Anda di halaman 1dari 12

FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN

TOPIK : NAPZA
SUB TOPIK : Bahaya merokok dan penanggulangannya
SASARAN : Masyarakat Desa Nogosaren, kecamatan Gamping
Kabupaten Sleman Yogyakarta
TEMPAT : Desa Nogosaren, kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman
Yogyakarta
HARI/TANGGGAL : 20 Oktober 2017
WAKTU : 40 menit
PENYULUHAN : Juniar Ichsan
I. ANALISIS DATA:
A. LATAR BELAKANG
Merokok merupakan suatu masalah sosial yang sangat erat kaitannya
dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Dimana rokok memiliki dua
sisi, satu sisi rokok merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar di
Indonesia dan sumber pemasukan pertama bagi pemerintah, satu sisi
rokok merupakan salah satu sumber penyakit di Indonesia karena apa ?
tidak hanya mereka yang merokok secara aktif saja yang kesehatannya
berbahaya tapi mereka yang secara tidak sengaja ikut menghirup (
perokok pasif ) asap rokok tersebut memiliki resiko yang lebih besar
terkena penyakit pernafasan (Sugeng D Triswanto, 2007).
Dikalangan remaja merokok dianggap sebagai sesuatu yang
menunjukkan jati diri mereka dan jika mereka merokok maka mereka
akan dianggap jantan hal itulah yang membuat angka kasus merokok pada
kalangan remaja meningkat. Hal itu mungkin dikarenakan pengaruh dari
iklan rokok yang terlalu berlebihan menampilkan produk-produk rokok
mereka.
Sejarah rokok pada mulanya dimulai oleh Columbus memperkenalkan
tembakau pada masyarakat dunia Barat pada abad XVI. Sejak saat itu,
ternyata tembakau sangat diminati, terutama oleh kaum pria, karena
hanya dengan membakar dan menghisapnya dapat menghangatkan tubuh.
Dalam perkembangannya hingga saat ini, bukan hanya kaum pria yang
menikmati kebiasaan menghisap gulungan daun tembakau tersebut,
namun juga kaum wanita. Bahkan bukan hanya di dunia Barat saja,
kebiasaan merokok telah melanda dunia Timur, seperti Asia dan termasuk
Indonesia sendiri (Sugeng D Triswanto, 2007).
Indonesia menduduki peringkat ke-tiga negara perokok terbanyak di
dunia setelah China dan India. Hal ini ironis karena memicu 500 ribu
nyawa/tahun melayang. Lebih memprihatinkan lagi, dilihat dari profil
perokok lebih dari sepertiganya (30%) adalah kalangan pelajar.”Rata-rata
sebagian besar dari mereka memulai merokok saat usia di bawah 10
tahun,” ujar Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setianingsih dalam
sambutannya. Hingga kini tak kurang sekitar satu miliar warga dunia
merupakan perokok, dengan 80% di antaranya disumbang dari negara
berkembang. Khusus Indonesia, dari 50% keluarga ditemukan satu
keluarga sebagai perokok, sehingga tak mengherankan lebih dari separuh
penduduk Indonesiadiduga sebagai perokok. Dari jumlah itu, sekitar 40%
berasal dari perokok laki-laki, sedangkan sisanya disumbangkan wanita.
Berdasarkan data Riskesdas 2007, hampir sepertiga warga
Indonesiamerupakan perokok. Sebagai gambaran, bila data Badan Pusat
Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia 2010 237,56 juta, artinya
terdapat 80 juta orang perokok di negeri ini (Sugeng D Triswanto,
2007).
Data-data hasil penelitian di atas hanyalah segelintir fakta yang
tercatat. Seperti fenomena gunung es, pada kanyataannya masih banyak
terdapat remaja dan kalangan usia dewasa yang masih menjalani dan
menjadikan aktivitas menghisap batang rokok sebagai salah satu gaya
hidup. Kecenderungan - kecenderungan remaja menjadi perokok terjadi
seiring dengan gencarnya promosi di berbagai media, serta kurangnya
pemahaman dan pengertian yang cukup, tentang dampak negatif
kebiasaan merokok bagi kesehatan.
Adapun kecenderungan-kecenderungan tersebut dapat dibendung
apabila remaja memperoleh apa yang mereka butuhkan, seperti
pemahaman dan informasi yang cukup cermat dan tentu harus mampu
mereka terapkan sehingga mereka mampu membentuk motivasi diri
sendiri untuk terhindar dan terbebas dari kebiasaan merokok. Selain itu,
remaja perlu diarahkan dan diberi alternatif solusi untuk memilih kegiatan
dan aktivitas-aktivitas lain yang lebih positif, sehingga potensi yang
mereka miliki dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
Melalui upaya penyuluhan kesehatan, diharapkan masyarakat mampu
memahami pentingnya menghindari lingkungan dan kebiasaan merokok,
serta diharapkan terbentuk motivasi diri dan mampu menjadi kader
pendidik sebaya bagi teman-temannya. Tentunya semua ini akan dapat
diwujudkan dengan dukungan keluarga serta masyarakat, sehingga
kecenderungan untuk merokok dapat diminimalisasi dan bahkan
dihilangkan.
B. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Adapun peserta dalam penyuluhan ini adalah masyarakat Desa
Nogosaren, kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman Yogyakarta,
masyarakat di Desa ini rata rata memiliki tingkat perekonomian yang
rendah, para warga sebagian besar bekerja sebagai petani, kebiasaan yang
sering dilakukan oleh setiap warga adalah bergadang, karena hal itu
banyak sekali warga yang merokok
C. KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
Rendahnya pengetahuan dan kemauan masyarakat di Desa Nogosaren
tentang bahaya merokok, sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan
kemauan peserta didik, media yang dapat dilihat oleh masyarakat secara
terus menerus berupa poster yang ditampilkan di setiap persimpangan
gang dan leaflet yang dibagikan kepada setiap kepala keluarga.
II. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan
masyarakat Desa Nogosaren mengerti bahaya merokok dan cara berhenti
merokok.
III. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan
masyarakat desa Nogosaren mengerti:
1. Mengerti pengertian dari merokok
2. Mengetahui zat-zat yang terkandung dalam rokok
3. Memahami bahaya merokok
4. Mengerti cara mengurangi efek jelek dari rokok
5. Mengetahui alasan menghindari merokok
6. Mengerti cara mencegah merokok
7. Memahami kiat-kiat berhenti merokok
8. Mengerti pengaruh rokok terhadap lingkungan
IV. MATERI
Terlampir

V. METODE
Ceramah dan Tanya jawab

VI. MEDIA DAN ALAT PENGAJARAN


Power Point dan Leaflet

VII. KEGIATAN PENYULUHAN


No Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan Peserta
1 10 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalan 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan TUI dan
dan TIK memperhatikan
4. Menyebutkan 3. Mendengarkan
materi yang di dan
berikan memperhatikan
5. pretest 4. Mendengarkan
dan
memperhatikan
5. Menjawab soal
2 40 menit 1. Review materi 1. Menjawab
2. Menjelaskan pertanyaan
materi 2. Mendengarkan
3. Memberikan dan
kesempatan memperhatikan
kepada peserta 3. Bertanya jika ada
untuk bertanya yang belum jelas
4. Menyimpulkan isi 4. Mendengarkan
materi dan
memperhatikan
3 10 menit 1. Post test 1. Menjawab
2. Memberikan pertanyaan
reinforcement

VIII. EVALUASI
Tes lisan

IX. REFERENSI
Atkinson, 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

http://slideshare.net/janerep/bahaya-rokok-bagi-tubuh

http://id.wikipidea.org/wiki/rokok

http://info.gizi.net
Lampiran:
MATERI
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut
pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan
kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak
beberapa tahun terakhir, bungkus tersebut juga umumnya disertai pesan
kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung
walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi.
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku
bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau
roh. Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian
dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan
kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai
muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian
yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk
kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki
dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
2. Jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini
didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi
rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok. Jenis
rokok juga dilihat dari kadar nikotin dan tar nya.

Rokok berdasarkan bahan pembungkus:


1. Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kulit
jagung.
2. Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
3. Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
4. Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
tembakau.
5. Rokok dari daun nipah

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi:


1. Rokok putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya
daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.
2. Rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
1. Sigaret Kretek Tangan (SKT):rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan
tangan dan atau alat bantu sederhana.
2. Sigaret Kretek Mesin (SKM):rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok
dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang
dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat
ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran
sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit.
Mesin pembuat rokok, biasanya dihubungkan dengan mesin
pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan
lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak.
Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan
keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak.
Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu
menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter
pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM,
lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2
bagian :
a. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam
proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas.
Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-
lain.
b. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin
yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah.
Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh:
A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya
Slims dan lain-lain.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
1. Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya
terdapat gabus.
2. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian
pangkalnya tidak terdapat gabus.

Rokok dilihat dari komposisinya:


1. Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni
kering dan diikat dengan benang. Tar dan karbon
monoksidanya lebih tinggi dari pada rokok buatan pabrik.
Biasanya ditemukan di Asia Tenggara dan India.
2. Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung
dengan daun tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda di
tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.
3. Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma
cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan.
Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.
Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga
biasa digunakan di AsiaTenggara dan India. Bahkan 56
persen perempuan India menggunakan jenis kunyah.
Adalagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan
tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.
4. Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-
buahan atau rasa buah-buahan yang disedot dengan pipa dari
tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah,
dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang
menjamur seperti di kafe-kafe.
Oleh karena itu, masyarakat perlu tau betapa berbahayanya rokok bagi
tubuh, banyak sekali orang yang sudah mengerti bahaya dari rokok,
akan tetapi masih banyak sekali orang yang menyepelekan bahay
rokok walaupun sudah tertera jelas pada kemasan rokok. Beberapa
alasan muncul salah satunya adalah sudah kecanduan, hal ini menjadi
PR besar bagi pemerintah untuk memberikan penyuluhan yang lebih
maksimal untuk menghentikan kebiasaan tersebut.
Dalam kurun waktu 1 tahun di Indonesia

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi


perokok dari 27% pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun
2013. Artinya, jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di
antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2
orang di antaranya adalah perokok.
Keadaan ini semakin mengkhawatirkan, karena prevalensi perokok
perempuan turut meningkat dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 6,7% pada
tahun 2013. Dengan demikian, pada 20 tahun yang lalu dari setiap 100 orang
perempuan Indonesia 4 orang di antaranya adalah perokok, maka dewasa ini
dari setiap 100 orang perempuan Indonesia 7 orang di antaranya adalah
perokok.
Lebih memprihatinkan lagi adalah kebiasaan buruk merokok juga
meningkat pada generasi muda. Data Kemenkes menunjukkan bahwa
prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari
7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014. Dan yang lebih
mengejutkan, lebih mengejutkan adalah usia mulai merokok semakin muda
(dini). Perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat lebih dari 100% dalam
kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di tahun 1995 menjadi
18% di tahun 2013.
Mengutip data hasil penelitian di RS Persahabatan (2013)
memperlihatkan bahwa tingkat kecanduan atau adiksi pada anak SMA yang
merokok cukup tinggi, yaitu 16,8%. Artinya 1orang dari setiap 5 orang remaja
yang merokok, telah mengalami kencaduan.
Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa rata-rata anak yang
dilahirkan oleh ibu hamil yang merokok memiliki berat badan yang lebih
ringan (<2500 gram) dan lebih pendek (<45 cm) dibandingkan dengan ibu
yang tidak merokok (>3000 gram) dan lebih panjang (>50 cm).
Pada kesempatan yang baik, mari serukan kepada segenap hadirin dan
seluruh masyarakat, termasuk para seniman dan seniwati, serta para pelajar
dan mahasiswa agar bersama-sama menghentikan kebiasaan merokok demi
masa depan bangsa Indonesia. Sebab, merokok mengakibatkan penurunan
kesehatan yang berdampak pada penurunan kualitas anak-anak, generasi yang
baru dilahirkan. Penurunan kualitas generasi penerus bangsa berakibat
terjadinya pembodohan dan pemiskinan yang berkelanjutan dari generasi ke
generasi sepanjang sejarah.

Anda mungkin juga menyukai