Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
Finlandia terkenal dengan pendidikan terbaik di dunia. Ini terbukti dari
peringkat PISA (Program for International Student Assesment) pada tahun 2003
siswa Finlandia menduduki peringkat pertama dan meraih skor tertinggi di dunia
secara konsisten. Tes yang diadakan oleh PISA menguji siswa yang berusia 15
tahunan di sekiatr 40 negara industri seluruh dunia, pengukuran tes dalam PISA
yaitu keaksaraan dalam membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Finlandia
juga menduduki peringkat ketiga dari 65 negara peserta lainnya. Kualitas
pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki tersebut, memang luar biasa.
Finlandia muncul sebagai satu-satunya negara non-Asia yang mampu menempati
posisi tiga besar setelah China dan Korea Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa hal
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah kurikulum pendidikan di Indonesia?
1.2.2 Bagaimanakah kurikulum pendidikan di Finlandia?
1.2.3 Bagaimana perbedaan kurikulum pendidikan di Indonesia dengan
Finlandia?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui kurikulum pendidikan di Indonesia.
1.3.2 Untuk mengetahui kurikulum pendidikan di Finlandia.
1.3.3 Untuk mengetahui perbedaan kurikulum pendidikan di Indonesia dengan
Finlandia.
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui kurikulum pendidikan di Indonesia.
1.4.2 Dapat mengetahui kurikulum pendidikan di Finlandia.
1.4.3 Dapat mengetahui perbedaan kurikulum pendidikan di Indonesia dengan
Finlandia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No
IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan nasional.
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran
dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan
tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi
dimaknai sebagai perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak. Seseorang telah memiliki
kompetensi dalam bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.
Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding,
skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-aspek ini
diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya.
Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan
(dimilik setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu
mata pelajaran), kompetensi dasar (dimiliki setelah menyelesaikan satu topik atau
konsep), kompetensi akademik (pengetahuan dan keterampilan dalam
menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional (kesiapan dan kemampuan
beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi terhadap
lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal
(memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa).
Beberapa Keunggulan KBK adalah:
1) KBK yang mengedepankan penguasaan materi hasil dan kompetensi
paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning to know, learning to do,
learning to live together, dan learning to be.
2) Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.
3) Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah
mata pelajaran belum bisa dikurangi.
4) Metode pembelajaran keterampilan proses dengan melahirkan metode
pembelajaran PAKEM dan CTL.
4
B) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006
dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI,
namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan
kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22
tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah sebagai
berikut:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa
peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang
bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis
sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
lingkungan peserta didik.
2) Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama,
suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu.
5
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
C. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten
dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada
Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum
satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis
(dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai
rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten
kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa
kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah;
2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan
salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang
apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan
menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan
dalam Standar Kompetensi Lulusan.
6
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam
Kompetensi Dasar (KD).
2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas, dan mata pelajaran
3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata
pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,
generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–
based curriculum” atau “content-based curriculum”.
6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada
tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten
kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas
(mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan
penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah
kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan
memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.
8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif
dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan
penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan
Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan
daftar mata pelajaran.
7
2) Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang
pendidikan, dan program pendidikan.
3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan
Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning)
sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya.
7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni.
8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi.
2.2 Kurikulum Pendidikan di Finlandia
Finlandia atau Republik Finlandia adalah sebuah negara Nordik yang
terletak di Fennoscandian wilayah utara Eropa. Di sebelah barat berbatasan
dengan Swedia, di sebelah timur berbatasan dengan Rusia, dan di sebelah utara
berbatasan dengan Norwegia, sementara Estonianya terletak di bagian selatan
Teluk Finlandia. Ibu kota Finlandia adalah Helsinki.
8
Russia
9
kemampuan, keahlian dan kompetensi yang terbaik. Finlandia membangun system
pendidikan dengan karakteristik yang dilaksanakan secara konsisten, yakni, free
education, free school meals, dan special needs education dengan berpegang teguh
pada prinsip inklusivitas.
Pendidikan dasar Finlandia dikembangkan sedemikian rupa agar mampu
menjamin kesetaraan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk menikmati
pendidikan terlepas dari faktor gender, strata sosial, latar belakang etnis dan
golongan. Fokus utama sistem pendidikan adalah kemerataan pendidikan guna
menunjang tingkat kompetensi rakyat dalam menyokong pembangunan nasional
berdasarkan inovasi.
Segenap rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan
secara gratis. Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh
warga negara untuk menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang
pendidikan, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, terlepas dari latar
belakang perekonomian mereka, guna pengembangan diri, keahlian, kompetensi
dan kapasitas seluruh warganegaranya. Hak tersebut dijamin dan tertuang dalam
Konstitusi Finlandia.
B. Sistem Pendidikan di Negara Finlandia
Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Finlandia bertransformasi
menjadi negara industri maju dan modern adalah tingginya kualitas dan
kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Tingginya kualitas
dan kompetensi SDM Finlandia merupakan hasil dari perjalanan panjang
komitmen kuat pemerintah dan rakyat Finlandia dalam membangun dan
mengembangkan system pendidikan nasionalnya.
Pemerintah dan rakyat Finlandia menyadari bahwa komitmen kuat untuk
membangun dan mengembangkan system pendidikan nasional merupakan kunci
penentu keberhasilan negaranya untuk tetap eksis mempertahankan
keberlangsungan hidupnya sebagai negara yang berpenduduk kecil, sumber daya
alam yang sangat terbatas dan hidup di tengah kondisi alam yang ekstrim dan
kurang bersahabat. Pembangunan negara dan bangsa Finlandia berdiri di atas pilar
pendidikan dan penelitian yang berbasis inovasi dan disokong penuh oleh seluruh
komponen bangsa.
10
Sistem pendidikan di Finlandia memiliki 3 tingkatan, yakni:
1) Pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun (terdiri dari 6 tahun pendidikan
dasar dan 3 tahun pendidikan menengah pertama);
2) Pendidikan menengah atas dan/atau sekolah kejuruan (vocational training);
3) Pendidikan tinggi (higher education).
Pendidikan pra-sekolah tersedia bagi anak-anak yang belum memasuki usia
wajib sekolah (di bawah usia 7 tahun). Pendidikan dasar adalah tingkat
pendidikan umum dasar yang diberikan secara komprehensif dalam periode 9
tahun. Pendidikan menengah atas terdiri dari pendidikan dan pelatihan kejuruan
dan pendidikan dasar. Pendidikan tinggi diberikan di berbagai universitas dan
politeknik. Pendidikan dan pelatihan kaum muda tersedia di setiap tingkatan
jenjang pendidikan. Selain dari pada itu, pendidikan kaum dewasa menawarkan
berbagai macam pendidikan dan pelajaran rekreasional yang diharapkan mampu
membangun kompetensi dan keahlian penduduk.
11
pentingnya peran orang tua dalam mendukung proses pembelajaran anak
yang diberikan oleh gurunya di sekolah atau di pusat penitipan anak. Orang
tua murid juga turut aktif dilibatkan dalam penyusunan kurikulum daerah
yang tetap berpegang teguh dengan kurikulum inti nasional.
b) Pendidikan Dasar
Sistem pendidikan Finlandia tidak lagi mengenal sistem pendidikan
menengah pertama, atau setara dengan pendidikan di tingkat Sekolah
Menegah Pertama (SMP) di Indonesia. Orang tua atau wali murid dalam usia
wajib belajar, wajib menyekolahkan anaknya untuk mengikuti program wajib
belajar. Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan
pendidikan dasar tanpa dipungut biaya untuk seluruh anak yang tinggal di
kekuasaan wilayah administratifnya. Setelah anak menyelesaikan seluruh
silabus pendidikan dasar, maka anak tersebut akan menerima sebuah sertifikat
yang menyatakan bahwa anak tersebut telah menyelesaikan pendidikan wajib
dasar 9 tahun dan berhak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menegah
atas (general upper secondary school) atau pendidikan kejuruan (vocational
education and training). Dalam jenjang pendidikan dasar 9 tahun, tidak
terdapat ujian nasional untuk kenaikan tingkat kelas, maupun ujian nasional
untuk kelulusan pendidikan wajib dasar 9 tahun. Anak hanya akan
memperoleh penilaian yang diberikan oleh guru di tiap akhir tahun ajaran dan
di akhir jenjang pendidikan dasar.
c) Pendidikan Menengah
Sekolah Menengah atas dan Kejuruan Setelah seorang murid telah
menerima seluruh kurikulum jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun, maka
murid tersebut dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan
lanjutan (upper secondary education level). Terdapat dua macam jenjang
pendidikan lanjutan, yakni jenjang Pendidikan Menengah Atas dan jenjang
Pendidikan Sekolah Kejuruan (vocational education and training). Jenjang
pendidikan sekolah kejuruan dibagi ke dalam dua tingkat, yakni pendidikan
kejuruan (initial vocational education and training) dan pendidikan kejuruan
lanjutan (further vocational education and training). Murid dapat memilih
jalur pendidikan mana yang akan mereka jalani. Kurikulum jenjang
12
pendidikan menengah atas dan jenjang pendidikan sekolah kejuruan ditempuh
selama 3 tahun. Namun demikian, setelah seorang murid menamatkan salah
satu dari kedua jalur pendidikan tersebut, maka ia berhak untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi di Universitas atau Politeknik.
d) Pendidikan Tinggi
Sistem pendidikan tinggi (dikti) Finlandia terdiri dari 2 sektor, yakni
politeknik, dan universitas. Misi politeknik adalah untuk mencetak dan
melatih para ahli untuk mendukung dunia kerja dan melaksanakan riset dan
pembangunan yang mampu menyokong pendidikan serta pembangunan
daerah. Universitas melaksanakan riset ilmiah dan menyediakan instruksi dan
pendidikan paska sarjana. Tujuan inti kebijakan dikti Finlandia adalah untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat dan mencetak para ahli terdidik
guna memenuhi kebutuhan dunia kerja, khususnya di bidang bisnis dan
industri.
Bahkan finlandia tercatat sebagai Negara dengan waktu belajar terseingkat
di dunia dibanding negara maju lainnya yaitu 4-5 jam per hari. selain itu ,
guru yang mendampingi dalam 1 kelas ada 3 orang . 2 guru pengampuh mata
pelajaran dan 1 orang guru lagi untuk mendampingi anak secara individual
apabila mengalami kendala saat proses belajar berlangsung.
C. Kurikulum Pendidikan di Negara Finlandia
Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang diberlakukan
di negara-negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak di Finlandia
menghabiskan waktu lebih sedikit di sekolah dibandingkan anak-anak di negara
lain. Jam istirahat sekolah juga lebih panjang, yakni 75 menit, dibandingkan
dengan negara seperti Amerika yang membatasi waktu 30 menit istirahat. Mereka
juga diberikan tugas yang lebih sedikit. Selain itu, anak-anak Finlandia memulai
pendidikan akademik di usia 7 tahun, berbeda dengan kebanyakan negara yang
memulai pendidikan akademik anak-anak di usia yang lebih muda.
Prinsip kurikulum pendidikan Finlandia adalah" Less is More". Sekolah
berfungsi sebagai tempat belajar dan eksplorasi potensi dimana sekolah menjadi
lingkungan yang relaks dan tidak terlalu mengikat siswanya dengan jam belajar
dan kapasitas tugas yang tidak terlalu membebani siswa. Di samping itu, tidak
13
ada sistem peringkat untuk prestasi akademik dan ujian standarisasi dari tingkat
sekolah dasar sampai dengan menengah pertama. Para siswa juga baru diuji
dengan ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun
bersifat optional, hanya bagi mereka yang mau melanjutkan ke jenjang perguruan
tinggi. Bagi yang tidak mengikuti ujian, tetap bisa melanjutkan ke institusi
pendidikan yang berorientasi ke praktek dunia kerja. Prinsip lain kurikulum di
Finlandia adalah Non-discrimination and equal treatment yang berarti tidak ada
diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. di Finlandia semua anak punya
hak sama dalam pendidikan.
Sistem pendidikan Finlandia sangat menitikberatkan bimbingan bagi siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Finlandia optimis bahwa hasil terbaik hanya
dapat dicapai bila kita lebih memperhatikan siswa yang kurang daripada terlalu
menekankan target kepada siswa yang unggul. Dengan begitu, tidak ada anak-
anak yang merasa tertinggal. Finlandia terbukti mampu mencetak anak-anak
berprestasi di bidang akademik tanpa harus mengikuti standarisasi akademik
konvensional yang kaku.
2.3 Perbedaan Kurikulum Pendidikan di Indonesia Dengan Finlandia
Ada beberapa perbandingan sistem pendidikan antara Indonesia dengan
Finlandia yang memiliki prestasi peserta didik terbaik di dunia,yaitu :
Indonesia Finlandia
System pendidikan Indonesia ialah Finlandia menganut sistem
bersifat teori Behavioristik yang lebih Humanistik yakni sistem belajar
menekankan teori dan belajar dengan yang menekankan pada peserta
metode stimulus-respon,serta didiknya untuk memadukan teori
mendudukkan orang yang belajar dan praktek serta menempatkan
sebagai individu yang pasif. Teori ini murid sebagai objek yang bebas
menekankan prilaku akibat efek dari merdeka namun diiringi rasa
belajar. tanggung jawab, pembelajarannya
melakukan pendekatan dialogis,
reflektif dan ekspresif. Sehingga
mereka mampu memecahkan
problem solving.
14
Indonesia, yang kaya berhak Finlandia menyediakan kesempatan
mendapatkan yang lebih baik, yang setara bagi seluruh warga
sedangkan orang yang kurang mampu negara untuk menikmati layanan
tidak begitu diperhatikan,bahkan pendidikan gratis, di setiap jenjang
banyak yang putus sekolah. Walaupun pendidikan, sesuai dengan
pemerintah telah menggalakkan kemampuan dan kebutuhannya,
program wajar 12 tahun dengan terlepas dari latar belakang
slogan “gratis” tapi tetap saja banyak perekonomian mereka
pungutan lain yang dilakukan oleh
pihak sekolah.Sehingga kata “gratis”
itu dirasa percuma karena tetap harus
banyak uang yang dikeluarkan untuk
biaya-biaya lain.
Indonesi dalam memberikan Finlandia dalam memberikan
pelajaran masih banyak pelajaran tidak melalui metode
menggunakan metode ceramah. ceramah, melainkan dengan
menyuruh peserta untuk aktif
mencari bahan pelajaran dan
pengajar hanya memberikan arahan.
Sehingga peserta lebih mengetahui
secara real tentang apa yang mereka
cari.
Indonesia, test masih membudaya Finlandia tidak mengadakan testing
untuk digunakan. Sehingga peserta untuk kelulusan karena bagi mereka
hanya memikirkan bagaimana cara hal tersebut hanya melatih peserta
untuk lulus ujian. mereka untuk dapat lolos dari target.
Indonesia menerapkan KKM Finlandia menganut kebijakan
(Kriteria Ketuntasan Minimal) automatic promotion, naik kelas
sehingga siswa yang gagal tes harus otomatis. Guru siap membantu siswa
mengikuti tes remidial dan masih yang tertinggal sehingga semua naik
ada tinggal kelas. kelas.
15
Dalam pendidikan di Indonesia Dalam jenjang pendidikan dasar 9
masih menggunakan tes (ulangan tahun, tidak terdapat ujian nasional
harian, ulangan blok, ulangan mid- untuk kenaikan tingkat kelas,
semester, ulangan umum / kenaikan maupun ujian nasional untuk
kelas, dan ujian nasional). kelulusan pendidikan wajib dasar 9
tahun. Anak hanya akan
memperoleh penilaian yang
diberikan oleh guru di tiap akhir
tahun ajaran dan di akhir jenjang
pendidikan dasar.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling
tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan
karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang
harus dialami oleh peserta didik.
2. Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang
diberlakukan di negara-negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak
di Finlandia menghabiskan waktu lebih sedikit di sekolah dibandingkan
anak-anak di negara lain. Prinsip kurikulum pendidikan Finlandia adalah"
Less is More". Sekolah berfungsi sebagai tempat belajar dan eksplorasi
potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks dan tidak terlalu
mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak
terlalu membebani siswa.
3. Ada beberapa perbandingan sistem pendidikan antara Indonesia dengan
Finlandia yang memiliki prestasi peserta didik terbaik di dunia,yaitu :
System pendidikan Indonesia ialah bersifat teori Behavioristik yang lebih
menekankan teori dan belajar dengan metode stimulus-respon,serta
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Teori ini
menekankan prilaku akibat efek dari belajar. Sedangkan, Finlandia
menganut sistem Humanistik yakni sistem belajar yang menekankan pada
peserta didiknya untuk memadukan teori dan praktek serta menempatkan
murid sebagai objek yang bebas merdeka namun diiringi rasa tanggung
jawab, pembelajarannya melakukan pendekatan dialogis, reflektif dan
ekspresif. Sehingga mereka mampu memecahkan problem solving.
17
3.2 Saran
Dalam sebuah penulisan, tentu diperlukan dilakukannya penulisan lanjutan
guna meningkatkan ilmu pengetahuan. Dalam membuat makalah, disarankan
mencari referensi yang lebih luas lagi, sehingga pembahasan akan semakin
mendalam dan lebih efektif. Sehingga akan benar-benar memberikan manfaat
dimana akan didapat sebuah pengetahuan yang dapat diterapkan di dalam
masyarakat.
18
Daftar Pustaka
Finnish National Board of Education. 2010. National Core Curriculum for Pre-
primary Education. Finnish National Board of Education.
19