com/2012/01/17/pemilihan-bahan-dan-media-
pembelajaran/
I. Pendahuluan
A. Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama
tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal
17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus,
komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada
sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan
antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka
akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara
sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah
mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif)
adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang,
tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb.
Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif
berikut ini :
A. Fakta
Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana.
Contoh:
Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945; Seminggu ada 7 hari; Ibu kota Negara RI
Jakarta; Ujung Pandang terletak di Sulawesi Selatan.
B. Konsep
Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.
Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa
denda atau pidana.
C. Prinsip
Penerapan dalil, hukum, atau rumus. (Jika…maka….).
Contoh:
Hukum permintaan dan penawaran (Jika penawaran tetap permintaan naik, maka harga akan
naik).
D. Prosedur
Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan sesuatu
secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah menjumlahkan pecahan ialah:
1. Menyamakan penyebut
2. Menjumlahkan pembilang dengan dengan pembilang dari penyebut yang telah disamakan.
3. Menuliskan dalam bentuk pecahan hasil penjumlahan pembilang dan penyebut yang telah
disamakan.
Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam
kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan
menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar.
Materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar seoptimal mungkin membantu siswa
dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah-masalah yang timbul
berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan, urutan,
perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran dan sumber bahan ajar. Jenis materi
pembelajaran perlu diidentifikasi atau ditentukan dengan tepat karena setiap jenis materi
pembelajaran memerlukan strategi, media, dan cara mengevaluasi yang berbeda-beda.
Cakupan atau ruang lingkup serta kedalaman materi pembelajaran perlu diperhatikan agar
tidak kurang dan tidak lebih. Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar pembelajaran
menjadi runtut. Perlakuan (cara mengajarkan/menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih
setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya (misalnya perlu kejelasan
apakah suatu materi harus dihafalkan, dipahami, atau diaplikasikan).
Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek
tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar
memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar
yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
c) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan
pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam
mencapai standar kompetensi.
Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang
terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan
diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif,
atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi
yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya.
Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis
materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan
mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran
atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode
mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”,
“jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah
“demonstrasi”.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan
adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus
kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut
adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
1. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek,
simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus
diajarkan adalah “fakta”.
Contoh:
Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia.
2. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk
menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau
mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya
“ya” berarti materi yang harus diajarkan adalah “konsep”.
Contoh :
Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk
mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut
dan mana yang berakar tunggang.
3. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan
langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu ? Bila “ya” maka materi
yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
Contoh :
Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi;
langkah-langkah cara membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara
membaca sanjak, cara mengoperasikan komputer, dsb.
4. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara
beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila
jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori
“prinsip”.
Contoh :
Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas
ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara
menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan
lebar.
5. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak
berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika
jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif,
sikap, atau nilai.
Contoh:
Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di
sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas.
6. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara
fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek
motorik.
Contoh:
Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter.
Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang
harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai
dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia: Salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki siswa “Membuat Surat
Dinas “. Setelah diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran untuk mencapai kemampuan
Membuat Surat Dinas tersebut termasuk jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar
cakupan materi yang harus dipelajari siswa agar mampu membuat surat dinas meliputi: (1)
Pembuatan draft atau konsep surat, (2) Pengetikan surat, (3) Pemberian nomor agenda dan (4)
Pengiriman. Setiap jenis dari keempat materi tersebut masih dapat diperinci lebih lanjut.
• Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang
dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu
sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung
laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus
mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan
konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi
(penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan
penerapan dalil).
Contoh lain tentang urutan operasi bilangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Contoh Urutan Materi pembelajaran Secara Hierarkis
Kompetensi dasar
Urutan Materi
1. Mengoperasikan bilangan
1.1. Penjumlahan
1.2. Pengurangan
1.3. Perkalian
1.4. Pembagian
h) Sumber Bahan Ajar
Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari
sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk
mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran
siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi
pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber
dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:
Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi.
Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama
untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
F. Langkah-Langkah Pemanfaatan Bahan Ajar
Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru
(1) Strategi urutan penyampaian simultan
Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut
strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak,
baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global). Misalnya guru akan mengajarkan
materi Sila-sila Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pertama-tama Guru menyajikan lima sila
sekaligus secara garis besar, kemudian setiap sila disajikan secara mendalam.
(2) Strategi urutan penyampaian suksesif
Jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut
strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara
mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam
pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan mengajarkan materi Sila-sila Pancasila.
Pertama-tama guru menyajikan sila pertama yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah
sila pertama disajikan secara mendalam, baru kemudian menyajikan sila berikutnya yaitu sila
kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Strategi penyampaian fakta
Jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda,
nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.) strategi yang
tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar.
b. Berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk
penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, atau
mnemonics, asosiasi berpasangan, dsb. Bantuan penyampaian materi fakta secara bermakna,
misalnya menggunakan cara berpikir tertentu untuk membantu menghafal. Sebagai contoh,
untuk menghafal jenis-jenis sumber belajar digunakan cara berpikir: Apa, oleh siapa, dengan
menggunakan bahan, alat, teknik, dan lingkungan seperti apa? Berdasar kerangka berpikir
tersebut, jenis-jenis sumber belajar diklasifikasikan manjadi: Pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan lingkungan. Bantuan mengingat-ingat jenis-jenis sumber belajar tersebut
menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics) menjadi POBATEL (Pesan,
orang bahan, alat, teknik, lingkungan).
Bantuan menghafal berupa asosiasi berpasangan (pair association) misalnya untuk
mengingat-ingat di mana letak stalakmit dan stalaktit pada pelajaran sains. Apakah stalaktit di
atas atau di bawah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pasangkan huruf T pada atas,
dengan T pada tit-nya stalaktit. Jadi stalaktit terletak di atas, sedangkan stalakmit terletak di
bawah.
Contoh lain penggunaan jembatan keledai atau jembatan ingatan: (1) PAO-HOA (Panas
April-Oktober, Hujan Oktober – April). (2) Untuk menghafal nama-nama bulan yang
berumur 30 hari digunakan AJUSENO (April, Juni, September, Nopember).
(4) Strategi penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan
mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur,
membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan
(berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise)
misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima
berikan tes.
Contoh:
Penyajian konsep tindak pidana pencurian
Langkah 1: Penyajian konsep
Sesuai pasal 362 KUHP, “Barang siapa dengan sengaja mengambil barang milik orang lain
dengan melawan hukum dengan maksud untuk dimiliki dihukum dengan hukuman penjara
sekurang-kurangnya … tahun.”
Langkah 2: Pemberian bantuan
a. Murid dibantu untuk menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal
terhadap konsep yang dipelajari (dalam hal ini Pasal pencurian).
b. Tunjukkan unsur-unsur pokok konsep tindak pidana pencurian, yaitu:
1) Mengambil barang (bernilai ekonomi)
2) Barang itu milik orang lain
3) Dengan melawan hukum (tanpa seijin yang empunya)
4) Dengan maksud dimiliki (mengambil uang untuk jajan).
Contoh positip: Wawan malam hari masuk pekarangan Ali dengan merusak pintu pagar
(sengaja) mengambil (melawan hukum) material bangunan berupa besi beton (barang milik
orang lain), kemudian dijual, uangnya untuk membeli beras (dengan maksud dimiliki).
Contoh negatif/salah (bukan contoh tapi mirip): Badu meminjam sepeda Gani tidak
dikembalikan melainkan dijual uangnya untuk membeli makan. Dari contoh negatif atau
contoh yang salah ini, unsur-unsur “sengaja mengambil barang milik orang lain dengan
maksud dimiliki” terpenuhi, tetapi ada satu unsur yang tidak terpenuhi, yaitu “melawan
hukum”, karena “meminjam”. Jadi pengambilan barang seijin yang empunya. Karena itu
perbuatan tersebut bukan termasuk tindak pidana pencurian, melainkan penggelapan.
Langkah 3: Latihan
Pertama-tama murid diminta menghafal dengan kalimat sendiri (hafal parafrase) Kemudian
murid diminta memberikan contoh kasus pencurian lain selain yang dicontohkan oleh guru
untuk mengetahui pemahaman murid terhadap materi tindak pidana pencurian.
Langkah 4: Umpan balik
Berikan umpan balik atau informasi apakah murid benar atau salah dalam memberikan
contoh. Jika benar berikan konfirmasi, jika salah berikan koreksi atau pembetulan.
Langkah 5: Tes
Berikan tes untuk menilai apakah siswa benar-benar telah paham terhadap materi tindak
pidana pencurian. Soal tes hendaknya berbeda dengan contoh kasus yang telah diberikan
pada saat penyempaian konsep dan soal latihan untuk menghindari murid hanya hafal tetapi
tidak paham.
(5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip
Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat,
teorema, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran jenis prinsip adalah
:
a) Sajikan prinsip
b) Berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip
c) Berikan soal-soal latihan
d) Berikan umpan balik
e) Berikan tes.
Contoh:
Cara mengajarkan rumus menghitung luas bujur sangkar dengan tujuan agar siswa mampu
menerapkan rumus tersebut.
Langkah 1: Sajikan rumus
Rumus menghitung luas bujur sangkar adalah: Sisi X Sisi atau sisi kuadrat.
Langkah 2: Memberikan bantuan
Berikan bantuan cara menghafal rumus dilengkapi contoh penerapan rumus menghitung luas
bujur sangkar. Misalnya sebuah karton bangun bujur sangkar dengan panjang sisi 30 cm.
Rumus: Luas bujur sangkar = S X S.
Luas karton adalah 30 X 30 X 1 cm2 = 900 cm2.
Langkah 3: Memberikan latihan
Berikan soal-soal latihan penerapan rumus dengan bilangan-bilangan yang berbeda dengan
contoh yang telah diberikan. Misalnya selembar kertas panjangnya berbentuk bujur sangkar
dengan panjang sisi 40 cm. Hitunglah luasnya.
2) Familiarity.
Pengguna media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapa ia menggunakan media,
yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media
tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu bisa dan untuk mempelajarinya
membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, sehingga secara terus menerus ia menggunakanmedia
yang sama. Misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan media Over Head
Projector (OHP) dan Over Head Transparancy (OHT, kebiasaan menggunakan media
tersebut didasarkan atas alas an karena sudah akrab dan menguasai detil dari media tersebut,
meski sebaiknya seorang guru lebih variatif dalam memilih media, dalam konsepnya tidak
ada satu media yang sempurna, dalam arti kata tidak ada satu media yang sesuai dengan
semua tujuan pembelajaran, sesuai dengan semua situasi dan sesuai dengan semua
karakteristik siswa. Media yang baik adalah bersifat kontekstual sesuai dengan realitas
kebutuhan belajar yang dihadapi siswa. Jika kita lihat pada contoh di atas, media OHP lebih
tepat untuk mengajarkan konsep dan aspek-aspek kognitif, dapat digunakan dalam jumlah
siswa maksimal 50 orang dengan ruangan yang tidak terlalu besar dan siswa cenderung pasif
tidak dapat melibatkan secara optimal kontrol pembelajaran ada pada guru. Tentu saja OHP
kurang tepat untuk mengajarkan keterampilan yang menuntut demonstrasi, praktek langsung
yang lebih membuat siswa aktif secara fisik dan mental. Alasan familiarity tentu saja tidak
selamanya tepat, jika tidak memperhatikan tujuannya. Meski demikian alasan ini cukup
banyak terjadi dalam pembelajaran.
3) Clarity
Alasan ketiga ini mengapa guru menggunakan media adalah untuk lebih memperjelas pesan
pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih konkrit. Pada praktek pembelajaran,
masih banyak guru tidak menggunakan atau tanpa media, metode yang digunakan dengan
ceramah (ekspository), cara seperti ini memang tidak merepotkan guru untuk menyiapkan
media, cukup dengan menguasai
materi, maka pembelajaran dapat berlangsung, namun apakah pembelajaran seperti ini akan
berhasil? Cara pembelajaran seperti ini cenderung akan mengakibatkan verbalistis, yaitu
pesan yang disampaikan guru tidak sama dengan persepsi siswa, mengapa hal ini bisa terjadi?
Karena informasi tidak bersifat konkrit, jika guru tidak mampu secara detil dan spesifik
menjelaskan pesan pembelajaran, maka verbalistis akan terjadi. Misalnya seorang guru IPA
di Sekolah Dasar sedang menjelaskan ciri-ciri mahluk hidup, diantaranya bahwa mahluk
hidup dapat bernafas dengan insang dan paru-paru. Jika guru tidak cermat mengemas
informasi dengan baik hanya berceramah saja maka siswa yang tidak pernah melihat bentuk
paru-paru dan insang maka akan membayangkan bentuk-bentuk lain yang tidak sesuai
dengan kenyataannya. Disinilah banyak pengguna media, memiliki alasan bahwa
menggunakan media adalah untuk membuat informasi lebih jelas dan konkrit sesuai
kenyataannya. Alasan ini lebih tepat dipilih guru dibanding dengan alasan kedua di atas.
4) Active Learning
Media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan oleh guru. Salah satu aspek yang
harusdiupayakan oleh guru dalam pembelajaran adalah siswa harus berperan secara aktif baik
secara fisik, mental, dan emosional. Dalam prakteknya guru tidak selamanya mampu
membuat siswa aktif hanya dengan cara ceramah, tanya jawab dan lain-lain namun
diperlukan media untuk menarik minat atau gairah belajar siswa. Seperti pendapat Lesle J.
Briggs (1979) menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “the physical means of
conveying instructional content……….book, films, videotapes, etc. Lebih jauh Briggs
menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi
proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas media, Brown (1970) menggaris bawahi
bahwa media yang digunakan guru atau siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas
program belajar mengajar. Sebagai contoh seorang guru memanfaatkan teknologi komputer
berupa CD interaktif untuk mengajarkan materi fisika. Dengan CD interaktif seorang siswa
dapat lebih aktif mempelajari materi dan menumbuhkan kemandirian belajar, guru hanya
mengamati, dan mereviu penguasaan materi oleh siswa. Cara seperti ini membuat siswa lebih
termotivasi untuk belajar, terlebih kemasan program CD interaktif dengan multimedia
menarik perhatian dan membuat pesan pembelajaran lebih lengkap dan jelas. Contoh lain
dapat dilihat pada pelatihan Emotional Spiritual Question (ESQ), salah satu tujuan pelatihan
ini adalah menumbuhkan seoptimal mungkin motivasi peserta untuk berbuat positif dengan
spirit yang besar dan optimalisasi potensi individu, diantaranya dengan cara mengkaji proses
dan kejadian serta fenomena alam (ayat qauniyyah), untuk mewujudkan tujuan ini digunakan
banyak visualisasi (media video) untuk memperlihatkan tayangan- tayangan yang mampu
meningkatkan motivasi peserta, dan secara empiric terbukti mampu meningkatkan motivasi
peserta. Seperti yang dijelaskan di awal, bahwa keberadaan media dapat diperoleh dengan
cara memanfaatkan yang sudah ada, baik media realia yaitu media alami yang tersedia di
alam sekitar misalnya : gunung, sawah, air, berbagai jenis batuan, hewan, tumbuhan dan lain-
lain. Media juga dapat diperoleh dengan cara pembelian.
Membeli berarti tidak terjadi proses desain oleh pengguna, media yang sudah ada langsung
dimanfaatkan oleh pengguna. Beberapa media dengan berbagai materi pelajaran sekolah
berbagai jenjang pendidikan sudah dapat dijumpai di beberapa toko buku, atau di toko yang
khusus menjual alat-alat dan media pembelajaran.
Media yang mudah kita jumpai terutama yang berhubungan dengan Sain dan pelajaran IPS.
Misalnya torso berupa bentuk kerangka manusia, Microscope, loop, mokeup, dan kit alat-alat
praktikum. Pada pelajaran IPS misalnya globe, peta, dan lain-lain.
Tugas pengguna adalah memilih media yang tepat dengan kebutuhan pembelajaran sesuai
dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi pembelajaran. Tentu saja hal ini tidaklah
mudah, diperlukan analisis dan pertimbangan-pertimbangan yang matang sehingga membeli
media berarti manfaat yang diperoleh bukan kesia-sian, dalam hal ini Arif Sadiman (1996:85)
mengemukakan beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan rujukan untuk membeli media,
hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
• Kriteria Keempat, Kesesuaian dengan teori. Pemilihan media harus didasarkan atas dengan
teori. Media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap
paling disukai dan paing bagus, namun didasarkan atas teori yang di angkat dari penelitian
dan riset sehingga telah teruji validitasnya. Pemilihan media bukan pula karena alasan
selingan atau hiburan semata. Melainkan media harus merupakan bagian integral
darikeseluruhan proses pembelajaran, yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran.
• Kriteri kelima, Kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Kriteria ini didasarkan kondisi
psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa. Bobbi
DePorter (1999:117) dalam buku “Quantum Learning” mengemukakan terdapat tiga gaya
belajar siswa, yaitu : tipe visual, auditorial dan kinestetik. Siswa yang memiliki tipe visual
akan mudah memahami materi jika media yang digunakan adalah media visual seperti TV,
Video, Grafis dan lain-lain. Berbeda dengan siswa dengan tipe auditif, lebih menyukai cara
belajar dengan mendengarkan dibanding menulis dan melihat tayangan. Untuk
mengidentifikasi tipe auditorial ini dapat dilihat dari kebiasaan belajarnya, misalnya :
berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, senang membaca
keras dan mendengarkannya, merasa kesulitan dalam menulis namun memiliki kecerdasan
dalam berbicara, belajar dengan cara mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan.
Tipe kinestetik lebih suka melakukan dibandingkan membaca dan mendengarkan. Ciri-ciri
tipe ini diantaranya : berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh
orang untuk memperoleh perhatian dari orang lain, belajar melalui manipulasi dan praktek,
belajar dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari telunjuk ketika membaca dan
lain-lain.
• Kriteria Keenam, Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu
yang tersedia. Bagaimana bagusnya sebuah media, apabila tidak didukung oleh fasilitas dan
waktu yang tersedia, maka kurang efektif. Media juga terkait dengan user atau penggunannya
dalam hal ini guru, jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan media tersebut
dengan baik, maka akan sia-sia, begitu halnya dengan fasilitas lainnya, misalnya sekolah
disebuah desa terpencil membeli perangkat komputer untuk mata pelajaran TIK, namun hal
itu menjadi tidak berfungsi dengan baik, karena ternyata di sekolah tersebut belum terpasang
aliran listrik.
Permintaan
Film
Penjelasan Bagan :
Bagan tersebut menjelaskan proses pemilihan media dengan mengikuti alur / flow dengan
sistem pengguguran sampai pada satu keputusan akhir membeli atau tidak media tersebut.
Misalnya pada bagan tersebut ada permintaan pengadaan media bentuk film atau pihak
sekolah menginginkan untuk pengadaan media film. Langkah pertama adalah
mempertanyakan ada atau tidak media tersebut, jika ternyata sekolah sudah memilikinya
maka dengan sendirinya sekolah tidak jadi membeli media film, namun ada pertanyaan untuk
membeli media lain, jika ternyata juga tidak disetujui berarti pembelian media tidak jadi
dilakukan Apabila ternyata pihak sekolah tidak memiliki dan disetujui pimpinan sekolah
maka selanjutnya masuk pada alur yang mempertanyakan keberadaan dana yang dimiliki
sekolah, apabila dana ada dan mencukupi selanjutnya mengajukan permohonan pembelian
dengan memilih media film melalui katalog media. Sebaiknya sekolah meminta pihak penjual
untuk diadakan reviu media untuk dilakukan evaluasi, dan hasil dari evaluasi itu menjadi
keputusan akhir antara membeli atau tidak. Jika hasil evaluasi menunjukan kesesuaian media
maka sekolah langsung mengusulkan untuk jadi membeli, jika hasil evaluasi menunjukan
ketidak sesuaian, maka tidak perlu membeli, bahkan perlu dicegah untuk, sebab kalau jadi
dibelipun sekolah mengalami kerugian dan tidak efisien.
Untuk lebih memperjelas pemahaman Anda tentang model flowchart dalam media, kita
simak model Gagne dan Reiser dalam Arif Sadiman (2004). Berbeda dengan contoh pertama
di atas, model ini bertitik tolak dari upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
Gegne berpendapat bahwa pemilihan media harus berdasar atas analisis terhadap tujuan
pembelajaran. Bagan tersebut menunjukan bahwa pemilihan media didasarkan atas
karakteristik tujuan, apakah tujuan tersebut bersifat penguasaan sikap verbal? Jika ya, maka
kita harus memilih media yang berorientasi untuk penanaman sikap, seperti : film, film
bingkai, kaset dan video. Apabila tujuan pembelajaran tidak pada penguasaan sikap namun
verbal maka pilihannya apakah bersifat visual atau tidak. Jika visual maka media yang cocok
adalah terks bergambar, film bingkai, film rangkai dan film. Apabila tidak dalam bentuk
visual maka pilihannya audio dengan media cetak. Selain tujuan bersifat penguasaan sikap
juga keterampilan. Apabila keterampilan berupa fisik maka media yang cocok adalah alat
berlatih, sedangkan apabila keterampilan tidak bersifat fisik maka pilihan medianya adalah
komputer, belajar terprogram, CBI dan TV interaktif.
Pembelajaran di sekolah dasar sudah dimungkinkan untuk menggunakan pembelajaran
mandiri, misalnya dengan menggunakan CD pembelajaran interaktif dengan kemasan
sederhana dan pengawasan dari guru. Jika ada permintaan untuk menggunakan media
tersebut, perlu di analisis dengan pola tersebut.
trol
Penjelasan :
Pada tabel di atas aspek yang di analisis kesesuaiannya adalah media dengan
pengendaliannya. Variabel yang termasuk pengendalian diantaranya portabel. Portabel adalah
kemudahan media tersebut untuk di pindahkan, disimpan, di bawa-bawa, kemudahan untuk
memasang (setup) kemudahan untuk menggunakan, dalam kata lain portabel berarti
kepraktisan media tersebut untuk digunakan. Aspek lain yang termasuk pengendalian media
adalah dapat digunakan di rumah, siap digunakan setiap saat artinya tidak tergantung pada
aspek lain, terkendali, dapat digunakan secara mendiri artinya siswa pada saat menggunakan
media tersebut tidak selamanya tergantung pada guru, namun dapat digunakan oleh siswa.
Umpan balik dalam media adalah bisa atau tidaknya media memberikan balikan informasi
pada penggunannya, terutama balikan langsung dan bukan balikan tunda.
Bagaimana cara menggunakan matriks tersebut?
Menggunakan matrik tersebut cukuplah mudah, yang harus Anda lihat pertama kali adalah
aspek pengendalian dari media tersebut, sesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang
akan dilakukan. Misalnya Anda ingin memiliki media yang praktis, dapat digunakan di
rumah, dapat digunakan setiap saat, terkendali dapat digunakan untuk pembelajaran mandiri
meskipun tidak memiliki umpan balik, maka pilihannya ada beberapa alternative media
diantaranya : slide, film strip, audio kaset, dan buku. Tentu saja Anda dapat memilih salah
satu dari media tersebut. Cara kedua dapat juga anda berangkat dari media yang diplih,
kemudian di cocokan dengan karakteristiknya terutama aspek pengendalian dari media
tersebut, dengan sendirinya jika media tersebut ternyata tidak sesuai dengan karakteristik
yang Anda butuhkan maka tidak akan dipilih dan digunakan. Mudah bukan?
Menggunakan format di atas cukuplah mudah kita tinggalmengisi data yang tersedia, memilih
media yang dievaluasi (film, video, Slide, Buku, dll) dan melingkari nomor skala yang
mendekati penilaian kebutuhan media Anda. Format ini dapat disesuaikan dengan keperluan
sekolah tertentu.
Sebagai perbandingan, berikut
D. Prosedur Pemilihan Model Assure
Seperti yang telah diuraikan di atas, prosedur pemilihanmedia dapat dianalisis dengan
menggunakan prosedur menggunakan berbagai format baik matrik, checklist maupun
flowchart. Cara lain dalam pemilihan media dapat menggunakan pola ASSURE model dari
Heinich, Molenda dan Russel (hal.34). ASSUR mengandung makna dari masing-masing
huruf, yaitu Analisis Learner Characteristics, State Objectives, Slec, Modify or Design
materials, Utilitize Materilas, Require Learner response dan Evaluate. Menurut model ini
apabila kita akan memilih media lakukan dengan mengikuti prosedur sesuai tahapan
ASSURE Untuk lebih jelasnya kita uraikan masing-masing kata tersebut.
5. Require Learner respose, Selanjutnya perlu diamati bagaimana respon siswa terhadap
penggunaan media tersebut. Kita harus ingat bahwa sasaran akhir dalam sebuah pembuatan
media adalah harus dapat dipahami, dimengerti dan memudahkan siswa.
Fokus media tidak hanya pada kemasan saja namun lebih penting adalah kejelasan pesan.
Sebagai guru yang langsung berinteraksi dengan siswa, tentunya dapat mengamati bagaimana
respon siswa terhadap media yang kita sajikan. Respon ini dapat berupa respon positif dan
respon negatif. Respon siswa dapat dilihat dari ekspresi, pendapat langsung perihal media
ketertarikan media tersebut, mudah atau sulitnya memahami pesan pembelajaran dalam
media tersebut serta bagaimana motivasi siswa setelah menyimak pembelajaran dengan
media. Respon siswa yang dimaksud di sini tidak sama dengan evaluasi hasil belajar, namun
lebih berupa persepsi dan tanggapan siswa terhadap media. Untuk melihat respon ini guru
dapat langsung menanyakannya kepada siswa atau membuat angket sederhana khusus
mengungkap respon ketertarikan siswa dan keterbacaan media (media literacy)tersebut.
6. Evaluate Tahap akhir dalam pemilihan media model ASSURE adalah melakukan evaluasi.
Evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat suatu keputusan tentang nilai
suatuobjek. Keputusan evaluasi(value judgement )tidak hanya didasarkan atas hasil
pengukuran (quntitatif) melainkan juga hasil pengamatan (quantitatif), baik yang dilakukan
dengan pengukuran (measurement) maupun bukan pengukuran (nonmeasurement) pada
akhirnya menghasilkan suatu keputusan tentang nilai satu objek yang dinilai. Evaluasi
diarahkan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan dengan
menggunakan media.
Evaluasi dilakukan dengan dua jenis yaitu evaluasi pada saat proses pembelajaran dan
evaluasi akhirpembelajaran. Esensi evaluasi yang dilakukan adalah membandingkan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat
pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbukan dan perkembangan siswa, (3)
mendiagnosis
Kesulitan belajar siswa, (4) hasil pembelajaran, (5) mengetahui pencapaian kurikulum, (6)
mendorong siswa untuk belajar dan (7) mendorong guru untuk mengajar lebih baik. Dengan
demikian, penilaian berfungsi untuk kepentingan siswa dan guru.
1. Langkah awal adalah menentukan karakteristik pesan yang akan disampaikan, apakah
pesan tersebut berupa fakta, konsep, gagasan, hukum, teori yang sifatnya konseptual, atau
pesan tersebut berupa instruksi, penugasan-penugasan tertentu yang mengarah pada
penguasaan skill atau keterampilan.
2. Selanjutnya tahap dua mengkaji bagaimana metode yang tepat sesuai dengan karakteristik
pesan pembelajaran. Hal ini perlu dikaji secara langsung dengan mengkaitkan kebutuhan
akan media pembelajaran atau tidak menggunakan media. Apabila pesan tersebut berupa
pesan-pesan pembelajaran, maka dibutuhkan media pembelajaran bukan media yang lain.
Contoh jika pesan tersebut berupa pesan umum, informasi publik, politik dan ekonomi maka
lebih cocok menggunakan media masa dan bukan media pembelajaran.
3. Pesan pembelajaran perlu dianalisis lebih operasional terutama kaitannya karakteristik
tujuan, kita bisa mengambil Teori Bloom et al. (1956: 17) menganalisis kompetensi menjadi
tiga aspek, masing- masing dengan tingkatan yang berbeda-beda: Kompetensi kognitif,
meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
Kompetensi afektif, meliputi pemberian respons, penilaian, apresiasi, dan internalisasi.
Kompetensi psikomotorik, meliputi keterampilan gerak awal, semi rutin, dan rutin. Hal ini
berhubungan dengan media yang cocok dengan karakteristik tersebut
4. Selanjutnya menentukan media yang cocok dan sesuai dengan tujuan dan sesuai dengan
karakteristik siswa, baik dari segi jumlahnya, maupun dari segi karakteristik lainnya, atau
media yang sesuai dengan kemampuan produksi, fasilitas yang dimilii dan biaya yang
tersedia.
5. Evaluasi perlu dilakukan untuk mempertimbangkan lebih matang kelebihan dan
kekurangan media yang telah menjadi pilihan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara
mereviu oleh beberapa pihak yang terkait, seperti guru, atau siswa. Apabila cocok, maka akan
langsung diproduksi dan apabila tidak maka harus kembali pada langkah IV untuk memilih
alternative media yang lainnya .
6. Langkah terakhir adalah melakukan perencanaan untuk pengembangan dan produksi
media. Tahap ini dapat dilakukan dengan
Daftar Pustaka
Abdul Gafur (1986). Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan
belajar mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Abdul Gafur (1987). Pengaruh strategi urutan penyampaian, umpan balik, dan keterampilan
intelektual terhadap hasil belajar konsep. Jakarta : PAU – UT.
Center for Civics Education (1997). National standard for civics and governement. Calabasas
CA: CEC Publ.
Dick, W. & Carey L. (1978). The systematic desgin of instruction. Illinois: Scott & Co.
Publication.
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-based education: a process for the
improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Englewood Cliffs, Publ.
Kemp, Jerold (1977). Instructional design: a plan for unit and curriculum development. New
Jersey: Sage Publication.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational systems planning. New Jersey: Englewood Cliffs.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districs, schools, and classrooms.
Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-based education and behavioral objectives. New Jersey:
Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs.
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for instructional systems development. New York:
Academic Press.