Anda di halaman 1dari 8

KEANEKARAGAMAN MAKANAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KONSUMSI

ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP ANAK PENDEK DI BAWAH 5 TAHUN DI INDONESIA

ABSTRAK
Kondisi yang berpotensi mengganggu pemenuhan nutrisi(energi dan protein) pada anak 0-3
tahun akan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak dibawah 5 tahun. Analisa data yang
digunakan adalah database sekunder RISKESDAS pada 2010. Sampel sebanyak 6796 balita usia 24-
59 bulan, meliputi variabel umur anak, tinggi badan, konsumsi nutrisi, dan karakteristik keluarga. Data
intake nutrisi menggunakan program nutirisoft, sedangkan status nutisi menggunakan antro. Analisis
data menggunakan chi square dan anova. Konsumsi makanan pada balita normal lebih beragam
dibandingkan balita pendek. Keberagaman makanan mendekati PPH, balita normal 96,6 sedangkan
balita pendek 88,4. Blita pendek lebih banyak menderita defisit energi dan protein dibandingkan balita
normal.

PENDAHULUAN
Keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa balita merupakan fondasi penting bagi kesehatan.
Masa 2-3 tahu pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis atau window opportunity yang
merupakan masa emas untuk pertumbuhan seorang anak. Oleh karena itu, kondisi yang mengganggu
pemenuhan zat gizi terutama energy dan protein pada anak usia 0-3 tahun akan menyebabkan masalah
gangguan pertumbuhan (growth faltering).
Masalah gizi kurang pada balita masih cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2010 ditemukan anak
balita yang menderita gizi buruk dan kurang sebanyak 17.9%; balita yang kurus dan sangat kurus
13,3%; serta balita yang pendek dan sangat pendek sebanyak 35,6%.
Kondisi tinggi badan anak yang pendek menunjukan ketidakcukupan gizi dalam waktu yang
lama atau kronis. Kurang energy protein (zat makro) dan zat gizi mikro merupakan salah satu oenyebab
dari terjadinya stunning; disamping adanya factor genetic, lingkungan social ekonomi.
Seorang anak sampai umur 2 tahun belum mampu mengekspresikan keinginan mereka,
sehingga keberadaan orang tua dalam merawat dan mengasuh anak menjadi dominan, agar anak tidak
mengalami deficit energy dan protein. Pada umur 2-5 tahun anak sudah bisa meminta maknaan,
sehingga keragaman jenis jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak balitaumur 24-59 menentukan
zat zat gizi yang ada dalam tubuh mereka.
Tulisan ini menyajikan hasil analisis data konsusmsi makanan riskesdas 2010 untuk
mengethaui gambaran keragaman makanan dan sumbangannya terhadap konsumsi energy dna protein
pada anak balita umur 24-59 bulan dengan status gizi pendek (stunting)

TUJUAN
Umum : menilai keragaman makanan dari sumbangannya terhadap konsumsi energy dan protein pada
anak balita pendek (24-59 bulan) di Indonesia
Khusus :
- Menilai keragaman makanan berdasarkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) menurut status gizi
balita (tinggi badan menurut umur)
- Menilai sumbangan energy dan protein dari 8 kelompok bahan makanan menurut status gizi
balita

BAHAN DAN CARA


Sampel dan variable yang dianalisis
Penelitian ini dilakukan dengan disain deskriptif analitik, menggunakan data konsumsi
makanan individu Riset Kesehatan Dasar tahun 2010. Data konsumsi dikumpulkan dengan metode
recall 1x24 jam. Sampel analisis ini adalah 6796 anak dengan balita umur 24-59 bulan, yang
mempunyai data lengkap status gizi dan data konsumsi gizi yang mecakuo 33 provinsi di Indonesia.
Variable data diperoleh dari beberapa kuesioner yaitu RKD10.GIZI, RKD10.IND, dan RKD10.RT.

Teknik Analisis
Pada tahap awal dilakukan verifikasi data, dilanjutkan dengan membuat frekuensi distribusi
masing-masing variabel. Jenis makanan yang dikonsumsi anak balita terdiri dari 14 jenis makanan.
Jenis makanan yang dikonsumsi dalam sehari kemudian dijumlahkan untuk melihat sumbangannya
dalam memenuhi tingkat asupan energi dan protein. Selanjutnya ke 14 jenis makanan tersebut
dikelompokkan ke dalam 8 kelompok bahan pangan untuk melihat skor pola pangan (PPH). Kemudian
dihitung skor pola pangan harapan (PPH) dengan menghitung sumbangan energy dan persentase
terhadap angka kecukupan gizi nasional (% AKG), kemudian dikalikan bobot dari masing-masing
kelompok.
Konsumsi energy dan protein dihitung menggunakan Nutrisoft. Pada analisis ini anak yang
mengalami defisit energi bila konsumsi energy <70% AKG, dan defisit protein bila konsumsi protein
<80% AKG. Status gizi anak pendek diolah dengan kriteria tinggi badan anak terhadap umur (TB/U).
Kategori pendek (stunting) bila ,-2 z-score dan normal bila ≥ -2 z-score. Analisis data menggunakan
chi square dan anova.

Keterbatasan penelitian
Data konsumsi anak 24-59 bukan merupakan data konsumsi individu anggota rumah tangga
yang didapatkan pada kunjungan rumah ketika pelaksanaan.Data konsumsi dilakukan dengan metode
recall untuk menghitung porposi penduduk yang mengkonsumsi energi dan protein di bawah
kebutuhan minimal menurut umur di indonesia. Jumlah bahan/ makanan yang dikonsumsi anak dalam
sehari ditimbang.
Namun ketika di lakukan survey seringkali makanan tidak tersisa. Contohnya makanan yang
dibuat kemarin tidak tersisa pada saat disurvey dan tidak dapat diperoleh di warung karena makanan
tersebut dibuat sendiri. Jadi menentukan berat makanan dengan contoh makanan yang pada saat survey
tersedia.
Pengumpulan data dilakukan oleh surveyor berpendidikan diploma (D3) gizi dari poltekes.
untuk melakukan penyamaan persepsi, mereka diberikan pelatihan di masing-masing kabupaten/ kota
di 33 provinsi di indonesia oleh penanggung jawab teknis ( PJT) yang terdiri dari Badan Peneliti
Litbang Kesehatan dan Dosen poltekes yang tinggal di lokasi penelitian sebagai supervisor.

HASIL
1. Karakteristik anak

Jumlah anak balita pendek yang berumur 24-59 bulan sebanyak 21%, dan ditemukan yang terbanyak
pada kelompok umur 24-35bulan (23,9%) dapat disimpulkan semakin bertambahnya umur, jumlah
anak balita pendek semakin sedikit. Anak balita yang pendek lebih banyak ditemukan di pedesaan
(24,2%).
2. Karakteristik Rumah Tangga

Sebagian besar pendidikan kepala keluarga yang mempunyai anak balita pendek adalah
tidak sekolah, tidak tamat SD dan tamat SD. Jumlah anak balita pendek lebih banyak
ditemukan pada rumah tangga dengan jenis pekerjaan kepala keluarganya yang berpendapatan tidak
tetap dan ditemukan lebih sedikit pada rumah tangga dengan kepala keluarga yang
bekerja sebagai pegawai atau yang berpenghasilan tetap. Anak balita pendek juga
ditemukan pada k e l o m p o k k u a n t i l 1 d a n k u a n t i l 2 . S e m a k i n t i n g g i k u a n t i l t i n g k a t
p e n g e l u a r a n k e l u a r g a jumlah anak balita pendek semakin sedikit.

3. Keragaman jenis makanan yang dikonsumsi


Menurut keberagaman jenis makanan antara konsumsi anak dengan tinggi normal dibanding
anak pendek, keberagaman lebih tinggi pada anak dengan tinggi normal. Berdasarkan tabel : dalam
mengkonsumsi padi padian keduanya sama rata , namun perbedaan yang cukup signifikan pada
konsumsi protein hewani dan protein nabati. Hal ini menggambarkan peran protein sangat tinggi untuk
proses pertumbuhan. Mengenai konsumsi kuah sayur ataupun buah, keduanya sama kecil.

4. Sumbangan Makanan terhadap Konsumsi Energi dan Protein


Pada anak umur 24-59, kontribusi energi terbanyak berasal dari kelompok padi-padian,
kemudian dari kelompok hewani, lalu kelompok kacang-kacangan. Pada anak pendek kontribusi
energi dari padi-padian lebih banyak dibandingkan dengan anak yang normal. Tetapi sebaliknya pada
anak yang pendek, sumbangan energi dari kelompok hewani lebih sedikit dibandingkan dengan anak
yang normal. Sedangkan sumbangan dari kelompok kacang-kacangan, antara anak pendek dengan
anak normal hampir sama.
Pada anak umur 24-59 bulan, sumbangan protein terbanyak diperoleh dari makanan hewani
dan padi-padian. Sumbangan protein yang diperoleh dari hewani paling banyak pada anak normal
dibandingkan dengan anak pendek. Sedangkan sumbangan protein yang diperoleh dari padi-padian
paling banyak pada anak pendek dibandingkan anak normal.
Kecukupan konsumsi energi dan protein untuk anak balita dibedakan menurut kelompok umur.
Angka kecukupan energi anak umur 12-36 bulan adalah 1000 kkal/hari dan protein 25 gram/hari. Pada
anak umur 37-59 bulan kecukupan konsumsi energi adalah 1550 kkal/hari dan protein 39 gram/hari.
Rata-rata konsumsi energi tertinggi pada anak umur 24-59 bulan pada anak normal
dibandingkan kelompok umur 48-59 pada anak pendek. Sedangkan rata-rata konsumsi protein lebih
tinggi pada balita umur 24-59, baik pada anak pendek maupun normal, bila dibandingkan umur 48-59
pada anak pendek
Defisit energi paling besar pada kelompok anak pendek. Begitu pula pada defisit protein juga
paling banyak pada kelompok anak pendek. Perbedaan proporsi yang tidak begitu banyak, sehingga
dapat dikatakan cukup bermakna menurut status gizi.

PEMBAHASAN
Bila dilihat dari kelompok umur, balita pendek terbanyak ditemukan pada kelompok umur 24-
35 bulan yaitu sebanyak 23,9% dibandingkan pada kelompok umur diatasnya yaitu umur 37-48bulan
yaitu 20,5% dan umur 49-59 bulan sebanyak 18,3%, sehingga terlihat bawa semakin bertambah umur,
jumlah anak pendek semakn kecil.
Pola konsumsi pangan idelal dicerminkan oleh :
1. Pola Pangan Harapan (PPH)
Adalah susunan beragam makanan yang didasarkan pada sumbngan energy dari kelompok
pangan utama, dalam hal ini setelah dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan pangan
2. Standar Keragaman Pangan yang ditunjukkan oleh skor PPH
Tingginya skor PPH menjunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik
komposisi maupun mutu gizinya.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan anak balita umur 24-59bulan
yang normal ternyata lebih beragam yaitu dengan skor 96,60 dibandingkan dengan anak yang pendek
yaitu dengan skor 88,35.
Keragaman makanan yang lebih rendah dikonsumsi oleh balita pendek kemungkinan
disebabkan oleh rendahnya daya beli keluarga dalam menyediakan makanan bagi anak balitanya, yang
dapat dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
Salah satu indicator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat
kecukupan gizi, yang dihitung berdasarkan besar kalori dan protein yang dikonsumsi. Rata-rata
konsumsi energi dibutuhkan anak balita usia 24-59bulan adalah 97,5% AKG hampir mendekati standar
kebutuhan gizi yaitu 100%. Pada balita pendek nilainya lebih rendah yaitu 92,7% AKG sedangkan
pada balita normal 98,8% AKG.
Bila dilihat dari proporsi anak balita yang konsumsi energinya rendah (deficit energy)
menunjukkan bahwa anak balita pendek mengalami deficit energy sebanyak 31,5%, lebih banyak
dibandingkan anak normal 24,9%. Selain itu balita pendek juga dapat mengalami deficit protein yang
lebih banyak dibandingkan balita normal. Selain deficit energy dan protein, anak balita pendek
kemungkinan mengalami deficit zat gizi mikro seperti zat besi, kalsium dan zat seng (Zinc).

KESIMPULAN
1. Jumlah anak balita pendek 24-59bulan yang mengalami deficit energy dan protein lebih banyak
dibandingkan dengan anak balita yang normal. Perbedaan deficit energy dan protein pada anak
balita cukup bermakna menurut status gizi.
2. Konsumsi makanan anak balita normal 24-59 bulan lebih beragam dibandingkan dengan balita
pendek dengan skor PPH lebih tinggi pada anak balita normal dibandingkan balita oendek.
3. Sumbangan e n e r g i d a r i p a d i - p a d i a n p a d a a n a k b a l i t a p e n d e k l e b i h t i n g g i
d i b a n d i n g k a n dengan anak yang normal. Sumbangan protein dari hewani pada anak balita
pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal. Pada anak balita
pendek sumbangan protein dari padi-padian lebih banyak dibandingkan pada anak balita
normal
SARAN
Diperlukan adanya perbaikan tingkat sosial ekonomi di masyarakat agar masalah anak pendek dapat
diturunkan dan dapat meningkatkan penyediaan makanan yang beragam untuk balita.

KOMPONEN YANG DITELAAH


1. JUDUL
a. Tidak terlalu panjang atau terlalu pendek
- Ya, Judul jurnal yang baik tidak lebih dari 20 kata, pada jurnal ini mengandung 16 kata.
b. Menggambarkan topik utama penelitian
- Ya, menggambarkan tentang keragaman makanan dan sumbangannya terhadap energy
dan protein pada anak pendek
c. Menarik minat untuk membaca
- Ya, judul cukup menarik perhatian karena Bahasa mudah dipahami
d. Menggunakan Bahasa baku
- Iya, judul menggunakan bahasa yang baku

2. PENGARANG
Penulisan pengarang sudah benar, urutan penulisan nama dimulai dari penulis pertama, lalu
kedua dan seterusnya.

3. ABSTRAKSI
a. Memuat komponen IMRAD (Introduction, Methods, Results, Discussion)
- Ya
- Introduction : Conditions that potentially interfere with the fulfillment of nutrients,
especially energy and protein in children aged 0-3 years will cause a problem of growth
disorders in children under five (24-59 months). The aim is to assess proportion of food
diversity and contribution to energy and protein consumption among children under
five (24-59 months) stunted and not stunted.
Kondisi yang berpotensi mengganggu pemenuhan nutrisi, terutama energi dan protein
pada anak usia 0-3 tahun akan menyebabkan masalah gangguan pertumbuhan pada
anak balita (24-59 bulan). Tujuannya adalah untuk menilai proporsi keragaman
makanan dan kontribusi konsumsi energi dan protein pada anak balita (24-59 bulan)
terhambat dan tidak terhambat.
- Methods : Data used in this analysis are secondary data base of health research
(Riskesdas) in 2010. A total of 6796 children aged 24-59 months include the variable
child's age, height, nutrient consumption and family characteristics (family head
education, occupation and family income) were anlyzed for the purpose. Nutrient intake
data were analyzed with the program nutrisoft while nutritional status processed by the
program antro WHO, 2007. Data analysis using chi square test and anova.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder dasar penelitian kesehatan
(Riskesdas) tahun 2010. Sebanyak 6.796 anak usia 24-59 bulan meliputi usia, tinggi
badan, konsumsi zat gizi dan keluarga karakteristik variabel anak (pendidikan kepala
keluarga, pekerjaan dan pendapatan keluarga ) dianalisis untuk tujuan tersebut. Data
asupan gizi dianalisis dengan Nutrisoft Program sementara status gizi diproses oleh
antro Program WHO, 2007. Analisis data menggunakan uji chi square dan anova.
- Results : Food consumption was normal toddlers (24-59 months) is more diverse than
the short toddlers.
Konsumsi makanan balita normal (24-59 bulan) lebih beragam daripada balita pendek.
- Discussion : The diversity of these foods is approached with the hope of food pattern
score (PPH), which is normal toddlers PPH score at 96.6, while among short toddlers
at 88,4. Significantly more short toddler who suffered a deficit of energy and protein
compared with normal toddlers (P = 0.000).
Keragaman makanan ini didekati dengan harapan pola makanan skor (PPH), yang
merupakan balita yang normal skor PPH di 96,6, sementara di kalangan balita pendek
di 88,4. Secara signifikan lebih pendek balita yang mengalami defisit energi dan protein
dibandingkan dengan balita normal (P = 0,000).
b. Singkat dan jelas
- Ya, abstrak sudah singkat, jelas dan mencakup semua isi jurnal

4. PENDAHULUAN, memuat :
a. Alasan penelitian
- Ya, pendahuluan sudah mencakup alasan penelitian. Karena kualitas makanan sebagian
besar masyarakat Indonesia terutama pada anak balita masih belum bergizi seimbang.
Hasil Riskesdas 2010 ditemukan anak balita yang menderita gizi kurang dan buruk,
balita kurus dan sangat kurus, serta balita pendek dan sangat pendek. Kondisi tinggi
badan anak pendek menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu yang lama.
b. Tujuan penelitian
- Ya, tujuan umum penelitian adalah menilai keragaman makanan dan sumbangannya
terhadap konsumsi energy dan protein pada anak balita pendek (24-59 bulan) di
Indonesia.
Tujuan khusus penelitian adalah menilai keragaman makanan berdasarkan skor Pola
Pangan Harapan (PPH) menurut status gizi balita (tinggi badan menurut umur) dan
menilai sumbangan energy dan protein dari 8 kelompok bahan makanan menurut status
gizi balita
c. Pustaka yang mendasari dan relevan
- Ya,

5. METODOLOGI, memuat:
a. Desain, lokasi dan waktu penelitian dilakukan
- Desain : deskriptif analitik
- Lokasi : 33 provinsi di Indonesia
- Waktu : tidak dijelaskan di dalam penelitian
b. Populasi penelitian
- Populasi yang dipakai adalah anak balita umur 24-59 bulan dari 33 provinsi di indonesia
c. Kriteria pemilihan populasi
- anak balita umur 24-59 bulan yang mempunyai data lengkap dan dapat dianalisis data
status gizi dan konsumsi gizi di 33 provinsi di indonesia
d. Teknik sampling dan perkiraan besar sampel
- Tidak dijelaskan dalam penelitian
e. Teknik pengumpulan data
- Data konsumsi dikumpulkan dengan metode recall 1x24 jam.
f. Definisi operasional dari variable penelitian
- Definisi operasional variable tidak dijelaskan
g. Rencana pengolahan dan analisis data, batas kemaknaan, dan kekuatan penelitian
- Ya, analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan uji statistic chi square dan anova

6. HASIL, memuat :
a. Tabel deskripsi subyek penelitian
- Ya, terdapat table yang berisi tentang variable kelompok umur, wilayah temoat tinggal,
status gizi
b. Tabel dan ilustrasi ditulis dengan tepat dan informative
- Ya, table dan ilustrasi ditulis dengan tepat
c. Semua hasil penelitian yang penting
- Ya, hasil yang penting adalah hubungan karakteristik anak, karakteristik rumah tangga,
keragaman jenis makanan yang dikonsumsi, sumbangan makanan terhadap konsumsi
energy dan protein
d. Hasil uji statistic, dan nilai P, dan interval kepercayaan (bila menggunakan)
- Ya, terdapat nilai P tetapi interval kepercayaan tidak dicantumkan
e. Disertakan komentar dan pendapat
- Ya, terdapat penjelasan tentang table dan ilustrasi yang ada

7. DISKUSI
a. Membahas semua hal yang relevan
- Ya, yang dibahas adalah hal yang relevan terhadap hasil penelitian
b. Dikemukakan keterbatasan penelitian dan kemungkinan dampaknya terhadap hasil
- Ya, jumlah bahan makanan yang dikonsumsi anak dan akan diestimasi contohnya sudah
tidak ada (habis atau tidak tersedia di warung terdekat)
- Keterbatasan penelitian ini adalah hanya dilakukannya pendataan selama
satu kali dua puluh empat jam, dimana peneliti hanya tahu makanan yang
dimakan oleh anak h a n ya p a d a s a t u h a r i s a j a s e h i n g g a p e n e l i t i t i d a k
m e m p u n ya i d a t a m a k a n a n ya n g d i m a k a n a n a k d e n g a n l e n g k a p .
P a d a s a a t m e l a k u k a n p e n e l i t i a n m a k a n a n ya n g dikonsumsi anak
kebanyakan sudah tidak ada. Karna bukan makanan padi, Sehingga peneliti
tidak dapat melihat dan menimbang secara terperinci jumlah protein atau gizi yang
terkandung dalam makanan tersebut. Dampak dari keterbatasan penelitian
init e r h a d a p h a s i l p e n e l i t i a n a d a l a h d a p a t t e r j a d i k e s a l a h a n d a l a m
m e n e n t u k a n h a s i l penelitian dan juga dapat terjadi ke tidak relevanan antara hasil
dengan apa yang ada di lapangan.
c. Menghubungkan antara teori dengan hasil penelitian
- Ya, teori tentang kondisi yang berpotensi mengganggu pemenuhan zat gizi terutama
energy dan protein
d. Menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian
- Tidak terdapat pertanyaan penelitian
e. Mengemukakan kesimpulan yang sahih berdasarkan data penelitian
- Ya, penelitian ini menghasilkan kesimpulan berdasarkan penelitian

f. Mengemukakan saran penelitian selanjutnya disertai dengan anjuran metodologis yang


tepat
- Ya, dalam penelitian menyarankan perbaikan tingkat sosial ekomoni di masyarakat agar
masalah pendek anak-anak bisa diturunkan

8. UCAPAN TERIMAKASIH
a. Ditujukan kepada orang yang tepat
- Tidak ada ucapan terimakasih pada penelitian
b. Ditanyakan secara wajar
- Tidak ada ucapan terimakasih pada penelitian

9. DAFTAR PUSTAKA
a. Semua yang tertulis di daftar pustaka di naskah, dan sebaliknya
- Ya, daftar pustaka sesuai dengan sumber yang digunakan
b. Disusun secara urut
- Ya, daftar pustaka disusun secara urut dan teratur

10. LAIN-LAIN
a. Ditulis dengan Bahasa yang enak dibaca, informative, hemat kata, dan efektif
- Ya, Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh pembaca
b. Menggunakan ejaan Bahasa yang baku
- Ya, ejaan yang digunakan baku.

Anda mungkin juga menyukai