Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola asuh ibu adalah praktek rumah tangga yang diwujudkan dengan

tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainya untuk

kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak (Zeitlin, 2003). Pola

asuh ibu harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak. Ini perlu

dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak berbeda setiap orang. Masalah

pola asuh ibu yang negatif berdampak pada perkembangan anak yang kurang

sehat. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya anak-anak yang berkeliaran di

jalan atau diterlantarkan di jalanan baik di kota-kota besar maupun di kampung

terpencil sekalipun karena tidak merasa nyaman tinggal di rumahnya. Kurang

lebih 50% dari anak di dunia yang perkembangan dan perilaku kesehatannya tidak

sesuai dengan yang diharapkan karena pola asuh yang diterapkan (Sofyan, 2006).

Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai

perilaku hidup bersih dan sehat. Saat ini di Indonesia terdapat 250.000 sekolah

negeri dan swasta. Jumlah anak usia sekolah mencapai 30% dari total penduduk

Indonesia. Data WHO tahun 2011, menunjukkan sekitar 100.000 anak Indonesia

yang meninggal karena diare. Sementara data Depkes (Departemen Kesehatan)

menunjukkan di antara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit diare.

Kita bisa menyaksikan bahwa begitu banyak anak-anak yang sakit karena pola

makan yang tidak teratur, kurang memperhatikan kebersihan diri (personal

hygiene), dan asupan gizinya tidak teratur (Depkes RI, 2012).


Pola asuh orangtua, dalam hal ini pola asuh yang diterapkan oleh seorang

ibu, merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif

konsisten serta berlangsung terus dari waktu ke waktu (Suherman, 2000). Pola

perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi positif maupun dari segi negatif.

Seorang ibu memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing

anak. Hal tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang

lainnya. Pola asuh yang diterapkan orangtua merupakan gambaran tentang sikap

dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama

mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini,

orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman,

serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan

orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya, yang kemudian semua itu

secara sadar atau tidak sadar akan ditiru oleh anak kemudian menjadi kebiasaan

pula bagi anak-anaknya (Soetjiningsih, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 Juni

2013 di Sekolah Dasar Inpres Iligetang didapatkan data bahwa, pada periode tahun

ajaran 2012/2013, jumlah siswa kelas IV, V dan VI di SDI ini berjumlah 123

orang, dengan perincian kelas IV berjumlah 41 orang, kelas V berjumlah 50 orang

dan kelas VI berjumlah 32 orang. Secara umum, para murid kelas IV, V dan VI ini

memiliki ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Mereka di sekolah dididik

oleh para pendidik yang berjumlah 15 orang. Berdasarkan wawancara peneliti

dengan staf pengajar yang mengurus bagian kesiswaan, ketidakhadiran siswa di

kelas selama satu tahun terakhir lebih banyak disebabkan karena sakit. Presentase

ketidakhadiran karena sakit ini mencapai 77,73%. Tentu presentase ini cukup

tinggi dibandingkan dengan persentase ketidakhadiran karena izin dan alpa yang
masing-masing sebesar 10,50% dan 11,77%. Hal ini tentu jauh dari apa yang

diharapkan sekolah terhadap kesehatan anak karena sekolah sendiri memiliki

upaya untuk mendidik siswa agar mampu menjaga kesehatan (Data primer SDI

Iligetang, 2012).

Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian

orangtua terhadap anak karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut

mengakibatkan terbatasnya interaksi orangtua dengan anaknya, sehingga anak

kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang menyebabkan anak bersifat

manja. Kurangnya perhatian dari orangtua akan mengakibatkan anak mencari

perhatian diluar, baik di lingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan

orangtua pada saat mereka dirumah. Sedangkan orangtua yang tidak bekerja diluar

rumah akan lebih fokus pada anak dan pekerjaan rumah lainnya. Akan tetapi tidak

menutup kemungkinan ada anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa atau

terlalu dekat dengan orangtuanya. Sesuatu yang dilakukan anak selalu dengan

pangawasan orangtua. Oleh karena itu, orangtua yang tidak bekerja sebaiknya juga

tidak terlalu over protektif, sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri. Salah

satu dampak yang ditimbulkan dari kurangnya perhatian orangtua terhadap anak

adalah minimnya komunikasi antara orangtua dan anak, anak menjadi frustrasi

terhadap orangtua (Triaseka, 2007).

Pihak sekolah memiliki upaya nyata dalam meningkatkan kesehatan para

murid. Upaya nyata dari sekolah untuk meningkatkan kesehatan anak adalah

dengan memberikan pendidikan kesehatan dengan porsi waktu dua (2) jam dalam

seminggu. Pendidikan kesehatan ini juga diisi oleh tindakan praktis seperti

penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pemeriksaan kesehatan badan

(personal hygiene) dan pembersihan lingkungan sekolah. Keprihatinan lembaga


sekolah terhadap kesehatan para siswanya juga ditunjukkan melalui inisiatifnya

membangun kerja sama yang baik dengan pihak Puskesmas Beru. Kerja sama ini

berupa penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan penyuluhan

Kespro (Kesehatan Reproduksi). Upaya sekolah tersebut akan berhasil jika anak-

anak sekolah ini mendapat perhatian dan pola asuh yang serius di dalam

keluarganya (Data primer SDI Iligetang, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa ada begitu banyak anak

yang kurang menjaga kesehatannya. Hal ini terjadi karena orangtua (Ibu), kurang

memperhatikan perilaku kesehatan anaknya. Peran ibu memiliki pengaruh yang

sangat besar dalam kehidupan berkeluarga. Pola asuh ibu harus memperhatikan

kebutuhan dan kemampuan anak. Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan

kemampuan anak berbeda-beda setiap orang. Jika seorang ibu sudah memiliki

gambaran tentang potensi anak, maka ia perlu mengarahkan dan memfasilitasi

serta mengasuhnya sesuai dengan kemampuanya.

Kesulitan mencari pola asuh yang baik bagi anak sesuai dengan

kepribadiannya menjadi tantangan dalam kehidupan berkeluarga. Terkadang

orangtua merasa bahwa itu yang terbaik bagi anaknya tetapi belum tentu itu baik

bagi anak tersebut. Masalah seperti ini sering menjadi kendala bagi terwujudnya

suatu kehidupan rumah tangga yang menjadi dasar pendidikan dan pembinaan

anak. Peneliti mencoba melihat perilaku health maintanance anak-anak SDI

Iligetang dan bagaimana ibu mengasuh mereka. Atas dasar ini, peneliti tertarik

memilih judul “Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Health Maintanance

Anak Kelas IV, V Dan VI Di Sekolah Dasar Inpres Iligetang, Kabupaten Sikka

Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang dasar dan utama

bagi anak usia sekolah. Seseorang menanamkan banyak nilai dan kebiasaan akibat

pendidikan yang diterimanya dalam keluarga. Dalam hal ini, pola asuh ibu dapat

mengkondisikan adanya kebiasaan berperilaku health maintanance dalam diri

seorang anak.

Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian

orangtua terhadap anak karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut

mengakibatkan terbatasnya interaksi orangtua dengan anaknya, sehingga anak

kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang menyebabkan anak bersifat

manja. Kurangnya perhatian dari orangtua akan mengakibatkan anak mencari

perhatian diluar, baik di lingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan

orangtua pada saat mereka dirumah.

Perilaku health maintanance berhubungan erat dengan pola asuh yang

diterima oleh seorang anak usia sekolah dalam keluarga. Dalam hal ini, pola asuh

ibu yang baik dengan perilaku health maintanance dapat membentuk anak yang

sehat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah Apakah ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku health

maintanance anak pada kelas IV, V dan VI di SDI Iligetang Maumere?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menjelaskan hubungan pola asuh ibu dengan health maintanance anak di

kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Iligetang Maumere.


2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pola asuh ibu pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah

Dasar Inpres (SDI) Iligetang Maumere.

b. Mengidentifikasi health maintanance (perilaku pencegahan penyakit) pada

anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Iligetang Maumere.

c. Menganalisis hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance

di kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar Inpres (SDI) Iligetang Maumere.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitan ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat menambah

wawasan tentang pola asuh orangtua yang baik dalam pembentukan health

maintannce anak usia sekolah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi anak

Membantu proses perkembangan perilaku health maintance anak kelas IV,

V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang Maumere.

b. Bagi orangtua

Menambah pengetahuan orangtua tentang bagaimana pola asuh yang baik

yang dapat diterapkan pada anak usia sekolah.

c. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan pola asuh ibu dengan

perilaku health maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar

Inpres Iligetang Maumere.


d. Bagi institusi

Sebagai salah satu bahan rujukan dan bacaan di perpustakaan sehingga

diharapkan dapat menambah sumber-sumber referensi, teori-teori tentang

pola asuh ibu terhadap perilaku health maintanance anak.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Menjadi referensi untuk upaya penelitian lebih lanjut.

E. Keaslian Penelitian

Peneliti pernah dilakukan oleh :

1. Amy (2001), yang berjudul, Hubungan Pola Asuh Dengan Gangguan

Pertumbuhan Pada Anak Usia 0-12 Bulan. Penelitian kasus kontrol pada anak

usia 0-12 bulan variabel bebas: pemberian prelactal, pemberian kolostrum,

pemberian ASI, pemberian MP-ASI dan umur penyampaian variabel terikat:

gangguan pertumbuhan (Growth Faltering) variabel yang berhubungan dengan

terjadinya growth faltering adalah praktek pemberian makanan/minuman

prelactal (OR=4,449) dan variabel lain juga tidak menunjukan hubungan yang

bermakna yaitu praktek pemberian kolusterum (OR= 2,672) dan praktek

penyapihan (OR= 2,697).

Perbedaan penelitian ini dan penelitian diatas terletak pada , jenis

penelitian, populasi, sampling, variabel, variabel dependen penelitian diatas

yaitu gangguan pertumbuhan pada anak usia 0-12 bulan sementara peneliti

sekarang variabel dependennya yaitu prilaku health maintanance anak kelas IV,

V dan VI.

2. Paskalia Cahyanti Bura (2011), yang berjudul” Pola Asuh Ibu dan Status Gizi

Batita di Puskesmas Beru Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka”. Jenis

penelitian cross sectional analitik, dengan pendekatan cross sectional yang


bertujuan untuk mengetahui pola asuh ibu dan status gizi batita. Hasil penelitan

menunjukan bahwa peluang variabel bebas (pola asuh ibu) mempengaruhi

variabel terikat (status gizi), nilai rasio prevalens pola asuh sebesar 2,5 sehingga

dapat dikatakan bahwa nilai RP > 1 artinya pola asuh ibu tidak baik merupakan

faktor resiko dari status gizi , dengan nilai X2 = 1,03, coeficien contingenci (C)

=0,146, covidence interval (C1) = 0, 141- 44,079, p = 0,31.

Perbedaan penelitian ini dan penelitian diatas terletak pada variabel

dependen, variabel dependen penelitiaan diatas yaitu status gizi di Puskesmas

Beru sementara peneliti sekarang variabel dependennya perilaku health

maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang

Maumere.

3. Regina Ona Adesta (2012), yang meneliti tentang “Pola Asuh Ibu Dengan

Perkembangan Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di Dusun Keut, Desa Keut,

Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka”. Jenis penelitian survei deskriptive analitic

dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel dalam penelitian ini dengan

30 responden dengan 30 anak usia prasekolah. Masing-masing variabel yang

diteliti dan diuji dengan menggunakan uji chi kuadrat k sampel dengan taraf

kesalahan sebesar 5% untuk membandingkan perkembangan anak antara pola

asuh orang tua otoriter dan pola asuh orang tua otoritatif. Hasil analisis

mendapatkan harga chi kuardrat hitung sebesar 13,815 lebih besar dari hasil chi

kuadrat tabel yaitu 5,591%. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan dari perkembangan anak antara pola asuh orang tua otoriter dengan

orang tua otoritatif.


Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah jenis penelitian,

penelitian diatas menggunakan jenis penelitiaan Deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional serta perbedaan pada variabel dependen dan jumlah

sampel. Sementara peneliti sekarang menggunakan jenis penelitian analitik

dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel pada penelitian sekarang

berjumlah 30 orang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pola Asuh

1. Pengertian pola asuh

Menurut Therisia (2009), dikutip oleh Suparyanto (2010), pola asuh

merupakan interaksi antara orangtua dan anak, yaitu bagaimana cara, sikap

atau perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan

aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang

serta menunjukan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi

anakya. Selain itu pola asuh menurut agama adalah cara memperlakukan sesuai

dengan ajaran agama dalam arti memahami anak dari berbagai aspek dan

memahami anak dengan memberikan pola asuh yang baik, menjaga anak dan

harta anak yatim, menerima, memberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan

dan kasih sayang sebaik-baiknya.

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus besar

bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk

(struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan

mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan menjaganya), dan

memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) suatu badan atau lembaga.

Lebih jelasnya, kata asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan

pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri

dan menjalan hidupnya secara sehat.


2. Macam-macam pola asuh

Menurut Sofia (2009), yang dikutip oleh Suparyano (2010), macam-

macam pola asuh, sebagai berikut:

a. Pola asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan

kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.

Orangtua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak

berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak dan

memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu

tindakan. Pengaruh pola asuh demokratis yaitu akan menghasilkan

karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai

hubungan baik dengan teman-temannya.

b. Pola asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang cenderung menetapkan

standar yang mutlak harus dituruti. Orangtua tipe ini cenderung memaksa,

memerintah, menghukum.

Orangtua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti

aturan yang ditetapkannya. Karena, apapun peraturan yang ditetapkan

orangtua semata-mata demi kebaikan anak. Orangtua tak mau repot-repot

berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan

serangkaian efek. Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak,

biasanya pola asuh seperti ini menghasilkan karakteristik anak yang penakut,

pendiam, tertutup, gemar menentang, suka melanggar norma-norma,

berkepribadian lemah.
c. Pola asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.

Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa

pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit

bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe ini biasanya

bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif

akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang tidak patuh, manja, kurang

mandiri, mau menang sendiri (egois), dan kurang percaya diri.

d. Pola asuh Penelantar

Orangtua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang

sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk

keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun

dihemat-hemat untuk anak mereka. Pola asuh penelantar akan menghasilkan

karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau

mengalah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.

3. Faktor - faktor yang mempengaruhi pola asuh anak

Menurut Edwards (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh

anak, yakni:

a. Pendidikan orangtua

Pendidikan dan pengalaman orangtua dalam perawatan anak akan

mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa

cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan

peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak,

mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu


berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan

fungsi keluarga dan kepercayaan anak. Hasil riset dari Sir Godfrey Thomson

menunjukkan bahwa pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas

individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau

permanen di dalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orangtua yang

sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan

lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu orangtua akan lebih mampu

mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan

yang diberikan orangtua terhadap anaknya.

c. Budaya

Sering kali orangtua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat

disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap

berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orangtua mengharapkan

kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu

kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga

mempengaruhi setiap orangtua dalam memberikan pola asuh terhadap

anaknya (Anwar, 2004).

4. Dampak atau pengaruh pola asuh Ibu terhadap anak

Menurut Baumrind dikutip oleh Suparyanto (2010), dampak atau

pengaruh pola asuh terhadap anak antara lain:


a. Pola asuh demokratis/otoritatif akan menghasilkan kharateristik anak-anak

yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunya hubungan baik dengan

teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang

baru dan kooperatif terhadap orang lain.

b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan kharateristik anak yang penakut,

pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar

norma, keperbadian yang lemah, cemas dan menarik diri.

c. Pola asuh pemisif akan menghasilkan kharateristik anak-anak yang agresif

tidak patuh, manja kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri

dan kurang matang secara sosial.

d. Pola asuh penelantar akan menghasilkan kharateristik anak yang agresif,

kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri rendah, sering

bolos dan bermasalah degan teman.

5. Batasan perilaku

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktvitas,yang merupakan

hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala

seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan dan fantasi, tiap gejala kejiwaan

tersebut jarang berdiri sendiri. Gejala itu muncul bersama-sama dan saling

mempengaruhi. Oleh karena itu, perilaku manusia selalu kompleks. Gejala-

gejala jiwa yang saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku manusia

(Notoadmojo, 2007).

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang

sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas


masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbcara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku (manusia)

adalah semua kegatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati lansung,

maupun tidak lansung dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Skinner (1938), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) merumuskan

bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(ransangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,

maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.

Skiner membedakan adanya dua respons.

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

ransangan-ransangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

Misalnya: makan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya

terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Responden respons ini

juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah

menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya

dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

b. Operant respons atau instrumental respons; yakni respns yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti stimulus atau peransangan tertentu.

Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena

memperkuat respons. Misalnya seorang petugas kesehatan melaksanakan


tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi)

kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka

petugas kesehatan tersbut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan

tugasnya.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua.

a. Perilaku tertutup (covert behavour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas terhadap perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert

behaviour atau unobservable behavor, misalnya: seorang ibu hamil tahu

pentingnya periksa kehamilan, seorang tahu bahwa HIV/AIDS dapat

menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

b. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat oleh orang lain. Tindakan nyata atau praktik

(practice) misalnya, seseorang ibu memeriksa kehamilanya atau

membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, seorang penderita

TB minum obat secara teratur, dan sebagainya.


6. Domain perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku

itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut

tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini

dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau

meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdri dari ranah kognitif

(kognitif domain), ranah efektif (efektif domain), dan ranah psikomotor

(psicomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli

pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur

dari:

a. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuaan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruh pengetahuan seseorang: 1). Faktor internal

: faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensi, minat, kondisi fisik. 2).

Faktor eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,

sarana. 3). Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi

dan metode dalam pembelajaran.

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Allport (1954)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.


2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara

lain adalah fasilitas dan faktor dukung (support) praktik ini mempunyai

beberapa tingkatan :

1) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.


2) Respons terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

3) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga.

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran prilaku dapat dilakukan secara

lansung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran

juga dapat dilakukan secara lansung, yakni dengan mengobsevasi

tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:

1) Kesadaran (awareness) : dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Tertarik (interest) : dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3) Evaluasi (evalution) : menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Mencoba (trial) : dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.


5) Menerima (adoption) : dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

B. Perilaku Health Maintanance Anak Usia Sekolah

1. Pengertian

Perilaku health maintanance adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang

untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku health maintanance

terdiri dari 3 aspek yaitu :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,

maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai

tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut (Notoatmodjo,

2007).

2. Upaya-upaya health maintanance pada anak usia sekolah

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya


makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini tergantung pada

perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

Dalam pencapaian kesehatan yang optimal memerlukan makanan yang

mengandung gizi. Zat-zat yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan

kesehatan ini dikelompokan menjadi lima macam, yakni protein, lemak,

karbohidrat, vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain

sebagai berikut:

1) Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan

hewan yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani biasanya

mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein

nabati. Sedangkan fungsi protein bagi tubuh adalah membangun sel-sel

yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon, dan

membenruk zat inti energi (1 gram energi kira-kira akan menghasilkan

4,1 kalori) (Notoatmodjo, 2003).

2) Lemak, berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya.

Fungsi pokok lemak adalah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh

manusia, sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, dan pelindung tubuh

tertentu (Notoatmodjo, 2003).

3) Karbohidrat, berasal dari kentang, ubi jalar, talas, jagung, padi, dan

gandum. Fungsinya sebagai sumber energi, mempertahankan kadar air

dan garam natrium, komponen jaringan tubuh, merangsang pertumbuhan

bakteri usus, dan menurunkan kolesterol tubuh.

4) Vitamin, terdiri dari vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B) dan

vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Secara umum


fungsi vitamin adalah untuk mengatur pertumbuhan dan mengatur fungsi

organ tubuh.

5) Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium

(Na), Chlor (Cl), Kalium (K), dan Iodium (I). Secara umum mineral

mempunyai fungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme

atau sebagai bagian dari struktur sel dan jaringan (Notoatmodjo, 2003).

3. Beberapa gejala penyakit pada anak usia sekolah

a. Pilek

Penyebabnya adalah virus, bersifat mudah menular terutama pada anak

yang masih dan kondisi fisiknya lemah. Bagian yang diserang adalah

saluran pernapasan.

Gejalanya adalah : kepala pusing, badan agak panas, dan hidung tersumbat,

dari hidung keluar lender yang encer.

b. Suara serak

Jika pilek disertai suara serak berarti infeksi dan pembengkakan telah

terjadi pada pangkal tenggorokan. Lebih lanjut akan terjadi penyempitan

pada mulut saluran tenggorokan dan akirnya menimbulkan sumbatan

pernapasan. Sebaiknya anak di bawa ke dokter.

c. Selera makan berkurang

Ketika terserang penyakit selera makan anak hilang. Sering kali

hilangnya selera makan menunjukan bahwa kesehatan anak terganggu.

Biasanya ketika mulai sakit anak cengeng, tidak mau makan. Jika anak

sudah mulai mau makan, berarti kesehatanya sudah membaik.


d. Muntah

Infaksi saluran pernapasan pada anak menimbulkan muntah. Anak

yang muntah umumnya diikuti panas badan. Jika muntah disertai buang air

besar, harus segera dibawa ke dokter karena jika terlalu banyak cairan tubuh

hilang dapat mengakibatkan kematian.

e. Kejang

Kejang terjadi pada anak dengan disertai menggigil, sebelum suhu

tubuhnya meninggi. Kejang terjadi pada penyakit malaria, campak, demam,

dan lainya. Gejala kejang ini menakutkan. Anak harus ditangani dengan

kesabaran dan rasional.

f. Nyeri

Nyeri dapat mempengaruhi perilaku anak. Yang sering terjadi adalah

nyeri kepala, leher, perut, pegal-pegal. Gejala ini sering mendahului suatu

penyakit.

Pada umumnya perlu diperlihatkan bila terjadi perubahan perilaku

pada anak. Anak yang biasanya gembira dan aktif menjadi pendiam dan

pasif. Perhatikan gejala-gejala penyakit tersebut, kemungkinan lain dari

perubahan perilaku anak adalah karena keadaan psikologis seperti

kehilangan perhatian orang tua karena ada adik baru, anak mengalami

kekecewaan, dan sebagainya.

4. Penyakit yang sering terjadi pada anak usia sekolah

a. Diare

Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air

besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan (Afriadi,

2007).
Penyebab tersering diare dikaitkan dengan air yang terkontaminasi dan

akibat bakteri vibrio cholerae, E. Coli, berbagai virus dan protozoa seperti

Amuba. Gejala yang muncul adalah : Mual, muntah, sakit perut, sakit

kepala dan demam. Diare ringan biasanya berlangsung selama 3 – 6 hari,

dan jika tidak juga reda, segera konsultasikan ke dokter (Afriadi, 2007).

Cara pencegahan penyakit diare, antara lain : 1). Cuci tangan sebelum

masak. 2). Ajarkan anak-anak mencuci tangan sebelum makan dan sesudah

buang air besar. 3). Pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi sudah

dimasak matang. 4). Hindari daging dan ikan mentah atau setengah matang.

b. Tifus

Tifus adalah suatu penyakit infeksi bakterial akut yang disebabkan

oleh kuman Salmonella Typhi. Penyakit ini menular lewat makan atau

minum yang terkontaminasi kuman tifus ini. Tinja yang mengandung kuman

ini mencemari air untuk minum maupun untuk masak dan mencuci

makanan. Dapat juga disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh

seseorang penderita tifus laten (tersembunyi) yang kurang menjaga

kebersihan saat masak.

5. Usaha – usaha orang tua (Ibu) dalam mengasuh anak

Hal-hal yang diperhatikan oleh ibu dalam mengasuh anak dalam usaha

untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan dasarnya adalah sebagai

berikut:

a. Kebutuhan fisis – biomedis (asuh), kebutuhan akan:

1) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang


Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai

dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang memadai pada

bu hamil.

2) Perawatan kesehtan dasar

Untuk mencapai keadaan kesehatana anak yang optimal, diperlukan

beberapa upaya, misalnya imunisasi, kontrol ke puskesmas atau

posyandu secara berkala dan pemeriksaan bila sakit. Dengan upaya

tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau sejak dini, sehingga

bila ada kelainan maka anak segera mendapatkan penanganan yang

benar.

3) Pakaian

Anak perlu mendapatkan pakian yang bersih dan nyaman di pakai,

karena aktvitas anak lebh banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan

yang mudah menyerap keringat.

4) Perumahan

Memberikan tempat tinggal yang layak, akan membantu anak untuk

bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat tinggal yang layak

tidak berarti rumah yang besar, tetapi bagaimana upaya kita untuk

mengatur rumah menjadi sehat. Cukup ventilasi serta terjaga kebersihan

dan kerapihannya.

5) Hygiene diri dan lingkungan

Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga mengurangi resiko

tertularnya infeksi. Selain itu lingkungan yang bersih akan memberikan

kesempatan kepada anak untuk dapat melakukan aktivitas bermain

secara aman.
6) Kesegaran jasmani

Aktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot

– otot dan membuang sisi metabolisme, untuk meningkatkan motorik

anak dan aspek perkembangan lain.

b. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih)

Kebutuhan asih yaitu kebutuhan terhadap emosi yang meliputi kasih sayang

orangtua, rasa aman, harga diri, mandiri, dorongan, rasa memiliki, dan

kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman.

c. Kesehatan stimulus

Kebutuhan ini merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak, dengan

mestimulasi yaitu peransangan yang datang dari lingkungan luar berupa

latihan atau bermain (Berek, 2008).


C. Kerangka Konseptual

Variabel Bebas Variabel Terikat


Perilaku Health Maintanance
Faktor-faktor yang Anak Usia Sekolah
mempengaruhi pola asuh ibu:
- Pendidikan orang tua Perilaku pencegahan
- Lingkungan penyakit
- Budaya

Perilaku gizi (makanan)


dan minuman
Pola asuh ibu
Perilaku peningkatan
kesehatan

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka konseptual hubungan pola asuh ibu dengan perilaku
health maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di sekolah dasar
inpres iligetang maumere.

D. Hipotesis

Berdasarkan pokok persoalan dan tinjauan pustaka diatas maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance pada anak

usia sekolah.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Dan Desain Penelitan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang

digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu

suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen)

dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran

variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Nursalam, 2008).

B. Populasi

Populasi adalah subjek (manusia atau klien) yang memenuhi keriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah siswa / siswi kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang

sebanyak 123 orang.

C. Sampel

Menurut Nursalam (2011), sampel adalah bagian yang terdiri dari populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling.

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa / siswi kelas IV, V dan VI

di Sekola Dasar Inpres Iligetang sebanyak 30 orang.

1. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Tehnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2008).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified

random sampling.
2. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi

1) Siswa-siswi kelas IV, V dan VI di SDI Iligetang maumere yang bersedia

diteliti menjadi responden.

2) Siswa-siswi kelas IV, V dan VI yang dipilih menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi

Siswa-siswi kelas IV, V dan VI yang tidak dipilih menjadi responden.

3. Besar Sampel

Besar sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili atau representatif populasi (Riyanto, 2011).

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang, yang terdiri dari dari:

Rumus: Jumlah populasi strata x Sampel


Jumlah Populasi

Kelas IV = 41 x 30
123

= 10 orang.

Kelas V = 50 x 30
123

= 12,19 atau dibulatkan 12 orang

Kelas VI = 32 x 30
123

= 7,80 atau dibulatkan 8 orang.

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden.

Berdasarkan jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk di jadikan

sampel, peneliti mengambil sampel, diambil secara kelompok, dengan tingkat

kelasnya: kelas IV diambil 10 orang, kelas V diambil 12 orang dan kelas VI

diambil 8 orang. Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden.
D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karateristik yang memberikan nilai beda

terhadap suatu (benda, manusia dan lain-lain). Variabel juga merupakan konsep

dari berbagai level abstrak yang di definisikan sebagai suatu abstrak yang

didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu

penelitian (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu

variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

1. Variabel bebas (Independen)

Variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen

(terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pola

asuh ibu.

2. Variabel terikat (Dependen)

Variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah perilaku health

maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang.
E. Definisi Operasional

Rianto (2011), mengidentifikasi variabel secara operasional dan berdasarkan

karateristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena di lapangan.

Dalam penelitian ini didefinisikan operasionalnya adalah :

Tabel 3.1 Definisi Operasional hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health
maintanance pada kelas IV, V dan VI SDI Iligetang Maumere.

No Variabel Definisi Parameter Alat ukur Ska Skor


operasional la
Variabel - Pola asuh a. Memberikan perhatian KUESIONER O Berilah tanda
independen: ibu adalah kepada anak R cek pada kotak :
pola praktek b. Memberikan kebebasan D Pertanyaan
asuh ibu rumah pada anak I positif (+)
tangga c. Keterbukaan ibu N Ya = 1
yang di terhadap anak A Tidak = 0
terapkan d. Ibu menetapkan standar L Pertanyaan
oleh yang mutlak pada anak negatif (-)
seorang e. Ibu mengekang anak Ya = 0
ibu kepada f. Serinng menghukum Tidak = 1
anak. anak Kriteria
g. Ibu sulit berkomuikasi penentuan skor
dengan anak adalah:
h. Ketidakterbukaan ibu Baik = 76-100%
terhadap anak Cukup= 56-75%
Kurang = < 56%
Variabel Perilaku Perilaku pencegahan KUESIONER O Skor jawaban
dependen: health penyakit R untuk soal
perilaku maintanance D nomor 1-13 jika
health adalah I responden
maintanance usaha-usaha N menjawab:
responden A Selalu = 4
untuk L Sering = 3
menjaga dan Kadang=2
memelihara Tidak pernah= 1
kesehatan Kriteria
agar tidak penentuan skor
sakit. dari jawaban ini
adalah:
Baik=76-100%
Cukup =56-75%
Kurang= < 56%
F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitiaan adalah alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan

data dan dapat berupa :

1. Daftar hadir siswa-siswi kelas IV, V dan VI untuk mendapatkan jumlah siswa-

siswi yang tidak hadir karena sakit untuk selanjutnya ditetapkan sebagai kasus

untuk diteliti.

2. Kuesioner adalah pertanyaan tersetruktur untuk mendapatkan informasi data

primer dari responden. Kuesioner dalam penelitian ini sebelumnya dilakukan

uji validitas pra-penelitian.

G. Uji Instrument

1. Uji Validitas

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap

skor butir (Sugiyono, 2010). Uji validitas dapat menggunakan rumus Person

Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t lalu dilihat

penafsiran dari indeks korelasinya. Rumus Person Product Moment:

𝑛(∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)


rhitung =
√[𝑛 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 ][𝑛 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 ]

Keterangan :
rhitung : Koefisien Korelasi
Ʃxi : Jumlah Skor Item
Ʃyi : Jumlah Skor Total(item)
n : Jumlah responden
Untuk tabel ta = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai thitung > t tabel

berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel tidak valid,

apabila instrument valid, maka indeks korelasinya (r) adalah sebagai berikut :

0,800 – 1,000 : Sangat tinggi


0,600 – 0,799 : Tinggi

0,400 – 0,599 : Cukup tinggi

0,200 – 0,399 : Rendah

0,000 – 0,199 : Sangat rendah (tidak valid) (Sugiyono, 2010).

Uji validitas kuesioner pola asuh ibu dan kuesioner perilaku health

maintanance dilakukan dalam satu tahap pengujian dengan melibatkan 30

responden. Uji validitas dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Nangameting.

Variabel pola asuh ibu terdiri dari 20 butir soal dan variabel health

maintanance terdiri dari 16 butir soal.

Tabel 3.2 uji validitas kuesioner pola asuh ibu

No Pertanyaan R hitung Keterangan


1 Ibu mengatakan pada saya bahwa 0,547 Valid
mereka menyayangi saya
2 Ibu saya menetapkan banyak aturan pada 0,616 Valid
saya
3 Walaupun sibuk ibu saya, selalu 0,595 Valid
menempatkan diri untuk mendengarkan
cerita saya
4 Ibu sering terbuka dan menasehati saya 0,611 Valid
5 Apaka ibu melarang ketika main kotoran 0,568 Valid
6 Ibu menasehati saya ketika saya main 0,411 Valid
kotoran
7 Ibu menetapkan suatu standar nilai bagi 0,054 Tidak Valid
saya
8 Sesudah pulang kerja ibu saya, sering 0,576 Valid
berbicara dengan saya
9 Ibu memarahi saya, ketika saya bermain 0,640 Valid
di tempat yang kotor
10 Ibu mengajak saya untuk membersihkan 0,072 Tidak Valid
lingkungan
11 Ibu saya sering memukul saya ketika 0,576 Valid
saya tidak makan
12 Ibu menghukum saya ketika saya salah 0,696 Valid
13 Ibu saya selalu menetapkan suatu standar 0,411 Valid
nilai bagi saya
14 Ibu sering menyuru saya 0,006 Tidak Valid
15 Ibu saya tidak memperhatikan saya 0,627 Valid
ketika saya main kotoran
16 Ibu saya tidak pernah menjelaskan 0,553 Valid
damapak dan akibat dari kotoran
17 Ibu saya lebih memperhatikan saudara 0,676 Valid
yang lain dari pada saya
18 Ibu menghukum saya ketika saya tidak 0,640 Valid
mengikuti perintah
19 Ibu saya tidak mendengarkan saya 0,521 Valid
ketika saya omong
20 Saya merasa tidak bebas ketika saya ada 0,644 Valid
dirumah bersama ibu saya.

Uji validitas diatas, diperoleh hasil dari pola asuh ibu dari 20 butir soal,

terdapat 17 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid. soal yang tidak valid

yaitu nomor: 7, 10, 14 dihilangkan. Jadi soal untuk pola asuh ibu berjumlah 17

butir soal.

Tabel 3.3 Uji Validitas Kuesioner Perilaku Health Maintanance

No Pertanyaan R hitung Keterangan


1 Makan teratur tiga kali sehari? 0,678 Valid
2 Setiap kali makan ibu menyediakan 0,604 Valid
sayur dan lauk pauk?
3 Mencuci tangan sebelum makan? 0,291 Tidak Valid
4 Ibu menyediakan susu untuk diminum 0,736 Valid
secara teratur?
5 Ibu selalu mengawet makanan agar tidak 0,736 Valid
basi sebelum disantap?
6 Ibu menyediakan vitamin secara teratur 0,780 Valid
untuk membantu pertumbuhan?
7 Ibu membawamu ke puskesmas atau 0,608 Valid
rumah sakit untuk mengontrol kesehatan
jika kamu sakit?
8 Ibu menyuci pakaian kotor yang sudah 0,591 Valid
kamu pakai?
9 Mandi paling kurang satu kali sehari 0,192 Tidak Valid
10 Ibu memilih pakaian yang cocok buat 0,678 Valid
kamu, misalnya membeli baju yang
nyaman untuk bagi kamu?
11 Ibu mencuci perlengkapan makan yang 0,596 Valid
telah digunakan lansung setelah
perlengkapan makan itu digunakan?
12 Ibu membersikan halaman rumah dan 0,590 Valid
sekitarnya?
13 Ibu memperhatikan kebersihan di dalam 0,066 Tidak Valid
rumah, membersikan debu didalam
rumah?
14 Memakai alas kaki ketika pergi ke toilet 0,736 Valid
atau kamar mandi?
15 Menyikat gigi? 0,608 Valid
16 Membersikan debu dikamar tidur dan 0,604 Valid
membersikan perlengkapan tidur
sehingga bisa jau dari kutu busuk dan
nyamuk?

Hasil uji validitas dari variabel health maintanance diatas menunjukkan

bahwa dari 16 butir soal terdapat 13 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid.
soal yang tidak valid yaitu nomor: 3,9,13 dihilangkan. Jadi soal untuk perilaku

health maintance berjumlah 13 butir soal.

2. Uji Reliabilitas

Adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau

kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang

berlainan (Nursalam, 2008).

Uji reliabilitas item instrumen diuji dengan menggunakan uji cronbach

alpha (Uyanto, 2006). Jika alpha > 0.60, maka butir- butir pernyataan

dikatakan reliabel. Setelah dilakukan uji reliabilitas kuesioner pola asuh ibu dan

kuesioner perilaku health maintanance dilakukan dalam satu tahap pengujian

dengan melibatkan 30 responden. Uji reliabilitas dilakukan di Sekolah Dasar

Inpres Iligetang. Variabel pola asuh ibu terdiri dari 20 butir soal dan variabel

health maintanance terdiri dari 16 butir soal.

Uji reliabilitas tersebut, diperoleh hasil dari pola asuh ibu dari 20 butir

soal, terdapat 17 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid. Soal yang tidak

valid yaitu nomor: 7, 10, 14 dihilangkan saja. Jadi soal untuk pola asuh ibu

berjumlah 17 butir soal. Sedangkan hasil uji reliabilitas dari variabel health

maintanance dari 16 butir terdapat 13 soal yang valid dan 3 soal yang tidak

valid. Pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor: 3,9,13 dihilangkan saja. Jadi

soal untuk perilaku health maintanance berjumlah 13 butir soal.

H. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar Inperes

Iligetang kelurahan Beru Kabupaten Sikka dengan pertimbangan bahwa di kelas

IV, V dan VI Sekolah Dasar Inpres Iligetang belum pernah diadakan penelitian
pola asuh ibu terhadap health maintanance anak. Penelitian dilakukan bulan

Agustus 2013

I. Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah dasar inpres Iligetang,

peneliti mengadakan pendekatan kepada responden. Data didapatkan dengan

cara angket dan membagi kuesioner yang tersetruktur untuk kemudian diisi

oleh responden. Subyek penelitian ini adalah kelas IV, V dan VI yang telah

memenuhi kriteria penelitian sebanyak 30 responden.

2. Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul melalui koesoner yang teleh diisi oleh

responden kemudian diolah dengan tahap sebagai berkut:

a. Editing

Untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Coding

Yaitu tahap kedua setelah editing, kegiatan pemberian kode numerik

(angka), pada variabel pola asuh ibu menggunakan skor sebagai berikut:

jawaban Ya=1, Tidak= 0 sedangkan variabel perilaku health maintanance

dengan skoring: selalu= 4, sering= 3, kadang=2, tidak pernah= 1.

c. Tabulasing

Tabulasing adalah pengorganisasian data sedemikian rupa dengan membuat

tabel-tabel sesuai dengan analiss yang dibutukan. Dengan hasil tabulasi pada

variabel pola asuh ibu dengan kategori = jawaban Baik dengan nilai 76-

100%, cukup dengan nilai 56-75%, dan kurang dengan nilai <56%, dan hasil

tabulasi pada variabel perilaku health maintanance dengan kategori=


jawaban Baik dengan nilai 76-100%, cukup dengan nilai 56-75%, dan

kurang dengan nilai <56%.

Untuk pengukuran presentase variabel independen menggunakan rumus:

𝐹
𝑃= 𝑥100%
𝑁
Keterangan :
P= prosentase yang dicari

F= Nilai yang diperoleh

N= Populasi

Sedangkan untuk pengukuran presentase variabel dependen menggunakan

rumus :

𝑆𝑃
𝑁= 𝑥100%
𝑆𝑀

Keterangan :
N = Nilai presentase yang dicari
SP = Skor yang diperoleh
SM= Skor maksimal
3. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi

frekuensi atau besarnya proporsi baik pada kasus maupun kontrol masing-

masing variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Setelah data diolah, maka langkah berikutnya adalah analisis data.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat

yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dua

variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data dilakukan dengan


menggunakan komputerisasi. Untuk mengetahui hubungan antara variabel

yang digunakan uji statistik korelasi rank sperman, untuk mengetahui

apakah ada hubungan variabel independen terhadap variabel dependen

dengan nilai kemaknaan 0,05 artinya bila hasil uji statistik menunjukan P≤

0,05 maka ada hubungan antara variabel independen dengan dependen. HO

di tolak tapi bila hasil uji statistik P ≥ 0,05 berarti HO di terima dengan tidak

ada hubungan bermakna antara kedua variabel yang diukur. Variabel akan di

uji korelasi Rank Spermen. Adapun variabel yang akan di uji variabel

independen adalah pola asuh ibu sedangkan variabel dependen adalah

perilaku health maintanance (perilaku pencegahan penyakit).

Tabel 3.4. Koefesien Korelasi Dan Tingkat Hubungan

Interval koefesien Tingkat hubungan


0,0 – 0,1 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1000 Sangat kuat
(Sumber: Budiarto 2005)

J. Etika Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan memperhatikan masalah etika antara lain

sebagai berikut:

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan serta dampak penelitian,

kemudian meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediaan dalam

penelitian untuk dijadikan responden. Jika responden menolak untuk diteliti

atau mengundurkan diri, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak responden.
2. Anonymity (Tanpa Nama)

Pada lembar persetujuan maupun lembar pertanyaan instrument, penulis

tidak mencantumkan identitas responden tetapi hanya memberikan kode atau

simbol pada lembaran instrument.

3. Confidentiality (Kerahasian)

Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul

akan menjadi koleksi pribadi, tidak akan disebarluaskan kepada orang lain

tanpa seisin responden. Peneliti hanya melaporkan hasil data tertentu tentang

masalah dalam penelitian dan menjaga kerahasian responden.

K. Keterbatasan Penelitan

Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang hubungan pola asuh ibu dengan

perilaku health maintanance, tetapi peneliti masih kekurangan informasi

mengenai pola asuh ibu, karena peneliti hanya meneliti pada anak sehingga

kurang memberikan informasi pada hasil dan pembahasan.

2. Pengalaman peneliti masih kurang sehingga butuh dilakukan penelitian

selanjutnya tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi pola asuh ibu dengan

perilaku health maintanance.


L. Kerangka Operasional / Kerangka Kerja

POPULASI
Seluruh siswa-siswi kelas IV, V dan VI
di SDI Iligetang Maumere tahun ajaran
2013/2014 yang berjumlah 123 orang

Stratified random
Sampel
sampling
Berjumlah 30 orang

Perilaku health
Pola asuh ibu
maintanance

Kuesioner

Pengumpulan data dan analisa data

Pengelolahan SSPS 17 dengan uji


statistik Korelasi Rank spearman

Hasil akhir dan penarikan


simpulan

Bagan 3.1 Kerangka operasional hubungan pola asuh ibu dengan perilaku
health maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar
Inpres Iligetang Maumere
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian dari “ Hubungan Pola Asuh

Ibu Dengan Perilaku Health Maintanance Pada Anak Kelas IV, V dan VI di Sekolah

Dasar Inpres Iligetang Maumere Kabupaten Sikka”, berdasarkan hasil pengisian

kuesioner pada tanggal 23-26 Agustus 2013.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Inpres Iligetang adalah sebuah lembaga pendidikan dasar di

Kelurahan Beru Kecamatan Alok Timur. Sekolah ini berada dibawah naungan

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Sikka. Sekolah Dasar

ini berdiri pada tanggal 10 Januari 1981. Pada periode ajaran 2012/2013, jumlah

siswa kelas IV, V dan VI di SDI ini berjumlah 123 orang, dengan perincian, kelas

IV berjumlah 41 orang, kelas V berjumlah 50 orang dan kelas VI berjumlah 32

orang. Secara umum, para murid kelas IV, V dan VI ini memiliki ibu yang

berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Mereka di sekolah dididik oleh para pendidik

yang berjumlah 15 orang dengan perincian, Pegawai Negeri Sipil 13 orang dan 3

orang pegawai honorer.

Sekolah Dasar Inpres Iligetang mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Jalan Setapak

Sebelah Selatan : Rumah Bpk. Urbanus

Sebelah Timur : Jalan Setapak

Sebelah Barat : Rumah Bpk. Mikael Mehan


B. Data Umum

1. Karateristik siswa-siswi kelas IV,V dan VI menurut umur

Diagram 4.1 Distribusi siswa-siswi kelas IV,V dan VI berdasarkan umur di


Sekolah Dasar Inpres Iligetang, Agustus 2013

Umur
F Frekuensi (%)

33,33% 33,33%
20%
10% 10 10
6
3 13,34%

8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun

Berdasarkan diagram 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 30 siswa-siswi

terdapat usia 10 tahun dan 11 tahun sebanyak 10 orang (33,33%), dan yang

paling sedikit anak yang berusia 8 tahun berjumlah 1 orang (3,34%).

2. Karakteristik siswa-siswi kelas IV,V dan VI menurut jenis kelamin

Diagram 4.2 Distribusi siswa-siswi kelas IV,V dan VI berdasarkan Jenis


Kelamin di Sekolah Dasar Inpres Iligetang, Agustus 2013

Jenis Kelamin
N %

60%

40
40%
12

Laki-laki perempuan

Berdasarka diagram 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 30 siswa-siswi

terdapat siswa-siswi yang paling banyak yaitu perempuan sebanyak 18 orang

(60 %) dan laki-laki sebanyak 12 orang (40%).


C. Data Khusus

1. Karateristik Pola Asuh Ibu

Diagram 4.3 Distribusi Pola Asuh Ibu di Sekolah Dasar Inpres Iligetag,
Agustus 2013

Pola Asuh Ibu


N Presentase

40% 43,33%
16,67% 12 13
5

Baik Cukup Kurang

Sumber: Data Primer

Berdasarkan diagram 4.3 dapat dijelaskan bahwa dari 30 siswa-siswi ada 13

orang (43,33%) pola asuh ibu dengan kategori kurang dan 5 orang (16,67%)

pola asuh ibu dengan kategori baik.

2. Karateristik Perilaku Health Maintanance

Diagram 4.5 Distribusi Perilaku Health Maintanance Anak Kelas IV,V dan
VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang, Agustus 2013

Perilaku Health Maintanance


N Presentase

40% 40%
20%
6 12 12

Baik Cukup Kurang

Sumber: Data Primer

Berdasarkan diagram 4.5 dapat dijelaskan bahwa dari 30 siswa-siswi

terdapat 12 orang (40%) perilaku health maintanance dengan kategori cukup,

12 orang perilaku health maintanance dengan kategori kurang dan 6 orang

(20%) perilaku health maintanance dengan kategori baik.


3. Tabulasi Silang Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Health Maintanance

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Health
Maintanance Anak Kelas IV,V dan VI di SDI Iligetang, Agustus
2013

P.H.Maintanance
Kurang Cukup Baik Total
P.A.Ibu Kurang N 2 6 5 13
% 6.7% 20.0% 16.7% 43.3%
Cukup N 6 5 1 12
% 20.0% 16.7% 3.3% 40.0%
Baik N 4 1 0 5
% 13.3% 3.3% .0% 16.7%
Total N 12 12 6 30
% 40.0% 40.0% 20.0% 100.0%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dari 30 siswa-siswi dapat dijelaskan bahwa

siswa-siswi dengan pola asuh ibu kurang memiliki perilaku health

maintanance kurang sebanyak 2 orang (6,7%), siswa-siswi dengan pola asuh

ibu kurang yang memiliki perilaku health maintanance cukup sebanyak 6

orang (20%) dan siswa-siswi dengan pola asuh ibu kurang mempunyai

perilaku health maintanance baik sebanyak 5 orang (16,7%). Siswa-siswi

dengan pola asuh ibu cukup yang mempunyai perilaku health maintanance

kurang sebanyak 6 orang (20%), siswa-siswi dengan pola asuh ibu cukup

yang mempunyai perilaku health maintanance cukup sebanyak 5 orang

(16,7%), siswa-siswi dengan pola asuh ibu cukup mempunyai perilaku health

maintanance baik sebanyak 1 orang (3,3%), dan untuk siswa-siswi dengan

pola asuh ibu baik yang mempunyai perilaku health maintanance kurang

sebanyak 4 orang (13,3%) dan siswa-siswi dengan pola asuh ibu baik yang

mempunyai perilaku health maintanance cukup sebanyak 1 orang (3,3%).


4. Hasi Uji Rank Sperman Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Health Maintanance

Correlations
P.A.Ibu P.H.Maintanance
Spearman's rho P.A.Ibu Correlation Coefficient 1.000 .534**
Sig. (2-tailed) . .002
N 30 30
P.H.Maintanance Correlation Coefficient .534** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada analisis Korelasi Spearman’rho didapatkan koefisien sebesar

0.534. Karena koefisien mendekat 1, maka dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance adalah

erat/sedang. Angka koefisien positif menunjukkan hubungan positif, yaitu jika

pola asuh ibu baik maka perilaku health maintanance juga akan meningkat.

Dari hasil analisis dengan uji rank spearman di dapatkan nilai p sebesar 0,002.

Karena signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku health

maintanance.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Karateristik Responden

1. Pola Asuh Ibu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 23 sampai 28

Agustus 2013 dengan responden berjumlah 30 orang siswa-siswi kelas IV,V

dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang diidentifikasi pola asuh ibu bahwa

sebagian ibu memiliki pola asuh ibu kurang yaitu 13 orang (43,33%), hal ini

di sebabkan karena ibu tidak menempatkan diri untuk mendengarkan cerita

dari anak dan selalu menetapkan suatu standar nilai bagi anaknya. Pola asuh

dengan kategori baik sebanyak 5 orang (16,67%), hal disebabkan karena ibu

selalu menempatkan diri untuk mendengarkan cerita dari anak dan tidak selalu

menetapkan suatu standar nilai yang mutlak yang harus dicapai oleh anak.

Hal ini sejalan dengan teori Therisia (2009), dikutip oleh Suparyanto

(2010), bahwa pola asuh merupakan interaksi antara orangtua dan anak, yaitu

bagaimana cara, sikap atau perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak,

termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan

perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik

sehingga dijadikan panutan bagi anaknya. Selain itu pola asuh menurut agama

adalah cara memperlakukan sesuai dengan ajaran agama dalam arti

memahami anak dari berbagai aspek dan memahami anak dengan

memberikan pola asuh yang baik, menjaga anak dan harta anak yatim,

menerima, memberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan dan kasih sayang

sebaik-baiknya.
Peneliti serupa juga pernah dilakukan oleh Regina Ona Adesta (2012),

yang meneliti tentang “Pola Asuh Ibu Dengan Perkembangan Anak Usia

Prasekolah (3-5 Tahun) Di Dusun Keut, Desa Keut, Kecamatan Bola,

Kabupaten Sikka”. Jenis penelitian survei deskriptive analitic dengan

pendekatan cross sectional. Masing-masing variabel yang diteliti dan diuji

dengan menggunakan uji chi kuadrat k sampel dengan taraf kesalahan sebesar

5% untuk membandingkan perkembangan anak antara pola asuh orang tua

otoriter dan pola asuh orang tua otoritatif. Hasil analisis mendapatkan harga

chi kuardrat hitung sebesar 13,815 lebih besar dari hasil chi kuadrat tabel

yaitu 5,591%. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari

perkembangan anak antara pola asuh orang tua otoriter dengan orang tua

otoritatif.

Menurut peneliti prinsip seseorang dalam mengasuh anak beraneka

ragam, ada yang menginginkan anak menjalankan disiplin, ada yang

menginginkan anaknya lebih banyak kebebasan dalam berpikir maupun

bertindak, ada pula ibu yang terlalu melindungi anak dan bersikap acuh tak

acuh kepada anak. Oleh karena itu sangat diharapkan kepada ibu agar selalu

memperhatikan pola asuh yang baik terhadap anak jangan membeda-bedakan

cara pola asuh bagi anaknya dalam keluarga, sehingga anak dapat mandiri dan

berperilaku tepat dalam memelihara kesehatannya.

2. Perilaku Health Maintanance

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 30 responden terdapat 12 orang

(40%) perilaku health maintanance dengan kategori kurang, hal ini

disebabkan karena anak tidak tahu dampak ketika bermain ditempat yang

kotor dan tidak membiasakan diri untuk mengkonsumsi vitamin dan mencuci
tangan sebelum makan. Perilakau health maintanance dengan kategori baik

sebanyak 6 orang (20%), hal ini disebabkan karena anak sudah tahu

berperilaku health maintanance dengan selalu membiasakan diri untuk

menjaga kebersihan dirinya.

Menurut Notoadmojo (2007), Perilaku health maintanance adalah

perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila mana sakit.

Dalam pencapaian kesehatan yang optimal memerlukan makanan yang

mengandung gizi. Zat-zat yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan

kesehatan ini dikelompokan menjadi lima macam, yakni protein, lemak,

karbohidrat, vitamin, dan mineral.

Menurut peneliti untuk tercapainya perilaku health maintanance yang

baik anak harus mengetahui dampak dari berperilaku health maintanance.

Dalam hal ini sebagai seorang ibu harus selalu menanam nilai-nilai yang

positif yang berkaitan dengan perilaku health maintanance pada anak

sehingga anak dapat meningkatkan perilaku health maintanance tersebut.

Oleh karena itu perlu pola asuh yang baik sehingga anak bisa menjaga

perilaku health maintanance guna meninggkatkan derajat kesehatannya.

Ketika anak perilaku health maintanance tidak terjaga dengan baik maka

menyebabkan anak sakit, hal ini tercapai bila ibu selalu memperhatikan

kebutuhan dan kepentingan anak.

3. Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Health Maintanance Pada Anak

Kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 23-28 agustus 2013

siswa-siswi dengan pola asuh ibu kurang memiliki perilaku health


maintanance kurang sebanyak 2 orang (6,7%), siswa-siswi dengan pola asuh

ibu kurang yang memiliki perilaku health maintanance cukup sebanyak 6

orang (20%) dan siswa-siswi dengan pola asuh ibu kurang mempunyai

perilaku health maintanance baik sebanyak 5 orang (16,7%). Siswa-siswi

dengan Pola asuh ibu cukup yang mempunyai perilaku health maintanance

kurang sebanyak 6 orang (20%), siswa-siswi dengan pola asuh ibu cukup

yang mempunyai perilaku health maintanance cukup sebanyak 5 orang

(16,7%), siswa-siswi dengan pola asuh ibu cukup mempunyai perilaku health

maintanance baik sebanyak 1 orang (3,3%), dan untuk siswa-siswi dengan

pola asuh ibu baik yang mempunyai perilaku health maintanance kurang

sebanyak 4 orang (13,3%) dan siswa-siswi dengan pola asuh ibu baik yang

mempunyai perilaku health maintanance cukup sebanyak 1 orang (3,3%). Hal

ini berarti ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku health

maintanance anak. Keadaan ini didukung dengan hasil penelitian bahwa

sebagian besar pola asuh ibu terhadap anak masih sangat kurang.

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk

(struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan

mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan menjaganya), dan

memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) suatu badan atau lembaga.

Lebih jelasnya, kata asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan

pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri

dan menjalan hidupnya secara sehat.

Pola asuh adalah suatu cara orangtua (ibu) bertindak secara kompleks

yang melibatkan banyak perilaku spesifik secara individu atau bersama-sama


sebagai suatu serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya. Atau pola

asuh orangtua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orangtua dengan anak,

dimana orangtua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah

laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orangtua

(ibu), agar anak dapat mandiri dan berperilaku tepat dalam memeliharaan

kesehatannya. Hal ini didukung pula dengan hasil uji statistik pola asuh ibu

dengan perilaku health maintanance yang dilakukan dengan menggunakan

analisis Korelasi Spearman’rho didapatkan nilai p = 0,002. Dibandingkan

dengan nilai α= 0.05, maka Ho ditolak yang berati bahwa ada hubungan antara

pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance anak. Oleh karena itu ibu

harus memberikan pola asuh yang baik pada anak dengan memperhatikan

kebutuhan dan kemampuan anak. Ini perlu dilakukan agar perilaku health

maintanance anak lebih ditingkatkan.


BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Inpres

Iligetang Maumere tentang “ hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health

maintanance pada anak kelas IV, V dan VI” dapat dismpulkan bahwa:

1. Pola asuh ibu kurang sebanyak 13 orang (43,33%) dan pola asuh ibu baik

sebanyak 5 orang (16,67%).

2. Perilaku health maintanance cukup sebanyak 12 orang (40%), perilaku health

maintanance kurang sebanyak 12 orang (40%) dan perilaku health maintanance

baik sebanyak 6 orang (20%).

3. Terdapat hubungan yang erat antara pola asuh ibu dengan perilaku health

maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberikan

saran kepada:

1. Anak

Diharapkan anak-anak bisa membedakan mana yang baik untuk dilakukan dan

mana yang tidak baik dilakukan. Jangan terbawa arus lingkungan yang tidak

mendukung pembentukan perlaku health maintanance.

2. Orang Tua (Ibu)

Oang tua (ibu) harus selalu menerapkan pola asuh yang baik kepada anak

sehingga anak mampu untuk berperilaku baik khususnya dalam perilaku health
maintanance, seperti kebiasaan mencuci tangan dan mengkonsumsi makanan

yang bergizi.

3. Bagi Peneliti

Mengetahui lebih mendalam tentang pola asuh ibu dengan perilaku health

maintanance anak usia sekolah.

4. Institusi Pendidikan/Tempat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat diguna sebagi alternatif yang dapat

dikembangkan dan sebagai masukan guna meningkatkan perilaku health

maintanance anak didik.

5. Peneliti Selanjutnya

Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini diharapkan perlu diadakan

penilitian lanjutan tentang faktor-faktor lain seperti faktor pendidikan, faktor

lingkungan, faktor budaya yang berkaitan dengan pola asuh ibu dengan perilaku

health maintanance.
Lampiran 1:
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
1. Anggaran Biaya
Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Dosen Pemula yang diajukan.

No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)

1. Gaji dan upah 4.000.000,-


2. Bahan habis pakai dan peralatan 6.000.000,-
3. Perjalanan 2.000.000,-
4. Lain-lain (publikasi, seminar, laporan) 3.000.000,-
Jumlah 15.000.000,-

2. Jadwal Penelitian
a. Jadwal penelitian tahap pertama adalah: ( Maret 2013 s/d Mei 2013)
Bulan Ke-
No Jenis Kegiatan
1 2 3
1 Studi Literatur

2 Pengumpulan dan Analisis Data

3 Laporan

b. Jadwal penelitian tahap kedua adalah: (Juni 2013 s/d September 2013)
Bulan Ke-
No Jenis Kegiatan
4 5 6 7
1 Implementasi (Coding)
2 Testing User
3 Analisis Hasil dan Perbaikan
4 Publikasi Hasil Penelitian
5 Laporan Akhir
Lampiran 2:
JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN
1. Honor
Honor/Jam Waktu Honor per Tahap (RP )
Minggu
Honor (Rp) (jam/minggu)
Thp 1 Thp 2
Ketua 2.708,- 10 24 650.000,- 650.000,-
Peneliti
Anggota 1 2.708,- 10 24 650.000,- 650.000,-

SUB TOTAL (Rp) 1.300.000,- 1.300.000,-

2. Peralatan Penunjang
Justifikasi Harga Honor Peralatan
Material Pemakaian Kuantitas Satuan Penunjang per Tahap
(Rp) Thp 1 (RP)Thp 2
Sewa Analisa  Analisa Data 120 hari 5.625,- 675.000,- 675.000,-
Data  Analisa Hasil dan
Perbaikan
 Pembuatan Laporan

SUB TOTAL (Rp) 675.000,- 675.000,-

3. Bahan Habis Pakai


Justifikasi Harga Biaya per Tahap (RP)
Material Kuantitas
Pemakaian Satuan (Rp)
Thp 1 Thp 2
Voucher pulsa - Akses 5 bulan 260.000,- 1.300.000,- 1.300.000,-
untuk 2 buah Internet
modem
Toner Printer - Untuk 1 buah 1.000.000,- 1.000.000,- 1.000.000,-
Printer
Tinta Printer - Untuk print 1 buah 50.000,- 50.000,- 50.000,-
hitam data
Tinta Printer - Untuk print 1 buah 50.000,- 50.000,- 50.000,-
warna data
Kertas HVS A4 - Untuk 3 rim 45.000,- 135.000,- 135.000,-
80 gr berkas
kuesioner
- Untuk
berkas
Laporan
Alat-alat tulis - Untuk 2 paket 20.000,- 40.000,- 40.000,-
(ball pen dan penulisan
spidol) data
SUB TOTAL (Rp) 2.575.000,- 2.575.000,-

3. Perjalanan
Justifikasi Harga Biaya per Tahap (RP)
Material Perjalanan Kuantitas Satuan
(Rp) Thp 1 Thp 2
Perjalanan ke - Observasi dan 100 hari 9.750,- 975.000,- 975.000,-
tempat Wawancara
penelitian - Penyebaran
kuesioner
SUB TOTAL (Rp) 975.000,- 975.000,-

4. Lain-lain
Justifikasi Harga Biaya per Tahap (RP)
Material Kuantitas Satuan (Rp)
Thp 1 Thp 2
Konsumsi - Makan siang 15 kali 12.000,- 180.000,- 180.000,-
diskusi tim - Minuman
peneliti
Pembelian - Penjabaran 3 buah 170.000,- 340.000,- 0,-
buku SPK
referensi - Penjabaran
Metode AHP
Pembuatan - Laporan 5 eks 50.000,- 100.000,- 150.000, -
laporan proposal
penelitian
- Laporan hasil
penelitian
SUB TOTAL (Rp) 620.000,- 1.330.000,-
Total Anggaran Yang Diperlukan Setiap Tahap (Rp) Tahap 1 Tahap 2
6.145.000,- 6.855.000,-
Total Anggaran Yang Diperlukan Seluruh Tahap (Rp)
15.000.000,-
Lampiran 3:

SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI/PELAKSANA DAN PEMBAGIAN


TUGAS

No Nama/ NIDN Instansi Bidang Ilmu Alokasi Urain Tugas


Asal Waktu
(jam/minggu)
1. Pembronia Nona Universitas S2- 10 jam per
(jam/minggu) Malakukan survei,
Fembi, Nusa Nipa Keperawatan minggu mengolah data,
S.Kep,Ns,M.Kep Maumere menganalisis dan
/NIK : menentukan kriteria-
1986091820100921 kriteria serta bobot
08 kinerja dosen,
Mengembangkan
algoritma metoda
2. Yosefina Nelista, Universitas S1- 10 jam per Melakukan
AHP untuk survei,
S.Kep,Ns/ Nusa Nipa Keperawatan minggu membantu analisa dan
pengambilan
0818098601 Maumere perancangan
keputusan. sistem
serta melakukan
pengkodean
(implementasi sistem).
Lampiran 4.a:

Biodata Ketua Peneliti


A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Pembronia Nona Fembi, S.Kep,Ns,M.Kep
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional Asisten Ahli 100
4. NIP/NIK 198609182010092108
5. NIDN -
6. Tempat dan Tanggal Lahir Kewapante, 15 Mei 1986
7. E-mail niapembronia@gmail.com
8. Nomor Telepon/Faks/HP 081216649484
9. Alamat Kantor Universitas Nusa Nipa Maumere, Jalan
Kesehatan, No. 03, Maumere – Flores -
Nusa Tenggara Timur.
10. Nomor Telepon/Faks/HP (0382) 22388, 21129
11. Lulusan yang Telah Dihasilkan S1= 350 Orang; S2= 0 Orang; S3= 0 Orang
12. Mata Kuliah yang Diampu 1. Ilmu Keperawatan Dasar IV
2. Ilmu Dasar Keperawatan II
3. Ilmu Dasar Keperawatan I
4. Ilmu Keperawatan Dasar II
5. Ilmu Keperawatan Dasar I
6. Keperawatan Sistem Kardiovaskuler
7. Manajemen Keperawatan
8. Metodologi dan Riset Keperawatan
9. Biostatistik
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Universitas Airlangga -
Kesehatan Insan Unggul Surabaya
Surabaya
Bidang Ilmu S1-Keperawatan S2-Keperawatan -
Tahun Masuk-Lulus 2004 – 2008 2010-2012 -
Judul Hubungan Tingkat Pengaruh Pendekatan
Skripsi/Thesis/Disertasi Pengetahuan Ibu Dengan Motivational
Lamanya Pemberian ASI Interviewing Terhadap
Pada Anak Di Posyandu Motivasi dan
RW XIII Ujung Wilayah Kemandirian Penderita
Kerja Di Puskesmas TB Paru Di Puskesmas
Pengirian Karang Wolomarang
Tembok Surabaya Kabupaten Sikka-NTT

Nama Pembimbing: Pembimbing I;


Pembimbing/Promotor Budiono,dr.,M.Kes Winariani K,dr.,Sp.P
(K).,MARS
Pembimbing II: Tintin
Sukartini,S.Kp.,M.Kes

C. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar


Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1. Seminar Estetika Seks dan Cinta Kawula Estetika Seks dan 14 Februari
Muda Menuju Perilaku Reproduksi Cinta Kawula Muda 2013/UNIPA
Sehat Pada Era Globalisasi Menuju Perilaku MAUMERE
Reproduksi Sehat Pada
Era Globalisasi

2. Workshop : Work Item Development Pembuatan Soal Uji 3– 24 Agustus 2013


Dan Review Dalam Peningkatan Kompetensi Ners
Kualitas Pendidikan Perawat Profesional Indonesia
3. Seminar Nasional Penataan Penataan 12 Maret 2011
Kompetensi, Wewenang Profesi Kompetensi,
Perawat Dan RUU Keperawatan Wewenang Profesi
Perawat Dan RUU
Keperawatan

4. Semiloka Nasional Pemberdayaan Pemberdayaan 26-27 November 2011


Masyarakat Sehat Melalui Masyarakat Sehat
Wewenang Profesi
Keperawatan Kesehatan Perempuan Melalui
Keperawatan
Kesehatan
Perempuan
5. Temu Ilmiah Aplikasi Teori dan Aplikasi Teori dan 05 Februari 2011
konsep Model Keperawatan Dalam konsep Model
Perspektif Keperawatan Lanjut Keperawatan Dalam
(Advanced Nursing) Perspektif
Keperawatan Lanjut
6. International Conference On Critikal (Advanced Nursing) 11 Desember 2010
Trends In Managing
Care Nursing : Trends In Managing Patient With Chest
Patient With Chest Trauma In Trauma In
Emergency And Intensive Care Emergency And
Settings Intensive Care
Settings

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata
ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya.

Maumere, 12 Maret 2013


Peneliti,

Pembronia Nona Fembi, S.Kep,Ns,M.Kep


Lampiran 4.b:
Biodata Anggota Peneliti

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Yosefina Nelista, S.Kep,Ns
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional -
4. NIP/NIK -
5. NIDN 0818098601
6. Tempat dan Tanggal Lahir Maumere, 18 September 1986
7. E-mail nersnelista@yahoo.co.id
8. Nomor Telepon/Faks/HP 085 239 040 300
9. Alamat Kantor Universitas Nusa Nipa Maumere, Jalan
Kesehatan, No. 03, Maumere – Flores -
Nusa Tenggara Timur.
10. Nomor Telepon/Faks/HP (0382) 22388, 21129
11. Lulusan yang Telah Dihasilkan S1= 350 Orang; S2= 0 Orang; S3= 0 Orang
12. Mata Kuliah yang Diampu 1. Ilmu Keperawatan Dasar IV
2. Keperawatan Sistem Persepsi Sensori
3. Keperawatan Sistem Perkemihan I
4. Keperawatan Sistem Perkemihan II
5. Keperawatan Sistem Integumen
6. Ilmu Dasar Keperawatan II
7. Ilmu Keperawatan Dasar II
8. Keperawatan Komunitas
9. Keperawatan Keluarga
10. Kegawatdaruratan I
11. Kegawatdaruratan II
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Nusa Nipa - -
Maumere
Bidang Ilmu S1-Keperawatan - -
Tahun Masuk-Lulus 2005 – 2009 - -
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Hubungan Beban Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja
Perawat di Ruangan
Flamboyan RSUD dr.T.C.
Hillers Maumere
Nama Pembimbing/Promotor Pembimbing I:
Benediktus Toki, SKM,
M.Kes
Pembimbing II: Theresia
Angelina Bala, S.Kep,Ns

C. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar


Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1. Seminar Estetika Seks dan Cinta Kawula Estetika Seks dan 14 Februari
Muda Menuju Perilaku Reproduksi Sehat Cinta Kawula Muda 2013/UNIPA
Pada Era Globalisasi Menuju Perilaku MAUMERE
Reproduksi Sehat Pada
Era Globalisasi

2. Workshop : Work Item Development Dan Pembuatan Soal Uji 13-24 Agustus 2013
Review Dalam Peningkatan Kualitas Kompetensi Ners
Pendidikan Perawat Profesional Indonesia

3. Lokarya Penulisan Artikel Ilmiah Penulisan Artikel 13 Desember 2012


Ilmiah

4. Pelatihan Proses Pembelajaran Pada Penyusunan Silabus, 11 – 12 Juli 2011


Kurikulum Berbasis Kompetensi (P2KBK) Kontrak
Perkuliahan, SAP
5. Lokarya Edutainment – Indonesia Menulis Pelatihan Metode 12 Desember 2010
dengan tema : Pelatihan Metode Pembelajaran Dan
Pembelajaran Dan Penulisan Karya Ilmiah Penulisan Karya
Ilmiah

6. International Symposium In Nursing with Entrepreneurship in 13-14 Maret 2010


theme The Spirit Of Entrepreneurship in Nursing For Brighter
Nursing For Brighter Future Future

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata
ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya.

Maumere, 12 Maret 2013


Peneliti,

Yosefina Nelista, S.Kep,Ns

Anda mungkin juga menyukai