1 Bahan-bahan logam
Baja adalah paduan antara besi dengan karbon (Fe-C) yang mengandung
karbon maksimal 2,1 % dengan sedikit unsur silikon (Si), Mangan (Mn), Phospor (P),
dan Cuprum (Cu). Sifatnya tergantung pada kadar karbon karena itu baja ini
dikelompokkan berdasarkan kadar karbonnya.
Kandungan baja secara khusus memberikan pengaruh secara extrim terhadap
sifat-sifat mekaniknya dan mikrostrukturnya, sehingga secara konvensional dapat
diklasifikasikan menurut persentase kadar karbon yang terkandung yaitu :
1. Baja karbon rendah
Baja karbon rendah adalah baja karbon yang mengandung (0,02 – 0,3) %C
2. Baja karbon sedang
Baja karbon ini memiliki sifat mekanik yang lebih baik dari pada baja
karbon rendah, dimana baja karbon sedang ini mengandung (0,3 – 0,6)
%C, memiliki ciri-ciri khas seperti berikut :
a. Lebih kuat dan keras dari pada baja karbon rendah.
b. Tidak mudah dibentuk dengan mesin .
c. Lebih sulit dilakukan untuk pengelasan.
d. Dapat dikeraskan (Quencing) dengan baik.
3. Baja karbon tinggi memiliki kandungan karbon antara (0,6 – 1,7) %C,
memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Kuat sekali.
b. Sangat keras dan getas.
c. Sulit dibentuk mesin.
d. Mengandung unsur sulfur dan phospor mengakibatkan berkurangnya
sifat liat.
e. Dapat dilakukan proses Heat Treatment dengan baik.
Jenis – jenis baja carbon seperti yang kita sebutkan di atas tadi mengandung
kadar karbon antara 0,22 % sampai dengan 2,0 % kandungan karbonnya, dan yang
mengandung unsur – unsur seperti : Nikel (Ni), Crom (Cr), Silikon (Si), Mangan
(Mn), Phospor (P), Cuprum (Cu) yang unsur tersebut di atas sebagai panca unsur dari
besi dan baja biasanya yang dianggap untuk analisa.(Amanto H., Daryanto, 1999)
Untuk dapat menggunakan bahan teknik dengan tepat, maka bahan tersebut
harus dapat dikenali dengan baik sifat – sifatnya yang mungkin akan dipilih untuk
dipergunakan. Sifat – sifat bahan tersebut tentunya sangat banyak macamnya,
diantaranya adalah sifat mekanik.
Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban –
beban yang dikenakan padanya. Beban – beban tersebut dapat berupa beban tarik,
tekan, bengkok, geser, punter, atau beban kombinasi.
Sifat – sifat mekanik bahan yang terpenting antara lain :
- Kekuatan (strength) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima
tegangan tanpa menyebabkan bahan tersebut menjadi patah. Kekuatan ini
ada beberapa macam, dan ini tergantung pada beban yang bekerja antara
lain dapat dilihat dari kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan,
kekuatan puntir, dan kekuatan bengkok.
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan
pendinginan berbeda pula.
2. Temperatur pembekuan dan daerah – daerah pembekuan paduan Fe – C bila
dilakukan pendinginan.
3. Temperatur cair dari masing – masing paduan.
4. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa tertentu.
5. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan
eutektoid.
Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi. Sifat allotropi
yang dimiliki besi sendiri ada 3, yaitu :
- Delta iron (δ) mampu melarutkan karbon max 0,1% pada 1500° C
- Gamma iron (γ) mampu melarutkan karbon max 2 % pada 1130° C
- Alpha iron (α) mampu melarutkan karbon max 0,025% pada 723° C
(Wikipedia, 2012)
Diagram fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur
dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan yang lambat
dengan kadar karbon. Diagram ini merupakan dasar pemahaman untuk semua operasi-
operasi perlakuan panas. Fungsi diagram fasa adalah memudahkan memilih
temperatur pemanasan yang sesuai untuk setiap proses perlakuan panas baik proses
anilizing, normalizing maupun proses pengerasan.
Baja adalah paduan besi dengan karbon maksimal sampai sekitar 1,7%.paduan
besi diatas 1,7% disebut cast iron. Perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh
struktur mikro dan sifat yang di inginkan. Struktur mikro dan sifat yang diinginkan
dapat diperoleh melalui proses pemanasan dan proses pendinginan pada temperatur
tertentu.
Macam –macam struktur yang ada pada baja:
1. Ferit
Ferit adalah larutan padat karbon dan unsur paduan lainya pada besi kubus
pusat badan (Fe). Ferit terbentuk akibat proses pendinginan yang lambat dari austenit
baja hypotektoid pada saat mencapai A3. ferit bersifat sangat lunak ,ulet dan memiliki
kekerasan sekitar 70 - 100 BHN dan memiliki konduktifitas yang tinggi.
2. Sementit
Sementit adalah senyawa besi dengan karbon yang umum dikenal sebagai
karbida besi dengan prosentase karbon 6,67%C. Yang bersifat keras sekitar 5 – 68
HRC
3. Perlit
Perlit adalah campuran sementit dan ferit yang memiliki kekerasan sekitar 10-30HRC.
Perlit yang terbentuk sedikit dibawah temperatur eutektoid memiliki kekerasan yang
lebih rendah dan memerlukan waktu inkubasi yang lebih banyak.
4. Bainit
Bainit merupakan fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari austenit pada
temperatur yang lebih rendah dari temperatur transformasi ke perlit dan lebih tinggi
dari transformasi ke martensit.
5. Martensit
Martensit merupakan larutan padat dari karbon yang lewat jenuh pada besi
alfa sehingga latis-latis sel satuanya terdistorsi. Karbon adalah unsur penyetabil
austenit. Kelarutan maksimum dari karbon pada austenit adalah sekitar 1,7% (E) pada
1140 0C, Sedangkan kelarutan karbon pada ferit naik dari 0% pada 910 0C menjadi
0,025% pada 723 0C. Pada pendinginan lanjut, kelarutan karbon pada ferrit menurun
menjadi 0,08% pada temperatur kamar. Kegunaan dari baja tergantung dari sifat-
sifatnya yang sangat bervariasi yang diperoleh melalui pemaduan dan penerapan
proses perlakuan panas. Sifat mekanik dari baja sangat tergantung pada struktur
mikronya, sedangkan struktur mikro sangat mudah diubah melalui proses perlakuan
panas.
Beberapa jenis baja memiliki sifat-sifat yang tertentu sebagai akibat
penambahan unsur paduan. Salah satu unsur paduan yang sangat penting yang dapat
mengontrol sifat baja adalah karbon (C). Jika besi dipadu dengan karbon, transformasi
yang terjadi pada rentang temperatur tertentu erat kaitanya dengan kandungan karbon.
Berdasarkan pemaduan antara besi dan karbon, karbon di dalam besi dapat berbentuk
larutan atau berkombinasi dengan besi membentuk karbida besi (Fe3C).
Jika kadar karbon meningkat maka transformasi austenit menjadi ferit akan
menurun dan akan mencapai minimum pada titik prosentase karbon 0,8% pada
temperatur 723 0C. Titik ini biasa disebut titik eutektoid. komposisi eutektoid dari
baja merupakan titik rujukan untuk mengklasifikasikan baja. Baja dengan kadar
karbon 0,8% disebut baja eutektoid. Sedang kan baja dengan kadar karbon kurang dari
0,8% disebut baja hipo tektoid . titik kritis sepanjang garis GS disebut sebagai garis
A3 sedangkan titik kritis sepanjang garis PSK disebut sebagai garis A1. Dengan
demikian setiap titik pada garis GS dan SE menyatakan temperatur dimana
transformasi dari austenit dimulai baik pada saat dipanaskan maupun pada saat
didinginkan .
Jika baja eutektoid didinginkan dari temperatur austenisasinya , maka pada
saat mencapai titik – titik sepanjang garis tersebut akan bertransformasi menjadi suatu
campuran eutektoid yang disebut perlit. Jika baja hypo teuktoid didinginkan dari
temperatur austenisasinya, pada saat mencapai garis GS , ferit akan terbentuk
sepanjang batas butir austenit. Pada titik ini, pengintian ferit akan terjadi dibatas butir
austenit dan mulai saat itu, paduan Fe-C memasuki daerah dua fasa. Jika pendinginan
yang lambat tersebut diteruskan ketitik C ferit akan tumbuh. Pada 732 C , struktur
baja di titik C terdiri dari austenit dan ferit. Karena kelarutan karbon di ferit sangat
rendah, maka pada saat pertumbuhan ferit akan disertai pembuangan karbon ke
austenit yang masih tersisa sehingga fasa austenit menjadi kaya akan karbon.
Pendinginan lanjut dari dari baja tersebut, pada saat melalui temperatur eutektoidnya
(pada titik D), austenite yang tersisa akan bertransformasi menjadi suatu campuran
ferit dan sementit yang berbentuk lamellar (serpih). Dengan demikian baja dengan
kadar karbon 0,4% pada titik D akan terdiri dari ferit dan perlit. Perbandingan ferit
terhadap perlit sama dengan perbandingan ferit terhadap austenit di titik C.
Pendinginan lebih lanjut sampai ke temperatur kamar tidak mempengaruhi struktur
mikro yang sudah ada. Pada saat dipanaskan akan terjadi transformasi yang
berlangsung kebalikanya dari apa yang telah dijelaskan diatas.
Jumlah perlit yang ada pada setiap jenis baja sangat tergantung pada kadar
karbonnya. Sebagai contoh, baja dengan 0,2 % C akan memiliki sekitar 25% perlit,
sedangkan baja dengan 0,4 % C akan memiliki sekitar 50 % C. Jika baja
hypoteuktoid didinginkan dari temperatur austenisasinya, maka akan terjadi
pemisahan sementit pada batas butir austenit disepanjang garis SE. Sebagai contoh
jika baja dengan 1,25 % C diaustenisasi dan didinginkan perlahan-lahan maka akan
terjadi pemisahan sementit. Dengan adanya pembentukan sementit, kadar karbon
diaustenit akan berkurang dan penurunan kadar karbon tersebut terus berlanjut sampai
mendekati temperatur 723 0C. Pada titik I, struktur baja akan terdiri dari campuran
austenit dan sementit dimana sementitnya terbentuk disepanjang batas butir austenit.
Pendinginan lebih lanjut dari baja tersebut melalui temperatur eutektoidnya
akan mengubah seluruh austenit yang tersisa menjadi perlit. Pendinginan lanjut
sampai ketemperatur kamar tidak akan mengubah struktur mikro yang sudah ada.
Berdasarkan penjelasan di atas, struktur baja karbon tergantung dari kadar karbonya.
Hasil pendinginan yang lambat pada temperatur kamar akan terdiri dari:
1. Ferit, dengan kandungan karbon 0,007 % - 0,25 % C
2. Ferit dan perlit, dengan kadungan karbon 0,025 % - 0,8 % C
3. Perlit dan sementit, dengan karbon, 0,8 % - 1,7 % C
4. Perlit dan grafit, dengan karbon 1,7 % - 4,2 % C (dengan perlakuan khusus)
(Wikipedia, 2012)
Dalam kondisi cair karbon dapat larut dalam besi. Dalam kondisi padat, besi
dan karbon dapat membentuk :
- Larutan padat (solid solution)
- Senyawa interstitial (interstitial compound)
- Eutectic mixture : campuran antara austenite (γ) dan cementite (Fe3C)
- Eutectoid mixture : campuran antara ferrite (α) dan cementite (Fe3C)
- Grafit : karbon bebas, tidak membentuk larutan padat ataupun tidak
berikatan membentuk senyawa dengan Fe.
Hardening adalah proses perlakuan panas dan pendinginan pada baja karbon
dengan tujuan untuk mendapatkan sifat yang baru. Hardening adalah suatu proses
perlakuan panas yang digunakan untuk :
1) Memberikan kekerasan yang tinggi terhadap baja.
2) Memperbaiki kekuatan mekanis.
3) Mempertahankan keuletan.
Pada proses ini baja dipanaskan diatas titik kritis kemudian dibiarkan beberapa
saat pada temperatur tersebut dan selanjutnya dilakukan proses quenching. Istilah
quenching ini dikenal sebagai pendinginan cepat misalnya dengan pencelupan baja
pada cairan. Setelah proses quenching akan diperoleh struktur martensit dan troostite.
Pada umumnya setelah proses quenching akan diperoleh kekuatan yang tinggi
yang akibatnya baja menjadi rapuh. Untuk menghilangkan internal stress yang tinggi
ini baja yang telah di quenching akan dilanjutkan dengan proses tempering. Dengan
adanya sifat penemperan pada baja akan mengalami sifat kekuatan dan kekerasan
yang tinggi.
2.4.4 Tempering (Penemperan)
Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan.
Maka melalui temper, kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi
persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang
keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat.
Proses temper adalah pemanasan kembali dari baja yang telah dikeraskan pada
suhu dibawah kritis, disusul dengan pendinginan. Meskipun proses ini menghasilkan
baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil karena di sini sifat-sifat
fisis dapat dikendalikan dengan cermat. Struktur akhir hasil temper baja yang
dikeraskan disebut martensit temper.
Proses temper ini dibagi tiga jenis berdasarkan temperatur pemanasan antara
lain:
1) Tempering pada temperatur rendah yaitu proses tempering yang dilakukan
pada temperatur (150 – 230) 0C.
2) Tempering pada temperatur sedang yaitu proses tempering yang dilakukan
pada temperatur (350 – 450) 0C.
3) Tempering pada temperatur tinggi yaitu proses tempering yang dilakukan
pada temperatur (500 – 600) 0C.
Hv = 1,8544 ..........................................................(2.1)
Kurva tegangan – regangan rekayasa diperoleh dari hasil pengukuran benda uji
tarik. Tegangan yang diperlukan pada kurva diperoleh dengan cara membagi beban
dengan luas awal penampang benda uji, persamaannya yaitu :
σ= ………………………………………………………(2.2)
ε= x 100% …….............................................................(2.3)
σmaks = …………………………………………………..(2.4)
σS = ..................................................................(2.5)
3. Perpanjangan (elongation)
Perpanjangan adalah regangan teknik pada saat patah. Persamaannya adalah :
ε= x 100 % ………………………………………..(2.6)
δ= x 100 % ………………………………………(2.7)
σf = ……………………………………………………..(2.8)