TRANSFORMASI
ferrit
723 (A1)
600
ferrit perlit + perlit +
perlit ledeburit + sementit ledeburit + sementit
sementit
400
ferrit + sementit
200
0,8 1
Fe
2,0 3 4 4,3 5 6 6,67
hipo hiper hipo hiper % berat karbon
eutektoid eutektoid eutektik eutektik
-9-
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
ekuilibrium. Karena itu ada dua macam sistem diagram fase Besi - Karbon, Diagram Fase Stabil
(Fe Grafit) dan Diagram Fase Metastabil (Fe Fe3C), keduanya terlihat pada Gambar 2.1.
Diagram Fase Fe Grafit dipergunakan dalam membahas Besi Tuang Kelabu, sedang untuk
Baja (dan Besi Tuang Putih) digunakan Diagram Fase Fe Fe3C.
Dari Diagram Fase Fe - Fe3C tampak bahwa antara karbida besi Fe3C (sementit) dengan
larutan padat (austenit) dapat membentuk campuran eutektik (ledeburit) dengan kadar karbon
sekitar 4,3 % (reaksi eutektik terjadi pada sekitar 1130 oC), dan dengan larutan padat (ferrit)
membentuk campuran eutektoid (perlit) dengan kadar karbon sekitar 0,8 % (reaksi eutektoid
terjadi pada sekitar 723 oC). Struktur perlit terdiri dari lamel-lamel ferit dan sementit berselang-
seling.
Dari diagram itu juga tampak bahwa paduan dengan kadar karbon lebih dari 2 % akan
terdiri dari sejumlah eutektik (ledeburit). Eutektik ini bersifat getas, karenanya paduan ini juga
getas, sehingga tidak dapat dikerjakan dengan cara lain selain dengan penuangan kemudian
dimachining), karena itu paduan dengan komposisi ini dinamakan besi tuang.
Paduan dengan kadar karbon dibawah 2 % mempunyai sifat lebih ulet, dapat dibentuk
dengan berbagai proses pembentukan, dinamakan baja. Sifat baja banyak tergantung pada
kadar karbonnya, makin tinggi kadar karbonnya, baja itu makin kuat, makin keras tetapi juga
makin getas. Ini terjadi karena perbedaan strukturmikronya. Pada kadar karbon yang sangat
rendah semua karbon dapat larut di dalam besi , strukturmikro seluruhnya ferit (tidak tampak
adanya perlit, Gambar 2.2, 0,06 %C), sangat lunak dan ulet, kekuatannya rendah.
Bila kadar karbon dalam baja itu sedikit lebih tinggi dari kemampuan besi melarutkan
karbon, maka karbon yang tidak dapat larut dalam besi itu akan menjadi sementit dan
merupakan bagian dari perlit. Baja ini disebut baja hypo-eutektoid, strukturnya terdiri dari butir-
butir kristal ferit dan perlit. Di bawah mikroskop perlit tampak berwarna hitam/kelabu (pada
pembesaran rendah), sedang ferit putih. Makin tinggi kadar karbonnya, makin banyak karbon
yang tidak dapat larut makin banyak sementit, makin banyak perlitnya (Gambar 2.2., 0,13 s/d
0,62 %C), kekerasan dan kekuatan makin tinggi, juga makin getas.
- 10 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Pada 0,8 %C (komposisi eutektoid) struktur seluruhnya perlit. Perlit terdiri dari lamel-
lamel ferit dan sementit berselang-seling (Gambar 2.2., 0,82 %C). Ferit sangat lunak dan ulet
sedang sementit keras dan getas. Kombinasi ini menghasilkan struktur yang lebih kuat dan
keras, tetapi lebih getas (dibandingkan dengan ferit). Karena itu pada baja makin banyak
perlitnya (makin tinggi kadar karbonnya) makin kuat dan keras baja itu, tetapi juga semakin
berkurang keuletannya. Kenaikan kekuatan dengan naiknya kadar karbon berlaku sampai
komposisi eutektoid, 0,8 %C.
Bila kadar karbon lebih dari komposisi eutektoid (baja hypereutektoid), baja
mengandung karbon lebih tinggi dari yang diperlukan untuk membentuk perlit, maka akan ada
sebagian karbon yang berupa sementit, yang "membungkus" butir kristal perlit, disebut jaringan
sementit (Gambar 2.2. 1,3 %C)
- 11 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Jaringan sementit ini menyebabkan baja menjadi keras dan getas, dan kekuatannya
sedikit menurun (dibandingkan dengan baja eutektoid). Hubungan antara kadar karbon,
strukturmikro, sifat mekanik dan penggunan baja ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Tabel 2.1. Daftar nama istilah dan struktur yang terdapat dalam Diagram Fase Fe-Fe3C
No. Items Keterangan
1. A1 Temperatur eutektoid
2. A3 Temperatur transformasi dan sebaliknya
3. A4 Temperatur transformasi dan sebaliknya
3. Acm Batas kelarutan karbon dalam besi di atas iru semua karbon larut dalam , di
bawahnya ada sebagian karbon keluar dari , menjadi sementit.
4. Austenit Larutan padat karbon dalam besi
5. Ferrit Larutan padat karbon dalam besi
6. Grafit Salah satu bentuk allotropi dari karbon, paling stabil, getas
7. Ledeburit Struktur eutektik terjadi pada temperatur eutektik (1130 oC), terdiri dari austenit
dan sementit berselang-seling
8. Perlit Struktur eutektoid, terbentuk pada temperatur A1, terdiri dari dari lamel-lamel
sementit dan ferrit, berlapis-lapis (88 % ferrit, 12 % sementit)
9. Sementit Karbida besi Fe3C, sangat keras dan getas
CE pada Gambar 2.4). Sehingga pada saat mencapai temperatur A1 komposisi sisa austenit
mencapai komposisi eutektoid dan sisa austenit ini akan bertransformasi menjadi perlit, sedang
ferit yang sudah terbentuk sebelumnya (ferit proeutektoid) tidak lagi mengalami perubahan.
Struktur setelah transformasi selesai terdiri dari butiran-butiran kristal ferit dan butiran-butiran
perlit (Gambar 2.4. iv).
Austenite
Ferrite D
Cementite
1000 Pearlite
(i) (v) (vii)
C
900
AUSTENITE
B E F
723
700
FERRITE + CEMENTITE
(iii) (ix)
Gambar 2.4. Tahapan perubahan fase baja hypoeutektoid, eutektoid dan hypereutektoid.
Perubahan fase dari austenit fase tunggal baja hypereutektoid digambarkan pada
Gambar 2.4. 1,2 %C. Bila austenit ini didinginkan maka dengan makin rendah temperatur
makin rendah pula kemampuan austenit melarutkan karbon akan mencapai batas kelarutannya
pada temperatur Acm. Acm adalah garis solvus, yang merupakan batas kelarutan karbon dalam
austenit. Maka pada temperatur di bawah Acm harus ada karbon yang keluar dari austenit.
Karbon akan keluar sebagai sementit. Sementit ini mengumpul pada batas butir austenit
(Gambar 2.4. viii-ix). Pada mikroskop sementit ini tampak berupa jaringan karenanya
dinamakan jaringan sementit.
Dengan keluarnya karbon menjadi sementit ini maka kadar karbon dalam sisa austenit
akan turun (mengikuti garis DE Gambar 2.4) sehingga pada temperatur A1 komposisi sisa
austenit mencapai komposisi eutektoid, dan sisa austenit akan mengalami reaksi eutektoid,
menjadi perlit. Struktur pada temperatur kamar terdiri dari perlit yang terbungkus oleh
jaringan sementit (Gambar 2.4. x).
- 13 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Dengan adanya unsur lain (misalnya karbon) yang larut dalam besi maka transformasi
allotropik ini mulai dan selesai pada temperatur yang berbeda, seperti yang dapat terlihat pada
diagram fasenya.
Pada baja eutektoid, 0,8 %C, strukturmikro seluruhnya perlit, pada pemanasan
ekuilibrium akan mengalami reaksi eutektoid pada temperatur kritis bawah A1, 723oC, ferrit
dan sementit yang ada di dalam perlit akan bereaksi dan menjadi austenit. Reaksi ini
berlangsung pada temperatur konstan, di A1. Setelah perlit habis menjadi austenit baru
kemudian temperatur akan naik lagi, dan struktur sekarang seluruhnya austenit.
Baja hypoeutektoid, kadar karbon kurang dari 0,8 %, dengan struktur mikro terdiri dari
ferit dan perlit, juga akan mengalami reaksi eutektoid pada temperatur konstan yang sama,
temperatur kritis bawah A1, perlitnya akan menjadi austenit. Setelah perlit habis baru
temperatur akan naik lagi, dan dengan naiknya temperatur maka ferit sedikit demi sedikit
bertransformasi menjadi austenit. Transformasi allotropik ini selesai pada temperatur kritis atas
A3. Di atas temperatur A3 ini struktur seluruhnya austenit.
Baja hypereutektoid, kadar karbon lebih dari 0,8 %, dengan strukturmikro terdiri dari
perlit yang terbungkus oleh jaringan sementit, juga mengalami reaksi eutektoid pada
temperatur konstan di A1, kemudian dengan naiknya temperatur, jaringan sementit akan larut
ke dalam austenit. Jaringan sementit ini akan habis larut ke dalam austenit pada Acm.
Sisa sementit
Ferrit
Sementit
Austenit
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.5. Transformasi Perlit menjadi austenit (a) Strukturmikro perlit terdiri dari lamel-lamel ferrit dan
sementit, (b) Pada batas ferrit-sementit mulai terjadi reaksi menjadi austenit, (c) Austenit makin
besar, ferrit dan sementit makin berkurang, (d) Ferrit habis, masih ada sisa sementit. Juga tampak
bahwa dari satu butiran perlit dapat terjadi banyak butiran austenit.
- 14 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
austenit. Dengan pemanasan yang tidak ekulibrium, pada saat ferrit habis ternyata sementit
masih tersisa (lihat Gambar 2.5). Sementit ini akan habis karena akan larut dalam austenit pada
pemanasan selanjutnya. Jadi untuk baja eutektoid pada temperatur sedikit di atas Ac1, reaksi
eutektoid sudah dianggap selesai, strukturnya terdiri dari austenit dan sedikit sisa sementit. Pada
pemanasan selanjutnya akhirnya sementit akan habis larut ke dalam austenit.
Pada baja hypoeutektoid yang mengalami pemanasan yang tidak ekuilibrium, pada
temperatur sedikit di atas Ac1 strukturnya terdiri dari austenit dan sedikit sisa sementit (hasil
reaksi eutektoid) dan ferrit (yang belum berubah). Pada pemanasan selanjutnya ferrit akan
mengalami transformasi allotropik menjadi austenit, sementara sementit relatif tidak berubah
(karena perubahan allotropi lebih mudah dari pada penguraian karbida dan pelarutan karbon
ke dalam austenit). Sampai di Ac3 perubahan allotropik selesai, ferrit habis dan strukturnya
terdiri dari austenit dan sisa sementit. Sementit akan habis bila dibiarkan pada temperatur ini
lebih lama atau temperatur dinaikkan lagi. Proses pelarutan dan pengendapan membutuhkan
lebih banyak energi daripada proses perubahan allotropi.
Pada baja hypereutektoid yang mengalami pemanasan yang tidak ekuilibrium, pada
temperatur sedikit di atas Ac1 strukturnya terdiri dari austenit dan sedikit sisa sementit (hasil
reaksi eutektoid) dan sementit jaringan. Pada pemanasan selanjutnya semua sementit ini akan
larut ke dalam austenit seiring dengan naiknya temperatur (kelarutan karbon dalam austenit
naik dengan naiknya temperatur) dan akan habis pada saat mencapai Acm.
Perlit terdiri dari ferrit dan sementit berselang-seling (lamellar). Pada saat terjadi reaksi
eutektoid (ferrit dan sementit bereaksi menjadi austenit), reaksi terjadi di mana ada kontak
antara ferrit dan sementit, karena itu di dalam satu butiran perlit dapat terjadi banyak butiran
austenit, austenit yang terjadi berbutiran lebih kecil daripada perlitnya.
Sesaat setelah selesainya reaksi eutektoid, perlit sudah berubah menjadi struktur yang
terdiri dari butiran austenit yang halus dan sedikit sementit sisa. Dengan pemanasan lebih lanjut
sebenarnya ada kecenderungan untuk terjadi pertumbuhan butir, tetapi ini baru akan terjadi bila
hanya ada satu fase saja.
Pada baja eutektoid, setelah selesai reaksi eutektoid, struktur terdiri dari austenit dan
sisa sementit, pada pemanasan selanjutnya sisa sementit akan larut ke dalam asutenit, baru
kemudian butiran austenit akan mulai tumbuh makin besar.
Pada baja hypoeutektoid setelah selesainya reaksi eutektoid struktur terdiri dari butiran
austenit halus dengan sedikit sisa sementit, dan ferrit. Pada pemanasan selanjutnya ferrit yang
bertransformasi, dimulai dengan terbentuknya inti-inti austenit (terutama pada batas butir) yang
kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan. Austenit ini tumbuh dengan memakan ferit.
Sampai Ac3 ferrit habis, baru setelah itu austenit mulai melarutkan sementit. Setelah semua
sementit larut, struktur seluruhnya austenit, baru kemudian akan mulai terjadi pertumbuhan
butir austenit, butiran austenit yang lebih besar akan memakan butiran yang lebih kecil.
Pada baja hypereutektoid setelah selesai reaksi eutektoid, strukturnya terdiri dari butiran
austenit halus, sisa sementit dan jaringan sementit. Pada pemanasan selanjutnya sisa sementit
akan larut ke dalam austenit, juga kemudian jaringan austenit. Sampai di Acm semua sementit
habis, struktur seluruhnya terdiri dari butiran austenit yang masih halus. Pada pemanasan
selanjutnya akan mulai terjadi pertumbuhan butir austenit, dimana butiran yang lebih besar akan
memakan butiran yang lebih kecil. Besarnya butiran austenit akan mempengaruhi sifat dari
struktur hasil dekomposisi austenit.
- 15 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
- 16 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Gambar 2.6. Perubahan strukturmikro pada pemanasan baja yang mengandung (a), (b) 0,8 % C; (c),
d) 0,45 %C; (e), (f) 1,2 %C.
Berbeda dengan diagram ekuilibrium (diagram fase), yang berlaku untuk semua paduan
dari suatu sistem paduan, diagram transformasi hanya berlaku untuk satu paduan tertentu dari
suatu sistem paduan. Setiap baja akan punya diagram transformasi sendiri-sendiri, karena
komposisi kimia berpengaruh terhadap reaksi yang terjadi.
- 17 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
itu ditampilkan beberapa kurva pemanasan (garis lengkung dari kiri bawah ke atas) bersama
kurva Ac1 (yang menunjukkan awal terjadinya reaksi eutektoid dan allotropi ), Ac3
(menunjukkan akhir transformasi allotropi ), dan dareah yang diarsir menunjukkan akhir
pelarutan sementit ke dalam austenit.
Dari diagram itu dapat dilihat bahwa laju pemanasan berpengaruh terhadap temperatur
transformasi, makin tinggi laju pemanasan makin tinggi temperatur transformasinya. Laju
pemanasan ke suatu temperatur juga berpengaruh terhadap laju transformasi dan laju pelarutan,
makin tinggi laju pemanasan makin tinggi laju transformasi dan pelarutan.
Diagram transformasi untuk pemanasan tentu akan banyak membantu dalam praktek
melakukan perlakuan panas, tetapi diagram semacam itu belum banyak tersedia, sehingga orang
- 18 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
harus memperkirakan secara sederhana proses pemanasannya dan memberikan holding time
beberapa saat. Untuk itu perlu dipelajari pengaruh komposisi kimia (kadar karbon dan unsur
paduan terhadap transformasi, terutama reaksi eutektoid, transformasi allotropi, pelarutan
sementit dsb).
Bila diinginkan temperatur pemanasan yang lebih tepat dapat dilakukan pemanasan
percobaan pada beberapa temperatur dengan holding time tertentu lalu diquench. Setelah itu
dianalisis struktur yang terjadi, pemanasan yang mana yang menghasilkan struktur yang
optimum. Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bagian lain dari diktat ini.
- 19 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Gambar 2.8. Perubahan struktur pada pendinginan baja yang mengandung (a) 0,8 % C; (b) 0,45 %C;
(c) 1,0 %C.
Gambar 2.8. b, dan c). Makin rendah temperatur transformasi makin pendek waktu untuk mulai
dan berakhirnya transformasi, mencapai minimum pada suatu temperatur, yaitu pada hidung
(nose) diagram. Transformasi allotropi, reaksi eutektoid, pengendapan/pelarutan adalah proses
yang terjadi dengan diffusi, akan berlangsung dengan mekanisme pengintian dan pertumbuhan
(nucleation and growth) dimulai dengan membentuk inti baru kemudian inti akan tumbuh
menjadi kristal yang lebih besar.
- 20 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Pengintian lebih mudah terjadi di sekitar batas butir atau dislokasi, dan untuk
membentuk inti diperlukan driving force yang dapat diperoleh dari undercool (pada
pendinginan) atau overheat (pada pemanasan), yaitu besarnya penyimpangan dari batas
stabilnya. Misalnya batas stabil austenit 723 oC, maka bila austenit berada pada 700 oC artinya
ada undercool sebesar 23 oC. Undercool yang kecil akan menghasilkan driving force kecil juga,
sehingga pengintian lambat dan inti yang terbentuk sedikit. Demikian pula sebaliknya.
Untuk pertumbuhan diperlukan energi, ditentukan oleh temperatur, makin tinggi
temperatur makin besar energi untuk pertumbuhan, pertumbuhan berlangsung lebih mudah/
cepat. Demikian pula sebaliknya, bahkan pada temperatur yang cukup rendah sama sekali tidak
terjadi pertumbuhan.
Karena itu pada proses pembentukan perlit ini bila reaksi berlangsung pada temperatur
lebih tinggi diperlukan waktu lama untuk mulainya proses dan akan dihasilkan butiran yang
lebih kasar. Demikian pula sebaliknya bila proses berlangsung pada temperatur lebih rendah
proses akan mulai lebih awal dan dihasilkan butiran yang lebih halus. Ini berlaku sampai batas
temperatur tertentu, yaitu sampai hidung diagram transformasi.
Pada temperatur di bawah hidung ini transformasi akan berlangsung dengan mekanisme
yang berbeda, dengan undercool yang demikian besar maka driving force berubah menjadi
shear force, yang akan menggeser atom tertentu dalam austenit (FCC) sehingga berubah
menjadi body centered, tetapi belum menjadi BCC (besi pada temperatur rendah seharusnya
BCC) karena ada atom karbon yang larut (austenit pada saat itu kadar karbonnya sekitar 0,8 %,
bila besi menjadi BCC karbon yang dapat larut hampir nol), strukturnya menjadi Body Centered
Tetragonal (BCT).
Agar dapat menjadi BCC, sebagaimana seharusnya besi, maka karbon harus keluar dari
larutan, dan karbon akan keluar secara diffusi menjadi sementit. Dengan keluarnya karbon
maka besi akan menjadi ferrit, struktur berupa ferrit yang di dalamnya ada partikel-partikel
sementit, struktur ini dinamakan bainit. Proses pembentukan bainit dimulai dengan shear dan
dilanjutkan dengan diffusi.
Bila austenit didinginkan langsung ke temperatur yang lebih rendah lagi, mencapai
temperatur mencapai Ms (Gambar 2.8.), segera mulai terbentuk struktur BCT, tetapi karena
sudah berada pada temperatur yang sangat rendah tidak lagi terjadi diffusi, karbon tetap
terperangkap dalam struktur BCT, sehingga struktur tetap sangat tegang, sehingga akan sangat
keras dan getas, struktur ini dinamakan martensit.
Pertumbuhan martensit tidak tergantung pada waktu (prosesnya tanpa diffusi), tetapi
tergantung pada penurunan temperatur. Jumlah austenit yang berubah menjadi martensit akan
bertambah bila temperatur turun, dan dianggp selesai pada temperatur Mf. Tetapi biasanya
masih selalu ada austenit yang tidak berubah menjadi martensit pada saat temperatur mencapai
temperatur kamar. Ini dinamakan austenit sisa (retained austenite).
Suatu diagram transformasi dapat dipakai untuk meramalkan struktur yang akan terjadi
bila baja didinginkan dari temperatur austenitisasi dengan suatu laju pendinginan tertentu.
Untuk meramal struktur yang dapat terjadi ini maka pada diagram transformasi digambarkan
kurva pendinginan yang akan dialami baja itu. Sebagai contoh lihat Gambar 2.9, dimana
digambarkan beberapa kurva pendinginan pada diagram transformasi dari baja karbon
eutektoid.
- 21 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Gambar 2.9. Beberapa kurva pendinginan yang disuperimpos pada IT-diagram baja eutektoid, menunjukkan
transformasi pada pendinginan
A = 5 oC/sec
B = 400 oC/sec
B C D C = 140 oC/sec
D = 50 oC/sec
Gambar 2.10. CCT diagram baja karbon eutektoid diturunkan dari IT diagramnya
- 23 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih mudah diperoleh martensit, karena
kurva transformasi tergeser ke kanan bawah. Misalnya pada kurva pendinginan C dengan laju
140 oC/detik, untuk kurva transformasi pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan
kritis, akan menghasilkan martensit 100 %, tetapi pada kurva transformasi isothermal masih
akan menghasilkan sedikit perlit sebelum menjadi martensit.
Pada proses perlakuan panas biasanya pendinginan dilakukan dengan pendinginan
kontinyu, sehingga biasanya CCT diagram lebih banyak digunakan. Sedang TTT diagram
digunakan untuk proses perlakuan panas tertentu, yang dilakukan dengan pendinginan
isothermal.
Selanjutnya perlu dibahas sedikit mengenai mekanisme terbentuknya beberapa struktur
yang terdapat pada diagram transformasi di atas.
1. Pembentukan perlit.
Bila austenit didinginkan sampai ke temperatur kritis bawah A1 maka setelah beberapa
saat austenit mulai mengalami transformasi. Untuk baja hypoeutektoid lebih dulu terbentuk
ferit, untuk baja hypereutektoid lebih dulu terjadi sementit, baru kemudian mulai terbentuk
perlit, sedang pada baja eutektoid langsung terbentuk perlit. Pada saat itu komposisi austenit
adalah komposisi eutektoid, dan berada pada temperatur dibawah temperatur kritis, austenit
tidak stabil, besi cenderung berubah menjadi besi . Untuk itu austenit harus mengeluarkan
dulu karbon karena besi tidak mampu melarutkan karbon.
Karbon yang keluar ini akan membentuk inti sementit pada batas butir austenit.
Pembentukan perlit akan dimulai dari inti sementit di batas butir austenit tsb (Gambar 2.11).
Atom karbon dari austenit di sekitar inti sementit tadi akan berdifusi keluar, bergabung
dengan inti sementit yang sudah ada itu. Kadar karbon dalam austenit di sekitar sementit
menjadi sangat rendah, dan ia segera menjadi ferit. Keluarnya karbon dari austenit berlangsung
terus, sehingga akan terbentuk lagi sementit, ferit, sementit,..... dst sehingga diperoleh struktur
yang berlapis-lapis (lamelar) yang terdiri dari lamel-lamel ferit dan sementit. Lamel-lamel ini
- 24 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
akan semakin rapat (tipis) bila transformasi berlangsung pada temperatur yang lebih rendah
(butiran perlit juga makin halus). Gambar 2.12. memperlihatkan strukturmikro perlit, yang
terdiri dari lamel-lamel ferrit-sementit berselang-seling.
Gambar 2.12. Perlit, terdiri dari lamel-lamel sementit (hitam) dan ferrit (putih).
2. Pembentukan bainit
Pada temperatur di bawah hidung ( 550oC), suatu konstituen lain mulai terjadi yaitu
bainit. Pada temperatur yang rendah ini austenit sudah berada jauh di bawah temperatur
stabilnya, ia akan mengalami driving force yang besar untuk berubah dari FCC menjadi BCC.
Karena driving force itu atom-atomnya akan tergeser untuk menjadi BCC, terbentuk ferit.
Karena tadinya disitu terdapat banyak karbon sedang ferit tidak mampu melarutkan karbon
maka karbon akan berdifusi keluar dari ferit sebagai karbida. Sementara itu austenit disekitar
ferit tadi juga menjadi ferit, dan karbonnya berdiffusi keluar, sehingga akhirnya akan diperoleh
suatu struktur berupa bilah-bilah ferit yang didalamnya terdapat platelet sementit dengan arah
hampir sejajar dengan sumbu pertumbuhannya, dinamakan bainit atas (upper bainite) atau
feathery bainite.
sudut + 55 o dari arah sumbu pertumbuhan ferrit. Pertumbuhan bainit ini digambarkan pada
Gambar 2.13. Gambar 2.14. menunjukkan strukturmikro bainit (atas dan bawah)
(a) (b)
Gambar 2.14. Strukturmikro bainit atas (a), dan bainit bawah (b)
Bila transformasi terjadi pada temperatur yang lebih rendah lagi maka bilah-bilah ferit
makin halus, berbentuk jarum-jarum (acicular), dan platelet sementit arahnya tidak lagi sejajar
dengan sumbu tetapi membentuk sudut 55oC. Dibawah mikroskop tampak mirip martensit.
Struktur ini dinamakan bainit bawah (Lower bainite) atau acicular bainite. Gambar 2.14.
memperlihatkan strukturmikro bainit atas (feathery) dan bainit bawah (acicular).
3. Pembentukan martensit
Bila austenit didinginkan dengan cepat dan dapat mencapai temperatur Ms sebelum
menjadi struktur lain maka pada saat itu mulai terbentuk martensit. Pada temperatur yang sangat
rendah ini austenit mengalami driving force yang sangat besar untuk berubah dari FCC menjadi
BCC, yang menimbulkan shear force terhadap atom-atom. Ini menyebabkan atom-atomnya
sedikit tergeser untuk menuju bentuk BCC, tetapi karena didalamnya masih terdapat banyak
karbon (yang tadinya larut dalam austenit dan masih belum sempat keluar) dan karbon ini sudah
tidak lagi dapat berdiffusi keluar (karena temperatur sudah terlalu rendah untuk dapat
berdiffusi) maka struktur BCC tidak tercapai, salah satu rusuk sel satuannya lebih panjang
daripada yang lain, ia menjadi BCT (Body Centered Tetragonal), martensit.
Gambar 2.15.a. yang menggambarkan model susunan atom pada sel satuan austenit
(FCC) tampak ada posisi-posisi atom karbon yang larut, dan bahwa sel satuan FCC tsb dapat
dianggap terdiri dari sel satuan BCT (alas ABCD). Untuk berubah dari FCC menjadi BCC
seharusnya dapat dengan menggeser atom-atom yang di atas agar jarak ke alas sama dengan
panjang AB (Gambar 2.15.b) tetapi karena pada rusuk yang panjang ada karbon yang larut
sehingga menghalangi pergerakan atom, rusuk tsb tetap lebih panjang (Gambar 2.15.c).
Struktur BCT ini menjadi sangat tegang, karena itu menjadi sangat keras dan getas.
Dibawah mikroskop martensit ini tampak berupa jarum-jarum (Gambar 2.16). Pada
gambar tampak jarum-jarum martensit dan sisa austenit yang tidak bertransformasi (putih)
sebagai latar belakang. Kekerasan martensit tergantung pada kadar karbon, makin tinggi bila
kadar karbon makin tinggi (Gambar 2.17).
- 26 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
(a)
(b) (c)
Gambar 2.16. Martensit dari baja 0.35 %C diquench dari suhu 870 oC
- 27 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Kadar karbon (dan juga unsur paduan) dalam austenit mempengaruhi temperatur
terjadinya transformasi austenit-martensit, temperatur Ms dan Mf makin rendah dengan naiknya
kadar karbon (dan unsur paduan). Gambar 2.18. memperlihatkan pengaruh kadar karbon
terhadap Ms dan Mf.
Temperatur Ms untuk suatu baja dapat diperkirakan dengan suatu persamaan :
Ms (oF) = 1000 - 650C - 70 Mn - 35Ni - 70 Cr - 50Mo
atau
Ms (oC) = 561 - 474C - 33Mn - 17 Ni - 17 Cr - 21Mo
dimana kadar unsur-unsur tersebut dinyatakan dalam %.
Persamaan ini berlaku untuk baja dengan kadar karbon 0,20 - 0,85 %, kadar Cr kurang
dari 1 % dan kadar Mo kurang dari 1,5 % dan semuanya berada dalam larutan padat (austenit).
Temperatur Mf yang juga sulit ditentukan karena sulit untuk melihat apakah sisa austenit
sudah habis atau belum, biasanya transformasi austenit martensit dianggap selesai bila sudah
sulit melihat adanya sisa austenit pada mikroskop optik. Temperatur Mf biasanya sekitar 215oC
dibawah Ms.
4. Austenit sisa (retained austenite)
Pada pendinginan austenit, pada saat mencapai temperatur Ms akan mulai terbentuk
martensit, laju pembentukan martensit ini mula-mula lambat, lalu makin cepat dan menjadi
sangat lambat lagi bila austenit hampir habis, sehingga dapat dikatakan austenit tidak akan
habis, selalu ada austenit sisa, (retained austenite) yang tidak berubah menjadi martensit. Ini
digambarkan pada Gambar 2.19, dimana tampak bahwa martensit 100 % tidak akan tercapai.
Gambar 2.20. Pengaruh kadar karbon dalam austenit terhadap banyaknya austenit sisa setelah
quenching.
- 29 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Disamping itu telah diketahui bahwa dengan makin tingginya kadar karbon/paduan
dalam austenit akan menurunkan temperatur Ms dan Mf. Pada kadar karbon yang tinggi
temperatur Mf ini berada di bawah temperatur kamar, sehingga pada saat pendinginan mencapai
temperatur kamar masih banyak austenit sisa.
Banyaknya austenit sisa ini tentunya tergantung pada kadar karbon/paduan dalam
austenit. Pengaruh kadar karbon terhadap jumlah sisa austenit pada baja karbon dapat dilihat
pada Gambar 2.20.
Adanya austenit sisa ini menyebabkan kekerasan maksimum tidak tercapai. Baja itu
akan makin keras bila austenit sisa dapat dikurangi. Ini dapat dilakukan dengan menurunkan
lagi temperatur sampai dibawah temperatur kamar, proses ini dinamakan subzero treatment.
Bila pada pendinginan austenit sesudah mencapai temperatur di sekitar Ms lalu
temperatur dipertahankan konstan beberapa saat, sebelum mulai terjadi bainit lalu didinginkan
lagi, maka akan diperoleh martensit dengan sisa austenit lebih banyak daripada bila didinginkan
langsung ke temperatur kamar. Jadi dengan menahan temperatur pada daerah temperatur
transformasi austenit martensit atau sedikit diatasnya akan menyebabkan austenit lebih stabil,
lebih sulit untuk bertransformasi (sehingga akan lebih banyak austenit sisa). Proses seperti
diatas dilakukan pada proses perlakuan panas martempering. Jadi pada baja yang
dimartempering akan lebih banyak terdapat austenit sisa daripada baja yang dikeraskan dengan
pendinginan langsung (water-hardened atau oil hardened).
Austenit sisa ini dapat bertransformasi bila kemudian dipanaskan kembali, seperti pada
proses tempering.
Pada beberapa buku dijumpai range temperatur yang berbeda, ini disebabkan perbedaan
laju pemanasan dan waktu tahan, karena perubahan yang terjadi pada saat tempering itu
sebenarnya tergantung pada temperatur dan waktu temper.
- 30 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Gambar 2.21. Diagram transformasi isothermal dari austenit sisa, baja A2.
Bainit bawah terbentuk pada temperatur tempering lebih rendah, pada saat ditahan pada
temperatur tempering tsb (isothermal), sedang martensit akan terjadi pada temperatur tempering
yang lebih tinggi, pada saat pendinginan kembali.
Dengan pemanasan lebih lanjut makin banyak karbon yang keluar, karbida besi
(sementit) yang mulai terbentuk sebelumnya akan bertumbuh lebih lanjut. Sementit ini akan
berbentuk spheroid yang sangat halus, sedang martensit yang ditinggalkan oleh atom-atom
karbon, ratio c/a dari struktur BCTnya sedikit demi sedikit akan berkurang dan akhirnya ratio
c/a = 1, maka BCT telah menjadi BCC, ferit. Dengan makin banyaknya karbon yang keluar
dari martensit ratio c/a dari BCT makin berkurang, maka kekerasan akan berkurang.
Bila pemanasan diteruskan sampai ke temperatur yang lebih tinggi lagi spheroid
sementit yang masih halus akan tumbuh lebih besar. Pada akhirnya akan diperoleh struktur yang
terdiri spheroid sementit yang tersebar dalam matriks ferit. Struktur ini sama dengan yang
diperoleh pada proses spheroidising. Dengan struktur ini baja menjadi sangat lunak, ulet/
tangguh.
- 31 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Semua struktur yang diperoleh dari proses tempering, baik tempering pada temperatur
yang rendah maupun tempering pada temperatur lebih tinggi dinamakan tempered martensite
(martensit temper). Pada masa lalu orang membedakan tahapan proses tempering dan memberi
nama tertentu pada produk dari proses tsb (lihat skema pada Gambar 2.22).
Gambar 2.22. Skema produk transformasi austenit (pada pendinginan) dan martensit (pada pemanasan) dari
suatu baja eutektoid.
Pada pemanasan dari baja eutektoid yang telah dikeraskan, dengan pemanasan pada
temperatur rendah, s/d 400 oF (204 oC), mulai terbentuk karbida epsilon yang belum tampak di
mikroskop optik, tetapi sudah menyebabkan martensit tampak lebih hitam, produknya disebut
black martensite. Penurunan kekerasan tidak begitu signifikan.
Pada pemanasan ke temperatur yang lebih tinggi, 400 750 oF (204 399 oC), mulai
terbentuk sementit, masih sangat halus (sub microscopic), mulai terbentuk matriks ferrit,
austenit sisa bertransformasi menjadi bainit, ada penurunan kekerasan yang cukup berarti.
Struktur yang diperoleh dinamakan troostite.
Dengan tempering ke temperatur yang lebih tinggi lagi, 750 1200 oF (399 649 oC),
partikel sementit sudah lebih besar, mulai membentuk spheroid halus, yang tersebar dalam
matriks ferrit, dinamakan sorbite. Baja menjadi cukup lunak.
Dengan tempering ke temperatur yang sangat tinggi, 1200 -1300 oF (649 705 oC),
struktur sudah berupa spheroid sementit yang tersebar pada matriks ferrit, baja sudah menjadi
sangat lunak. Struktur ini sama dengan bila baja yang dalam kondisi belum dikeraskan
dipanaskan pada temperatur sedikit di bawah A1 dan ditahan di sana cukup lama (proses
spheroidising).
Beramaan dengan perubahan-perubahan strukturmikro yang terjadi selama tempering
terjadi juga perubahan sifat mekanik, seperti dibahas di atas adanya penurunan kekerasan.
- 32 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
Sebenarnya juga bersama dengan itu ada penurunan kekuatan, ada kenaikan keuletan dan
ketangguhan. Biasanya orang sangat berkepentingan denga ketangguhan, hanya cukup sulit
pengukurannya, sedangkan diketahui bahwa ada korelasi di antara sifat mekanik, antara
kekerasan dengan kekuatan-keuletan-ketangguhan, sehingga walaupun sebenarnya yang
diinginkan ketangguhan tetapi yang dipasang sebagai target adalah kekerasan, yang mudah dan
cepat pengukurannya. Bisanya baja yang kekerasannya tinggi ketangguhannya rendah, dengan
turunnya kekerasan diharapkan akan menaikkan ketangguhan. Dalam banyak kasus hal di atas
benar, tetapi dalam melakukan tempering ada sedikit yang perlu diperhatikan, adakalanya
walaupun kekerasan menurun tetapi ketangguhan tidak naik, seperti terjadi pada banyak baja
karbon dan baja paduan rendah, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.23. yang
memperlihatkan pengaruh temperatur tempering terhadap kekerasan dan ketangguhan baja SS
2550, 0,55 %C; 1 %Cr; 3 %Ni; 0,3 %Mo.
Gambar 2.23. Pengaruh temperatur temper terhadap sifat mekanik baja SS 2550, 0,55 %C; 1 %Cr;
3 %Ni; 0,3 %Mo yang dikeraskan dan ditemper
Dari gambar tsb tampak bahwa di daerah temperatur tempering antara 200 - 400 oC
ketangguhannya tidak naik padahal kekerasannya menurun. Bila diinginkan ketangguhan yang
tinggi, naka sebaiknya tempering dilakukan pada temperatur di atas 400 0C, sedang bila
diinginkan kekerasan yang tinggi, temperatur tempering sebaiknya di bawah 200 oC.
Perubahan-perubahan selama proses tempering sepenuhnya terjadi dengan diffusi,
karena itu sebenarnya perubahan tsb melibatkan energi, bukan hanya temperatur, tetapi
temperatur dan waktu. Pada pembahasan di atas yang disebutkan hanya temperatur saja, dengan
asumsi waktu pemanasannya sama. Hasil yang sama dapat diperoleh dengan temperatur
tempering lebih tinggi dengan waktu lebih singkat atau dengan temperatur tempering lebih
rendah tetapi waktunya lebih lama. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bab di belakang.
2.4. Pertanyaan
1. Fase apa saja yang ada pada suatupaduan besi karbon dengan 0,6 %C pada 1500 oC? Bila
kemudian didinginkan sangat lambat, pada temperatur berapa mulai terjadi perubahan fase,
- 33 -
Jur. Tek. Material dan Metalurgi FTI-ITS Perlakuan Panas
- 34 -