Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Pelayanan Farmasi berfokus pada keselamatan pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi, pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu indakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah kompleks
dan banyakhambatan. Konsep keselamatan pasien haras dijalankan secara menyeluruh dan
terpadu.
A. Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien di Instalasi Farmasi:
1. Menggunakan obat dan peralatan yang aman
2. Melakukan praktek klinik yang aman dan dalam lingkungan yang aman
3. Melaksanakan manajemen risiko, contoh : pengendalian infeksi
4. Membuat dan meningkatkan sistem yang dapat menurunkan risiko
yang berorientasi kepada pasien
5. Meningkatkan keselamatan pasien dengan :
- mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (adverse event)
- membuat sistem identifikasi dan pelaporan adverse event
- mengurangi efek akibat adverse event

B. Istilah-Istilah Yang Berhubungan Dengan Cedera Obat


Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu difahami dan
disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
1. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
2. Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)
3. Kejadian Sentinel

17
a. Adverse Drug Event
b. Adverse Drug Reaction
c. Medication Error
d. Efek samping obat

ISTILAH DEFINISI CONTOH

Terjadi Cedera

• Kejadian yang Kejadian cedera pada pasien Iritasi pada kulit karena
tidak diharapkan selama proses penggunaan perban.
(Adverse Event) terapi penatalaksanaan medis. Jatuh dari tempat tidur.
Penatalaksanaan medis
mencakup selurah aspek
pelayanan, termasuk diagnosa,
terapi. kegagalan diagnosa
terapi, sistem, peralatan untuk
pelayanan. Adverse event dapat
dicegah atau tidak dapat
dicegah.
• Reaksi obat yang Kejadian cedera pada pasien Steven-Johnson
tidak diharapkan selama proses terapi akibat Syndrom
(Adverse Drug penggunaan obat. : Sulfa, Obat epilepsi dll
Reaction)
• Kejadian tentang Respons yang tidak diharapkan Shok anafilaksis
obat yang tidak terhadap terapi obat dan pada penggunaan
diharapkan mengganggu atau menimbulkan antbiotik golongan
(Adverse Drug cedera pada penggunaan obat penisilin
Event) dosis normal. Reaksi Obat Yang • Mengantuk pada
Tidak Diharapkan (ROTD) ada penggunaan CTM
yang berkaitan

• Efek obat yang Respons yang tidak diharapkan Shok anafilaksis pada
tidak terhadap terapi obat dan mengganggu penggunaan antbiotik
diharapkan atau menimbulkan golongan penisilin.
(Adverse drug cedera pada penggunaan obat Mengantuk pada
effect) dosis lazim penggunaan CTM
Sama dengan ROTD tapi dilihat
dari sudut pandang obat. ROTD
dilihat dari sudut pandang
pasien.
Cedera dapat
terjadi
atau tidak terjadi

18
• Medication Error Kejadian yang dapat dicegah Peresepan obat yang
akibat penggunaan obat, yang tidak rasional.
menyebabkan cedera. Kesalahan perhitungan
dosis pada peracikan.
Ketidakpatuhan pasien
sehingga terjadi dosis
berlebih.
• Efek Samping Efek yang dapat diprediksi, (sebaiknya istilah ini
tergantung pada dosis, yang dihindarkan)
bukan efek tujuan obat. Efek
samping dapat dikehendaki,
tidak dikehendaki, atau tidak
ada kaitannva.

Apoteker harus mampu mengenali istilah-istilah di atas beserta contohnya sehingga


dapat membedakan dan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
cedera akibat penggunaan obat dalam melaksanakan program Keselamatan pasien.

C. Identifikasi Resiko di Instalasi Farmasi :


1. Mencegah kesalahan identifikasi pasien pada saat penerimaan resep.
2. Mencegah kesalahan pembacaan resep
3. Mencegah kesalahan peracikan obat
4. Mencegah kesalahan penyiapan obat
a. Kesalahan pengambilan obat
b. Kesalahan pemberian etiket obat
5. Mencegah kesalahan penyerahan obat
Timbulnya kejadian yang tidak sesuai dengan tujuan (incidence/hazard) dikatakan
sebagai drug misadventuring, terdiri dari medication errors dan adverse drug reaction.

TIPE MEDICATION ERRORS KETERANGAN

Obat yang terlanjur diserahkan kepada


Unauthorized drug pasien padahal diresepkan oleb bukan
dokter yang berwenang
Dosis, strength atau jumlah obat yang tidak sesuai dengan yang
Improper dose/quantity
dimaksud dalam resep

Wrong dose preparation Penyiapan/formulasi atau pencampuran


obat yang tidak sesuai
Wrong dose form Obat yang diserahkan dalam dosis dan cara

19
pemberian yang tidak sesuai dengan yang
diperintahkan di dalam resep
Wrong patient Obat diserahkan atau diberikan pada pasien yang keliru yang tidak
sesuai yang tertera di resep

Omission error Gagal dalam memberikan dosis sesuai permintaan, mengabaikan


penolakan pasien atau keputusan klinik yang mengisyaratkan
untuk tidak diberikan obat yang bersangkutan

Extra dose Memberikan duplikasi obat pada waktu yang berbeda

Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau permit; diberikan secara lisan
atau diresepkan oleh dokter yang tidak berkopeten

Wrong administration technique Menggunakan cara pemberian yang keliru termasuk misalnya
menyiapkan obat dengan teknik yang tidak dibenarkan (misalnya
obat im diberikan iv)

Wrong time Obat diberikan tidak sesuai dengan jadwal pemberian atau diluar
jadwal yang ditetapkan

Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek vair: aspek
manajemen dan aspek klmik. Aspek manajemen meliputi pemilihan perbekaiar. farmasi,
pengadaan, penenmaan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, sistern pengendalian
(misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan aspek klinik meliputi skrining permintaan obat
(resep atau bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi
obat, konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan
terutama pada pasien yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi
Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :
1. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan dengan
pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obatobat sesua: formularium.
2. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai
peraturan yang berlaku (legalitas i dan diperoleh dari distributor resmi.

20
3. Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk
menurunkan kesalahan pengambilan obat dan menjamin mutu obat:
a. Simpan obat dengan nama. lampilan dan ucapan mvrip (look-alike, sound-
alike medication names) secara terpisah.
b. Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat
inenimbulkan cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat
khusus. Misalnya :
• menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KC1 inj, heparin, warfarin, insulin,
kemoterapi. narkotik opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan
agonis adrenergik.
• kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara
alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah
• Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.

4. Skrining Resep
Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error
melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.
a. Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor
rekam medik/ nomor resep.
b. Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan
resep, singkatan, hubungi dokter penulis resep.
c. Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
pengambilan keputusan pemberian obat, seperti :
• Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi,
diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui
tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks terapi
sempit untuk keperiuan perhitungan dosis.
• Hasil pemeriksaan pasien ( fungsi organ, hasil laboratorium tanda-tanda
vital dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data
laboratorium yang penting. terutama untuk obat-obat yang memerlukan
penyesuaian dosis dosis seperti pada penurunan fungsi ginjal).

21
d. Apoteker harus membuat riwayat catatan pengobatan pasien.
e. Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi \ automatic stop order), sistem komputerisasi (e-
prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan
diatas.
f. Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi
dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang
diminta benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan dosisnya.
Informasi obat yang penting harus diberikan kepada petugas yang
meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus
menulis dengan jelas mstruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.
5. Dispensing
a. Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.
b. Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali : pada
saat pengambilan obat dan rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada
saat mengembalikan obat ke rak.
c. Dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
d. Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan
pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep
terhadap isi etiket.
6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting
tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan didiskusikan
pada pasien adalah :
a. Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat dengan benar, harapan setelah raenggunakan obat, lama
pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
b. Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
c. Kejadian Tidak Diharapkar (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan
obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
d. Reaksi obat yang tidak durginkan (Adverse Drug Reaction - ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien. pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengaias: kemungkinan terjadinya ADR tersebut
e. Penyimpanan dan penanganan obat di riimah termasuk mengenali obat
yang sudah rusak atau kadaluarsa.
22
f. Ketika melakukan konselirig kepada pasien, apoteker mempunyai
kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang niungkin
terlewatkan pada proses sebelumnya.
7. Penggunaan Obat
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja saraa dengan petugas
kesehatan lain. Hal yang perlu di diperhatikan adalah :
a. Tepat pasien
b. Tepat indikasi
c. Tepat waktu pemberian
d. Tepat obat
e. Tepat dosis
f. Tepat label obat (aturan pakai)
g. Tepat rute pemberian
8. Monitoring dan Evaluasi
Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untnk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan
evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan
mencegah pengulangan kesalahan.
D. Alur Penanganan Kejadian :
a. Kronologis
Adalah suatu jalan cerita kejadian yang dibuat oleh petugas yang bersangkutan.
Bentuk nya biasanya berupa narasi Individu yang membuat adalah staf yang terkait
dengan insiden, ditempat lerjadinya insiden, bisa lebih dari 1 orang. Kronologis
dibuat 1 x 24 jam.
b. Laporan Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) /Incident Report
Adalah suatu bentuk laporan insiden atau laporan kejadian, yang mencantumkan data
detail dari kejadian. Insidem Report dibuat oleh atasan dari petugas yang
bersangkutan, berdasarkan kronologis yang telah dipelajari dan dilakukan risk
grading. Pembuatan kronologis dan laporan IKP dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Investigasi Sederhana ( Simple Invesrigasi )
Adalah suatu sistem / cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara yang
lebih sederhana. Waktu pembuatannya maksimal 1 minggu.
d. Analisa Akar Masalah / ROOT Cause Analysis (RCA)
Adalah suatu sistem / cara untuk menyelesaikan suatu pennasalahan dengan cara yang

23
lebih dalam. Waktu pembuatan RCA antara 2 minggu sampai dengan 1 bulan,
dengan membentuk tim dalam pembuatannya.
e. Pelaporan
Laporan kegiatan Pasien Safety disampaikan kepada sekretaris Keselamatan
Pasien Rumah Sakit untuk kemudian dibuat laporan ke Tim KPRS Grup dalam
bentuk laporan buianan untuk kemudian dibuat laporan kepada Direksi Grup untuk
mendapatkan rekomendasi masukkan / saran.

E. Tindak lanjut
Tindak lanjut pasca terjadinya kejadian, Instalasi Farmasi berkoordinasi dengan Tim
Keselamatan pasien Rumah Sakit dan mengimplementasikan rekomendasi yang
diperoleh dari Direksi dan tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

24

Anda mungkin juga menyukai