PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
belajar untuk berkomunikasi sosial, karena pada tahap ini anak mampu
tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Bermain muncul atas motivasi
dari dalam diri anak dan tidak perlu diajarkan lagi. (Surana Taufan, 2003).
kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-
1
lain. Anak tidak bisa memisahkan antara bermain dan bekerja. Bagi anak
(Soetjiningsih, 1995)
baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreatifitas, dan sosial anak. (Surana
Taufan, 2003).
keterampilan fisik anak, sedangkan bermain pasif ideal untuk anak yang
lelah atau tidak mampu untuk melakukan aktifitas misalnya karena sakit
2003).
Anak yang dirawat di Rumah Sakit akan merasa tidak aman dan
orang terdekat dan cemas dengan lingkungan yang baru. Reaksi anak
cemas, kehilangan kontrol, dan takut akan nyeri dan perlukaan. (Whaley
2
hospitalisasi sebagai pengalaman yang menakutkan, sehingga anak
keluarga dan anak sakit yang lain (Whaley and Wong, 1995. dalam
Arisanty).
pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk yang secara
verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan
3
Bermain selama proses hospitalisasi membantu dalam
dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk membuat anak menjadi familiar
dengan lingkungan yang baru ini. Bermain juga dapat digunakan untuk
2014).
tingkat kecemasan.
rumah sakit yang ada di kotamobagu yang belum memiliki fasilitas dan
4
memperhatikan aspek pertumbuhan dan perkembangan anak terutama
pemberian obat per oral. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk
toddler pada tindakan pemberian obat per oral di Rumah Sakit Umum
Monompia kotamobagu.
B. Rumusan Masalah
penerimaan anak usia toddler pada tindakan pemberian obat per oral di
5
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan umum
per oral.
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan
6
Menambah wawasan tentang pengaruh bermain terhadap
penerimaan anak usia toddler pada tindakan pemberian obat per oral.
4. Bagi penelitian
5. Bagi peneliti