A. Latar Belakang
Epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi TB di
seluruh dunia yang berakibat meningkatnya jumlah kasus TB di masyarakat.Pandemi
HIV merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian TB. Di Indonesia diperkirakan
sekitar 3% pasien TB dengan status HIV positif. Sebaliknya TB merupakan tantangan
bagi pengendalian Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) karena merupakan
infeksi oportunistik terbanyak (49%) pada Orang dengan dengan HIV/AIDS (ODHA).
Indonesia berada pada level epidemi HIV terkonsentrasi (concentrated epidemic)
kecuali Tanah Papua yang termasuk epidemi HIV yang meluas. Sebagian besar infeksi
baru diperkirakan terjadi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi yaitu pengguna
Napza suntik (penasun), hetero dan homoseksual (WPS, waria).
Di provinsi Bengkulu penemuan kasus HIV/AIDS pertama kali dilaporkan
tahun 2001 melalui sero survey yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu sebanyak 3 orang. Kasus HIV/AIDS di Provinsi Bengkulu setiap tahunnya
terus meningkat. Sampai dengan tahun 2015 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS
ditemukan sebanyak 716 orang dan yang meninggal sebanyak 21 orang. Dalam
pemantauan terakhir, selain penularan yang masih terjadi di berbagai kelompok
beresiko, termasuk kelompok ibu hamil.
Sebagian besar orang yang terinfeksi kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis) tidak menjadi sakit TB karena mereka mempunyai sistem imunitas yang
baik. Infeksi tanpa jadi sakit tersebut dikenal sebagai infeksi TB laten. Namun, pada
orang-orang yang sistem imunitasnya menurun misalnya ODHA maka infeksi TB laten
tersebut dengan mudah berkembang menjadi sakit TB aktif. Hanya sekitar 10% orang
yang tidak terinfeksi HIV bila terinfeksi kuman TB maka akan menjadi sakit TB
sepanjang hidupnya. sedangkan pada ODHA, sekitar 60% ODHA yang terinfeksi
kuman TB akan menjadi sakit TB aktif. Dengan demikian, mudah dimengerti bahwa
epidemi HIV tentunya akan menyulut peningkatan jumlah kasus TB dalam masyarakat.
Pasien TB dengan HIV positif dan ODHA dengan TB disebut sebagai pasien ko-infeksi
TB-HIV.
Berdasarkan perkiraan WHO, jumlah pasien ko-infeksi TB-HIV di dunia
diperkirakan ada sebanyak 14 juta orang. Sekitar 80% pasien ko-infeksi TB-HIV
tersebut dijumpai di Sub-Sahara Afrika, namun ada sekitar 3 juta pasien ko-infeksi TB-
HIV tersebut terdapat di Asia Tenggara. Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa
epidemi HIV sangatlah berpengaruh pada meningkatnya kasus TB; sebagai contoh,
beberapa bagian dari Sub Sahara Afrika telah memperlihatkan 3-5 kali lipat angka
perkembangan kasus notifikasi TB pada dekade terakhir. Jadi, pengendalian TB tidak
akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Hal ini berarti bahwa
upaya-upaya pencegahan HIV dan perawatan HIV haruslah juga merupakan kegiatan
prioritas bagi pengelola program TB.
Dari latar belakang tersebut diatas sehingga perlu ditingkatkan keterampilan
dan pengetahuan Pengelola Progran TB di Klinik DOTS tentang tes dan konseling HIV
dan terlaksanalah Workshop Konseling dan Tes HIV untuk Petugas TB di Klinik DOTS
Provinsi Bengkulu Tahun 2016.
B. TUJUAN
Tujuan yang di capai dengan adanya Workshop ini adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan petugas TB tentang Konseling dan Tes HIV;
2. Menyediakan petugas TB yang terampil dalam konseling dan menawarkan tes
HIV pada pasien TB;
3. Mendukung terlaksananya program kolaborasi TB-HIV.
C. KELUARAN
1. Berkembangnya kemampuan dan keterampilan para petugas TB dalam melakukan
konseling dan tes HIV pada pasien TB.
2. Terdukungnya pelaksanaan model pelayanan kolaborasi TB-HIV.
D. PESERTA
Peserta yang mengikuti workshop ini adalah petugas TB/pengelola program TB
kabupaten Rejang Lebong dan kota Bengkulu serta petugas TB/pengelola program
TB layanan yang aktif melakukan kegiatan TB. Peserta yang telah mengikuti
workshop sebanyak 13 orang dengan rincian sebagai berikut :
PETUGAS
NO UNIT KERJA/INSTANSI
TB
1 Pengelola Program TB Dinas Kesehatan Kota Bengkulu 1
2 Puskesmas Jalan Gedang 1
3 Puskesmas Padang Serai 1
4 Puskesmas Basuki Rahmat 1
5 RSUD M.Yunus 1
6 Puskesmas Penurunan 1
7 Puskesmas Pasar Ikan 1
8 Puskesmas Sukamerindu 1
9 Puskesmas Kandang 1
10 Pengelola Program TB Kabupaten Rejang Lebong 1
11 RSUD Curup 1
12 Puskesmas Curup 1
13 Puskesmas Perumnas 1
J U M LA H 13
E. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan pada workshop yaitu :
Ceramah
Tanya Jawab
Diskusi Kelompok
Dihari ketiga workshop diawali dengan materi perubahan perilaku oleh PPO GF
ATM Komponen AIDS. Kemudian dengan pemateri yang sama dilanjutkan
dengan materi mikro konseling. Setelah istirahat siang materi pemeriksaan HIV
oleh PPO GF ATM Komponen AIDS Ibu Ica Pitria Aprianti, SKM, MM. Selain
disampaikan secara teori materi pemeriksaan dilakukan juga secara live
simulasi dengan menggambarkan kondisi jika langsung berhadapan dengan
klien. Pada pukul 15.00 workshop dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut
masing-masing peserta dengan dipandu oleh fasilitator dan sekitar pukul 16:00
Workshop hari terakhir diakhiri dengan penutupan dan penyelesaian
administrasi. Hasil workshop selama pelaksanaa tiga hari ini yaitu peserta sudah
mengerti dan dapat melakukan inisiasi/menawarkan tes hiv terhadap pasien TB
sehingga diharapkan cakupan terhadap pemeriksaan HIV terhadap penderita TB
dapat meningkat dan data yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi terkini
Bengkulu dengan lebih baik kedepannya sehingga kebijakan-kebijakan yang
akan diberikan ataupun yang akan direncanakan dapat lebih baik dalam
menurunkan angka kejadian HIV dari penderita TB .
H. BIAYA
J. PENUTUP
Demikian laporan pelatihan ini kami susun dengan harapan dapat digunakan
sebagaimana mestinya dan sebagai laporan pertanggung jawaban panitia
penyelenggara kepada kepala dinas kesehatan provinsi bengkulu.
LAPORAN PELAKSANAAN
WORKSHOP KONSELING DAN TES HIV
UNTUK PETUGAS TB DI KLINIK DOTS
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016