austenit

Terdiri dari 10 – 30% unsur pemadu tertentu (Ni, Mn atau CO) Misalnya : Baja

tahan karat (Stainless steel), nonmagnetic dan baja tahan panas (heat resistant

steel).

d. Baja ferrit

Terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si) tetapi karbonnya

rendah. Tidak dapat dikeraskan.

e. Karbid atau ledeburit

Terdiri sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbid (Cr, W, Mn, Ti, Zr).

Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya, baja paduan juga diklasifikasikan

dalam:

a. Baja konstruksi (structural steel)

Dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung persentase unsur

pemadunya, yaitu baja paduan rendah (maksimum 2 %), baja paduan menengah

13
(2- 5 %), baja paduan tinggi (lebih dari 5 %). Sesudah di-heat treatment baja

jenis ini sifat-sifat mekaniknya lebih baik dari pada baja karbon biasa.

b. Baja perkakas (tool steel)

Dipakai untuk alat-alat potong, komposisinya tergantung bahan dan tebal

benda yang dipotong/disayat,kecepatan potong, suhu kerja. Baja paduan jenis ini

dibedakan lagi menjadi dua golongan, yaitu baja perkakas paduan rendah

(kekerasannya tak berubah hingga pada suhu 250 °C) dan baja perkakas paduan

tinggi (kekerasannya tak berubah hingga pada suhu 600°C). Biasanya terdiri dari

0,8% C, 18% W, 4% Cr, dan 1% V, atau terdiri dari 0,9% C, 9 W, 4% Cr dan 2-

2,5% V.

c. Baja dengan sifat fisik khusus

Dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu baja tahan karat (mengandung

0,1-0,45% C dan 12-14% Cr), baja tahan panas (yang mengandung 12-14% Cr

tahan hingga suhu 750-800oC, sementara yang mengandung 15-17% Cr tahan

hingga suhu 850-1000oC), dan baja tahan pakai pada suhu tinggi (ada yang

terdiri dari 23-27% Cr, 18-21% Ni, 2-3% Si, ada yang terdiri dari 13-15% Cr,

13-15% Ni, yang lainnya terdiri dari 2-2,7% W, 0,25-0,4% Mo, 0,4-0,5% C).

d. Baja paduan istimewa

Baja paduan istimewa lainnya terdiri 35-44% Ni dan 0,35% C,memiliki

koefisien muai yang rendah yaitu :

 Invar : memiliki koefisien muai sama dengan nol pada suhu 0 – 100 °C,

digunakan untuk alat ukur presisi.

 Platinite : memiliki koefisien muai seperti glass, sebagai pengganti platina.

14
 Elinvar : memiliki modulus elastisitas tak berubah pada suhu 50°C sampai

100°C. Digunakan untuk pegas arloji dan berbagai alat ukur fisika.

e. Baja Paduan dengan Sifat Khusus

 Baja Tahan Karat (Stainless Steel)

Sifatnya antara lain:

– Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan

– Tahan temperature rendah maupun tinggi

– Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil

– Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus

– Tahan terhadap oksidasi

– Kuat dan dapat ditempa

– Mudah dibersihkan

– Mengkilat dan tampak menarik

Baja paduan merupakan campuran dari baja dan beberapa jenis logam

lainnya dengan tujuan untuk memperbaiki sifat baja karbon yang relatif mudah

berkarat dan getas bila kadar karbonnya tinggi. Selain itu, penambahan unsur

paduan juga bertujuan untuk memperbaiki sifat mekanik diantaranya:

 Kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan

bentuk di bawah tekanan. Penambahan logam (Ni, Cr, Molibdenum) dengan

komposisi sesuai akan menambah kekuatan baja, sebab Ni dan Cr yang

ditambahkan akan masuk ke susunan atom dan menggantikan berapa atom C.

Penambahan tersebut dapat meningkatkan kekuatan sampai lima kali lipat.

15
 Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk

semula setelah pembebanan ditiadakan atau dilepas. Modulus elastisitas

merupakan indikator dari sifat elastis. Adanya penambahan logam pada baja akan

meningkatkan kemampuan elastisitasnya dengan nilai modulus elastisitas yang

lebih besar dari sebelumnya.

 Batas mulur (Plastisitas)

Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk berubah bentuk secara

permanen setelah diberi beban. Logam yang ditambahkan berupa nikel, vanadium,

titanium, tungsten, chrome dsb akan meningkatkan nilai batas mulur. Hal tersebut

disebabkan dengan penambahan logam yang memiliki batas mulur tinggi akan

menghasilkan baja paduan yang batas mulurnya tinggi pula.

 Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu material untuk menahan tarikan

dua gaya yang saling berlawanan arah dan segaris. Logam Ni dan Cr merupakan

bahan yang biasa ditambahkan untuk meningkatkan kemampuan menahan tarikan,

selain sebagai penambah kekuatan tekan.

 Keuletan

Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk diregang atau ditekuk

secara permanent tanpa mengakibatkan pecah atau patah. Baja dengan kandungan

karbon rendah memiliki keuletan yang tinggi, sehingga dengan paduan logam lain

kadar karbonnya akan turun. Selain itu, kandungan fosfor pada baja paduan yang

rendah akan meningkatkan keuletannya.

16
 Tahan aus

Tahan aus merupakan paduan logam yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan tahan aus diantaranya nikel, chrom, dan vanadium.

2.4 KOROSI DAN PENCEGAHAN KOROSI

Korosi dapat kita artikan sebagai pencernaan logam oleh keadaan sekitar.

Keadaan sekitar ini adalah mungkin udara lembab, bahan kimia, air laut, gas dan

sebagainya. Oleh korosi, logam berubah ke dalam garamnya, oksida atau hidro-

oksida. [Beumer, B.J.M., 1994]

Bentuk-bentuk korosi yaitu:

1. Korosi menyeluruh

Pada korosi menyeluruh logam dicerna pada seluruh permukaan

2. Korosi setempat atau korosi bopeng

Bentuk korosi ini mencerna logam setempat, sehingga pada umumnya

muncul bopeng-bopeng kecil dalam bahan.

3. Korosi antar garis-hablur

Korosi dalam garis-hablur terjadi sepanjang batas-hablur. Sebagai

akibatnya hablur-hablur terlepas satu sama lain. Bentuk korosi ini sangat

berbahaya, oleh karena dari luar tidak nampak.

Untuk mencegah terjadinya korosi ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu:

1. Minyak dan gemuk

Melapisi dengan lapisan minyak atau lapisan gemuk dapat dilaksanakan

dengan menggunakan kuas atau dengan jalan pencelupan. Penggunaanya

terdapat pada bagian-bagian mesin dan perkakas tertentu.

17
2. Bitumen

Bitumen adalah produk minyak bumi. Bitumen dapat diterapkan dengan kuas,

dengan mencelupkan atau menuangkan.

Lapisan bitumen tidak kuat dan oleh karena itu sering diperkokoh dengan

lapisan tali goni. Bitumen digunakan pada tangki minyak, saluran gas dan

saluran air dan kabel saluran listrik di dalam tanah.

3. Plastik

Penerapan lapisan plastik dapat dilaksanakan dengan beberapa cara. Hanya

plastik termoplastis dan poli-ester dengan mempertimbangkan praktis adalah

jenis yang dapat digunakan.

Plastik termoplastis dapat dilumerkan, lalu produk yang harus dilindungi

dicelupkan atau dituangkan.

Poli-ester dapat diterapkan dengan kuas, dengan disiram atau dengan

mengunakan penyemprot.

Lapisan plastik yang diterapkan, tidak kuat dan digunakan untuk melindungi

perkakas, contohnya pahat, frais, bor dan sebagainya.

4. Email

Email terdiri dari campuran kwarsa, felspar boraks dan zat-zat lain. Produk

dilapis dengan email dan selanjutnya dipanaskan dalam oven. Lapisan email

mudah rusak, biasanya digunakan untuk alat rumahtangga.

5. Fosfat

Produk digantungkan dalam cairan persenyawaan fosfat yang dilumerkan.

Oleh karena itu permukaan produk dari baja diubah menjadi fosfat besi dan

diatasnya dapat melekat fosfat lainnya dari cairan. Cara yang demikian kita

18
sebut difosfatkan, diparkerisasikan, diatramentasikan atau dibonderisasikan.

Memfosfatkan tidak memberi daya tahan korosi tetap oleh karena itu pada

umumnya dipergunakan sebagai lapisan dasar untuk lapisan cat.

6. Oksida

Melalui jalan elektrolitis diatas aluminium dapat diterapkan satu lapisan

oksida. Untuk kerperluan itu produk aluminium digantung dalam cairan

elektrolitis. Cairan ini pada umumnya adalah suatu larutan asam belerang

dalam air. Jikalau setelah itu kita hubungkan kutub positif dari sumber

tegangan dengan produk dan kutub negatif dari sumber tegangan dengan

pelat titan yang digantungkan dalam carian, maka air memisahkan diri

menjadi zat asam dan zat air. Zat asam yang dibebaskan bersenyawa dengan

aluminium dan membentuk oksida-aluminium menurut:

4 Al + 3O2 → 2 Al3 O3

19
2.5 UNSUR-UNSUR YANG BERPENGARUH PADA BAJA

Tabel 2.1 unsur-unsur dalam baja.

Unsur Pengaruh

Boron Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras tanpa mengurangi


kemampu bentukannya dan kemampuan untuk diproses
pemesinan (tak jarang juga meningkatkan dua sifat tersebut).

Calcium Deoksidasi baja, meningkatkan ketangguhan, dan meningkatkan


kemampu bentukan serta kemampuan untuk diproses pemesinan.

Carbon Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras, kekerasan,


kekuatan, dan ketahanan terhadap aus. Mengurangi keuletan,
kemampuan untuk dilas, dan ketangguhan.

Cerium Mengontrol bentuk dari inklusi dan meningkatkan ketangguhan


pada baja karbon rendah, serta meng-deoksidasi baja.

Chromium Meningkatkan ketangguhan, kemampuan untuk diperkeras,


ketahanan terhadap aus dan korosi, dan tahan terhadap
temperatur tinggi.

Cobalt Meningkatkan kekuatan dan kekerasan pada temperatur yang


meningkat.

Copper Meningkatkan ketahanan terhadap korosi atmosfer dan


meningkatkan kekuatan dengan sedikit ‘mengorbankan’
keuletannya.

Lead Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan.

Magnesium Mempunyai pengaruh yang sama dengan Cerium.

Manganese Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras, kekuatan,


ketahanan terhadap abrasi, dan kemampuan untuk diproses
pemesinan. Meng-deoksidasi baja cair, dan mengurangi
kemampuan untuk dilas.

20
Molybdenum Meningkatan kemampuan untuk diperkeras, ketahanan terhadap
aus, ketangguhan, kekuatan terhadap kenaikan temperatur,
ketahanan terhadap mulur, dan kekerasan.

Nickel Meningkatkan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan terhadap


korosi, serta kemampuan untuk diperkeras.

Niobium Memberikan ukuran butir yang terbaik, dan meningkatkan


kekuatan, serta ketangguhan terhadap beban impak. Menurunkan
temperatur transisi dan kemampuan untuk diperkeras.

Phoporus Meningkatkan kekuatan, kemampuan untuk diperkeras, ketahana


terhadap korosi, dan kemampuan untuk diproses pemesinan.
Sangat berpengaruh pada penurunan keuletan dan ketangguhan.

Selenium Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan.

Silicon Meningkatkan kekuatan, kekerasan, ketahanan terhadap korosi,


dan konduktivitas elektrik. Menurunkan kemampuan untuk
diproses pemesinan dan kemampu bentukan pada kondisi dingin.

Sulfur Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan ketika


dikombinasi dengan Manganese. Menurunkan kekuatan impak
dan keuletan.

Tantalum Mempunyai pengaruh yang sama dengan Niobium.

Tellurium Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan, kemampu


bentukan, dan ketangguhan.

Titanium Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras. Meng-deoksidasi


baja.

Tungsten Mempunyai pengaruh yang sama dengan Cobalt.


(Wolfram)

21
2.6 PROSES PEMBUATAN TULANGAN BAJA

PT. PUTRA BAJA DELI merupakan sebuah perusahaan yang bisa dikatakan

masih baru dalam hal ini. Dalam pembuatan tulangan baja, PT. PUTRA BAJA DELI

menggunakan sistem hot rolling dan juga menggunakan sebuah teknologi baru yaitu

Tempcore Quenching System, untuk meningkatkan mutu dari baja itu sendiri.

Teknologi ini sendiri digunakan untuk menaikan kekuatan baja tulangan dengan cara

yang lebih efisien dan relatif murah daripada dibandingkan dengan penambahan

unsur karbon atau pun unsur-unsur lain untuk menaikan kekuatan baja tulangan itu

sendiri.

Dalam proses pembuatan tulangan baja, ada beberapa proses yang harus dilalui yaitu:

1. BILLET

Disini PT. PUTRA BAJA DELI mengimport bahan baku baja batangan

berupa balok. Dimana baja batangan ini berasal dari import, ada pun ukuran

dari billet yang diimport yaitu 120 x 120 x 12000 mm.

2. Pengecekan kualitas tahap 1

Pengecekan kualitas tahap 1 berupa pengecekan komposisi dari baja yang

diimport. Bila komposisi baja yang dicek tidak sesuai dengan permintaan,

maka bahan baku ditolak untuk digunakan.

3. Furnace

Furnace/tungku berfungsi untuk memanaskan baja batangan sampai baja

tersebut layak untuk dibentuk, untuk pembentukannya digunakan uap panas

dari pembakaran batu bara atau bahan bakar minyak. Didalam furnace ini

terdapat 2 tahapan yaitu:

22
a) Zona Heating

Zona heating merupakan zona dimana baja batangan yang bersuhu normal

(30oC) dipanaskan hingga mencapai suhu ± 800 oC.

b) Zona Soaking

Zona Soaking merupakan zona lanjutan dari zona Heating dimana

baja sudah bersuhu ± 800 oC dipanaskan lagi hingga mencapai suhu ±

1200 oC, bila sudah mencapai suhu tersebut maka baja batangan akan

dikeluarkan dari Furnace.

Namun sebelumnya, baja batangan harus dipotong dengan panjang

yang didefinisikan dengan ukuran produk yang diinginkan, umumnya ±

3 meter sebelum dimasukan kedalam furnace. PT. PUTRA BAJA DELI

memiliki 2 furnace, furnace I dan furnace II memiliki kapasitas ± 55 ton

dan juga pemanasan berlangsung selama ± 3 jam untuk pencapaian suhu

± 1200 oC.

4. Rolling

Rolling disini juga bisa diartikan dengan proses pembentukan baja tulangan,

dimana baja batangan yang berukuran 120 x 120 akan dibuat menjadi

diameter yang diinginkan, semakin kecil diameter yang diinginkan maka

akan semakin banyak pass yang akan dilewati.

Beberapa fase/tahapan yang akan dilalui yaitu:

a. Roughing

b. Intermediate

c. Finishing

23
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana pada bagian terakhir ini

dilakukan pencetakan kode maupun merek dari PT PUTRA BAJA DELI.

d. Tempcore Quenching System

Di bagian ini, baja tulangan diberikan tekanan air pada seluruh

permukaan tulangan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan baja

dari baja terutama kuat tarik baja. Sistem ini harus dipakai terutama untuk

standar ekspor. Penggunaan sistem ini diharapkan akan lebih efisien dan

ekonomis daripada harus menggunakan penambahan unsur karbon

ataupun unsur-unsur lain untuk meningkatkan kekuatan baja tulangan itu

sendiri.

e. Cooling bed

Tempat ini bertujuan untuk menurunkan suhu baja setelah melalui

proses pembentukan. Di tempat ini suhu baja sudah menurun tapi belum

mencapai suhu normal dan pada biasanya panjang baja tulangan yang

diperoleh berkisar ± 37 meter atau ± 49 meter, tergantung pada diameter

tulangan yang dibentuk.

5. Pengecekan kualitas tahap 2

Pengecekan kualitas tahap 2 berupa pengambilan 3 sampel secara acak setiap

20 menit proses produksi. 3 sampel yaitu bagian atas, bagian tengah dan

bagian akhir. Lalu sampel ini akan dilakukan uji tarik dan uji bending,

apabila hasil test tidak memenuhi syarat maka semua hasil produksi selama

20 menit akan dibuang kedalam tempat daur ulang.

24
6. Packing

Baja tulangan yang sudah melalui pengecekan kualitas tahap 2, maka sudah

dikategorikan sebagai barang yang siap dipakai atau diekspor. Sebelum

dipacking, tulangan akan diberi warna sesuai dengan ketentuan pada SNI.

Tulangan baja yang tidak diberi warna merupakan tulangan baja yang bukan

SNI. Setelah itu, tulangan akan dipacking dalam per bundel. 1 bundel

biasanya seberat 2,5 ton sampai 3 ton yang terdiri dari 25 ikat atau sesuai

dengan besarnya diameter.

7. Pengecekan kualitas tahap 3

Pengecekan kualitas tahap 3 hanya berupa pengecekan panjang dan isi setiap

bundel, apabila ada yang tidak sesuai maka akan dipacking ulang.

Untuk mendapatkan 1 tulangan baja, diperkirakan harus melalui proses

tersebut selama ± 1 menit. Semakin kecil diameter tulangan yang diinginkan, maka

jumlah pass dari rolling tersebut akan bertambah banyak dan waktunya akan lebih

lama. Untuk D19 dan D25, hanya melalui proses sebanyak 14 pass dari rolling di

atas.

Menurut SNI, panjang 1 tulangan baja adalah 12 meter, sehingga tulangan

baja pada cooling bed harus dipotong namun sesuai dengan aturan yaitu, bagian

kepala maupun bagian ekor hasil proses pembentukan di atas harus dipotong untuk

dibuang sepanjang 20 hingga 30 cm, karena pada bagian tersebut bentuk dari

tulangan tidak sempurna.

25
Dalam 1 shift proses pembuatan tulangan baja berlangsung selama 10 jam

dan dapat menghabiskan bahan baku sebanyak ± 120 ton. Dan untuk proses

pengecekan kualitas tahap 2 berlangsung setiap 20 menit yang dapat menghabiskan

bahan baku sebesar 6 hingga 7 ton.

PT. Putra Baja Deli menggunakan sistem tempcore quenching machine

dikarena dapat meningkatkan kuat tarik baja dengan biaya produksi yang relatif lebih

murah karena untuk meningkatkan mutu dan kuat tarik baja umumnya dilakukan

penambahan unsur karbon yang disebut sitem microalloy namun dalam hal biayanya

sendiri adalah relatif lebih mahal sehingga akan mempengaruhi biaya produksi dan

harga dari produk itu sendiri.

Sistem tempcore dan system micro alloy memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing – masing. Pada sistem tempcore memiliki keunggulan pada

biaya produksi yang rendah dan mendapatkan mutu baja yang tinggi dengan hanya

menggunakan tekanan air. Namun sistem ini akan membuat tulangan baja terlihat

seperti memiliki 2 lapisan yaitu lapisan martensite dan lapisan ferrite yaitu inti

tulangan baja yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

26
Gambar 2.1 Proses Berlangsungnya Tempcore

Sistem tempcore ini membuat lapisan canai atau lapisan permukaan tulangan

baja menjadi keras seketika akibat dari perubahan suhu secara mendadak yang

disebabkan dari tekanan air. Sitem ini akan semakin efektif digunakan untuk

diameter tulangan yang semakin besar pula. Namun pada inti dari tulangan ini

tidaklah sekeras seperti pada lapisan permukaannya. Hal ini membuat keraguan akan

mutu baja yang dihasilkan. Namun sesuai dengan aturan yang ada, pengujian mutu

baja didasarkan pada tulangan baja utuh, bukan dengan menghilangkan atau

membubut bagian lapisan permukaannya. Sistem ini dapat membuat menghasilkan

tulangan baja yang memiliki karakteristik lentur dan pengelasan yang baik.

Sistem micro alloy merupakan sistem penambahan karbon yang memiliki

batasan maksimum akan nilai karbon equivalen yaitu 0,44. Sistem ini akan membuat

tulangan baja memiliki mutu yang tinggi namun sebaliknya membuat biaya produski

yang tinggi. Sistem ini akan membuat tulangan baja menjadi homogen dengan

27
kekuatan tarik pada setiap lapisan adalah sama, tidak seperti tempcore yang memiliki

inti yang berbeda dengan lapisan luarnya. Namun, sistem ini lebih diusungkan untuk

keefektifan diameter kecil yaitu di bawah 16 mmm. Untuk karakteristik tulangan

baja hasil dari sistem micro alloy ini adalah membuat kemampuan meregang

(elongation), pembengkokan dan pengelasan semakin menurun karena unsur karbon

membuat tulangan baja ini semakin daktail.

Untuk sekarang ini, dua sistem inilah yang umum dipakai di pabrik

pembuatan tulangan baja utnuk meningkatkan kekuatan mutu dan karakteristik

tulangan baja itu sendiri. Ada yang menggunakan sistem tempcore seperti PT. Putra

Baja Deli, ada yang menggunakan sistem penambahan karbon seperti Krakatau Steel

dan ada pula yang menggunakan keduanya yaitu PT. Growth Sumatera.

28
BILLET

QC1

CUTTING
SCRAP BILLET
STORAGE

FURNACE

MISSED ROLLED & CROP HEAD


ROLLING

INFORM
TO
READJUST
QC2

MISSED ROLLED & CROP HEAD


PACKING

REPACKING

FINISH GOOD
WAREHOUSE

GAMBAR 2.2 Bagan Pembuatan Tulangan Baja

29
2.7 CARA PENGAMBILAN SAMPEL

Dalam pengambilan sampel, juga harus diperhatikan bagian mana dan jumlah

sampel yang harus diambil. Menurut [----,SNI 2002] pada halaman 7, pengambilan

sampel harus secara acak, setiap kelompok yang terdiri lebih dari satu nomor leburan

dari satu ukuran dan satu kelas baja yang sama, diambil 1 (satu) contoh uji setiap 25

(dua puluh lima) ton sebanyak-banyaknya 5 (lima) contoh. Pemotongan sampel tidak

boleh dengan cara panas dan panjang sampel maksimum 1,5 m.

Namun dari PT. PUTRA BAJA DELI sendiri, mereka mengambil 3 (tiga)

sampel setiap 20 menit proses produksi, diasumsikan setiap 20 menit dapat

menghabiskan ±6 ton bahan baku. Dan pengambilan sampel ini juga acak, dengan

bagian-bagian yang diambil adalah bagian kepala, tengah dan ekor, namun bagian-

bagian ini diambil bukan dari satu batang tulangan baja, melainkan 3 tulangan baja

yang berbeda.

2.8 DISTRIBUSI NORMAL

Dalam suatu penelitian, pasti akan digunakan suatu metode penyelesaian,

dalam hal ini saya menggunakan metode distribusi normal atau distribusi gauss [E.

Walpole Ronald, 1997]. Distribusi normal merupakan Salah satu distribusi frekuensi

yang paling penting dalam statistika. Distribusi normal berupa kurva berbentuk

lonceng setangkup yang melebar tak berhingga pada kedua arah positif dan

negatifnya. Penggunaanya sama dengan penggunaan kurva distribusi lainnya.

Frekuensi relatif suatu variabel yang mengambil nilai antara dua titik pada sumbu

datar. Tidak semua distribusi berbentuk lonceng setangkup merupakan distribusi

normal.

30
Nilai peluang peubah acak dalam distribusi peluang normal dinyatakan dalam

luas dari di bawah kurva berbentuk genta atau lonceng (bell shaped curve) seperti

gambar 2.1. Kurva maupun persamaan normal melibatkan nilai x, μ dan σ.

Keseluruhan kurva akan bernilai 1, ini mengambarkan sifat peluang yang tidak

pernah negatif dan maksimal bernilai satu.

a  b

Gambar 2.3 Kurva Normal

Pa  X  b   f (x)dx
a

Macam-macam kurva:

1. Kurva berbentuk genta (= Md= Mo)

2. Kurva berbentuk simetris

3. Kurva normal berbentuk asimptotis

4. Kurva mencapai puncak pada saat X= . Luas daerah di bawah kurva adalah 1, ½

di sisi kanan nilai tengah dan ½ di sisi kiri.

31
Sifat-sifat distribusi normal:

1. Grafiknya selalu ada diatas sumbu datar x.

2. Bentuknya simetrik terhadap x = µ.

3. Mempunyai satu modus, jadi kurva unimodal, tercapai pada x = µ sebesar

0,3989/σ.

4. Grafiknya mendekati (berasimtootkan) sumbu datar x, mulai dari x = µ + 3 σ ke

kanan dan x = µ + 3 σ kekiri.

5. Luas daerah grafik selalu sama dengan satu unit persegi.

Setiap pasang µ dan σ, sifat-sifat diatas selalu terpenuhi, hanya bentuk

kurvanya saja yang berlainan. Jika σ makin besar kurvanya makin rendah dan

sebaliknya. Distribusi normal bersifat kontinu maka cara perhitungan probabilitasnya

dilakukan dengan jalan menentukan luas dibawah kurva, tetapi karena fungsi

frekuensi normal tidak memiliki integral yang sederhana sehingga probabilitasnya

dihitung dengan menggunakan distribusi normal standar dimana variabel randomnya

ialah Z dengan rata-rata µ = 0 dan simpangan baku σ = 1. [E. Walpole Ronald, 1997]

Probabilitas kontinu yang terpenting di bidang statistik adalah distribusi normal.

Grafiknya disebut kurva normal, berbentuk lonceng seperti gambar (2.2) Distribusi

ini ditemukan Karl Friedrich (1777-1855) yang juga disebut distribusi Gauss. Pada

gambar (2.3) melukiskan beberapa kurva yang mempunyai mean sama tetapi

standart deviasi bebeda, gambar (2.4) melukiskan kurva normal dengan

simpangan baku yang sama tapi rata-rata berbeda. Gambar (2.5) melukiskan kurva

normal dengan mean dan standart deviasi yang berbeda.

32
Jenis-jenis kurva distribusi normal menurut [E. Walpole Ronald, 1997]

1) Distribusi kurva normal dengan  sama dan  berbeda.

Terlihat kedua kurva mempunyai titik tengah yang sama pada sumbu datar,

tapi kurva dengan simpangan baku yang lebih besar tampak lebih rendah dan

lebih melebar. Perhatikan bahwa luas dibawah kurva-peluang harus sama dengan

1 sehingga bila kumpulan data makin berbeda maka makin rendah dan melebar

pula kurvanya.

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
m

Mesokurtic Platykurtic Leptokurtic

Gambar 2.4 Kurva Normal dengan  Sama dan  Berbeda

2) Distribusi kurva normal dengan  berbeda dan  sama.

Terlihat kedua kurva bentuknya persis sama tapi titik tengahnya terletak di

tempat yang berbeda di sepanjang sumbu datar.

33
Gambar 2.5 Kurva Normal dengan  Berbeda dan  Sama

3) Distribusi kurva normal dengan  dan  berbeda.

Jelas keduanya mempunyai letak titik tengah yang berlainan pada sumbu

datar dan bentuknya mencerminkan 2 nilai  yang berlainan.

85 850

Gambar 2.6 Kurva Normal dengan  dan  Berbeda

Kurva distribusi normal dipengaruhi oleh rata-rata (μ) dan simpangan baku

(σ). Jika rata-rata besar dan simpangan baku besar maka kurvanya makin rendah

(platikurtik). Jika rata-rata dan simpangan baku kecil maka kurvanya makin tinggi

(leptokurtik). Suatu variabel acak kontinu X yang memiliki distribusi berbentuk

lonceng (variabel acak normal). Bentuk dan ketinggian kurva sangat tergantung pada

nilai-nilai μ dan σ.

34
[E. Walpole Ronald] Untuk mencari μ dan σ adalah dengan rumus:


𝜇𝜇; 𝑥𝑥̅ = 𝑥𝑥
𝑛𝑛

∑(𝑥𝑥𝑖𝑖 − 𝑥𝑥̅ )2
σ=�
𝑛𝑛 − 1

Dimana:

𝑥𝑥̅=𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟−𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑠𝑟𝑠𝑠𝑠𝑠σ=standart

deviasi

�𝑥 = 𝑗𝑠𝑟ℎ 𝑛𝑖𝑠𝑟 𝑠𝑟𝑠

𝑛 = 𝑠𝑟𝑠

35

Anda mungkin juga menyukai