Anda di halaman 1dari 23

Referat

Trauma Okuli
Asam Basa

Disampaikan oleh:
Vitrosa Yosepta Sera, S.Ked
FAB 116 022

Pembimbing:
dr. Dewi Klarita Furtuna, M.Ked. Klin., Sp.MK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
1 PALANGKA RAYA
2017
Pendahuluan
 Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang
mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik
yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur
bola mata tersebut.
 Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7
ataupun zat basa pH > 7 yang dapat menyebabkan
kerusakan struktur bola mata.
 Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia
merupakan tindakan yang harus segera dilakukan.
Anatomi Mata
Trauma Kimia Pada Mata
 Trauma Asam Pada Mata
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan
denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya,
karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam
serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung
terlokalisir.
Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia
asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan
oleh zat kimia basa
Patofisiologi
 Menunjukkan koagulasi protein yang berlaku pada mata akibat
trauma asam, dan menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana yang
nantinya akan cenderung untuk masuk ke bilik depan mata dan bisa
menimbulkan katarak.
Penangganan Trauma Asam
 Pada saat mata terkena asam di tempat kejadian, tindakan
pertama yang harus diambil adalah dengan irigasi bagian
mata yang terkena dengan menggunakan air keran yang
mengalir atau menggunakan garam fisiologis jika ada
selama 15-30 menit.
 Pada saat di rumah sakit, dapat diberikan anestesi
topikal, larutan natrium bikarbonat 3% dan kemudian bisa
diberi antibiotic. Pada trauma asam, karena terbentuknya
barrier proteksi, mata yang terkena pada dasarnya akan
kembali normal.
Trauma basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma
asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu
hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk
penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan,
bahkan sampai retina
Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior
sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan
kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi
sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi
Patofisiologi Trauma Basa Pada Mata.
 Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase
kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:
 Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal
sebagai berikut:
 Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi
pembuluh darah pada limbus.
 Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi
permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada epitel kornea
dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.
 Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan
presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
 Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan
iris dan lensa.
 Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
 Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
Klasifikasi Trauma Basa Pada Mata.
 Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan
dalam :
 Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus
(prognosis sangat baik)
 Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang
masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus
(prognosis baik)
 Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut
dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah terdapat ½
iskemik limbus (prognosis kurang)
 Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih
dari ½ limbus (prognosis sangat buruk)
 Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat
2, (c) derajat 3, (d) derajat 4
Gejala Klinis.
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma
kimia yaitu, epifora, blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma
akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat segera
terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial
kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan
sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian.
Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa
lebih berat dibanding trauma asam.
Diagnosis
Anamnesis.
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah
tersiram cairan atau tersemprot gas pada mata atau partikel-
partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu diketahui apa persisnya zat
kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram
sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan
terjadinya trauma tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang
terkena zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola
mata sudah netral. Obat anestesi topikal atau lokal sangat membantu
agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan
pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan
perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea,
derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada
kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang
menetap dan berulang.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia
mata adalah pemeriksaan pH bola mata secara berkala
dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan
sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior
mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui
lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga
dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan
tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular.

Penatalaksanaan.
Tatalaksana Emergensi.
1.Irigasi
 Merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan
kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera
mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata
selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya
dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika
perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi
dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.

2.Double eversi pada kelopak mata


 Dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain itu
tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra,
konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

3.Debridemen
 Pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-
epitelisasi pada kornea.Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian
obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi
inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.
Penatalaksanaan
Medikamentosa.
 Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian
steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan
menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering
off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam.
Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

 Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED
atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

 Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan


luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat
10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

 Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan
mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox)
500 mg.

 Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk
menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus.
Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).
Penatalaksanaan
Pembedahan.
 Pembedahan Segera: sifatnya segera dibutuhkan
untuk revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi sel
limbus dan mengembalikan kedudukan forniks
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada
mata antara lain:

 Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia,


lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
 Kornea keruh, edema, neovaskuler
 Sindroma mata kering
 Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata
sering menyebabkan katarak. Glaukoma sudut tertutup
 Entropion dan phthisis bulbi
Prognosis
 Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh
bahan penyebab trauma tersebut. Derajat iskemik pada
pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah
satu indikator keparahan trauma dan prognosis
penyembuhan.
 Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk
paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan
gambaran “cooked fish eye” dimana prognosisnya adalah
yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.
Kesimpulan
 Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam
dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7.
 Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada
trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu
hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk
penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan, bahkan
sampai retina.
 Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora,
blefarospasme dan nyeri yang hebat.
 Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi
mata dengan segera samapai pH mata kembali normal dan diikuti
dengan pemberian obat terutama antibiotik, multivitamin,
antiglaukoma.
 Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien.
Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam
menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.
Daftar Pustaka
 Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
 Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal.
2009.
 Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya
medika. Jakarta. 2000.
 Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of
Ophthalmology Third Edition. Washington. 2005.
 American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular
Complaints. Diakses 14 Desember 2017 dari
http://www.acep.org/content.aspx?id=26712
 Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular
surface burns, 85: 1379-1383, British Journal of Ophthalmology.
Diakses 14 Desember 2017, dari
http://bjo.bmj.com/content/85/11/1379.full.pdf new classification.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai