Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Di dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari hukum syari’at


Alloh SWT baik itu hubungan kita kepada-Nya (ubudiyyah) maupun hubungan
kita kepada sesama manusia (amaliyyah).Metode hukum islam bersumberkan dari
Al-Qur’an dan Al-Hadits kemudian para sahabat berijtihad setelah meninggal
Rosululloh SAW,para tabi’in dan sesudahnya beristimbat dan menghasilkan
perbedaan hasil ijtihad karena disebabkan oleh pemahaman akan maksud syari’at
dan tingkat keilmuan serta keadaan pada zamannya.
A.Pengertian Hukum

Hukum berasal dari kata “al-hukmu” menurut bahasa artinya


larangan,sedangkan menurut istilah adalah menetapkan suatu hal atau perkara
terhadap suatu hal atau perkara.As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki
mengemukakan definisi hukum adalah ‘perkataan Alloh SWT yang berkaitan
dengan perbuatan Mukallaf dan berkaitan dengan huku tujuh yaitu
wajib,sunnah,mubah,makruh,haram,sah dan fasid.

Menurut Imam Syafi’i susunan kaidah baik buruk itu ada lima Yaitu yang
terkenal dengan istilah ‘al-khamsah’ atau lima golongan hukum.Seluruh
perbuatan manusia dapat dimasukkan dalam salah satu golongan hukum yang
lima tersebut.Hukum itu adalah wjib,sunnah,mubah,makruh dan haram.

B.Sumber Hukum

Hukum tidak terlepas dari Al-Qur’an dan Hadits,manakala keduanya


menjadi dasar hukum dalam syari’at islam.Dari keduanyalah ditetapkan hukum-
hukum islam yang berlaku sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang
kepada kita semua.

Pengertian sumber hukum adalah segala pa saja yang melahirkan atau


menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan,yang bersifat mengikat
yaitu peraturan yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan
nyata.Sumber hukum islam adalah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau
yang menjadi sumber syari’at islam terutama Al-Qur’an dan hadits.Disamping itu
terdapat beberapa bidang kajian yang erat berkaitan dengan sumber hukum
islam,yaitu Ijma’,Ijtihad,Istishab,maslah mursalah,qiyas,ra’yu dan ‘urp.
1. Al-Qur’an

Apabila dikaji lebih mendalam hukum-hukum yang terdapat dalam Al-qur’an


terdiri dari:

a. Hukum I’tiqadiyah
b. Hukum Amaliyah
c. Hukum Khuluqiayah

Khusus di bidang hukum syari’at terdapat dua bagian,yaitu;

a. Hukum ibadah
b. Hukum mu’amalah

Menurut Amir Syarifuddin hukum mu’amalah terbagi kedalam beberapa


bidang hukum yaitu:

- Hukum mu’amalah
- Hukum perkawinan
- Hukum waris
- Hukum jinayah atau pidana
- Hukum murafaat atau acara
- Hukum dusturiyah atau negara
- Hukum dauliyah atau antar bangsa

2. Al-Hadits

Hadits menegaskan hukum-hukum yang tersebut dalam aAl-


Qur’an,memberikan perincian tentang hukum didalam Al-Qur’an hanya dibahas
secara global,menetapkan suatu hukum yang belum diatur di dalam Al-Qur’an
secara jelas.
3. Ijtihad

Ijtihad secara bahasa berasal dari kata ‘jahada’ yang berarti berusaha dengan
sungguh-sungguh.Dan kata ‘al-ijtihad’ tidak dipakai melainkan kepada sesuatu
yang mengandung arti kesukaran atau kesulitan.

Dari pengertian di atas,para ulama merumuskan pengertian menurut istilah


dengan beberap pendapat.Bagi ulama yang mendekatinya melalui pemikiran
integral,ijtihad adalah sebagai upaya yang dicurahkan mujtahid dalam berbagai
bidang ilmu,seperti bidang fiqhi,teologi,filsafat dan tasawuf.Sementara ulama
yang berpegang pada usulul fiqhi melihat bahwa ijtihad sebagai aktivitas yang
berkaitan dengan masalah fiqhi.Oleh karena itu,mereka berpendapat bahwa
upaya memahami nash tentang masalah-masalah teologi,filsafat dan tasawuf
tidak dikategorikan sebagai aktivitas ijtihad.

Berikut definisi-definisi ijtihad menurut para ulama usulul fiqhi antara


lain:

- Definisi Al-Ghazali

‘Ijtihad adalah upaya maksimal seorang mujtahid dalam memperoleh


pengetahuan tentang hukum-hukum syar’i’.Definisi ini lebih bersifat umum dan
ditekankan pada adanya upaya maksimal bagi seorang mujtahid untuk
mengetahui hukum-hukum syar’i.

- Definisi Al-Amidi

‘Ijtihad adalah mencurahkan segala kemampuan dalam mencari hukum


syara’ yang bersifat zhanni,sehingga dirinya tidak mampu lagi mengupayakan
seperti itu’. Definisi tersebut mengindikasikan bahwa objek ijtihad adalah
masalah-masalah yang bersifat zhanni,sehingga hasilnya tidak mutlak benar.
- Definisi menurut Muhamad Abu Zahrah

‘Ijtihad adalah usaha seorang faqih yang menggunakan seluruh kemampuannya


untuk menggali hukum yang bersifat amaliyah dari dalil-dalil ang
terperinci.Definisi ini menekankan adanya subjek ijtihad adalah seorang faqih
dan objeknya adalah hukum-hukum yang praktis atau amaliyah.

Macam-macam ijtihad adalah:

1. Dari segu kajiannya menurut al-Syatibi

- Ijtihad Istinbhati yaitu ijtihad yang dilakukan dengan cara mujtahid diharuskan
memenuhi persyaratan mujtahid.
- Ijtihad Tatbiqi yaitu ijtihad yang dilakukan dengan mendasarkan pada suatu
permasalahan yang terjadi di lapangan.Mujtahid harus dituntut untuk memahami
maqashid syari’ah secara mendalam.

2. Ijtihad dari segi relevansinya dengan masalah-masalah kontemporer,menurut


Yusuf Al-Qordhawi

- Ijtihad Intiqa’i yaitu ijtihad yang dilakukan oleh seorang atau kelompok orang
dengan cara memilih pendapat para ahli fiqih terdahulu dalam suatu
permasalahan.Para mujtahud mengutamakn pendapat yang leboh kuat dalilnya
dan lebih relevan dalam realisasinya di masa sekarang.
- Ijtihad Insya’i yaitu ijtihad dengan pengambilan hukum baru yang belum pernah
dikemukakan oleh Yusuf Al-Qordhawi.

Tingkatan mujtahid terbagi ke dalam 4 tingkatan,yaitu sebagai berikut:

1. Mujtahid yang berkemampuan berijtihad seluruh masalah hukum islam dan


hasilnya diikuti oleh orang-orang yang tidak sanggup berijtihad
2. Mujtahid fil madzhab adalah mujtahid mujtahid yang didalam ijtihadnya
mengikuti pendapat salah satu madzhab dengan beberapa perbedaan.
3. Mujtahid fil masail yaitu mujttahid yang hanya membidangi dalam masalah –
masalah tertentu.

Syarat-syarat mujtahid

1. Mengetahui bahasa arab


2. Mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang Al-Qur’an
3. Memiliki pengetahuan yang memadai mengenai hadits
4. Mengetahui letak ijma’ dan khilaf
5. Mengetahui aqashid al-Syari’ah
6. Memiliki pemahamn dan penalaran yang benar
7. Memiliki pengetahuan tenatang usulul fiqhi
8. Memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal sunnah
9. Mengetahui tentang manusia dan kehidupan sekitarnya
10. Niat dan i’tikad yang benar

Sebab – sebab terjadinya ketidaksamaan dalam hasil ijtihad

1. Perbedaan didalam memahami Al-qur’an


2. Perbedaan di dalam sunnah Nabi Muhammad SAW
3. Perbedaan dalam berijtihad dan mempergunakan pendapat yang disebabkan
kualitas kemampuan yang berbeda.

Selain metode-metode yang sudah disebutkan, adapula metode pengambilan


hukum dalam islam menurut beberapa ahli ulama,yaitu;

1. Imam Hanafi

Urutan metodeiIstinbath hukum Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) adalah:

1. Al-Qur’an
2. Hadits
3. Aqwalus Shahabah
4. Qiyas
5. Istihsan

Istihsan menurut bahasa adalah “menganggap lebih baik”, menurut ulama


Ushul Fiqh Istihsan adalah meninggalkan ketentuan Qiyas yang jelas Illatnya
untuk mengamalkan Qiyas yang bersifat samar.

6. ‘Urf atau kebiasaan manusia.

2. Imam Malik

Urutan metode istinbath hukum Imam Malik adalah:

a. Al-Qur’an
b. Sunnah Rosul
c. Ijma’mpara ualam Madinah
d. Qiyas

Qiyas menurut bahasanya berarti mengukur, secara etimologi kata itu


berasal dari kata Qasa. Yang disebut Qiyas ialah menyamakan sesuatu dengan
sesuatu yang lain dalam hukum karena adanya sebab yang antara keduanya

e. Mashalihul Mursalah

Maslahah mursalah menurut lughat terdiri atas dua kata,


yaitu maslahah dan mursalah. Kata mursalah berasal dari kata bahasa
arab sholaha- yasluhu menjadi sholhan atau mashlahatan yang berarti sesuatu
yang mendatangkan kebaikan.

Sedangkan kata mursalah berasal dari kata kerja yang ditafsirkan


sehingga menjadi isim maf’ul, yaitu: arsala- yursilu- irsalan- mursalan yang
berarti diutus, dikirim atau dipakai (dipergunakan). Perpaduan dua kata menjadi
“maslahah mursalah” yang berarti prinsip kemaslahatan (kebaikan) yang
dipergunakan menetapkan suatu hukum islam, juga dapat berarti suatu perbuatan
yang mengandung nilai baik (manfaat).
3. Imam Syafi’i

Urutan metode istinbath hukum Imam Syafi’i adalah:

1. Al-Qur’an
2. Hadits
3. Ijma’
4. Qiyas
5. Istishab,yaitu menyertakan,membawa serta dan tidak melepaskan
sesuatu.

4. Imam Hambali

Urutan metode istinbath hukum Imam Hambali adalah:

1. Al-Qur’an dan hadits


2. Fatwa Shahabi

Jika telah menemukan nash dalam Al-Qur’an maupun hadits maka Beliau tidak
memperhatikan dalil-dalil yang lain dan juga kepada pendapat para sahabat yang
menyalahinya.

3. Pendapat sebagian sahabat

Mengambil pendapat yang lebih dekat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah,


terrkadang beliau tidak memberikan fatwa jika tidk memperoleh Pentarjih atas
suatu pendapat.

4. Hadits mursal atau dhaif

Mursal menurut bahasa merupakan isim maf’ul yang berarti dilepaskan.


Sedangkan hadits mursal menurut istilah adalah hadits yang gugur perawi dari
sanadnya setelah tabi’in. Seperti bila seorang tabi’in mengatakan,”Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda begini atau berbuat begini”.

5. Qiyas

Qiyas ini akan dilakukan jika benar-benar tidak ada ketentuan hukumnya
dari cara di atas. Qiyas ini mendapat posisi yang kecil dalam penentuan Hukum
(pada masa tersebut), namun tidak menutup kemunkinan Qiyas akan menjadi
penting di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai